Anda di halaman 1dari 49

INTEGRITAS AKADEMIK

DAN RUJUKAN
A . R I D WA N S I R E G A R
INTEGRITAS AKADEMIK

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 2


INTEGRITAS AKADEMIK
Integritas: ketaatan terhadap
prinsip-prinsip moral dan etika
Integritas akademik (academic
integrity): kepatuhan yang tinggi
terhadap kesepakatan perilaku
akademik

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 3


PRINSIP DASAR INTEGRITAS
Integritas akademik ditegakkan dengan 5
prinsip dasar:
1. kejujuran (honesty)
2. saling percaya (trust)
3. keterbukaan (fairness)
4. saling menghormati (respect), dan
5. rasa bertanggungjawab (responsibility)
(https://academicintegrity.org/wp-
content/uploads/2017/12/Fundamental-Values-2014.pdf)

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 4


KEHORMATAN
Konsep integritas dalam konteks lain disebut
kehormatan (honor)
Contoh Kode Kehormatan:
“A cadet will not lie, cheat, steal, or tolerate
those who do.” (The US Military Academy at
West Point)

Honor Code Monument at West Point


ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 5
KEHORMATAN
Integritas/kehormatan berfungsi sebagai bentuk
“kontrak sosial” di mana setiap individu
melepaskan hak-hak tertentu untuk meciptakan
lingkungan yang wajar
Hal ini bermakna bahwa setiap individu memiliki
tugas untuk mengikuti aturan-aturan dan norma-
norma akademik dan memastikan bahwa rekan
sejawat (peers) mereka juga mengikuti aturan-
aturan dan norma-norma tersebut

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 6


CONTOH KETIDAKJUJURAN
(DISHONESTY)
Teman baik anda memiliki masalah dan memerlukan
nilai “C” sebagai persyaratan untuk memperoleh
beasiswa. Dia meminta untuk menyontek ujian anda
“hanya sekali ini saja”. Anda setuju karena anda
berpikir bahwa anda tidak melakukan kesalahan.
Apakah ini termasuk curang? Ya, karena dengan
membiarkan seseorang menyontek ujian anda, anda
bersalah memberikan informasi dan termasuk
kecurangan (cheating)

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 7


KEJUJURAN
Kejujuran merupakan fondasi karya
akademik yang baik
Hindarkan:
plagiarisme,
kolaborasi yang tidak sah,
menyontek, atau
memfasilitasi kecurangan dalam
berbagai tugas akademik

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 8


PERILAKU BURUK
Tiga perilaku buruk (academic misconduct)
yang harus dihindari oleh para mahasiswa
dan dosen:
1. Fabrikasi
2. Falsifikasi, dan
3. Plagiarisme

(https://ori.hhs.gov/federal-research-misconduct-policy)

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 9


FABRIKASI
Fabrikasi (fabrication) adalah membuat atau memalsukan data
atau hasil
Contoh:
 Peneliti atau pewawancara mengisi sendiri kuesioner di
mana responden yang sesungguhnya tidak pernah
diwawancarai (subjeknya fiktif)
 Pembuatan rangkaian data (data set) untuk eksperimen yang
sebenarnya tidak pernah dilakukan
 Penambahan data fiktif terhadap data ril untuk tujuan
memberikan tambahan validitas secara statistik

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 10


FALSIFIKASI
Falsifikasi (falsification) adalah pemanipulasian bahan,
peralatan, atau proses
Contoh:
 Mengubah data untuk memodifikasi variasi di dalam data
 Memalsukan tanggal dan prosedur eksperimen penelitian
 Salah dalam menggambarkan hasil dari analisis statistik
 Salah mengambarkan metode suatu eksperimen seperti
model yang digunakan untuk melakukan eksperimen
 Penambahan pernyataan yang salah atau menyesatkan
dalam manuskrip atau karya yang dipublikasikan

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 11


PLAGIARISME
Plagiarisme (plagiarism) adalah
pengambilan gagasan/ide, proses, hasil, atau
kata-kata penulis lain tanpa memberikan
penghargaan yang layak, baik disengaja
(intentional plagiarism) maupun tidak
disengaja (unintentional plagiarism)
Pelaku disebut plagiator (plagiarius) atau
penculik harfiah (literally kidnapper)

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 12


DEFINISI PLAGIARISME
Permendiknas No. 17/2010, Pasal 1, Angka 1,
tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di
Perguruan Tinggi:
◦ Plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau
tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba
memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya
ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh
karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya
ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara
tepat dan memadai

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 13


CAKUPAN PLAGIARISME
Permendiknas No. 17/2010, Pasal 2, Ayat (1), plagiat meliputi tetapi tidak terbatas pada:
1. mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau
informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan
dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;
2. mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data
dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan
kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai secara memadai;
3. menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa
menyatakan sumber secara memadai;
4. merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari suatu sumber kata-
kata dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa
menyartakan sumber secara memadai;
5. menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan
oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara
memadai.

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 14


JENIS PLAGIARISME
1. Plagiarisme ide (plagiarism of ideas)
2. Plagiarisme teks (plagiarism of text)
disebut juga direct plagiarism
3. Plagiarisme mosaik (mosaic plagiarism)
4. Plagiarisme karya sendiri (self plagiarism)
disebut juga auto-plagiarism
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4212376/)

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 15


PLAGIARISME IDE
Penulis tidak menyalin kata-kata dan frasa dari
artikel asli tetapi ia menggunakan ide, pemikiran,
atau penemuan yang sama dan menyajikannya
sebagai karya sendiri tanpa mencantumkan
sumbernya dengan cara yang tepat
Contoh: Peneliti setelah melakukan penelusuran
berbagai artikel terdahulu, kemudian
menyajikannya seolah-olah sesuatu yang baru

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 16


PLAGIARISME TEKS
Menyalin suatu porsi teks dari sumber
lain dan mencantumkan sumbernya,
tetapi tidak mencantumkan tanda dua
petik (“…”) pada teks yang dipinjam
(word-for-word plagiarism atau cut-
copy-paste)

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 17


PLAGIARISME MOSAIK
Meminjam ide dan opini dan beberapa kata
dan ungkapan secara harfiah dari sumber
orisinal tanpa penghargaan kepada
pengarangnya
Plagiator menjalin antara ide dan opininya
sendiri dengan ide dan opini para penulis
aslinya sehingga menciptakan kebingungan

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 18


PLAGIARISME DIRI SENDIRI
Penggunaan kembali bagian signifikan,
identik, atau hampir identik dari karya
sendiri tanpa mencantumkan sumber
aslinya
Menggunakan kembali karya yang sudah
pernah digunakan untuk tujuan lain untuk
memperoleh kredit, dikenal dengan istilah
daur-ulang (recycling)

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 19


UKURAN PLAGIARISME
Pencurian tulisan atau karya orang lain
berupa satu:
kalimat
frasa (ungkapan)
Kata
bab atau lebih

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 20


TANPA PLAGIARISME, ANDA
1. merasa lebih percaya diri ketika membuat karya
tulis
2. merasa lebih percaya diri ketika diskusi seminar
3. mengetahui bagaimana mengutarakan suatu
pendapat akademik, didukung oleh sumber
informasi yang handal
4. memiliki kemampuan lebih baik dalam
menjawab pertanyaan dalam presentasi

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 21


TANPA PLAGIARISME
5. mengembangkan pengetahuan subyek anda
6. memperoleh kredibilitas akademik (selanjutnya
kredibilitas dalam pekerjaan)
7. memiliki kebanggaan terhadap karya anda: semuanya
adalah milik anda
8. menangani pekerjaan dengan percaya diri, menyadari
bahwa anda tidak dipandang tidak kompeten dalam hal
keterampilan dasar penanganan informasi
*Pyper H. (2000) Avoiding plagiarism: Advice for students. Leeds:
University of Leeds.

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 22


BAGAIMANA MENGIDENTIFIKASI
PLAGIARISME
Penelusuran indeks rekord metadata dapat
menunjukkan kemungkinan plagiarisme
Identifikasi plagiarisme dapat dilakukan melalui
penyandingan dua atau lebih dokumen
elektronik, misalnya dengan menggunakan
Turnitin Perangkat lunak dapat mendeteksi
bahkan frasa pendek dari sumber aslinya
Turnitin is a commercial, Internet-based
plagiarism detection service launched in 1997

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 23


SANKSI PLAGIARISME
1. UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
◦ Apabila karya digunakan untuk memperoleh gelar akademik,
profesi, atau vokasi terbukti merupakan jiplakan, gelar dapat
dicabut (Psl. 25 Ayat 2) dan/atau pidana penjara paling lama 2
tahun dan atau pidana denda paling banyak 200 juta rupiah
(Psl. 70)
2. KUHP
◦ Pelanggaran hak cipta dengan ancaman pidana penjara paling
singkat satu bulan dan/atau denda paling sedikit satu juta
rupiah, atau pidana penjara paling lama 7 tahun dan/atau
denda paling banyak 5 milyar rupiah

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 24


SANKSI PLAGIARISME
3. Permendiknas 17/2010
a. Teguran
b. Peringatan tertulis
c. Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa
d. Pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang
diperoleh mahasiswa
e. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai
mahasiswa
f. Pemberhentian dengan tidak hormat dari status sebagai
mahasiswa
g. Pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu
program
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 25
RUJUKAN DAN GAYA SITASI

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 26


RUJUKAN (REFERENCES)
Rujukan memberitahukan sumber
informasi atau gagasan yang telah
dipergunakan dalam suatu tulisan
Rujukan merupakan kombinasi sitasi
pada teks dan entri bibliografisnya pada
daftar pustaka

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 27


PERLU RUJUKAN
Kata-kata eksak atau frasa unik dari suatu sumber
Diagram, ilustrasi, bagan, dan gambar
Informasi yang diperoleh dari suatu wawancara
Kata-kata atau gagasan seseorang yang bersumber
dari jurnal, majalah, buku, surat kabar, lagu,
program TV, film, halaman web, program komputer,
surat, iklan, atau media lainnya
Gagasan yang diberikan oleh seseorang dalam
suatu percakapan atau melalui e-mail

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 28


TUJUAN RUJUKAN
Menjunjung tinggi kejujuran intelektual
atau menghindarkan plagiarisme*
Membantu pembaca mengukur
kekuatan dan validitas bahan yang
digunakan penulis**
*Massachusetts Institute of Technology, "What Does it Mean to Cite?"
MIT Academic Integrity.
http://web.mit.edu/academicintegrity/citing/whatandwhy.html
**Association of Legal Writing Directors and Darby Dickerson, ed.,
ALWD Citation Manual: A Professional System of Citation, 4th
ed.(New York: Aspen, 2010), 3.

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 29


KUTIPAN LANGSUNG
(DIRECT QUOTATION)
Ketika anda menggunakan ungkapan atau
kalimat penulis lain (copy + paste), selain
mencantumkan sumbernya, juga harus memberi
tanda dua petik untuk ungkapan atau kalimat
yang diambil
Contoh:
Supomo³ menyatakan bahwa “tata susila
adalah sesuatu yang penting meskipun topik
tersebut terlalu sering diabaikan“.
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 30
KUTIPAN TIDAK LANGSUNG
(IN-DIRECT QUOTATION)
Apabila anda menggunakan ide atau gagasan
penulis lain, di mana ide atau gagasan tersebut
ditulis ulang (paraphrase), cukup mencantumkan
sumbernya
Contoh:
Pandangan yang berbeda perlu dihilangkan
atau direkonsiliasi melalui suatu negosiasi yang
rasional¹.

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 31


CARA MELAKUKAN PARAFRASE
1. Baca ulang secara cermat apa yang hendak dikutip,
singkirkan naskah asli agar tidak terpengaruh untuk
menggunakan kata-kata yang sama, gunakan kata-kata
dan ide sendiri dengan cara berlatih
2. Periksa dan baca kembali parafrase yang anda buat,
bandingkan dengan naskah aslinya untuk memastikan
bahwa penggunaan kata-kata atau istilah dan
informasi yang hendak disampaikan sudah tepat

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 32


GAYA SITASI (CITATION STYLES)
Suatu gaya sitasi mengatur tentang
informasi yang perlu dicantumkan untuk
suatu sitasi pada teks (in-text citation) dan
bagaimana susunannya termasuk
penggunaan tanda-tanda baca
Ada banyak cara yang berbeda dalam
mensitasi sumber-sumber yang dikutip

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 33


CONTOH GAYA SITASI
Turabian  semua bidang
Chicago  semua bidang
MLA (Modern Language Association)  Humaniora
APA (American Psychological Association)  Ilmu-ilmu sosial,
Pendidikan, Bisnis
AMA (American Medical Association)  kedokteran, kesehatan
dan biologi
NLM (National Library of Medicine)  kedokteran, kesehatan
dan biologi
Vancouver  kedokteran

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 34


CONTOH GAYA SITASI
CSE (Council of Science Editors)  Ilmu Hayati, Ilmu Fisika,
Matematik
ACS (American Chemical Society)
APSA (American Political Science Association)  Ilmu politik
CBE (Council of Biology Editors) Biologi
IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers)  Elektro
ASA (American Sociological Association)
MHRA (Modern Humanities Research Association)
Dll.

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 35


PEMILIHAN GAYA SITASI
Terdapat seratusan gaya sitasi yang harus dipilih
ketika mengutip sumber-sumber bahan
penelitian
Setiap disiplin ilmu menggunakan gaya sitasi
yang lazim digunakan dalam komunitasnya
Setiap departemen atau program studi biasanya
menetapkan penggunaan salah satu standar
Jika tidak ada ketentuan, penulis dapat memilih
sendiri standar yang akan digunakannya

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 36


KESALAHAN YANG SERING
TERJADI
Penulis tidak konsisten menggunakan satu
gaya sitasi, sehingga hasilnya menjadi gado-
gado
Pembimbing adakalanya langsung
mengoreksi gaya sitasi yang dibuat oleh
mahasiswa tanpa memberitahu atau
menanyakan lebih dahulu standar gaya sitasi
yang digunakan

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 37


SISTEM SITASI (FORMAT SITASI)
1. Sistem Kurung (Nama dan Tahun/
Parenthetical Referencing/Harvard
Referencing)  menggunakan nama dan
tahun
2. Sistem Urutan (Note Systems) 
menggunakan superscript Arabic numeral
a. Footnotes (catatan kaki)
b. Endnotes/References (catatan
akhir/rujukan)
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 38
VARIASI SISTEM KURUNG
DALAM TEKS
MLA
 Format: (nama akhir pengarang nomor halaman)
 Contoh: (Lubis 63)
APA
 Format: (nama akhir pengarang nomor halaman, tahun, p.
nomor halaman)
 Contoh: (Lubis, 1998, p. 63)
Chicago
 Format: (nama akhir pengarang tahun, nomor halaman)
 Contoh: (Lubis 1998, 63)

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 39


PENCANTUMAN NOMOR
HALAMAN
Kutipan tidak langsung:
Contoh: .... (Crockatt, 1995)
Kutipan langsung:
Contoh: "The potentially contradictory
nature of Moscow's priorities surfaced first
in its policies towards East Germany and
Yugoslavia," (Crockatt, 1995, p. 1).

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 40


CONTOH SISTEM KURUNG
Hasil studi yang dilakukan oleh Hawaii’s Ocean Mammal
Institute menunjukkan bahwa ikan hiu terpengaruh oleh
kebisingan mesin kapal (Calvez 2004, p. 41).
atau:
Menurut Calvez (2004), studi yang dilakukan oleh Hawaii’s
Ocean Mammal Institute menunjukkan bahwa ikan hiu
terpengaruh oleh kebisingan mesin kapal (p. 41).
Catatan:
p. untuk 1 halaman
pp. untuk lebih dari 1 halaman, contoh: pp. 10,12; pp. 7-9

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 41


CONTOH SISTEM URUTAN
Hasil studi yang dilakukan oleh Hawaii’s Ocean
Mammal Institute menunjukkan bahwa ikan hiu
terpengaruh oleh kebisingan mesin kapal¹.
atau:
Menurut Calvez¹, studi yang dilakukan oleh
Hawaii’s Ocean Mammal Institute menunjukkan
bahwa ikan hiu terpengaruh oleh kebisingan
mesin kapal.

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 42


KONSEKUENSI PILIHAN
SISTEM SITASI
Sistem Kurung  sitasi pada teks dapat
merujuk langsung ke Daftar Pustaka
(Bibliography)
Sistem Urutan  sitasi pada teks tidak
dapat merujuk langsung ke Daftar Pustaka,
tetapi ke Rujukan (References) pada akhir
artikel/makalah atau pada akhir setiap bab
karya monograf
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 43
CONTOH KUTIPAN DALAM TEKS (IN-
BODY CITATION) SISTEM KURUNG
In relation to a dynamic location, Daskin and Owen (1998) divides into
two dynamic locations categories namely ... The dynamic single facility
location model was first introduced by Ballou in 1968 that explains how
to put the warehouse to maximize profits through a particular plan.
Ballou receipts deterministic dynamic optimal solutions. Ballou’s
approach is optimized by Sweeney & Thatam (1976) and found a rank
order (Rt) of best solution. However, Ballou, Sweeney & Thatam not
consider the cost as variable constraints. Welowsky (1976) suggested to
include the cost factor as a variable constraint in making facility’s
relocation decision, especially in an emerging region whereby an
increasing number of population, the location of existing facilities must
have a minimal cost (Drezner & Welowsky, 1991). Meanwhile a model of
multi-location dynamic facilities mentioned by Scott (1991) is an
extension of a dynamic model of single facility location.

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 44


CONTOH BIBLIOGRAPHY (DAFTAR
PUSTAKA) SISTEM KURUNG
Daskin, M. S. (1995). Network and discrete location: Models,
algorithms, and applications. New York: Wiley Interscience.
Drezner, Z. & G. O. Welowsky (1991). Facility location when demand is time
dependent. Naval Research Logistics, 38: 763-777.
Scott, A. J. (1991). Dynamic location-allocation systems: some basic
planning strategies. Environment and Planning, 3: 73-82.
Sweeney, D. J. & R. L. Tatham (1976). An improved long-run model
for multiple warehouse location. Management Science, 22 (7):
748-758.
Welowsky, G. O. & W. G. Truscott (1976). The multiperiod location-
allocation problem with relocation of facilities. Management
Science, 22 (1): 57-65.
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 45
CONTOH KUTIPAN DALAM TEKS
(IN-BODY CITATION) SISTEM URUTAN
Rheumatoid arthritis affects almost 1% of the population1
and is associated with rapid functional loss2,3 and reduced
life expectancy.4 Guidelines5,6 delineate goals for
treatment, including preservation of function, prevention
or control of joint damage, and remission of disease
activity. Tumour necrosis factor (TNF) is a key cytokine in
the pathogenesis of rheumatoid arthritis.7-9 Successful
treatment of clinical signs and symptoms and radiographic
progression has been reported for three TNF-blocking
drugs, two monoclonal antibodies10,11 and a recombinant
TNF receptor.12-14

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 46


CONTOH REFERENCES
(RUJUKAN) SISTEM URUTAN
1 Silman AJ, Hochberg MC. Epidemiology of the rheumatic diseases. New York: Oxford
University Press, 1993.
2 Drossaers-Bakker KW, de Buck M, van Zeben D, Zwinderman AH, Breedveld FC, Hazes JM.
Long-term course and outcome of functional capacity in rheumatoid arthritis: the effect
of disease activity and radiologic damage over time. Arthritis Rheum 1999; 42: 1854–60.
3 Eberhardt KB, Fex E. Functional impairment and disability in early rheumatoid arthritis:
development over 5 years. J Rheumatol 1995; 22: 1037–42.
4 Pincus T, Sokka T, Wolfe F. Premature mortality in patients with rheumatoid arthritis:
evolving concepts. Arthritis Rheum 2001; 44: 1234–36.
5 Furst DE, Breedveld FC, Kalden JR, et al. Updated consensus statement on biological
agents for the treatment of rheumatoid arthritis and other rheumatic diseases (May
2002). Ann Rheum Dis 2002; 61 (suppl 2): ii2–7.
6 American College of Rheumatology Subcommittee on Rheumatoid Arthritis Guidelines.
Guidelines for the management of rheumatoid arthritis: 2002 update. Arthritis Rheum
2002; 46: 328–46.
7 Brennan FM, Chantry D, Jackson A, Maini R, Feldmann M. Inhibitory effect of TNF alpha
antibodies on synovial cell interleukin-1 production in rheumatoid arthritis. Lancet 1989;
2: 244–47.

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 47


CONTOH REFERENCES (RUJUKAN)
SISTEM URUTAN
8 Arend WP, Dayer JM. Inhibition of the production and effects of interleukin-1 and tumor
necrosis factor alpha in rheumatoid arthritis. Arthritis Rheum 1995; 38: 151–60.
9 Choy EH, Panayi GS. Cytokine pathways and joint inflammation in rheumatoid arthritis. N
Engl J Med 2001; 344: 907–16.
10 Lipsky PE, van der Heijde DM, St Clair EW, et al. Infliximab and methotrexate in the
treatment of rheumatoid arthritis. N Engl J Med 2000; 343: 1594–602.
11 Weinblatt ME, Keystone EC, Furst DE, et al. Adalimumab, a fully human anti-tumor necrosis
factor alpha monoclonal antibody, for the treatment of rheumatoid arthritis in patients
taking concomitant methotrexate: the ARMADA trial. Arthritis Rheum 2003; 48: 35–45.
12 Bathon JM, Martin RW, Fleischmann RM, et al. A comparison of etanercept and
methotrexate in patients with early rheumatoid arthritis. N Engl J Med 2000; 343: 1586–93.
13 Moreland LW, Schiff MH, Baumgartner SW, et al. Etanercept therapy in rheumatoid
arthritis:a randomized, controlled trial. Ann Intern Med 1999; 130: 478–86.
14 Weinblatt ME, Kremer JM, Bankhurst AD, et al. A trial of etanercept, a recombinant tumor
necrosis factor receptor:Fc fusion protein, in patients with rheumatoid arthritis receiving
methotrexate. N Engl J Med 1999; 340: 253–59.

ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 48


TERIMA KASIH
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 49

Anda mungkin juga menyukai