DAN RUJUKAN A . R I D WA N S I R E G A R INTEGRITAS AKADEMIK
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 2
INTEGRITAS AKADEMIK Integritas: ketaatan terhadap prinsip-prinsip moral dan etika Integritas akademik (academic integrity): kepatuhan yang tinggi terhadap kesepakatan perilaku akademik
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 3
PRINSIP DASAR INTEGRITAS Integritas akademik ditegakkan dengan 5 prinsip dasar: 1. kejujuran (honesty) 2. saling percaya (trust) 3. keterbukaan (fairness) 4. saling menghormati (respect), dan 5. rasa bertanggungjawab (responsibility) (https://academicintegrity.org/wp- content/uploads/2017/12/Fundamental-Values-2014.pdf)
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 4
KEHORMATAN Konsep integritas dalam konteks lain disebut kehormatan (honor) Contoh Kode Kehormatan: “A cadet will not lie, cheat, steal, or tolerate those who do.” (The US Military Academy at West Point)
Honor Code Monument at West Point
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 5 KEHORMATAN Integritas/kehormatan berfungsi sebagai bentuk “kontrak sosial” di mana setiap individu melepaskan hak-hak tertentu untuk meciptakan lingkungan yang wajar Hal ini bermakna bahwa setiap individu memiliki tugas untuk mengikuti aturan-aturan dan norma- norma akademik dan memastikan bahwa rekan sejawat (peers) mereka juga mengikuti aturan- aturan dan norma-norma tersebut
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 6
CONTOH KETIDAKJUJURAN (DISHONESTY) Teman baik anda memiliki masalah dan memerlukan nilai “C” sebagai persyaratan untuk memperoleh beasiswa. Dia meminta untuk menyontek ujian anda “hanya sekali ini saja”. Anda setuju karena anda berpikir bahwa anda tidak melakukan kesalahan. Apakah ini termasuk curang? Ya, karena dengan membiarkan seseorang menyontek ujian anda, anda bersalah memberikan informasi dan termasuk kecurangan (cheating)
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 7
KEJUJURAN Kejujuran merupakan fondasi karya akademik yang baik Hindarkan: plagiarisme, kolaborasi yang tidak sah, menyontek, atau memfasilitasi kecurangan dalam berbagai tugas akademik
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 8
PERILAKU BURUK Tiga perilaku buruk (academic misconduct) yang harus dihindari oleh para mahasiswa dan dosen: 1. Fabrikasi 2. Falsifikasi, dan 3. Plagiarisme
FABRIKASI Fabrikasi (fabrication) adalah membuat atau memalsukan data atau hasil Contoh: Peneliti atau pewawancara mengisi sendiri kuesioner di mana responden yang sesungguhnya tidak pernah diwawancarai (subjeknya fiktif) Pembuatan rangkaian data (data set) untuk eksperimen yang sebenarnya tidak pernah dilakukan Penambahan data fiktif terhadap data ril untuk tujuan memberikan tambahan validitas secara statistik
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 10
FALSIFIKASI Falsifikasi (falsification) adalah pemanipulasian bahan, peralatan, atau proses Contoh: Mengubah data untuk memodifikasi variasi di dalam data Memalsukan tanggal dan prosedur eksperimen penelitian Salah dalam menggambarkan hasil dari analisis statistik Salah mengambarkan metode suatu eksperimen seperti model yang digunakan untuk melakukan eksperimen Penambahan pernyataan yang salah atau menyesatkan dalam manuskrip atau karya yang dipublikasikan
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 11
PLAGIARISME Plagiarisme (plagiarism) adalah pengambilan gagasan/ide, proses, hasil, atau kata-kata penulis lain tanpa memberikan penghargaan yang layak, baik disengaja (intentional plagiarism) maupun tidak disengaja (unintentional plagiarism) Pelaku disebut plagiator (plagiarius) atau penculik harfiah (literally kidnapper)
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 12
DEFINISI PLAGIARISME Permendiknas No. 17/2010, Pasal 1, Angka 1, tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi: ◦ Plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 13
CAKUPAN PLAGIARISME Permendiknas No. 17/2010, Pasal 2, Ayat (1), plagiat meliputi tetapi tidak terbatas pada: 1. mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai; 2. mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai secara memadai; 3. menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai; 4. merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari suatu sumber kata- kata dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyartakan sumber secara memadai; 5. menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara memadai.
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 14
JENIS PLAGIARISME 1. Plagiarisme ide (plagiarism of ideas) 2. Plagiarisme teks (plagiarism of text) disebut juga direct plagiarism 3. Plagiarisme mosaik (mosaic plagiarism) 4. Plagiarisme karya sendiri (self plagiarism) disebut juga auto-plagiarism (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4212376/)
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 15
PLAGIARISME IDE Penulis tidak menyalin kata-kata dan frasa dari artikel asli tetapi ia menggunakan ide, pemikiran, atau penemuan yang sama dan menyajikannya sebagai karya sendiri tanpa mencantumkan sumbernya dengan cara yang tepat Contoh: Peneliti setelah melakukan penelusuran berbagai artikel terdahulu, kemudian menyajikannya seolah-olah sesuatu yang baru
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 16
PLAGIARISME TEKS Menyalin suatu porsi teks dari sumber lain dan mencantumkan sumbernya, tetapi tidak mencantumkan tanda dua petik (“…”) pada teks yang dipinjam (word-for-word plagiarism atau cut- copy-paste)
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 17
PLAGIARISME MOSAIK Meminjam ide dan opini dan beberapa kata dan ungkapan secara harfiah dari sumber orisinal tanpa penghargaan kepada pengarangnya Plagiator menjalin antara ide dan opininya sendiri dengan ide dan opini para penulis aslinya sehingga menciptakan kebingungan
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 18
PLAGIARISME DIRI SENDIRI Penggunaan kembali bagian signifikan, identik, atau hampir identik dari karya sendiri tanpa mencantumkan sumber aslinya Menggunakan kembali karya yang sudah pernah digunakan untuk tujuan lain untuk memperoleh kredit, dikenal dengan istilah daur-ulang (recycling)
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 19
UKURAN PLAGIARISME Pencurian tulisan atau karya orang lain berupa satu: kalimat frasa (ungkapan) Kata bab atau lebih
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 20
TANPA PLAGIARISME, ANDA 1. merasa lebih percaya diri ketika membuat karya tulis 2. merasa lebih percaya diri ketika diskusi seminar 3. mengetahui bagaimana mengutarakan suatu pendapat akademik, didukung oleh sumber informasi yang handal 4. memiliki kemampuan lebih baik dalam menjawab pertanyaan dalam presentasi
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 21
TANPA PLAGIARISME 5. mengembangkan pengetahuan subyek anda 6. memperoleh kredibilitas akademik (selanjutnya kredibilitas dalam pekerjaan) 7. memiliki kebanggaan terhadap karya anda: semuanya adalah milik anda 8. menangani pekerjaan dengan percaya diri, menyadari bahwa anda tidak dipandang tidak kompeten dalam hal keterampilan dasar penanganan informasi *Pyper H. (2000) Avoiding plagiarism: Advice for students. Leeds: University of Leeds.
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 22
BAGAIMANA MENGIDENTIFIKASI PLAGIARISME Penelusuran indeks rekord metadata dapat menunjukkan kemungkinan plagiarisme Identifikasi plagiarisme dapat dilakukan melalui penyandingan dua atau lebih dokumen elektronik, misalnya dengan menggunakan Turnitin Perangkat lunak dapat mendeteksi bahkan frasa pendek dari sumber aslinya Turnitin is a commercial, Internet-based plagiarism detection service launched in 1997
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 23
SANKSI PLAGIARISME 1. UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ◦ Apabila karya digunakan untuk memperoleh gelar akademik, profesi, atau vokasi terbukti merupakan jiplakan, gelar dapat dicabut (Psl. 25 Ayat 2) dan/atau pidana penjara paling lama 2 tahun dan atau pidana denda paling banyak 200 juta rupiah (Psl. 70) 2. KUHP ◦ Pelanggaran hak cipta dengan ancaman pidana penjara paling singkat satu bulan dan/atau denda paling sedikit satu juta rupiah, atau pidana penjara paling lama 7 tahun dan/atau denda paling banyak 5 milyar rupiah
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 24
SANKSI PLAGIARISME 3. Permendiknas 17/2010 a. Teguran b. Peringatan tertulis c. Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa d. Pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh mahasiswa e. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa f. Pemberhentian dengan tidak hormat dari status sebagai mahasiswa g. Pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu program ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 25 RUJUKAN DAN GAYA SITASI
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 26
RUJUKAN (REFERENCES) Rujukan memberitahukan sumber informasi atau gagasan yang telah dipergunakan dalam suatu tulisan Rujukan merupakan kombinasi sitasi pada teks dan entri bibliografisnya pada daftar pustaka
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 27
PERLU RUJUKAN Kata-kata eksak atau frasa unik dari suatu sumber Diagram, ilustrasi, bagan, dan gambar Informasi yang diperoleh dari suatu wawancara Kata-kata atau gagasan seseorang yang bersumber dari jurnal, majalah, buku, surat kabar, lagu, program TV, film, halaman web, program komputer, surat, iklan, atau media lainnya Gagasan yang diberikan oleh seseorang dalam suatu percakapan atau melalui e-mail
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 28
TUJUAN RUJUKAN Menjunjung tinggi kejujuran intelektual atau menghindarkan plagiarisme* Membantu pembaca mengukur kekuatan dan validitas bahan yang digunakan penulis** *Massachusetts Institute of Technology, "What Does it Mean to Cite?" MIT Academic Integrity. http://web.mit.edu/academicintegrity/citing/whatandwhy.html **Association of Legal Writing Directors and Darby Dickerson, ed., ALWD Citation Manual: A Professional System of Citation, 4th ed.(New York: Aspen, 2010), 3.
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 29
KUTIPAN LANGSUNG (DIRECT QUOTATION) Ketika anda menggunakan ungkapan atau kalimat penulis lain (copy + paste), selain mencantumkan sumbernya, juga harus memberi tanda dua petik untuk ungkapan atau kalimat yang diambil Contoh: Supomo³ menyatakan bahwa “tata susila adalah sesuatu yang penting meskipun topik tersebut terlalu sering diabaikan“. ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 30 KUTIPAN TIDAK LANGSUNG (IN-DIRECT QUOTATION) Apabila anda menggunakan ide atau gagasan penulis lain, di mana ide atau gagasan tersebut ditulis ulang (paraphrase), cukup mencantumkan sumbernya Contoh: Pandangan yang berbeda perlu dihilangkan atau direkonsiliasi melalui suatu negosiasi yang rasional¹.
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 31
CARA MELAKUKAN PARAFRASE 1. Baca ulang secara cermat apa yang hendak dikutip, singkirkan naskah asli agar tidak terpengaruh untuk menggunakan kata-kata yang sama, gunakan kata-kata dan ide sendiri dengan cara berlatih 2. Periksa dan baca kembali parafrase yang anda buat, bandingkan dengan naskah aslinya untuk memastikan bahwa penggunaan kata-kata atau istilah dan informasi yang hendak disampaikan sudah tepat
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 32
GAYA SITASI (CITATION STYLES) Suatu gaya sitasi mengatur tentang informasi yang perlu dicantumkan untuk suatu sitasi pada teks (in-text citation) dan bagaimana susunannya termasuk penggunaan tanda-tanda baca Ada banyak cara yang berbeda dalam mensitasi sumber-sumber yang dikutip
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 33
CONTOH GAYA SITASI Turabian semua bidang Chicago semua bidang MLA (Modern Language Association) Humaniora APA (American Psychological Association) Ilmu-ilmu sosial, Pendidikan, Bisnis AMA (American Medical Association) kedokteran, kesehatan dan biologi NLM (National Library of Medicine) kedokteran, kesehatan dan biologi Vancouver kedokteran
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 34
CONTOH GAYA SITASI CSE (Council of Science Editors) Ilmu Hayati, Ilmu Fisika, Matematik ACS (American Chemical Society) APSA (American Political Science Association) Ilmu politik CBE (Council of Biology Editors) Biologi IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) Elektro ASA (American Sociological Association) MHRA (Modern Humanities Research Association) Dll.
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 35
PEMILIHAN GAYA SITASI Terdapat seratusan gaya sitasi yang harus dipilih ketika mengutip sumber-sumber bahan penelitian Setiap disiplin ilmu menggunakan gaya sitasi yang lazim digunakan dalam komunitasnya Setiap departemen atau program studi biasanya menetapkan penggunaan salah satu standar Jika tidak ada ketentuan, penulis dapat memilih sendiri standar yang akan digunakannya
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 36
KESALAHAN YANG SERING TERJADI Penulis tidak konsisten menggunakan satu gaya sitasi, sehingga hasilnya menjadi gado- gado Pembimbing adakalanya langsung mengoreksi gaya sitasi yang dibuat oleh mahasiswa tanpa memberitahu atau menanyakan lebih dahulu standar gaya sitasi yang digunakan
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 37
SISTEM SITASI (FORMAT SITASI) 1. Sistem Kurung (Nama dan Tahun/ Parenthetical Referencing/Harvard Referencing) menggunakan nama dan tahun 2. Sistem Urutan (Note Systems) menggunakan superscript Arabic numeral a. Footnotes (catatan kaki) b. Endnotes/References (catatan akhir/rujukan) ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 38 VARIASI SISTEM KURUNG DALAM TEKS MLA Format: (nama akhir pengarang nomor halaman) Contoh: (Lubis 63) APA Format: (nama akhir pengarang nomor halaman, tahun, p. nomor halaman) Contoh: (Lubis, 1998, p. 63) Chicago Format: (nama akhir pengarang tahun, nomor halaman) Contoh: (Lubis 1998, 63)
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 39
PENCANTUMAN NOMOR HALAMAN Kutipan tidak langsung: Contoh: .... (Crockatt, 1995) Kutipan langsung: Contoh: "The potentially contradictory nature of Moscow's priorities surfaced first in its policies towards East Germany and Yugoslavia," (Crockatt, 1995, p. 1).
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 40
CONTOH SISTEM KURUNG Hasil studi yang dilakukan oleh Hawaii’s Ocean Mammal Institute menunjukkan bahwa ikan hiu terpengaruh oleh kebisingan mesin kapal (Calvez 2004, p. 41). atau: Menurut Calvez (2004), studi yang dilakukan oleh Hawaii’s Ocean Mammal Institute menunjukkan bahwa ikan hiu terpengaruh oleh kebisingan mesin kapal (p. 41). Catatan: p. untuk 1 halaman pp. untuk lebih dari 1 halaman, contoh: pp. 10,12; pp. 7-9
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 41
CONTOH SISTEM URUTAN Hasil studi yang dilakukan oleh Hawaii’s Ocean Mammal Institute menunjukkan bahwa ikan hiu terpengaruh oleh kebisingan mesin kapal¹. atau: Menurut Calvez¹, studi yang dilakukan oleh Hawaii’s Ocean Mammal Institute menunjukkan bahwa ikan hiu terpengaruh oleh kebisingan mesin kapal.
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 42
KONSEKUENSI PILIHAN SISTEM SITASI Sistem Kurung sitasi pada teks dapat merujuk langsung ke Daftar Pustaka (Bibliography) Sistem Urutan sitasi pada teks tidak dapat merujuk langsung ke Daftar Pustaka, tetapi ke Rujukan (References) pada akhir artikel/makalah atau pada akhir setiap bab karya monograf ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 43 CONTOH KUTIPAN DALAM TEKS (IN- BODY CITATION) SISTEM KURUNG In relation to a dynamic location, Daskin and Owen (1998) divides into two dynamic locations categories namely ... The dynamic single facility location model was first introduced by Ballou in 1968 that explains how to put the warehouse to maximize profits through a particular plan. Ballou receipts deterministic dynamic optimal solutions. Ballou’s approach is optimized by Sweeney & Thatam (1976) and found a rank order (Rt) of best solution. However, Ballou, Sweeney & Thatam not consider the cost as variable constraints. Welowsky (1976) suggested to include the cost factor as a variable constraint in making facility’s relocation decision, especially in an emerging region whereby an increasing number of population, the location of existing facilities must have a minimal cost (Drezner & Welowsky, 1991). Meanwhile a model of multi-location dynamic facilities mentioned by Scott (1991) is an extension of a dynamic model of single facility location.
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 44
CONTOH BIBLIOGRAPHY (DAFTAR PUSTAKA) SISTEM KURUNG Daskin, M. S. (1995). Network and discrete location: Models, algorithms, and applications. New York: Wiley Interscience. Drezner, Z. & G. O. Welowsky (1991). Facility location when demand is time dependent. Naval Research Logistics, 38: 763-777. Scott, A. J. (1991). Dynamic location-allocation systems: some basic planning strategies. Environment and Planning, 3: 73-82. Sweeney, D. J. & R. L. Tatham (1976). An improved long-run model for multiple warehouse location. Management Science, 22 (7): 748-758. Welowsky, G. O. & W. G. Truscott (1976). The multiperiod location- allocation problem with relocation of facilities. Management Science, 22 (1): 57-65. ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 45 CONTOH KUTIPAN DALAM TEKS (IN-BODY CITATION) SISTEM URUTAN Rheumatoid arthritis affects almost 1% of the population1 and is associated with rapid functional loss2,3 and reduced life expectancy.4 Guidelines5,6 delineate goals for treatment, including preservation of function, prevention or control of joint damage, and remission of disease activity. Tumour necrosis factor (TNF) is a key cytokine in the pathogenesis of rheumatoid arthritis.7-9 Successful treatment of clinical signs and symptoms and radiographic progression has been reported for three TNF-blocking drugs, two monoclonal antibodies10,11 and a recombinant TNF receptor.12-14
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 46
CONTOH REFERENCES (RUJUKAN) SISTEM URUTAN 1 Silman AJ, Hochberg MC. Epidemiology of the rheumatic diseases. New York: Oxford University Press, 1993. 2 Drossaers-Bakker KW, de Buck M, van Zeben D, Zwinderman AH, Breedveld FC, Hazes JM. Long-term course and outcome of functional capacity in rheumatoid arthritis: the effect of disease activity and radiologic damage over time. Arthritis Rheum 1999; 42: 1854–60. 3 Eberhardt KB, Fex E. Functional impairment and disability in early rheumatoid arthritis: development over 5 years. J Rheumatol 1995; 22: 1037–42. 4 Pincus T, Sokka T, Wolfe F. Premature mortality in patients with rheumatoid arthritis: evolving concepts. Arthritis Rheum 2001; 44: 1234–36. 5 Furst DE, Breedveld FC, Kalden JR, et al. Updated consensus statement on biological agents for the treatment of rheumatoid arthritis and other rheumatic diseases (May 2002). Ann Rheum Dis 2002; 61 (suppl 2): ii2–7. 6 American College of Rheumatology Subcommittee on Rheumatoid Arthritis Guidelines. Guidelines for the management of rheumatoid arthritis: 2002 update. Arthritis Rheum 2002; 46: 328–46. 7 Brennan FM, Chantry D, Jackson A, Maini R, Feldmann M. Inhibitory effect of TNF alpha antibodies on synovial cell interleukin-1 production in rheumatoid arthritis. Lancet 1989; 2: 244–47.
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 47
CONTOH REFERENCES (RUJUKAN) SISTEM URUTAN 8 Arend WP, Dayer JM. Inhibition of the production and effects of interleukin-1 and tumor necrosis factor alpha in rheumatoid arthritis. Arthritis Rheum 1995; 38: 151–60. 9 Choy EH, Panayi GS. Cytokine pathways and joint inflammation in rheumatoid arthritis. N Engl J Med 2001; 344: 907–16. 10 Lipsky PE, van der Heijde DM, St Clair EW, et al. Infliximab and methotrexate in the treatment of rheumatoid arthritis. N Engl J Med 2000; 343: 1594–602. 11 Weinblatt ME, Keystone EC, Furst DE, et al. Adalimumab, a fully human anti-tumor necrosis factor alpha monoclonal antibody, for the treatment of rheumatoid arthritis in patients taking concomitant methotrexate: the ARMADA trial. Arthritis Rheum 2003; 48: 35–45. 12 Bathon JM, Martin RW, Fleischmann RM, et al. A comparison of etanercept and methotrexate in patients with early rheumatoid arthritis. N Engl J Med 2000; 343: 1586–93. 13 Moreland LW, Schiff MH, Baumgartner SW, et al. Etanercept therapy in rheumatoid arthritis:a randomized, controlled trial. Ann Intern Med 1999; 130: 478–86. 14 Weinblatt ME, Kremer JM, Bankhurst AD, et al. A trial of etanercept, a recombinant tumor necrosis factor receptor:Fc fusion protein, in patients with rheumatoid arthritis receiving methotrexate. N Engl J Med 1999; 340: 253–59.
ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 48
TERIMA KASIH ARS INTEGRITAS AKADEMIK DAN RUJUKAN 49