Disusun Oleh:
Mega Larasati (21011152)
Novia Rahmadani (21011294)
Roy Ferguson Situmorang (21011184)
Septia Nanda (21011190)
Trio Kurnia Putra (21011325)
Vildha Okta Sofyan (21011204)
Dosen Pengampu:
Indriyani Santoso, S.Psi., M.Si.
DEPARTEMEN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
TUJUAN
Kegiatan psikoedukasi dari Kelompok 2 Mahasiswa Psikologi Universitas
Negeri Padang dengan tema Self-Disclosure pada remaja Panti Asuhan Baitul
Hidayah Almukarromah memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah
1. Memberikan pemahaman tentang definisi keterbukaan diri (self-
disclosure).
2. Memberikan pemahaman mengenai penyebab rendahnya self-disclosure.
3. Memberikan pemahaman mengenai dampak dari rendahnya self-
disclosure.
4. Memberikan pemahaman mengenai pentingnya meningkatkan self-
disclosure.
5. Memberikan pemahaman mengenai cara untuk meningkatkan self-
disclosure.
Setelah mereka memahami beberapa aitem diatas, kami berikan kuesioner
kepada mereka untuk mengetahui tingkat self-disclosure mereka. Setelah itu kami
berikan pemahaman berupa materi mengenai pentingnya meningkatkan self-
disclosure, penyebab rendahnya self-disclosure, efek dan dampak dari rendahnya
self-disclosure dan cara untuk meningkatkan self-disclosure serta games yang
dapat menumbuhkan keterbukaan diantara mereka agar mereka dapat memahami
dan mengaplikasikannya ke kehidupan mereka sehari-hari.
Tahap akhir yang diharapkan dari pemberian psikoedukasi ini adalah
tertanamnya mindset bahwa sikap membuka diri bukanlah suatu hal yang
memalukan dan perlu ditakutkan akan pandangan orang lain. Remaja Panti
Asuhan Baitul Hidayah Almukarromah diharapkan dapat menanamkan mindset
tersebut kapanpun saat mereka membutuhkannya. Dan, mereka dapat
menyampaikan informasi yang didapatkan dari psikoedukasi ini kepada teman –
teman, maupun orang – orang yang membutuhkan.
MATERI
A. Definisi Self-Disclosure
Self-disclosure atau keterbukaan diri adalah proses dimana seseorang
berbicara tentang pikiran, perasaan, atau pengalaman pribadi mereka
kepada orang lain. Self-disclosure dapat terjadi dalam berbagai bentuk,
seperti cerita tentang pengalaman hidup, perasaan, pikiran, dan nilai-nilai
yang dimiliki oleh seseorang.
Self-Disclosure (Keterbukaan diri) merupakan faktor yang penting
dalam menciptakan hubungan yang lebih dekat. Keterbukaan diri atau self
disclosure adalah saling memberikan data-data biografis, gagasan pribadi,
dan perasaan perasaan yang tidak diketahui bagi orang lain, dan umpan
balik berupa verbal dan respon respon fisik terhadap orang atau pesan-
pesan mereka dalam suatu hubungan (Budyatna. M & Ganiem, L .M
dalam Nawafilaty, 2015)
Menurut Triadimas, dkk. (2015), self-disclosure memiliki beberapa
manfaat seperti meningkatkan kepercayaan, keakraban, dan kedekatan
antara individu, serta dapat membantu individu untuk memahami dirinya
sendiri dan orang lain. Namun, self-disclosure juga dapat berisiko seperti
terjadinya pelanggaran privasi atau penggunaan informasi yang
diungkapkan untuk kepentingan lain.
Dalam kesimpulannya, self-disclosure merupakan proses dimana
seseorang mengungkapkan informasi pribadi tentang dirinya kepada orang
lain. Self-disclosure dapat memiliki manfaat dalam meningkatkan
kepercayaan, keakraban, dan kedekatan antara individu, serta
mempengaruhi kualitas hubungan interpersonal. Namun, self-disclosure
juga dapat berisiko dan perlu dilakukan dengan tepat dan proporsional
dengan tetap memperhatikan keterbukaan.
Berikut adalah beberapa contoh self-disclosure:
1. Mengungkapkan perasaan: Seorang individu menceritakan tentang
perasaan yang sedang dirasakannya pada seseorang yang
dipercayainya, seperti rasa sedih, marah, atau senang.
2. Mengungkapkan pengalaman pribadi: Seorang individu
menceritakan pengalaman pribadi yang dialaminya, baik itu
pengalaman yang menyenangkan atau tidak menyenangkan.
3. Mengungkapkan preferensi atau hobi: Seorang individu
menceritakan preferensi atau hobi yang disukainya, seperti musik,
film, atau olahraga.
4. Mengungkapkan nilai atau keyakinan: Seorang individu
menceritakan nilai atau keyakinan yang diyakininya dan dianggap
penting dalam hidupnya.
5. Mengungkapkan kelemahan atau kekurangan: Seorang individu
menceritakan tentang kelemahan atau kekurangan yang
dimilikinya, seperti kurang percaya diri atau sulit mengambil
keputusan.
B. Penyebab Rendahnya Self-Disclosure
Banyak faktor yang bisa membuat seseorang enggan untuk membuka
diri atau melakukan self-disclosure, yaitu:
• Rasa takut/kurangnya rasa percaya diri: Seseorang bisa merasa
takut akan ditolak atau merasa tidak nyaman jika membuka diri
kepada orang lain. Rasa takut ini bisa muncul karena pengalaman
buruk di masa lalu atau karena ketidakpastian terhadap bagaimana
orang lain akan bereaksi terhadap self-disclosure tersebut.
• Rasa takut kehilangan privasi: Seseorang bisa merasa tidak nyaman
jika harus membuka informasi pribadi atau intim kepada orang lain
karena khawatir informasi tersebut akan disebarluaskan atau
disalahgunakan.
• Tidak adanya rasa saling percaya: Jika seseorang tidak merasa
memiliki hubungan yang cukup dekat dan saling percaya dengan
orang yang akan diajak berbicara, maka kemungkinan besar dia
akan enggan untuk membuka diri dan melakukan self-disclosure.
• Budaya atau norma yang menentang self-disclosure: Beberapa
budaya atau norma sosial bisa memandang self-disclosure sebagai
hal yang tidak sopan atau tidak pantas dilakukan. Selain itu,
beberapa budaya atau latar belakang keluarga mungkin
mengajarkan bahwa membuka diri secara emosional dianggap
lemah. Hal ini bisa membuat seseorang merasa enggan untuk
membuka diri meskipun merasa perlu atau ingin melakukannya.
• Kekhawatiran akan dihakimi atau dikritik: Orang sering kali
merasa takut untuk membuka diri karena takut dikhianati,
dihakimi, atau dikritik oleh orang lain. Mereka mungkin merasa
bahwa jika mereka membuka diri tentang perasaan dan pikiran
mereka, orang lain akan memanfaatkannya untuk tujuan mereka
sendiri atau mengevaluasi mereka secara negatif.
• Lingkungan yang tidak mendukung: Lingkungan sosial atau
keluarga yang tidak mendukung atau tidak ramah dapat
mempengaruhi seseorang untuk tidak membuka diri. Orang
mungkin merasa tidak aman atau tidak nyaman untuk berbagi
dalam lingkungan yang merendahkan atau tidak menghargai
kejujuran dan ketulusan.
Dalam banyak kasus, rendahnya self-disclosure adalah hasil dari
kombinasi dari beberapa faktor di atas. Namun, dengan memahami faktor-
faktor tersebut, seseorang dapat memperbaiki komunikasi dan hubungan
dengan orang lain dengan membuka diri secara lebih terbuka dan jujur.
A. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan psikoedukasi tentang Self-Disclosure di Panti Asuhan Baitul
Hidayah Almukarromah oleh kelompok 2 mahasiswa psikologi
Universitas Negeri Padang dilaksanakan pada:
Hari : Sabtu
Tanggal : 13 Mei 2023
Pukul : 09.00 – 14.00 WIB
Pelaksana : Kelompok 2
Sesi 2 : Materi
• Tujuan
Pemberian pemahaman mengenai definisi self-disclosure, penyebab
rendahnya self-disclosure, dampak dari rendahnya self-disclosure,
pentingnya meningkatkan self-disclosure dan cara meningkatkan self-
disclosure.
• Prosedur Kegiatan
1) Pemateri menanyakan ke audien mengenai pemahaman tentang
keterbukaan diri (self-disclosure)
2) Pemateri menjelaskan pengertian self-disclosure.
3) Pemateri menyampaikan penyebab rendahnya self-disclosure.
4) Pemateri menyampaikan dampak dari rendahnya self-disclosure.
5) Pemateri menyampaikan pentingnya meningkatkan self-disclosure.
6) Pemateri menyampaikan cara meningkatkan self-disclosure.
Sesi 10 : Penutup
• Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengakhiri sesi psikoedukasi dengan harapan
audien dapat menangkap edukasi yang diberikan dengan baik,
memberikan kesan dan pesan selama menjalankan kegiatan sekaligus
pemberian hadiah kepada pemenang game dan perpisahan.
• Prosedur Kegiatan
1) Fasilitator menyimpulkan keseluruhan materi dan kegiatan yang
telah dilaksanakan.
2) Fasilitator memberikan hadiah kepada tim yang menang dalam
games yang telah dilaksanakan.
3) Memberikan kesan dan pesan mengenai acara dan kegiatan yang
telah dilaksanakan
4) Fasilitator menutup serangkaian acara psikoedukasi dengan salam
dan doa.
DAFTAR PUSTAKA
Nawafilaty, T. (2015). Persepsi Terhadap Keharmonisan Keluarga, Self
Disclosure dan Deliquency Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia, 4(2).
Putri, D. S., & Sidiq Setyawan, M. I. (2017). Keterbukaan diri anak panti asuhan
dengan pengasuh (studi deskriptif kualitatif keterbukaan diri anak panti
asuhan usia remaja kepada pengasuh dalam penyesuaian diri di
lingkungan panti asuhan putri aisyiyah II) (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Safina, H. (2022). Hubungan Kepercayaan Diri Dengan Keterbukaan Diri (Self-
Disclosure) Pada Remaja Di Panti Asuhan Penyantun Islam Banda
Aceh (Doctoral dissertation, UIN Ar-Raniry).
Wardani, S. (2018). Self-disclosure dalam budaya Indonesia. Jurnal Psikologi
Pendidikan dan Konseling: Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan Konseling, 4(1), 70-77.
Lampiran
Lembar Pretest & Postest Skala Self-Disclosure
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1. Saya suka membagi perasaan yang saya alami
dengan teman saya
2. Saya tidak suka berbagi informasi pribadi saya
dengan teman, baik itu hobi maupun suasana hati
saya
3. Saya akan meminta bantuan kepada orang lain saat
saya tidak mampu melakukan sesuatu
4. Saya tidak akan meminta bantuan orang lain jika
saya tidak mampu melakukan sesuatu
5. Saya bisa berterus terang pada teman tentang sesuatu
yang tidak bisa saya lakukan
6. Saya tidak bisa berterus terang pada teman tentang
sesuatu yang tidak bisa saya lakukan
7. Saya sering berbagi cerita tentang informasi pribadi
saya dengan teman saya
8. Saya tidak pernah berbagi informasi pribadi saya
pada teman saya
9. Saya akan terus memberitahu teman tentang masalah
yang saya hadapi sampai masalah itu selesai
10. Saya tidak akan memberitahu teman tentang masalah
yang saya hadapi walaupun masalah itu belum
selesai
11. Saya mampu menceritakan masalah yang saya hadapi
secara keseluruhan dengan teman dekat atau dengan
orang yang saya percayai
12. Saya tidak nyaman menceritakan semua masalah
pada orang lain meskipun dia orang yang saya
percayai
13. Saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam, saat
bercerita pada teman tentang masalah yang saya
hadapi
14. Saya tidak suka bercerita terlalu lama tentang
masalah saya
15. Saya berharap orang-orang terdekat saya mengerti
apa yang saya rasakan
16. Saya menyembunyikan permasalahan atau informasi
pribadi saya dari orang terdekat saya
17. Meskipun ada orang yang tidak dekat dengan saya,
saya akan tetap berbagi informasi pribadi saya
18. Bagi saya membagikan informasi pribadi pada orang
yang tidak dekat dengan saya bukanlah hal yang
penting
19. Saya merasa lebih nyaman saat berbagi cerita dengan
teman yang juga menghadapi masalah yang sama
dengan saya
20. Saya senang berbagi informasi pribadi saya dengan
teman-teman yang kondisinya sama dengan saya
21. Saya merasa tidak nyaman saat berbagi cerita dengan
teman yang kondisinya sama dengan saya
22. Saya merasa tidak semua informasi pribadi saya
harus saya ceritakan pada teman saya
23. Saya tidak bisa mengontrol diri saya untuk
mengungkap hal pribadi saya pada teman saya
24. Saya sering berbagi informasi tentang diri saya
kepada teman-teman saya dalam keadaan apapun
25. Saya tidak bisa terbuka terhadap masalah pribadi
kepada siapapun dan kapanpun
26. Saya merasa terlalu mudah dan sering
mengungkapkan hal-hal pribadi kepada teman
27. Saya merasa masalah yang saya hadapi sangat sulit
untuk saya ceritakan pada orang lain
28. Saya tidak bisa berkata dengan jujur pada teman saya
mengenai masalah pribadi saya
29. Saya senang berbagi informasi pribadi saya pada
orang lain dengan cerita apa adanya
30. Saya tidak senang berbagi informasi pribadi saya
dengan orang lain
31. Saya tidak pernah berbohong tentang informasi
pribadi saya pada teman saya
Lembar Pemahaman Self-disclosure sederhana.