Hubungan yang sangat dekat terjalin antara moralitas dan budaya. Prinsip
moral dan etika menyediakan pedoman bagi perilaku orang-orang mengenai
apa yang sesuai dan tidak sesuai. Pedoman ini merupakan hasil dari budaya
spesifik dan masyarakat, kemudian diwariskan dari generasi ke generasi
berikutnya.
Moralitas berfungsi sebagai dasar hukum, yang merupakan pedoman formal
untuk perilaku yang sesuai dan tidak sesuai.
Teori dominan tentang penalaran moral dalam psikologi perkembangan
adalah teori yang diajukan oleh Kohlberg. Teori ini didasarkan pada karyakarya Piaget megenai perkembangan kognitif
Teori Kohlberg melihat ada tiga tahap umum perkembangan penalaran moral
(prakonvensional, kovensional, dan pascakonvensional), selanjutnya tiap-tiap
tahap terbagi kembali kedala dua tahap. Sehingga menjadi 6 sub tahap
perkembangan moral.
Moralitas prekonvensional memiliki penekanan pada kepatuhan terhadap
aturan untuk menghindari hukuman dan mendapat hadiah.
Moralitas konvensional memiliki penekanan pada konformitas pada aturan
yang ditentukan oleh persetujuan orang lain atau aturan-aturan masyarakat.
Moralitas pascakonvensional memiliki penekanan pada prinsip-prinsip dan
hati nurani individual.
Kajian yang dilakukan oleh Gilligan dan rekan-rekannya (Gilligan, 1982)
menyatakan bahwa keenam sub-tahap teori tersebut memilki bias yang
berkaitan dengan cara pandang khas antara laki-laki dan perempuan dalam
memandang hubungan. Menurutnya, penalaran moral laki-laki dikaitkan
dengan keadilan, sedangkan perempuan dikaitkan dengan tugas dan
tanggung jawab.
Conclusion (Kesimpulan)