“HAKIKAT PLAGIAT”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok 2
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
segala limpahan rahmat, bimbingan dan petunjuk serta hidayah-Nya, sehingga kami mampu
menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “HAKIKAT PLAGIAT”. Makalah ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Mohon maaf atas kesalahan serta kekhilafan yang kami perbuat baik sengaja maupun tidak
sengaja dan kami mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan makalah kami agar
lebih baik dan dapat dapat berguna semaksimal mungkin. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
penulisan dan penyusunan makalah ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa bantuan
dan dukungan dari Bapak Andestend, S. Pd.,M. Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah ini serta
semua pihak yang membantu.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih dan berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua yang membacanya. Semoga Allah SWT. memberikan petunjuk serta
rahmat-Nya kepada kita semua.
(Kelompok 2)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
12
12
12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, terutama di era teknologi yang
semakin canggih kebutuhan masyarakat didapati dengan mudahnya. Teknologi
diciptakan untuk membantu memudahkan kehidupan manusia khususnya dalam
memenuhi kebutuhan informasi. Mudahnya mengakses informasi melalui internet
berdampak pada kebiasaan buruk dalam memperoleh informasi itu sendiri.
Masyarakat khususnya mahasiswa yang berada dilingkungan akademik kini
dimanjakan oleh kemudahan tersebut, namun tidak dimanfaatkan dengan bijak karena
masih ada segelintir orang yang berlaku curang dengan mengambil tulisan orang lain
yang ada di internet tanpa mencantumkan sumbernya sehingga hal tersebut dapat
dikatakan sebagai tindakan plagiarisme. Plagiat itu sendiri sangat tidak pantas untuk
diterapkan dimanapun baik di masyarakat, mahasiswa, dan sebagainya karena akan
berlaku hukuman bagi masyarakat yang melakukannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Penulis telah menyusun beberapa yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
1. Apa itu plagiat?
2. Bagaimana cara membedakan jenis-jenis plagiat?
3. Apa saja sanksi-sanksi bagi pelaku plagiat?
4. Apa saja kasus-kasus plagiat yang pernah terjadi?
5. Bagaimana cara menghindari plagiat?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, Tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari plagiat.
2. Untuk mengetahui cara membedakan jenis-jenis plagiat.
3. Untuk mengetahui sanksi-sanksi bagi pelaku plagiat.
4. Untuk mengetahui kasus-kasus plagiat yang pernah terjadi.
5. Untuk mengetahui cara menghindari plagiat.
D. MANFAAT
Berdasarkan tujuan makalah diatas, maka manfaat makalah ini adalah:
1. Bagi Akademisi
Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang Plagiat,
jenis-jenis plagiat, sanksi plagiat, kasus-kasus dari plagiat, dan cara mengindari
perilaku plagiat di lingkungan Akademisi.
2. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menjadikan contoh bagi Mahasiswa untuk mengetahui
pengertian Plagiat, jenis-jenis plagiat, sanksi plagiat, kasus-kasus dari plagiat, dan
cara menghindari perilaku Plagiat di kalangan Mahasiswa.
3. Bagi Pembaca
Makalah ini dapat dipahami oleh Pembaca dan dimanfaatkan untuk mengembangkan
penelitian yang terkait tentang Plagiat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Plagiat
Plagiarisme atau sering disebut plagiat adalah penjiplakan atau pengambilan
karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan
dan pendapat sendiri. Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak
cipta orang lain. Di dunia pendidikan, pelaku plagiarisme dapat mendapat hukuman berat
seperti dikeluarkan dari sekolah/universitas. Pelaku plagiat tersebut disebut sebagai
plagiator ( http://www.v2cconsultant.com/ 2020).
Singkat kata, plagiat adalah pencurian karangan milik orang lain. Dapat juga
diartikan sebagai pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain yang
kemudian dijadikan seolah-olah miliknya sendiri. Setiap karangan yang asli dianggap
sebagai hak milik si pengarang dan tidak boleh dicetak ulang tanpa izin yang mempunyai
hak atau penerbit karangan tersebut. Sesudah 2 x 24 jam berita surat kabar tersiar, maka
seseorang dapat mengambil alih dengan syarat harus menyebutkan sumbernya.
Plagiarisme juga tidak mengacu kepada hasil karya tulisan saja melainkan juga hasil
karya musik, desain, dan lain sebagainya.
Dalam membuat suatu karya baik berupa tulisan, gambar, ataupun suara sering kali
kita mendapati banyak kesamaan. Namun, apakah kesamaan tersebut termasuk dalam
plagiarisme? Bagaimanakah sanksi yang didapat terkait plagiarisme? Mari sedikit kita
ulas.
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 17/2010, Plagiat atau plagiarisme adalah
perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh kredit atau nilai untuk
suatu karya ilmiah, dengan menutup sebagian atau seluruh karya ilmiah pihak lain yang
diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai.
Istilah plagiat berasal dari Bahasa inggris Plagiarism atau Plagiary serta dalam
bahasa latin Plagiarus yang artinya penculik atau penjiplak. Sehingga plagiat dapat
diartikan Tindakan mengakui karya/gagasan orang lain menjadi milik sendiri.
Adapun contoh tindakan yang tergolong plagiat, yaitu:
1. Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri.
2. Mengakui gagasan orang lain sebagai gagasan sendiri.
3. Mengakui temuan orang lain sebagai temuan sendiri.
4. Mengakui karya kelompok sebagai karya hasil sendiri.
5. Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa
menyebutkan asal-usulnya.
6. Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan
sumbernya, dan
7. Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian
kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya.
Sedangkan, contoh tindakan yang tidak tergolong plagiat, yaitu:
1. Menggunakan informasi yang berupa fakta umum.
2. Menuliskan kembali (dengan mengubah kalimat atau paraphrase) opini orang lain
dengan memberikan sumber jelas.
3. Mengutip secukupnya tulisan orang lain dengan memberikan tanda batas jelas
bagian kutipan dan menuliskan sumbernya.
Biasanya tindakan plagiat terjadi karena beberapa faktor seperti:
1. Tidak sengaja/tidak menyadari bahwa telah melakukan plagiat.
2. Minimnya kesadaran untuk menghargai karya orang lain.
3. Kurang inovasi dan kreativitas dalam membuat karya.
4. Ingin dapat memperoleh hasil yang instan, serta
5. Kurangnya pengetahuan soal hukum.
B. Jenis-jenis plagiat
Jenis-jenis Plagiat dari berbagai aspek:
1. Jenis Plagiat Berdasarkan Aspek yang Dicuri
a. Plagiat Ide
Tipe plagiat ini relatif sulit dibuktikan karena ide atau gagasan bersifat abstrak
dan kemungkinan memiliki persamaan dengan ide orang lain atau ada
kemungkinan terjadi adanya dua ide yang sama pada dua orang pencipta yang
berbeda.
b. Plagiat Kata demi Kata
Tipe ini yaitu mengutip karya orang lain secara kata demi kata tanpa
menyebutkan sumbernya Plagiat sepert ini banyak dilakukan pada karya tulis.
c. Plagiat Sumber
Plagiat tipe ini memiliki kesalahan yang fatal karena tidak menyebutkan
secara lengkap referensi yang dirujuk dalam kutipan. Jika sumber kutipan itu
merujuk seseorang sebagai penulis yang terkaitdengan kutipan, maka nama
penulis tersebut harus disebut. Ini tentu sikap yang fair dan tidak merugikan
kepentingan penulis tersebut serta contributor lainnya.
d. Plagiat Karangan
Tindakan ini terjadi atas dasar kesadaran dan motif kesengajaan untuk
membohongi publik. Misalnya mengganti sampul buku/karya tulis orang lain
dengan sampul atas nama tanpa izin.
2. Jenis Plagiat Berdasarkan Kesengajaan
a. Plagiat Sengaja
Plagiat sengaja adalah plagiat yang secara sadar melakukan tindakan dengan
menggunakan, meminjam, menjiplak karya orang lain baik berupa ide,
gagasan, kalimat, dan teori tanpa mencantumkan sumber referensi.
C. Sanksi-sanksi Plagiat
Plagiarisme ini sering sekali hanya dianggap sebagai pelanggaran etika bukan
pelanggaran hukum. Oleh sebab itu, untuk meluruskan anggapan sedemikian dibawah ini
akan diuraikan sanksi hukum yang dapat dijatuhkan kepada seorang plagiator. Sesuai
dengan hukum positif di Indonesia, berbagai bentuk ancaman atau sanksi hukum yang
dapat dijatuhkan kepada seorang plagiator, mulai dari hukuman peringatan, pencabutan
hak-hak tertentu, termasuk hukuman penjara atau denda dang anti rugi secara
perdata(Yulianti, 2012).
Sanksi pidana yang dapat dikenakan kepada seorang plagiator atas perbuatannya
sebagaimana diuraikan di atas, secara umum diatur dalam Pasal 380 KUHP dengan
ancaman hukuman maksimal 2(dua) tahun delapan bulan, yang menurut R.Soesilo
merupakan pasal yang mengancam hukuman terhadap perbuatan-perbuatan penipuan
tentang hak cipta (auteursrecht atau copyright). Selain itu terdapat dan diatur dalam
Pasal 113 UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan ancaman hukuman paling
lama 4 (empat) tahun penjara dan atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- ( satu
milyar rupiah). Dalam persfektif UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional melalui Pasal 70 ancaman hukumannya adalah penjara maksimal 2 (dua) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 200.000.000.- (dua ratus juta rupiah). Juga adalah
sanksi pencabutan gelar melalui Pasal 25 ayat (2).
Permasalahan dalam tataran praktik adalah terdapatnya perbedaan jenis kejahatan
dan beratnya hukuman yang dapat dijatuhkan atas tindakan plagiarisme tersebut yang
diatur dalam Pasal 380 KUHP dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional di satu sisi dan Pasal 113 UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta di sisi lain.
Menurut Pasal 380 KUHP dan Pasal 70 UU No. 20 Tahun 2003, jenis kejahatan atas
perbuatan plagiarisme adalah kejahatan menurut UU No. 28 Tahun 2014 merupakan
delik aduan. Peraturan yang sangat berbeda termasuk ancaman hukumannya sebagaimana
di-uraikan di atas.
Selain sanksi pidana atas perbuatan plagiarisme sebagaimana diuraikan diatas,
terdapat juga sanksi perdata, yaitu seorang plagiator dapat digugat secara perdata atas
perbuatan yang dilakukannya berdasarkan gugatan perbuatan melawan hokum sesuai
Pasal 1365 KUHPerdata yang menentukan tiap perbuatan yang melanggar hokum dan
membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian
itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut. Hal yang sama diatur
dalam Pasal 28 ayat (5) UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi terkait sanksi
pencabutan gelar akademik, gelar vokasi atau gelar profesi.
Selanjutnya melalui Pasal 92 UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
ditetapkan sanksi atau ancaman hukuman bagi institusi Perguruan Tingginya berupa
sanksi administrative dalam bentuk:
1. Peringatan Tertulis.
2. Penghentian sementara bantuan pendidikan dari pemerintah.
3. Penghentian sementara kegiatan penyelenggaraan pendidikan.
4. Penghentian pembinaan, dan
5. Pencabutan izin.
Secara khusus di lingkungan pendidikan tinggi, sanksi bagi seorang plagiator
ditetapkan melalui Pasal 12 ayat (1) sampai dengan (3) yaitu:
1. Sanksi bagi mahasiswa yang terbukti melakukan plagiat sebagaimana dimaksudkan
dalam Pasal 10 ayat (4) secara berurutan dari yang paling ringan sampai dengan yang
paling berat, terdiri dari:
a. Teguran.
b. Peringatan tertulis.
c. Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa.
d. Pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh mahasiswa.
e. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa.
f. Pemberhentian dengan tidak hormat dari status sebagai mahasiswa, atau
g. Pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu program.
2. Sanksi bagi dosen/peneliti/tenaga kependidikan yang terbukti melakukan plagiat
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 11 ayat (6) secara berurutan dari yang paling
ringan sampai dengan yang paling berat, terdiri dari:
a. Teguran.
b. Peringatan tertulis.
c. Penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan.
d. Penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional.
e. Pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar/professor/ahli peneliti utama
bagi yang memenuhi syarat.
f. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga
kependidikan.
g. Pemberhentian dengan tidak hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga
kependidikan, atau
h. Pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi yang bersangkutan.
3. Apabila dosen/peneliti/tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf f, huruf g, dan huruf h menyandung sebutan guru besar/professor/ahli peneliti
utama, maka dosen/peneliti/tenaga kependidikan tersebut dijatuhi sanksi tambahan
berupa pemberhentian dari jabatan guru besar/professor/ahli peneliti utama oleh
Menteri atau pejabat yang berwenang atas usul perguruan tinggi yang
diselenggarakan oleh Pemerintah atau atas usul perguruan tinggi yang
diselenggarakan oleh masyarakat melalui Koordinator Perguruan Tinggi Swasta.
D. Kasus-kasus Plagiat
Berikut beberapa kasus yang marak terjadi pada insan akademik di Perguruan Tinggi
yang dikutip dari Wibowo (2016:167).
Kasus Pertama, Seorang dosen membimbing skripsi atau tesis mahasiswa. Dosen
tersebut mempublikasikan hasil skripsi atau tesis mahasiswa-nya itu ke sebuah jurnal aas
namanya sendiri. Akan tetapi, jika dosen tersebut mempublikasikan skripsi atau tesis
mahasiswa-nya dengan mencantumkan namanya sebagai penulis pertama dan
mahasiswa-nya sebagai penulis kedua (ini adalah pelanggaran etika akademik), kareena
secara etis nama mahasiswa-nya itulah yang seharusnya dicantumkan sebagai penulis
pertama.
Kasus Kedua, Seorang dosen melakukan penelitian dengan melibatkan mahasiswa-
nya. Mahasiswa itu menggunakan sebagian data penelitian untuk teknik menulis skripsi
atau tesis. Jika terjadi kesamaan antara data atau kalimat tanpa kaidah rujukan yang
memadai dalam laporan penelitian dan skripsi atau tesis, salah satunya adalah plagiat (ini
kasus plagiasi).
Kasus Ketiga, Seorang dosen membimbing tesis atau disertasi mahasiswa. Keduanya
kemudian mempublikasikan hasil tesis atau disertasi itu ke sebuah jurnal (ini bukan kasus
plagiasi). Jika mahasiswa tersebut teknik menulis buku berdasarkan bahan, data, dan
kalimat dari tesis atau disertasinya, namun terdapat kesamaannya dengan artikel yang
telah diterbitkan di jurnal tanpa rujukan yang memadai, buku si mahasiswa itu dinyatakan
mengandung plagiasi (ini kasus plagiasi).
Dimana ketiga kasus plagiasi tersebut terjadi karena berbagai bentuk plagiasi seperti
copypaste kalimat atau paragraph, self plagiarisme tanpa adanya penghargaan
(mencantumkan sumber). Wibowo, 2016
Bentuk pencegahan tindakan plagiarisme juga dapat dilakukan dalam bentuk lain,
yaitu dengan melakukan hal-hal berikut:
1. Teknik parafrasa
Menurut Kamus Besar Indonesia, parafrasa berarti mengungkapkan kembali suatu
tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi tuturan yang lain tanpa
mengubah pengertian, atau dapat juga memiliki arti sebagai penguraian kembali suatu
teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata) yang lain, dengan maksud untuk
dapat menjelaskan makna yang tersembunyi. Definisi tersebut mengartikan bahwa
teknik parafrasa ini memungkinkan untuk seorang penulis karya ilmiah menyebutkan
tuturan yang berbeda dengan sumber yang dibacanya namun makna dari gagasan
tersebut tidak berubah dan mempunyai makna yang sama. Teknik parafrasa ini dapat
dilakukan dengan cara-cara berikut:
a. Membaca dan memahami seluruh isi dan tema dari sumber gagasan.
b. Membuat ide pokok yang ada pada setiap paragraph lalu mencatat ide-ide yang
telah ditemukan.
c. Pahami makna tersurat dan tersirat dari sumber bacaan.
d. Membedakan fakta-fakta dan wacana yang ada dalam sumber bacaan.
e. Tulislah kembali ide-ide dan arti tulisan dengan kalimat yang lebih sederhana
serta dapat mudah dipahami dan masih memiliki makna yang sama dengan
sumber gagasan.
f. Cantumkan sumber tulisan pada daftar pustaka.
a. Kutipan langsung
Kutipan jenis ini berisi tulisan yang sama/identic dengan sumber rujukannya,
kutipan ini harus diapit oleh tanda petik dua/kutip (“…”) yang diikuti oleh nama
pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman yang menggunakan tanda kurung.
Contoh kutipan langsung:
“internet mampu membawa orang berkeliling ke tempat-tempat yang bahkan
tidak dapat mereka kunjungi, termasuk laut yang paling dalam dan luar angkasa
(Inere, 2019:05-09).
Atau menulis nama pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman yang
menggunakan tanda kurung sebelum kutipan seoerti berikut:
(Inere, 2019:05-09) “internet mampu membawa orang berkeliling ke tempat-
tempat yang bahkan tidak dapat mereka kunjungi, termasuk laut yang paling
dalam dan luar angkasa”.
b. Kutipan tidak langsung
kutipan jenis ini berisi tulisan yang hanya mengandung kesimpilan/ringkasan dari
tulisan rujukannya dengan menggunakan bahasa yang lebih sederhana. Kutipan
ini dibuat menjadi sebuah kalimat yang tidak diapit oleh tanda petik dua/kutip
(“…”) yang kemudian mecantumkan sumber rujukan.
Contoh kutipan langsung:
Melalui internet, semua orang dapat berkeliling kemampuan tanpa terkecuali
termasuk laut dalam dan luar angkasa (Inere, 2019).
Atau mendahulukan sumber rujukan yang diikuti dengan kalimat kutipan, seperti
berikut:
(Inere, 2019) berpendapat bahwa melalui internet, semua orang dapat berkeliling
kemanapun tanpa terkecuali termasuk laut dalam dan luar angkasa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Saat ini plagiarisme sudah menjangkiti kalangan civitas akademika yang seharusnya
menjadi agen pembuat perubahan (agent of change). Di Indonesia, tindak plagiarisme
mewabah dan tidak sepenuhnya diberi sanksi oleh pihak berwenang. Padahal di
Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Singapura, tindakan menjiplak
dikenai sanksi hukum dan moral yang keras, sehingga tingkat plagiarisme termasuk
rendah di Negara tersebut.
Plagiarisme pada dasarnya disebabkan oleh kurang kuatnya pemahaman civitas
akademika mengenai plagiarisme serta kurangnya itikad baik dari lembaga
pendidikan dan pemerintah untuk memberikan sanksi yang tegas bagi pelaku
plagiarisme. Sebagai akibatnya, praktik plagiarisme dianggap biasa terjadi di
lingkungan pendidikan. Hal ini berakibat langsung pada pola pikir generasi
selanjutnya yang malas berfikir dan kehilangan daya berpikir kritis. Sebagai akibat
lebih lanjut, plagiarisme mengurangi kualitas produk pembangunan sebuah Negara
layaknya tindakan parasitisme tumbuhan benalu pada tumbuhan induk.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk kedepannya kami sebagai penulis akan berusaha untuk menulis
makalah yang lebih baik lagi, lebih fokus dan lebih detail dalam menjelaskan
makalah yang kami buat lalu sumbernya pun dapat kami pertanggungjawabkan. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan bimbingan dari bapak/ibu dosen dan juga kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman sekalian
guna kedepannya penulisan dapat membuat makalah yang lebih baik dan lebih ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Cindy Fitria Putri, Indri Putri Kunanti, Nabila Zahra Aghnia G, Raden Rafly
Yogaswara N. (2019). PLAGIARISME DAN CARA MENGHINDARINYA. Di
https://www.researchgate.net/publication/336511458_PLAGIARISME_DAN_CARA
_MENGHINDARINYA
Wibowo, Wahyu, 2016, Penulisan Buku Ajar Perguruan Tinggi: Hakikat, Formulasi,
dan Problem Etisnya, Jakarta: Rajawali Pers