Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL PENELITIAN

Analisis Teori FIRO Terhadap Lingkungan Pertemanan di Fakultas Ilmu


Komunikasi Universitas Subang

Hendra Wiguna Jayusman, Susan Nurjanah, Wafiq Nur Azizah


Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Subang
e-mail: enda.jayusman@gmail.com
e-mail: susannurjanah424@gmail.com

Abstrak
Pertemanan berarti perihal berteman atau bisa diartikan sebagai sebuah
lingkungan sosial dimana terdapat 2 orang atau lebih yang dapat membawa
pengaruh positif mauapun sebaliknya. Menggunakan Teori Firo milik William
Schutz dengan asumsi dasar bahwa setiap orang terdorong untuk memasuki suati
kelompok yang didasari oleh 3 (tiga) hal, yaitu: Iklusi; Kontrol; dan Afeksi. Kami
ingin melihat bagai mana relevansi dari ketiga poin dalam Teori Firo pada siklus
pertemanan di lingkungan Mahasiswa Fikom Unsub. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif dengan sumber data yang dihasilkan melalui
wawancara dengan narasumber yaitu informan yang diambil dari Mahasiswa aktif
yang sedang menempuh perkuliahan semester 3 dan 5. Dengan kesimpulan yang
dihasilkan dari wawancara dengan informan yaitu (1) kebutuhan inklusi dilihat
dari pola pertemanan yang ada membuat salah satu informan memilih untuk
bergabung dan salah satu kelompok sedangkan informan lain tidak, (2) kebutuhan
control yang mereka mereka guneakan tergantung bagaimana situasi, apakah
mereka harus mengontrol kelompok tersebut atau sebaliknya, dan (3) kebutuhan
afeksi yang mereka benarkan karena mereka berdua sama-sama membutuhkan
adanya dorongan motivasi / dukungan dari sesama anggotanya.
Keywords – Pertemanan, Teori Firo, Mahasiwa Fikom Unsub, Deskriptif
Kualitatif.
1.1. Latar Belakang

Teman menurut KBBI berarti Kawan, Sahabat, atau orang yang


bersama-sama bekerja serta lawan (bercakap-cakap). Sedangkan pertemanan
sendiri berarti perihal berteman atau bisa diartikan sebagai sebuah
lingkungan sosial dimana terdapat 2 orang atau lebih yang dapat membawa
pengaruh positif mauapun sebaliknya.

Pada artikel ini peneliti ingin melakukan analisis pada Teori FIRO
(Fundamental Interpersonal Relationship Orientation) milik William
Schutz (1958) terhadap lingkungan pertemanan yang terjadi di Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Subang (FIKOM UNSUB). Kami selaku
peneliti ingin memastikan apakah Teori ini relevan dengan keadaan yang
sebenarnya.

Fenomena pertemanan ini menjadi menarik untuk dibahas karena


selain membangun relasi atau lingkungan pertemanan itu penting, kami
selaku peneliti juga tahu sejauh mana pandangan Mahasiswa FIKOM
UNSUB terhadap lingkungan pertemanan itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang menjadi tolak ukur penelitian kami


adalah sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana siklus kelompok pertemanan yang terjalin pada


Mahasiswa FIKOM UNSUB?
1.2.2. Apakah ada keinginan untuk mengontrol suatu kelompok pertemanan
yang terjalin pada Mahasiswa FIKOM UNSUB?
1.2.3. Apakah ada rasa ingin dikasihi atau disayangi ketika berada di suatu
kelompok tertentu pada Mahasiswa FIKOM UNSUB?
1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin kami capai adalah sebagai berikut :

1
1.3.1. Untuk mengetahui siklus kelompok pertemanan yang terjalin pada
Mahasiswa FIKOM UNSUB.
1.3.2. Untuk mengetahui pakah ada keinginan untuk mengontrol suatu
kelompok pertemanan yang terjalin pada Mahasiswa FIKOM
UNSUB.
1.3.3. Untuk mengetahui adakah rasa ingin dikasih atau disanyangi ketika
berada di suatu kelompok pertemanan pada Mahasiswa FIKOM
UNSUB.

1.4. Manfaat Penelitan

Adapun manfaat dari penelitan ini dibagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna


sebagai penambah wawasan serta pengembangan dibidang Ilmu
Komunikasi khususnya dibidang Komunikasi Interpersonal.

1.4.2. Manfaat Praktis


Manfaat praktis dari hasil penilitian ini diharapkan mampu
menjadi acuan bagi Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Subang untuk tahu bagaimana siklus pertemanan pada Mahasiswa
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Subang serta bagaimana cara
menyikapinya.
2.1 Teori Fundamental Interpersonal Relations Orientation (FIRO)
2.1.1 Asumsi Dasar

Asumsi dasar teori ini adalah bahwa manusia dalam hidupnya


membutuhkan manusia lain (manusia sebagai makhluk sosial).
Ide pokok dari FIRO Theory adalah bahwa setiap orang
mengorientasikan dirinya kepada orang lain dengan cara tertentu dan
cara ini merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilakunya

2
dalam hubungan dengan orang lain dalam sebuh kelompok. Asumsi
dasar dari teori ini adalah suatu individu terdorong untuk memasuki
suatu kelompok karena didasari oleh beberapa hal yaitu :
1. Inclusion / Keikutsertaan
Kebutuhan Inklusi adalah kebutuhan yang berdasarkan
pada kesadaran pribadi yang ingin mendapatkan kepuasan
dengan cara berkontribusi penuh/berguna bagi kelompok atas
dasar kesadaran sendiri setelah berinteraksi dalam kelompok.
2. Control / Mengendalikan

Kebutuhan Kontrol adalah kebutuhan yang berdasarkan


pada kesadaran pribadi yang ingin mendapatkan kepuasan
dengan cara mengendalikan dalam artian memimpin interaksi
dalam kelompok. Kontrol pada dasarnya merepresentasikan
keinginan pribadi untuk mempengaruhi dan memiliki “suara”
dalam penentuan sikap/keputusan dalam kelompok.
3. Affection / Kasih Sayang

Affection yaitu suatu keadaan dimana seseorang ingin


memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang
lain. Dalam situasi ini, seseorang membutuhkan kasih sayang
sebagai suatu pendukung dalam menyelesaikan pekerjaannya.

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian metode kualitatif, yaitu
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme dimana
kebenaran sesuai dengan hakekat obyek, digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti sebagai instrumen kunci dan
hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi
(Sugiyono,2007 : 15)
Menurut batasan yang disampaikan Sugiyono di atas, penelitian
kualitatif memiliki empat macam karakter yaitu :

3
a. Mempunyai setting yang alamiah, maksudnya penelitian dilakukan
dalam situasi yang wajar dan realistis dari fenomena yang nyata,
setting alamiah merupakan sumber data, peneliti sendiri bertindak
sebagai instrumen penelitian.
b. Data yang dikumpulkan dalam bentuk kalimat, gambar dan lainnya
yang berisi deskripsi, transkrip, interview, catatan di kancah
penelitian dan lain-lain.
c. Peneliti-peneliti kualitatif lebih mementingkan proses dari pada
hasil, karena penelitian ini menggunakan pernyataan bagaimana
sehingga jawabannya adalah proses sesuatu diteliti. Analisis yang
digunakan adalah analisis induktif, analisis ini dilakukan secara
bottom-up.
d. Penelitian kualitatif mamentingkan makna, ini berarti peneliti
berusaha memahami makna fenomena yang sedang diteliti.
Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis Teori FIRO terhadap
lingkungan pertemanan di Fakultas Ilmu Komunikasi Univesitas Subang.
Penelitian ini tidak diarahkan pada kesimpulan salah-benar, tidak menguji
suatu hipotesis diterima-ditolak, tetapi lebih ditekankan pada pengumpulan
data untuk mendeskripsikan keadaan sesungguhnya yang terjadi di lapangan
secara mendalam.

3.2 Sumber Data

Menurut Sutopo (2006:56-57), Sumber data adalah tempat data


diperoleh dengan menggunakan metode tertentu baik berupa manusia,
artefak, ataupun dokumen-dokumen. Sumber data adalah sesuatu yang
menjadi sumber untuk memperoleh sebuah data. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan sumber data berupa hasil wawancara dengan
informan tentang bagaimana lingkungan pertemanan di Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Subang.

3.3 Informan Penelitian

4
Informan dari penelitian ini merupakan mahasiswa aktif dari Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Subang dengan kriteria sebagai berikut :

1. Merupakan mahasiswa aktif yang sudah menempuh perkuliahan


minimal 1 tahun / 2 semester.
2. Merupakan sosok yang supel serta mudah bergaul dengan banyak
orang.
Dengan memperhatikan kriteria tersebut, maka kami selaku peneliti
memilih 2 informan yang paling cocok untuj objek pebelitian, yaitu:
1. Anita Sugih Nur Endah, Mahasiswa Semester III (Tiga) Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Subang, dan;
2. Devi Oktopiani Hidayati, Mahasiswa Semester V (Lima) Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Subang.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
wawancara mendalam. Wawancara Mendalam Menurut Harsono,
merupakan proses pengumpulan data yang langsung memperoleh informasi
langsung dari sumbernya. Wawancara mendalam dapat diberi makna
kombinasi antara pertanyaan-pertanyaan deskriptif, struktural dan kontras.
Wawancara mendalam dilakukan secara langsung kepada seorang
narasumber atau dalam bentuk fokus group discussion, tergantung pada
perjanjian dengan nara sumber. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan
dengan informan langsung. Wawancara dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan - pertanyaan terbuka, yang memungkinkan informan
memberikan jawaban secara luas. Data yang diperoleh dari wawancara
berupa pengalaman, pendapat, perasaan, dan pengetahuan informan
mengenai lingkungan pertemanan di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Subang.
3.5 Teknik Analisis Data
Menurut Milles and Huberman, analisis data tertata dalam situs
ditegaskan bahwa kolom pada sebuah matriks tata waktu disusun dengan

5
jangka waktu, dalam susunan tahapan, sehingga dapat dilihat kapan gejala
tertentu terjadi. Prinsip dasarnya adalah kronologi.
Untuk menyajikan data agar mudah dipahami, maka langkah-langkah
anlisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis Interactive
Model dari Miles dan Huberman, yang membagi langkah-langkah dalam
kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data (data collection)
Pada analisis model pertama dilakukan pengumpulan data hasil
wawancara, hasil observasi, dan berbagai dokumen berdasarkan
kategorisasi yang sesuai dengan masalah penelitian yang kemudian
dikembangkan penajaman data melalui pencarian data selanjutnya.
2. Reduksi Data (data reduction)
Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga simpulan
final dapat ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman, 2007: 16).
3. Penyajian Data (data display)
Sajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang
memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Penyajian data
dimaksudkan intuk menemukan pola-pola yang bermakna serta
memberikan kemungkinan adanya penarikan simpulan serta memberikan
tindakan (Miles dan Huberman, 2007: 84).
4. Penarikan Kesimpulan (conclutions)
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari sutu kegiatan
konfigurasi yang utuh (Miles dan Huberman, 2007: 18).
Maka dari teknik analisis data menurut Miles dan Huberman dapat
dijadikan panduan dalam proses analisis data, yaitu sebagai berikut :
1. Pengumpulan data terdapat dari hasil wawancara dengan informan, dari
hasil wawancara dibuat catatan lapangan secara lengkap.
2. Hasil dari catatan lapangan, selanjutnya dibuat reduksi data. Reduksi data
ini berupa pokok-pokok temuan yang penting di lapangan.

6
3. Dari reduksi data kemudian diikuti penyusunan sajian data yang berupa
cerita sistematis dengan suntingan peneliti supaya maknanya lebih jelas
dipahami. Sajian data ini, dilengkapi dengan faktor pendukung, antara
lain metode, dan lain sebagainya.
4. Dari hasil sajian data tersebut, kemudian dirumuskan kesimpulan. Dalam
merumuskan kesimpulan, agar dapat terhindar dari unsur subjektif,
dilakukan upaya : melengkapi data-data kualitatif dan mengembangkan
“intersubjektivitas”, melalui diskusi dengan orang lain.
4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Pada penelitian ini, kami selaku peneliti melibatkan 2 Informan yang


merupakan Mahasiswa aktif di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Subang. Alasan utama kami memilih kedua informan in ialah karena sudah
menempuh setidaknya 2 semester di FIKOM UNSUB serta merupakan
orang yang supel dan mudah bergaul dengan banyak orang. Alasan lain
mengapa kami memilih mereka berdua yang merupakan semester III dan V
melainkan bukan mahasiswa semester I, VII, atau lebih dari itu karena
asumsi kami melihat bahwa mahasiswa semester I masih dalam masa
transisi dari masa sekolah ke perguruan tingi sedangkan untuk mahasiswa
semester VII dan selebihnya kami anggap bahwa mereka cenderung tidak
terlalu banyak berkelompok karena dalam satu angkatan mereka sudah tidak
terlalu banyak.

4.2 Analisis dan Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan para


informan penelitian, maka peneliti dapat melakukan analisis terhadap
Mahasiswa FIKOM UNSUB dalam menghadapi kelompok pertemanan
yang terjadi di lingkungan FIKOM UNSUB menggunakan Teori FIRO.

4.2.1. Inklusi

Sebagai makhluk sosial, tentu kita membutuhkan orang lain


untuk berinteraksi, dalam hal ini teman. Pada Teori Firo dijelaskan

7
bahwa inklusi yaitu kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dengan
cara berkontribusi / bergabung dengan sebuah kelompok. Dalam hal
ini kami ingin meliihat bagaimana pola / siklus pertemanan yang
terjalin pada Mahasiswa Fikom Unsub serta bagaimana cara para
informan menyikapinya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Anita Sugih Nurendah


selaku Mahsiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Subang
Semester 3 (Tiga) menyatakan bahwa:

“Kalau untuk Bahasa kasarnya bergeng-geng atau


berkubu-kubu engga terlalu banyak berkubu-kubu cuman ada
karena kan namanya temen main, emang yang punya tujuan
yang sama mungkin sekelompok itu , jadi ya mereka buat geng.
Cuman alhamdulillahnya engga jadi masalah sih dikelas soalnya
kalau awal-awal lumayan jadi masalah, cuman udah sekarang-
sekarang yang penting. Oke mereka main sama kelompok itu
gak papa tapi yang penting dikelas itu kita sama gitu.ya teman-
teman yang lain menghadapi teman-teman yang bergeng itu
udah ya, ya udah biasa, udah biasa menerima jadi udah gak ada
kontroversi.”

Pendapat lain juga diutarakan oleh Devi Oktopiani Hidayati


selaku Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Subang
Semester 5 (Lima) menyatakan bahwa:

“Kalo menurut Devi, semester 5 siklus pertemanannya


berkelompok, jadi emang ada kubu ini blok ini blok ini, jadi gak
pernah nyatu, tapi tapi memang kalo diluar kaya keliatan
kompak banget tapi, sebenernya didalemnya tuh ya awut-
awutan, gitu sih.”

Melihat adanya siklus pertemanan yang membetuk berbagai


kelompok baik untuk Mahasiswa semester 3 maupun semester 5

8
membuat kami tergerak untuk emanyakan cara mereka menyikapi
kelompok tersebut serta apakah ada keinginan untuk mereka
bergabung dengan kelompok tersebut dan jawaban merekapun sebagai
berikut:

“kalau anita sendiri sih engga, engga mau,soalnya euuuh


lebih enak kalau anita sendiri yaa, lebih enak kita tuh engga
perlu bergeng-geng jadi kesana masuk kesini masuk gitu jadi
engga ada niatan untuk masuk ke salah satu geng itu, engga.”
(Menurut Anita berdasarkan wawancara pada 27 Desember
2019).

Melihat pandangan anita yang memilih untuk menutup diri /


tidak ingin bergabung dengan salah satu kelompok di kelasnya, lain
halnya dengan devi ketika ditanya keinginannya untuk bergabung
dengan salah satu kelompok dikelasnya, dia menyatakan:

“Pastilah. jadi ya buat devimah kelompok penting yaa


jadinya ya kita nyari gitu manasih kelompok yang bisa
membuat kita nyaman gitu. Walaupun emang pasti condong ke
salah-satu kan, ya tapi emang ya kita butuh gitu.” (Menurut
Devi berdasarkan wawancara pada 27 Desember 2019).

4.2.2. Kontrol

Dalam Teori Firo, William Schutz juga memaparkan adanya


kontrol. Kebutuhan control yang dimaksud adalah adanya dorongan
unutuk memimpin suatu kelompok tertentu sebagai bentuk kepuasan
diri.

Berbekal maksud tersebut, kami menanyakan kepada kedua


informan apakah ada dorongan dalam diri mereka untuk mengatur /
mempimpin kelompok yang ada pada angkatan mereka masing-
masing dan merekapun menjawab sebagai berikut:

9
“kalau anita mah tergantung dianya mau tujuannya apa
bagaimana jadi diliat dulu, misalkan mau maen kemana Gitu,
ngajakin teman-teman yang lain, kan otomatis anita juga
diajakin. Pasti lebih liat situasinya dulu tujuannya untuk apa
baik untuk semuanya apa engga, kalau emang manfaatnya untuk
semu ya hayu aja. Tapi kalau Cuma untuk menguntungkan
mereka aja orang itu aja engga, pasti anita ikut kaya lebih ikut
yang mending bareng-bareng yang manfaatnya untuk semuanya.
Kalau engga ada yang ngehandle ikut ngontrol tapi kalau udah
ada yang ngehandle engga ikut campur.”

Sama halnya dengan pernyataan Anita, Devipun memaparkan


bahwa ada keinginan untuk mengontrol sebuah kelompok, seperti
yang ia paparkan sebagai berikut:

“Tergantung sih ya, kadang emang ada situasi yang


yaudah ngikut, tapi ada emang situasi yang seharusnya yaudah
digerakin karena emang gak bisa jalan sendiri gitu jadi harus
digerakin. Tapi kadang ya pokoknya imbanglah balance antara
mendengarkan dan mengatur.”

Melihat dari wawancara dengan kedua informan diataas, mereka


menyatakan bahwa untuk kebutuhan control, mereka lebih melihat
situasi dan kondisi apakah memungkinkan mereka untuk mengotrol
kelompok tersebut atau sekedar diam mengikuti.

4.2.3. Afeksi

Bagian terakhir dari Teori Firo adalah afeksi yang berarti suatu
keadaan seseorang ingin memiliki keakraban secara emosional dari
anggota kelompoknya, dalam artian lain berarti adanya keinginan
untuk disayangi / dikasihi oleh sesama anggota.

Berangkat dari penjelasan tersebut, kami kembali


mewawancarai kedua informan dengan tujuan untuk mengetahui

10
sejauh mana reevansi dari afeksi yang dipaparkan oleh William
Schutz bagi mereka, dan jawab merekapun sebagai berikut:

“Pasti, namanya kita sudah berteman apalagi udah deket


kita kan butuh kepercayaan dan saling percaya itu kan apalgi
suka bareng pasti ada rasa untuk dikasihi gitu.”

Sejalan dengan jawaban yang dipaparkan oleh Anita, Devi juga


mejawab demikian:

“Kalo prinsip devi ya, kelompok-kelompok atau suatu


ikatan kan penting jadinya ya pasti rasa ingin dikasihi itu ingin
gitu. Inginlah kita dapat timbal balik yang emang gak hanya
saling menguntungkan dalam hal pelajaran misalkan atau
apapun tapi pengen lebih dari itu. Jadi kadang pengen gitu tau
oh si ini tuh orangnya gini, latar eu.. karakternya kaya gini si ini
kaya gini kaya gini ya pengen tau, jadi kan biar lebih deket lebih
nyaman feelnya lebih dapat lebih kompak gitu sih.”

Melihat jawaban keduanya yang sama-sama mengatakan adanya


kebutuhan afeksi dari sesame anggota membuat Teori Firo ini relevan
dengan keadaan yang sebenarnya.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, serta pengumpulan data dari kedua


informan yaitu Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Subang,
Relevansi antara Teori FIRO dengan pola pertemanan pada Mahasiswa
Fikom Unsub, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Inklusi atau keinginan untuk bergabung dengan suatu kelompok yaitu


dengan melihat terlebih dahulu siklus pertemanan yang terjadi pada
lingkungan Mahasiswa Fikom Unsub. Dengan pola pertemanan yaitu
berbentuk kelompok-kelompok, maka ada dorongan untuk bergabung

11
dengan salah satu kelompok tersebut, ada pula yang bersikap menarik
diri memilih untuk tidak mengikuti salah satunya.
2. Kontrol atau keinginan untuk mengatur suatu kelompok bila melihat
pada hasil wawancara dengan kedua informan, mereka kompak
menjawab “tergantung situasi” yang menandakan mereka akan berada
pada posisi mengontrol apabila pada suatu kelompok tidak ada figure
sebagai penggerak atau justru memilih diam mengikuti yang lainnya.
3. Afeksi atau kebutuhan akan pemenuhan rasa kasih saying yang
ditandai oleh repon positif keduanya. Mereka sama-sama melihat
bahwa dukungan kasih sayang itu penting dan mereka berdusa sama-
sama membutuhkannya sebagai bentuk motivasi.
5.2 Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan dari kesimpulan diatas adalah
sebagai berikut:

1. Kebutuhan inklusi memang harus dipenuhi namun jangan juga


menjadikan pola / siklus pertemanan menjadi berkelompok-kelompok.
Jika dirasa memang dibutuhkan untuk bergabung dengan salah satu
tanpa harus meninggalkan yang lainnya itu tidak dipermasalahkan.
2. Kebutuhan kontrol juga harus dipenuhi tanpa menimbulkan konflik
dalam artian jika memang dibutuhkan untuk mengontrol suatu
kelompok pertemanan maka lakukanlah begitu pula sebaliknya.
3. Kebutuhan afeksi juga dibutuhkan sebagai bentuk motivasi sehingga
penting adanya dorongan dari sesama anggota kelompok untuk
memotivasi atau menyemangati kita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prasanti, D., & Dewi, R. (2018). Analisis Teori Firo Dalam Relasi
Persahabatan Sebagai Kajian Komunikasi Antar Pribadi. Jurnal
Komunikasi, 9(2), 186-189.
2. https://kbbi.web.id/teman.html diakses pada tanggal 28 Desember 2019
pukul 09.00 WIB.

12
3. http://eprints.ums.ac.id/12946/4/BAB_III.pdf diakses pada tanggal 26
desember 2019 pukul 20.30 WIB.
4. https://www.coursehero.com/file/18428146/SUMBER-DATA/ diakses pada
tanggal 28 desember 2019 pukul 13.34 WIB.
5. https://communicationdomain.wordpress.com/2010/12/18/fundamental-
interpersonal-relationship-orientation/
6. https://didietx-fuera.blogspot.com/2014/09/teori-firo-fundamental-
interpersonal.html?m=1

13

Anda mungkin juga menyukai