KELOMPOK 1
IHYA ARKAN QUDRATULLAH (220204019)
MUHAMMAD FAIRUZA (220204020)
ARIF RAHMAN HAKIM (220204021)
PENULIS
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Plagiasi adalah masalah serius yang telah mewarnai berbagai aspek kehidupan,
terutama dalam dunia akademik dan intelektual. Praktik plagiasi merusak integritas
akademik, mencoreng moralitas intelektual, dan mengancam kejujuran dalam berbagi
pengetahuan. Fenomena ini juga telah menjadi lebih menonjol dengan kemajuan
teknologi, yang mempermudah penyalinan dan distribusi karya tanpa izin.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pandangan mendalam tentang
plagiasi, yang mencakup pemahaman yang lebih baik tentang konsep ini, jenis-jenis
plagiasi, motivasi di balik tindakan tersebut, serta dampaknya.
Dalam konteks akademik, plagiasi dapat merugikan mahasiswa, peneliti, dan
lembaga pendidikan. Hal ini juga menciptakan ketidaksetaraan dalam persaingan
intelektual. Oleh karena itu, penting untuk menggali lebih dalam tentang masalah ini
dan membahas langkah-langkah yang dapat diambil untuk memerangi plagiasi serta
mempromosikan integritas intelektual.
B. RUMUSAN MASALAH
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Plagiasi
a) Hukum Hak Cipta: Dasar hukum utama plagiasi adalah hukum hak cipta.
Hukum hak cipta memberikan perlindungan atas hak pemilik asli untuk karya-
karyanya. Plagiasi melibatkan penggunaan karya orang lain tanpa izin atau
atribusi yang sesuai, yang bisa melanggar hak cipta.
b) Aturan Akademik: Di lingkungan pendidikan, institusi akademik biasanya
memiliki aturan akademik yang melarang plagiasi. Mahasiswa dan peneliti
diharapkan untuk menghormati integritas akademik dengan memberikan
referensi yang tepat untuk pekerjaan orang lain.
c) Hukum Pidana: Dalam beberapa kasus, tindakan plagiasi dapat menjadi
pelanggaran hukum pidana, terutama jika terkait dengan pemalsuan, penipuan,
atau pencurian intelektual.
1
Soelistyo Henry, “plagiarisme: pelanggaran hak cipta dan etika”, Yogyakarta 2011
5
Undang-Undang (UU) tentang plagiasi sendiri tidak ada dalam hukum Indonesia.
Namun, kasus-kasus plagiasi dapat melibatkan berbagai undang-undang, terutama
dalam konteks hak cipta dan aturan akademik. Di Indonesia, peraturan mengenai hak
cipta diatur oleh Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
UU ini menetapkan hak dan kewajiban pemilik hak cipta, termasuk hak untuk
melarang penggandaan dan penggunaan karya tanpa izin. Oleh karena itu, tindakan
plagiasi yang melibatkan pelanggaran hak cipta dapat melibatkan sanksi perdata sesuai
dengan UU Hak Cipta tersebut.
Sementara dalam konteks akademik, sejumlah aturan tentang plagiat memang
sudah ada, seperti dalam peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia
nomor 17 tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulan plagiat di perguruan tinggi.
Dalam aturan tersebut dikemukakan :
1. Bahwa setiap perguruan tinggi mengemban misi untuk mencari, menemukan,
mempertahankan, dan menjunung tinggi kebenaran.
2. Bahwa untuk memenuhi misi tersebut, mahasiswa/dosen/peneliti/tenaga
kependidikan yang berkarya di bidang akademik di perguruan tinggi memiliki
otonomi kelimuan dan kebebasan akademik
3. Bahwa dalam melaksanakan otonomi keilmuan dan kebebasan akademik,
mahasiswa/dosen/peneliti/tenaga kependidikan wajib menjunjung tinggi
keujuran dan etika akademik.2
C. Bentuk Plagiasi
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Peraturan kementerian pendidikan dan
kebudayaan Republik Indonesia no. 17 tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiat di
perguruan tinggi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia; 2010.
3
Faizuddin Harliansyah, “Plagiarisme Dalam Karya Atau Publikasi Ilmiah Dan Langkah Strategis
Pencegahannya”, Jurnal Libria Vol. 9, No. 1, Juni 2017
6
b) Konsekuensi Hukum: Dalam beberapa kasus, plagiasi dapat memiliki
konsekuensi hukum, seperti sanksi atau tuntutan hukum.
c) Kurangnya Pengembangan Keterampilan: Plagiasi menghambat perkembangan
keterampilan penelitian dan menulis yang penting untuk pertumbuhan pribadi
dan profesional.
E. Teori Plagiasi
F. Kasus-Kasus Plagiasi
Beberapa waktu lalu, muncul lagi berita buruk yang mencoreng wajah dunia
pendidikan Indonesia. Seorang dosen dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta ketahuan melakukan tindakan kejahatan intelektual dalam
penulisan artikel ilmiah. Ia melakukan plagiat atau penjiplakan karya skripsi mahasiswa
bimbingannya untuk kenaikan jabatan fungsional akademik. Rektor UIN langsung
memberi sanksi pemecatan sebagai dosen pada yang bersangkutan.
Sebelum muncul kasus itu, juga muncul sejumlah kasus plagiarisme yang
membuat malu dunia akademik kita. Sejumlah dosen dari beberapa perguruan tinggi
yang sedang mengajukan jabatan Lektor Kepala dan Guru Besar ke Dikti ketahuan
melakukan tindakan plagiasi dalam sejumlah karya ilmiahnya. Dirjen Dikti
mengembalikan berkas akademik dari para plagiator tersebut dan meminta pimpinan
perguruan tingginya masing-masing untuk memberi sanksi tegas.
Beberapa waktu sebelumnya, masyarakat juga dikejutkan oleh perilaku tidak etis
dari beberapa guru besar yang seharusnya menjadi teladan akademik. Seorang profesor
dari salah satu PTS terkenal di Bandung melakukan plagiasi dalam penulisan artikel
populer di koran nasional. Gelar profesornya dicopot. Ia juga dipecat sebagai dosen.
Seorang profesor lainnya dari Sumatera juga ketahuan melakukan plagiasi dalam
penulisan buku. Akibatnya, penerbit terpaksa menarik kembali buku itu dan yang
bersangkutan juga dikenakan sanksi berat4.
a) Kasus Dr Anak Agung Banyu Perwita (AABP), Guru Besar Jurusan Hubungan
Internasional Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Dr Anak Agung Banyu
Perwita (AABP) dituding telah menjiplak karya Carl Ungerer, seorang penulis
jurnal asal Australia. AABP, yang juga kolumnis harian Kompas dan The Jakarta
Post ini, setidaknya telah melakukan enam kali plagiarisme dan mengutip tanpa
menyebutkan referensi. Kabar tentang plagiarisme ini terkuak dari keterangan
(disclaimer) editorial kolom opini The Jakarta Post yang dimuat pada tanggal 4
Februari 2010. Dalam keterangan disebutkan, artikel berjudul RI as a New Middle
Power yang dimuat 12 November 2009, ternyata mirip dengan karya Ungerer yang
berjudul The Middle Power, Concept in Australia Foreign Policy. Karya Ungerer
ini telah lebih dulu dimuat di Australian Journal of Politics and History, volume 53
4
Jawa Pos Radar Semarang, 25 Juni 2012.
7
(Kompas, 10 Februari 2010). AABP, yang merupakan doktor termuda di jurusan
Hubungan Internasional, dikenai sanksi pemberhentian dari aktivitas akademis
pada universitas yang bersangkutan5.
b) Kasus Fareed Zakaria (2012), Fareed Zakaria, seorang jurnalis terkenal, dipecat dari
majalah Time dan CNN setelah ditemukan bahwa dia melakukan plagiasi dalam
beberapa tulisannya.
c) Kasus Jayson Blair (2003), Jayson Blair adalah seorang reporter untuk The New
York Times yang ditemukan melakukan plagiasi dan pemalsuan cerita dalam
beberapa artikelnya. Sanksinya Blair dipecat oleh The New York Times dan
reputasinya dihancurkan dalam dunia jurnalisme.
Adapun bentuk bentuk Plagiat yang dilakukan Mahasiswa juga beragam. Ada
yang melakukan plagiarisme secara kata per kata, artinya mahasiswa mencari beberapa
tulisan di internet yang sesuai dengan topik tugasnya lalu tulisan-tulisan tersebut
langsung di copy paste ke dalam tugas melalui proses editing tanpa memberikan
keterangan rujukan atau menunjukkan sumber tulisan yang diambil. Proses editing
dilakukan ketika mahasiswa mengambil beberapa inti dari sebuah tulisan yang ada di
internet. Ada juga mahasiswa yang melakukan plagiat dengan cara mengambil
keseluruhan ide karya ilmiah orang lain. Hal ini dibuktikan dengan cara meminjam
tugas temannya dan menyalinnya ke dalam tugas pribadi. Hal ini dilakukan mahasiswa
baik itu untuk dalam bentuk makalah individu maupun kelompok di setiap tugas untuk
semua mata kuliah. Plagiat juga dilakukan ketika mengerjakan soal ujian, bentuk
plagiat ketika ujian adalah pertama secara langsung menyontek keseluruhan jawaban
teman, dan kedua plagiat dilakukan hanya dengan mengambil ide, inti dari tulisan atau
jawaban teaman. Ada juga mahasiswa yang tidak melakukan plagiarisme karena
mahasiswa tersebut anti plagiat dan anti kecurangan lainnya.
5
Kompasiana, kasus plagiarisme dan sikap ilmiah
8
KESIMPULAN
Plagiasi adalah tindakan yang merugikan dalam dunia akademik . Penting bagi individu
dan lembaga untuk berkomitmen dalam mencegah dan mengatasi masalah ini. Dengan edukasi,
deteksi, dan promosi integritas, kita dapat mengurangi insiden plagiasi dan mempromosikan
kejujuran intelektual di seluruh spektrum aktivitas manusia.
Untuk mencegah terjadinya plagiarisme, antara lain dapat dilakukan dengan: 1)
Kejujuran pada diri seorang penulis; 2) Pengakuan terhadap karya orang lain; dan 3)
Meningkatkan peran pendidik dalam mencegah plagiarism. Melihat banyaknya dampak buruk
plagiarisme, perlu dilakukan penanganan dan penanggulangan yang sesuai. Terdapat beberapa
solusi yang dapat dipraktekkan untuk mengatasi plagiarisme diantaranya: 1) Menumbuhkan
rasa integritas dan rasa malu memplagiat dalam diri akademisi; 2) Meningkatkan fungsi dan
peranan pembimbing penelitian; 3) Memberikan sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelaku
plagiarism; 4) Membangun bank data jurnal di setiap lembaga penelitian; 5) Menggunakan
software anti plagiarism. Terdapat beberapa contoh aplikasi perangkat lunak yang dapat
digunakan di antaranya: uji Turnitin, uji Wcopyfind, uji Viper, dan uji Article Checker.
9
DAFTAR PUSTAKA
Lilis Sulistyaningsih, “Plagiarisme, Upaya Pencegahan, Penanggulangan Dan Solusinya”,
Jurnal Pustaka Ilmiah, Volume 3 Nomor 1, Juni 2017
Faizuddin Harliansyah, “Plagiarisme Dalam Karya Atau Publikasi Ilmiah Dan Langkah
Strategis Pencegahannya”, Jurnal Libria Vol. 9, No. 1, Juni 2017
Soelistyo Henry, “plagiarisme: pelanggaran hak cipta dan etika”, Yogyakarta 2011
Adik Wibowo,”Mencegah dan Menanggulangi Plagiarisme di Dunia Pendidikan”, Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 5, April 2012
10