Anda di halaman 1dari 21

JANGAN SIMPAN SENDIRIAN:

Menjelajahi Keberanian Self-Disclosure Remaja


(Panti Asuhan Baitul Hidayah Alukarromah)

Disusun Oleh:
Mega Larasati (21011152)
Novia Rahmadani (21011294)
Roy Ferguson Situmorang (21011184)
Septia Nanda (21011190)
Trio Kurnia Putra (21011325)
Vildha Okta Sofyan (21011204)

Dosen Pengampu:
Indriyani Santoso, S.Psi., M.Si.

DEPARTEMEN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
TUJUAN
Kegiatan psikoedukasi dari Kelompok 2 Mahasiswa Psikologi Universitas
Negeri Padang dengan tema Self-Disclosure pada remaja Panti Asuhan Baitul
Hidayah Almukarromah memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah
1. Memberikan pemahaman tentang definisi keterbukaan diri (self-
disclosure).
2. Memberikan pemahaman mengenai penyebab rendahnya self-disclosure.
3. Memberikan pemahaman mengenai dampak dari rendahnya self-
disclosure.
4. Memberikan pemahaman mengenai pentingnya meningkatkan self-
disclosure.
5. Memberikan pemahaman mengenai cara untuk meningkatkan self-
disclosure.
Setelah mereka memahami beberapa aitem diatas, kami berikan kuesioner
kepada mereka untuk mengetahui tingkat self-disclosure mereka. Setelah itu kami
berikan pemahaman berupa materi mengenai pentingnya meningkatkan self-
disclosure, penyebab rendahnya self-disclosure, efek dan dampak dari rendahnya
self-disclosure dan cara untuk meningkatkan self-disclosure serta games yang
dapat menumbuhkan keterbukaan diantara mereka agar mereka dapat memahami
dan mengaplikasikannya ke kehidupan mereka sehari-hari.
Tahap akhir yang diharapkan dari pemberian psikoedukasi ini adalah
tertanamnya mindset bahwa sikap membuka diri bukanlah suatu hal yang
memalukan dan perlu ditakutkan akan pandangan orang lain. Remaja Panti
Asuhan Baitul Hidayah Almukarromah diharapkan dapat menanamkan mindset
tersebut kapanpun saat mereka membutuhkannya. Dan, mereka dapat
menyampaikan informasi yang didapatkan dari psikoedukasi ini kepada teman –
teman, maupun orang – orang yang membutuhkan.
MATERI
A. Definisi Self-Disclosure
Self-disclosure atau keterbukaan diri adalah proses dimana seseorang
berbicara tentang pikiran, perasaan, atau pengalaman pribadi mereka
kepada orang lain. Self-disclosure dapat terjadi dalam berbagai bentuk,
seperti cerita tentang pengalaman hidup, perasaan, pikiran, dan nilai-nilai
yang dimiliki oleh seseorang.
Self-Disclosure (Keterbukaan diri) merupakan faktor yang penting
dalam menciptakan hubungan yang lebih dekat. Keterbukaan diri atau self
disclosure adalah saling memberikan data-data biografis, gagasan pribadi,
dan perasaan perasaan yang tidak diketahui bagi orang lain, dan umpan
balik berupa verbal dan respon respon fisik terhadap orang atau pesan-
pesan mereka dalam suatu hubungan (Budyatna. M & Ganiem, L .M
dalam Nawafilaty, 2015)
Menurut Triadimas, dkk. (2015), self-disclosure memiliki beberapa
manfaat seperti meningkatkan kepercayaan, keakraban, dan kedekatan
antara individu, serta dapat membantu individu untuk memahami dirinya
sendiri dan orang lain. Namun, self-disclosure juga dapat berisiko seperti
terjadinya pelanggaran privasi atau penggunaan informasi yang
diungkapkan untuk kepentingan lain.
Dalam kesimpulannya, self-disclosure merupakan proses dimana
seseorang mengungkapkan informasi pribadi tentang dirinya kepada orang
lain. Self-disclosure dapat memiliki manfaat dalam meningkatkan
kepercayaan, keakraban, dan kedekatan antara individu, serta
mempengaruhi kualitas hubungan interpersonal. Namun, self-disclosure
juga dapat berisiko dan perlu dilakukan dengan tepat dan proporsional
dengan tetap memperhatikan keterbukaan.
Berikut adalah beberapa contoh self-disclosure:
1. Mengungkapkan perasaan: Seorang individu menceritakan tentang
perasaan yang sedang dirasakannya pada seseorang yang
dipercayainya, seperti rasa sedih, marah, atau senang.
2. Mengungkapkan pengalaman pribadi: Seorang individu
menceritakan pengalaman pribadi yang dialaminya, baik itu
pengalaman yang menyenangkan atau tidak menyenangkan.
3. Mengungkapkan preferensi atau hobi: Seorang individu
menceritakan preferensi atau hobi yang disukainya, seperti musik,
film, atau olahraga.
4. Mengungkapkan nilai atau keyakinan: Seorang individu
menceritakan nilai atau keyakinan yang diyakininya dan dianggap
penting dalam hidupnya.
5. Mengungkapkan kelemahan atau kekurangan: Seorang individu
menceritakan tentang kelemahan atau kekurangan yang
dimilikinya, seperti kurang percaya diri atau sulit mengambil
keputusan.
B. Penyebab Rendahnya Self-Disclosure
Banyak faktor yang bisa membuat seseorang enggan untuk membuka
diri atau melakukan self-disclosure, yaitu:
• Rasa takut/kurangnya rasa percaya diri: Seseorang bisa merasa
takut akan ditolak atau merasa tidak nyaman jika membuka diri
kepada orang lain. Rasa takut ini bisa muncul karena pengalaman
buruk di masa lalu atau karena ketidakpastian terhadap bagaimana
orang lain akan bereaksi terhadap self-disclosure tersebut.
• Rasa takut kehilangan privasi: Seseorang bisa merasa tidak nyaman
jika harus membuka informasi pribadi atau intim kepada orang lain
karena khawatir informasi tersebut akan disebarluaskan atau
disalahgunakan.
• Tidak adanya rasa saling percaya: Jika seseorang tidak merasa
memiliki hubungan yang cukup dekat dan saling percaya dengan
orang yang akan diajak berbicara, maka kemungkinan besar dia
akan enggan untuk membuka diri dan melakukan self-disclosure.
• Budaya atau norma yang menentang self-disclosure: Beberapa
budaya atau norma sosial bisa memandang self-disclosure sebagai
hal yang tidak sopan atau tidak pantas dilakukan. Selain itu,
beberapa budaya atau latar belakang keluarga mungkin
mengajarkan bahwa membuka diri secara emosional dianggap
lemah. Hal ini bisa membuat seseorang merasa enggan untuk
membuka diri meskipun merasa perlu atau ingin melakukannya.
• Kekhawatiran akan dihakimi atau dikritik: Orang sering kali
merasa takut untuk membuka diri karena takut dikhianati,
dihakimi, atau dikritik oleh orang lain. Mereka mungkin merasa
bahwa jika mereka membuka diri tentang perasaan dan pikiran
mereka, orang lain akan memanfaatkannya untuk tujuan mereka
sendiri atau mengevaluasi mereka secara negatif.
• Lingkungan yang tidak mendukung: Lingkungan sosial atau
keluarga yang tidak mendukung atau tidak ramah dapat
mempengaruhi seseorang untuk tidak membuka diri. Orang
mungkin merasa tidak aman atau tidak nyaman untuk berbagi
dalam lingkungan yang merendahkan atau tidak menghargai
kejujuran dan ketulusan.
Dalam banyak kasus, rendahnya self-disclosure adalah hasil dari
kombinasi dari beberapa faktor di atas. Namun, dengan memahami faktor-
faktor tersebut, seseorang dapat memperbaiki komunikasi dan hubungan
dengan orang lain dengan membuka diri secara lebih terbuka dan jujur.

C. Dampak dari Rendahnya Self-Disclosure


Jika seseorang memiliki tingkat self-disclosure yang rendah, hal ini
dapat berdampak negatif pada kehidupan sosial dan emosional mereka.
Salah satu dampak dari rendahnya self-disclosure adalah kurangnya
kedekatan antara seseorang dengan orang lain. Ketika seseorang tidak mau
berbagi tentang dirinya sendiri, orang lain mungkin merasa sulit untuk
membangun hubungan yang akrab dan intim dengannya. Selain itu,
ketidakmampuan untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran yang lebih
dalam juga dapat menyebabkan perasaan kesepian dan isolasi sosial.
Ketika seseorang tidak mau membuka diri secara emosional, ia juga
mungkin tidak akan mendapatkan dukungan sosial yang dibutuhkan ketika
mengalami kesulitan atau masalah. Ini bisa membuat stres dan masalah
emosional semakin memburuk dan memperburuk kesehatan mental
seseorang.
Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk menemukan
keseimbangan yang tepat dalam self-disclosure. Terlalu sedikit atau terlalu
banyak self-disclosure dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan
emosional dan hubungan sosial seseorang.

D. Pentingnya Meningkatkan Self-Disclosure


Self-disclosure merujuk pada proses komunikasi di mana seseorang
secara sadar mengungkapkan informasi pribadi tentang dirinya kepada
orang lain. Self-disclosure memiliki peran penting dalam membangun dan
memelihara hubungan interpersonal yang sehat dan berkelanjutan.
1. Self-disclosure dapat membangun kepercayaan antara individu.
Ketika seseorang membuka diri dan mengungkapkan informasi
pribadi kepada orang lain, itu dapat menunjukkan bahwa dia
percaya pada orang tersebut dan memperlakukan orang tersebut
dengan hormat.
2. Self-disclosure dapat meningkatkan pemahaman antarindividu.
Dengan mengungkapkan pemikiran, perasaan, dan pengalaman
pribadi, seseorang dapat membantu orang lain memahami
perspektif mereka dan mengembangkan empati terhadap orang
lain.
3. Self-disclosure dapat memperkuat ikatan interpersonal. Ketika
orang membagikan informasi pribadi dengan orang lain, mereka
dapat merasa lebih dekat dan lebih terhubung dengan orang
tersebut.

Self-disclosure juga dapat membantu kita untuk mengatasi masalah


pribadi atau trauma yang mungkin dialami. Dengan berbagi cerita tentang
diri kita sendiri, kita dapat memperoleh pemahaman dan dukungan dari
orang lain yang mungkin mengalami hal yang sama. Hal ini dapat
membantu kita merasa lebih baik dan lebih kuat secara emosional.
Namun, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penting untuk
berhati-hati dalam melakukan self-disclosure. Kita semua harus memilih
orang yang dapat dipercaya dan mempertimbangkan situasi dengan hati-
hati sebelum membagikan informasi pribadi. Selalu ingat bahwa ada orang
yang peduli dan siap membantu mereka, sehingga mereka tidak perlu
merasa sendirian.

E. Cara untuk Meningkatkan Self-Disclosure


Berikut adalah beberapa cara meningkatkan self-disclosure:
• Cari seseorang yang dapat dipercaya: Carilah orang yang dapat
dipercaya, seperti teman dekat, guru, atau pengasuh, yang dapat
diajak berbicara secara terbuka tentang hal-hal yang menjadi beban
hati kita.
• Buat lingkungan yang nyaman: Buatlah lingkungan yang nyaman
dan aman untuk berbicara dengan orang yang dipercaya. Bicaralah
pada saat dan tempat yang tepat agar kita merasa nyaman dan tidak
terganggu.
• Mulailah dengan hal kecil: Mulailah dengan berbicara tentang hal-
hal yang ringan atau tidak terlalu pribadi terlebih dahulu. Ini dapat
membantu kita merasa lebih nyaman untuk membangun hubungan
dan membuka diri lebih banyak.
• Terbuka dan jujur: Jangan takut untuk berbicara secara terbuka dan
jujur tentang perasaan dan pengalaman pribadi. Hal ini dapat
membantu orang lain memahami situasi dan memberikan
dukungan yang diperlukan.
• Berlatihlah: Latihlah diri untuk lebih terbuka dan berbicara tentang
perasaan dan pengalaman. Dengan latihan, kita akan menjadi lebih
percaya diri dalam melakukan self-disclosure.
• Gunakan media lain: Jika sulit untuk berbicara langsung, gunakan
media lain seperti menulis dalam jurnal, membuat catatan atau
menulis surat yang dapat membantu memperjelas perasaan dan
pikiran sebelum membagikan informasi pada orang lain.
Dengan mengikuti tips ini, kita dapat meningkatkan kemampuan self-
disclosure kita dan membangun hubungan yang lebih dekat dengan orang
lain. Ingatlah selalu untuk melakukan self-disclosure dengan bijak dan
hati-hati, dan jangan ragu untuk mencari bantuan dari orang-orang yang
dapat dipercaya.
RUNDOWN ACARA

A. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan psikoedukasi tentang Self-Disclosure di Panti Asuhan Baitul
Hidayah Almukarromah oleh kelompok 2 mahasiswa psikologi
Universitas Negeri Padang dilaksanakan pada:
Hari : Sabtu
Tanggal : 13 Mei 2023
Pukul : 09.00 – 14.00 WIB
Pelaksana : Kelompok 2

No Waktu Sesi Tujuan Metode Durasi Pelaksana Keterangan


1. 09.00- Pembukaan • Mengetahui • Ceramah 25 • Kelompok • Pembukaan
09.30 tujuan fasilitator • Instruksi menit 2 dengan
• Mengetahui • Pengisian perkenalan
tingkat self- kuesioner dan doa
disclosure • Menjelaskan
audien sebelum tujuan
diberikan • Memberikan
psikoedukasi soal pretest
• Mencairkan • Ice Breaking
suasana dan dengan
member jargon
sebelum materi
dimulai.
2. 09.35- Materi • Agar audien • Ceramah 20 • Mega • Menjelaskan
09.55 paham dan • Latihan menit • Novia materi
mengerti tentang self- tentang
definisi self- disclosure definisi self-
disclosure, sederhana disclosure,
penyebab penyebab
rendahnya self- rendahnya
disclosure, self-
dampak dari disclosure,
rendahnya self- dampak dari
disclosure, rendahnya
pentingnya self-
meningkatkan disclosure,
self-disclosure pentingnya
dan cara meningkatka
meningkatkan n self-
self-disclosure. disclosure
dan cara
meningkatka
n self-
disclosure.
3. 10.00- Ice breaking • Mencairkan 5 • Trio • Ice Breaking
10.05 Suasana menit “Lakukan apa
yang saya
katakana
bukan apa
yang saya
lakukan”
4. 10.05- Game 1 • Membantu Bermain 20 • Nanda • Bermain
10.20 audien merasa menit • Vildha “Baloon
nyaman dalam Games”
berbicara dimana
tentang rahasia masing-
atau fakta masing
pribadi mereka audien
dan untuk saling diminta
mengenal satu untuk
sama lain lebih mengisi fakta
dalam, dan atau rahasia
diharapkan dalam sebuah
mereka dapat kertas yang
lebih terbuka. akan
dimasukkan
kedalam
sebuah balon
yang akan
dilemparkan
secara
random ke
arah teman-
temannya.
5. 10.25- Game 2 • Membantu Bermain 50 • Mega • Bermain
11.15 audien menit • Roy “Berburu
meningkatkan bintang”
keterampilan dimana
berkomunikasi audien akan
dan rasa percaya dibagi
diri mereka menjadi
beberapa tim
dan diminta
untuk
mencari
bintang yang
berisi
tantangan.
6. 11.20- Ice Breaking • Mencairkan 5 • Trio • Ice Breaking
11.25 suasana menit “Tepuk 1-5”
7. 11.25- Pohon • Meningkatkan Menuliskan 15 • Nanda • Masing-
11.40 Harapan lingkungan panti harapan di menit • Novia masing
yang positif. pohon • Roy audien
• Agar audien harapan • Vildha diminta
dapat merasakan untuk
perhatian dan menuliskan
kasih sayang harapan
dari orang lain, mereka dan
serta merasa ditempelkan
dihargai dan ke poster
diakui pohon
keberadaannya. harapan.
Kegiatan ini
juga dapat
membantu
audien untuk
mengembangkan
kreativitas dan
imajinasi
mereka, serta
mengajarkan
nilai-nilai seperti
harapan,
kepercayaan
diri, dan tekad.
8. 11.40- Pembagian • Mengetahui • Instruksi 10 • Mega
12.00 soal posttest tingkat • Mengisi menit
keterbukaan diri kuesioner
audien setelah
diberikan
psikoedukasi
9. 12.00- • Istirahat 1 Jam • Roy
13.30 • Sholat 30 • Trio
• Makan menit
Bersama
10. 13.30- • Penyerahan • Memberikan 30 • Kelompok
14.00 hadiah hadiah sebagai menit 2
pemenang reward kepada
game pemenang game
• Evaluasi yang telah
dan diadakan
Penutup • Menyimpulkan
tentang kegiatan,
kesan dan pesan
untuk
pelaksanaan
acara.
• Fasilitator
menutup kegiatan
dengan doa
B. PROSEDUR KEGIATAN
Sesi 1 : Pembukaan
• Tujuan
Sebagai tahap pengenalan mengenai kegiatan yang akan dilakukan.
Pemberian soal pretest untuk mengetahui tingkat self-disclosure audien
sebelum psikoedukasi diberikan. Setelah itu diselingi ice breaking
untuk mencairkan suasana dan memberikan jargon.
• Prosedur kegiatan
1) Pembukaan dan pengenalan
o Fasilitator membuka kegiatan dengan salam dan doa
o Fasilitator memperkenalkan diri satu per satu
2) Pemberian soal pretest
3) Memberikan maksud dan tujuan
o Fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya
4) Memberikan Ice Breaking pada audien

Sesi 2 : Materi
• Tujuan
Pemberian pemahaman mengenai definisi self-disclosure, penyebab
rendahnya self-disclosure, dampak dari rendahnya self-disclosure,
pentingnya meningkatkan self-disclosure dan cara meningkatkan self-
disclosure.
• Prosedur Kegiatan
1) Pemateri menanyakan ke audien mengenai pemahaman tentang
keterbukaan diri (self-disclosure)
2) Pemateri menjelaskan pengertian self-disclosure.
3) Pemateri menyampaikan penyebab rendahnya self-disclosure.
4) Pemateri menyampaikan dampak dari rendahnya self-disclosure.
5) Pemateri menyampaikan pentingnya meningkatkan self-disclosure.
6) Pemateri menyampaikan cara meningkatkan self-disclosure.

❖ Latihan Self-disclosure sederhana


Setelah penyampaian materi secara jelas, kami mengajak peserta untuk
melakukan tahap awal self-disclosure yang sederhana. Setelah
mendengarkan dan memahami materi, silahkan peserta menjawab
perintah yang ada di lembar kerja pemahaman, yang berisi:
a. Tuliskanlah perasaan yang saat ini sedang anda rasakan!
b. Tuliskanlah pengalaman pribadi diri anda! (bebas berapa jumlah
pengalaman)
c. Tuliskanlah preferensi atau hobi anda!
d. Tuliskanlah nilai atau keyakinan yang anda anggap penting dalam
kehidupan!
e. Tuliskanlah kelemahan atau kekurangan yang anda sadari!

Sesi 3 : Ice breaking


• Tujuan
Sebagai tahap mencairkan suasana agar audien tidak tegang setelah
menerima materi yang disajikan pemateri.
• Prosedur Kegiatan
1) Fasilitator menjelaskan prosedur ice breaking “Lakukan apa yang
saya katatan bukan apa yang saya lakukan”
2) Fasilitator memberikan intruksi seperti misalnya, fasilitator
memerinntahkan untuk memegang telinga, namun fasilitator
memegang hidungnya.
3) Audien diharapkan untuk mengikuti instruksi fasilitator bukan apa
yang dilakukan fasilitator. Yang dimana artinya audien memegang
telinga mereka.

Sesi 4 : Game 1 (Baloon Games)


• Tujuan
Audien diharapkan mampu mengungkapkan rahasia atau fakta pribadi
mereka agar saling mengenal satu sama lain lebih dalam, dan
diharapkan mereka dapat lebih nyaman untuk terbuka dengan orang-
orang terdekat mereka.
• Prosedur Kegiatan
1) Fasilitator mengarahkan audien untuk duduk melingkar.
2) Fasilitator akan membagikan sebuah balon (dengan warna yang
sama), kertas yang sudah berisi kalimat “Ternyata di panti kita ada
lho yang…” dan pena kepada masing-masing audien
3) Fasilitator menjelaskan prosedur permainan yaitu “Baloon Games”
4) Masing-masing audien diminta untuk melanjutkan kalimat yang
sudah ada dikertas dengan fakta atau rahasia mengenai diri mereka
(yang ingin mereka bagikan) secara anonim di kertas yang telah
dibagikan.
5) Lalu kertas tersebut dimasukkan ke dalam balon yang telah
dibagikan dan kemudian ditiup oleh masing-masing audien.
6) Setelah balon ditiup, audien diminta untuk melempar-lemparkan
balon mereka secara random agar semua balon teracak.
7) Masing-masing audien diminta memilih balon yang sudah teracak
tersebut dan kemudian satu persatu dari mereka meletuskan balon
yang telah mereka pilih dan kemudian satu persatu dari mereka
membacakan apa yang ada dikertas yang mereka dapatkan.
8) Lalu, fasilitator akan melakukan spinner untuk memilih 2 audien
secara acak untuk menebak siapa penulis dari rahasia yang mereka
dapatkan.

Sesi 5 : Game 2 (Berburu Bintang)


• Tujuan
Audien diharapkan mampu menjalin kerja sama dan komunikasi yang
baik antara teman-temannya. Permainan ini juga diharapkan dapat
membantu audien meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan rasa
percaya diri mereka.
• Prosedur Kegiatan
1) Fasilitator membagi audien menjadi tiga kelompok
2) Fasilitator menjelaskan prosedur permainan yaitu “Berburu
Bintang”
3) Tiga kelompok yang telah ditentukan diminta untuk mencari 15
bintang yang telah disembunyikan oleh fasilitator di sekitar
halaman Panti Asuhan.
4) Bintang-bintang tersebut memiliki 3 warna yang berbeda dan poin
yang berbeda pula. Bintang berwarna hijau memiliki 2 poin,
bintang biru 3 poin dan bintang kuning memiliki 4 poin.
5) Masing-masing anggota tim hanya diperkenankan mencari satu
bintang, namun tetap boleh membantu anggota tim yang belum
menemukan bintang.
6) Waktu untuk mencari bintang diberikan selama 15 menit.
7) Setelah 15 menit, masing-masing anggota tim dikumpulkan dan
diminta untuk melakukan tantangan yang tertera pada masing-
masing bintang yang telah ditemukan.
8) Dalam setiap bintang memiliki tantangan yang berbeda-beda
(tantangan yang dapat melatih kemampuan berkomunikasi dan
meningkatkan kepercayaan diri). Semakin tinggi poin yang
terdapat dalam bintang tersebut, maka akan semakin sulit
tantangannya.
9) Apabila mereka dapat melakukan tantangan pada bintang tersebut,
maka mereka mendapatkan poin dari bintang tersebut.
10) Tim yang memperoleh poin tertinggilah yang akan menjadi
pemenangnya
Sesi 6 : Ice breaking
• Tujuan
Sebagai tahap mencairkan suasana agar audien tidak tegang setelah
menerima materi yang disajikan pemateri.
• Prosedur Kegiatan
1) Fasilitator menjelaskan prosedur ice breaking “Tepuk 1-5”
2) Audien diminta melakukan tepuk seperti instruksi yang
disampaikan oleh fasilitator.

Sesi 7 : Pohon Harapan


• Tujuan
Audien diharapkan dapat menuliskan harapan mereka kedepannya, hal
ini ditujukan untuk meningkatkan lingkungan panti yang positif. Selain
itu, kegiatan ini juga membuat audien dapat merasakan perhatian dan
kasih sayang dari orang lain, serta merasa dihargai dan diakui
keberadaannya. Kegiatan ini juga dapat membantu. audien untuk
mengembangkan kreativitas dan imajinasi mereka, serta mengajarkan
nilai-nilai seperti harapan, kepercayaan diri, dan tekad.
• Prosedur Kegiatan
1) Fasilitator menyediakan sebuah poster bergambar pohon, sebuah
kertas origami dan pena.
2) Fasilitator membagikan kertas origami dan pena tersebut kepada
audien.
3) Fasilitator menjelaskan prosedur kegiatan “pohon harapan”.
4) Masing-masing audien diminta untuk menuliskan harapan mereka
kedepannya (bukan cita-cita) ke dalam kertas tersebut.
5) Audien diberikan waktu 10 menit untuk menuliskan harapan
mereka tersebut.
6) Setelah mereka selesai menuliskannya, mereka diminta untuk
menempelkan harapan-harapan mereka tersebut pada poster pohon
harapan yang telah disediakan oleh fasilitator.

Sesi 8 : Pembagian soal Posttest


• Tujuan
Sebagai tahap untuk mengumpulkan data audien setelah melakukan
psikoedukasi dan mengetahui tingkat keterbukaan diri audien setelah
diberikan psikoedukasi
• Prosedur Kegiatan
1) Fasilitator membagikan soal posttest kepada masing-masing audien.
2) Audien diminta untuk mengisi lembar posttest tersebut.
3) Diberikan waktu 7 menit untuk mengisi lembar posttest tersebut.
4) Setelah audien mengisi lembar posttest, fasilitator mengumpulkan
lembar posttest yang telah diisi.

Sesi 9 : Istirahat, Sholat, Makan Bersama

Sesi 10 : Penutup
• Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengakhiri sesi psikoedukasi dengan harapan
audien dapat menangkap edukasi yang diberikan dengan baik,
memberikan kesan dan pesan selama menjalankan kegiatan sekaligus
pemberian hadiah kepada pemenang game dan perpisahan.
• Prosedur Kegiatan
1) Fasilitator menyimpulkan keseluruhan materi dan kegiatan yang
telah dilaksanakan.
2) Fasilitator memberikan hadiah kepada tim yang menang dalam
games yang telah dilaksanakan.
3) Memberikan kesan dan pesan mengenai acara dan kegiatan yang
telah dilaksanakan
4) Fasilitator menutup serangkaian acara psikoedukasi dengan salam
dan doa.
DAFTAR PUSTAKA
Nawafilaty, T. (2015). Persepsi Terhadap Keharmonisan Keluarga, Self
Disclosure dan Deliquency Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia, 4(2).
Putri, D. S., & Sidiq Setyawan, M. I. (2017). Keterbukaan diri anak panti asuhan
dengan pengasuh (studi deskriptif kualitatif keterbukaan diri anak panti
asuhan usia remaja kepada pengasuh dalam penyesuaian diri di
lingkungan panti asuhan putri aisyiyah II) (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Safina, H. (2022). Hubungan Kepercayaan Diri Dengan Keterbukaan Diri (Self-
Disclosure) Pada Remaja Di Panti Asuhan Penyantun Islam Banda
Aceh (Doctoral dissertation, UIN Ar-Raniry).
Wardani, S. (2018). Self-disclosure dalam budaya Indonesia. Jurnal Psikologi
Pendidikan dan Konseling: Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan Konseling, 4(1), 70-77.
Lampiran
Lembar Pretest & Postest Skala Self-Disclosure
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1. Saya suka membagi perasaan yang saya alami
dengan teman saya
2. Saya tidak suka berbagi informasi pribadi saya
dengan teman, baik itu hobi maupun suasana hati
saya
3. Saya akan meminta bantuan kepada orang lain saat
saya tidak mampu melakukan sesuatu
4. Saya tidak akan meminta bantuan orang lain jika
saya tidak mampu melakukan sesuatu
5. Saya bisa berterus terang pada teman tentang sesuatu
yang tidak bisa saya lakukan
6. Saya tidak bisa berterus terang pada teman tentang
sesuatu yang tidak bisa saya lakukan
7. Saya sering berbagi cerita tentang informasi pribadi
saya dengan teman saya
8. Saya tidak pernah berbagi informasi pribadi saya
pada teman saya
9. Saya akan terus memberitahu teman tentang masalah
yang saya hadapi sampai masalah itu selesai
10. Saya tidak akan memberitahu teman tentang masalah
yang saya hadapi walaupun masalah itu belum
selesai
11. Saya mampu menceritakan masalah yang saya hadapi
secara keseluruhan dengan teman dekat atau dengan
orang yang saya percayai
12. Saya tidak nyaman menceritakan semua masalah
pada orang lain meskipun dia orang yang saya
percayai
13. Saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam, saat
bercerita pada teman tentang masalah yang saya
hadapi
14. Saya tidak suka bercerita terlalu lama tentang
masalah saya
15. Saya berharap orang-orang terdekat saya mengerti
apa yang saya rasakan
16. Saya menyembunyikan permasalahan atau informasi
pribadi saya dari orang terdekat saya
17. Meskipun ada orang yang tidak dekat dengan saya,
saya akan tetap berbagi informasi pribadi saya
18. Bagi saya membagikan informasi pribadi pada orang
yang tidak dekat dengan saya bukanlah hal yang
penting
19. Saya merasa lebih nyaman saat berbagi cerita dengan
teman yang juga menghadapi masalah yang sama
dengan saya
20. Saya senang berbagi informasi pribadi saya dengan
teman-teman yang kondisinya sama dengan saya
21. Saya merasa tidak nyaman saat berbagi cerita dengan
teman yang kondisinya sama dengan saya
22. Saya merasa tidak semua informasi pribadi saya
harus saya ceritakan pada teman saya
23. Saya tidak bisa mengontrol diri saya untuk
mengungkap hal pribadi saya pada teman saya
24. Saya sering berbagi informasi tentang diri saya
kepada teman-teman saya dalam keadaan apapun
25. Saya tidak bisa terbuka terhadap masalah pribadi
kepada siapapun dan kapanpun
26. Saya merasa terlalu mudah dan sering
mengungkapkan hal-hal pribadi kepada teman
27. Saya merasa masalah yang saya hadapi sangat sulit
untuk saya ceritakan pada orang lain
28. Saya tidak bisa berkata dengan jujur pada teman saya
mengenai masalah pribadi saya
29. Saya senang berbagi informasi pribadi saya pada
orang lain dengan cerita apa adanya
30. Saya tidak senang berbagi informasi pribadi saya
dengan orang lain
31. Saya tidak pernah berbohong tentang informasi
pribadi saya pada teman saya
Lembar Pemahaman Self-disclosure sederhana.

Berikan jawaban terbaikmu dalam perintah di bawah ini!!


a. Tuliskanlah perasaan yang saat ini sedang anda rasakan!
b. Tuliskanlah pengalaman pribadi diri anda! (bebas berapa jumlah pengalaman)
c. Tuliskanlah preferensi atau hobi anda!
d. Tuliskanlah nilai atau keyakinan yang anda anggap penting dalam kehidupan!
e. Tuliskanlah kelemahan atau kekurangan yang anda sadari!

Anda mungkin juga menyukai