Anda di halaman 1dari 3

Lika-liku Penerapan Etika Akademik

Puji syukur kehadirat tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan inayah-
Nya kepada kita semua sehingga artikel ini bisa selesai dan terbaca. Menurut Yusrin Tosepu
pada artikel “Menelisik Budaya dan Etika Akademik (2018)”, Etika akademik adalah ketentuan
yang menyatakan perilaku baik atau buruk dari para anggota civitas akademika perguruan tinggi
(PT), ketika mereka berbuat atau berinteraksi dalam kegiatan yang berkaitan dengan ranah dalam
proses pembelajaran. Etika akademik mengikat perilaku penulis dan pembaca. Terdapat
tanggung jawab moral yang harus dijaga ketika kita ingin menulis suatu karya dan memasukkan
karya orang lain sebagai referensi dari karya kita. Untuk itu perlu adanya etika yang mengatur
kehidupan para akademisi untuk selalu menjaga keaslian dari karyanya.
Penerapan etika akademik dalam kehidupan mahasiswa dan umum tak sepenuhnya
berjalan lancar. Didalam praktiknya banyak terjadi pelanggaran. Banyak contoh pelanggaran
yang dilakukan antara lain plagiarism, karya dipublikasikan berkali-kali, pemalsuan atau
pengurangan atau penambahan data di dalam karya, dan mengklaim karya seseorang. Namun tak
sedikit juga mahasiswa dan masyarakat umum yang memulai iktikad untuk mengubah perilaku
menjadi lebih baik. Masyarakat menyantumkan nama penulis dalam karya yang dia tulis,
membeli karya seseorang, dan tidak memalsukan karyanya.
Pelanggaran etika akademik marak terjadi karena kurangnya edukasi kepada masyarakat
tentang etika akademik. Masyarakat malas lantaran mencari informasi tentang penulis karya dan
sumber sangatlah rumit. Ketidakhati-hatian dalam penulisan karya membuat karya yang dibuat
terdapat penambahan atau pengurangan kata-kata. Hal itu dapat membuat arti yang berbeda
dalam setiap kalimat yang disampaikan. Bila kalimat yang disampaikan sudah berbeda maka
terdapat kecurangan dalam pembuatan karya. Penulis sudah susah payah membuat karya untuk
literasi masyarakat, namun masyarakat hanya menyepelekan dan justru tidak memberikan kredit
kepada penulis.
Sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai seorang akademisi dan pencari ilmu untuk
sama-sama menghargai para akademisi lain yang berkarya. Memberikan timbal balik berupa
kutipan dalam setiap karya yang dicantumkan itu sudahlah cukup bagi mereka. Ada rasa dimana
sebagai sesama penulis harus saling menghargai dan menghormati kaya masing-masing dan
tentu saling memberikan apresiasi. Bukan malah mencontoh dan meniru karya seseorang.
Tindakan tersebut dapat membuat sakit hati si pembuat karya. Sebagai seorang pembaca
literature yang baik, seharusnya memberikan kredit juga kepada seorang penulis karya. Hal itu
sudah menjadi tanggung jawab seorang pembaca yaitu menghargai karya seseorang.
Tak hanya msalah kutipan, plagiarisme juga termasuk pelanggaran etika akademik.
Plagiarisme juga banyak tipenya. Menurut Soelistyo (2011) ada beberapa tipe plagiarisme :

1. Plagiarisme Kata demi Kata (Word for word Plagiarism). Penulis menggunakan kata-
kata penulis lain (persis) tanpa menyebutkan sumbernya.
2. Plagiarisme atas sumber (Plagiarism of Source). Penulis menggunakan gagasan orang
lain tanpa memberikan pengakuan yang cukup (tanpa menyebutkan sumbernya secara
jelas).
3. Plagiarisme Kepengarangan (Plagiarism of Authorship). Penulis mengakui sebagai
pengarang karya tulis karya orang lain.
4. Self Plagiarism. Termasuk dalam tipe ini adalah penulis mempublikasikan satu artikel
pada lebih dari satu redaksi publikasi. Dan mendaur ulang karya tulis/ karya ilmiah. Yang
penting dalam self plagiarism adalah bahwa ketika mengambil karya sendiri, maka
ciptaan karya baru yang dihasilkan harus memiliki perubahan yang berarti. Artinya Karya
lama merupakan bagian kecil dari karya baru yang dihasilkan. Sehingga pembaca akan
memperoleh hal baru, yang benar-benar penulis tuangkan pada karya tulis yang
menggunakan karya lama.

Dengan maraknya kasus plagiarisme dan kasus pelanggaran etika akademik lainnya,
alangkah baik ada langkah preventif yang dapat dilakukan untuk menghindari bahkan
menghentikna pelanggaran tersebut. Hal-hal tersebut sudah diatur dalam Permen Diknas No.17
Tahun 2010 Pasal 7 antara lain :

1. Karya mahasiswa (skripsi, tesis dan disertasi) dilampiri dengan surat pernyataan dari
yang bersangkutan, yang menyatakan bahwa karya ilmiah tersebut tidak mengandung
unsur plagiat.
2. Pimpinan Perguruan Tinggi berkewajiban mengunggah semua karya ilmiah yang
dihasilkan di lingkungan perguruan tingginya, seperti portal Garuda atau portal lain yang
ditetapkan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi.
3. Sosialisasi terkait dengan UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 dan Permendiknas No. 17
Tahun 2010 kepada seluruh masyarakat akademis.

Selain terdapat undang-undang tersebut, kita sebagai masyarakat turut membantu dalam
memberika edukasi terhadap banyak orang bahwa jika ingin menyantumkan karya orang lain di
dalam karya yang anda tulis atau ketik, setidaknya cantumkan kutpan di karya anda. Setidaknya
hal itu yang dapat kita lakukan sebagai pembaca sekaligus penulis yang menggunakan karya
seseorang sebagai referensi. Memakasi aplikasi anti-plagiarisme adalah salah satu contoh
menghindari tindakan plagiat. Dengan menggunakan aplikasi anti-plagiarisme anda bisa
mendeteksi kalimat yang anda cantumkan tidak meniru karya orang lain.

Salah satu cara memberikan kredit kepada penulis atau pengarang sebuah karya adalah
dengan memberika kutipan. Kutipan ini berfungsi sebagai penanda bahwa kalimat yang kita
gunakan pada teks ini berasal dari karya orang lain. Untuk itu perlu adanya kutipan. Kutipan
terdapat 2 jenis, kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah
pemakaian kutipan yang dilakukan penulis dengan cara menulis kembali pikiran atau pendapat
atau ide atau gagasan ornag lain sama persis dengan aslinya. Dengan kata lain, penulis secara
langsung memakai teknik copy kemudian paste tanpa adanya pengubahan dari kalimat aslinya

Lain halnya dengan kutipan tidak langsung. Kutipan tidak langsung adalah pemakaian
kutipan yang dilakukan penulis dengan cara mengambil pikiran atau ide, kemudian
menyampaikan dalam karya penulis tersebut dengan kalimatnya sendiri sesuai dengan
pemahamannya. Penulis hanya merangkum dan memahami inti dari kalimat tersebut, lalu dia
menuangkan dalam karyanya dengan bahasa dan pemahamannya sendiri. Perbedaan yang
mencolok antara kutipan langsung dan kutipan tidak langsung adalah hasil kutipannya. Hasil
kutipan langsung yakni asli langsung dari sumber tanpa ada penambahan atau pengurangan.
Sedangkan kutipan tidak langsung penulis mengutarakan ide atu pemahamannya sendiri ke
dalam karyanya oleh karena itu kalimat yang disampaikan berbeda namun intinya tetap sama.

Etika akademik memanglah sangat rumit. Segala peraturan perundang-undang harus


diikuti dan ditaati untuk menjaga keotentikan suatu karya dari tangan-tangan jahil yang belum
teredukasi. Sudah menjadi tanggung jawab kita mahasiswa dan khalayak umum untuk selalu
berusaha setidaknya balsan berupa kutipan dalam setiap karya seseorang yang kita cantumkan di
karya yang kita tulis. Penulis akan tersanjung apabila karyanya digunakan sebagi sarana mencari
ilmu, bertukar pendapat, dan sarana mengembangkan diri untuk keberlangsungan umat manusia.
Sedikit demi sedikit kita akan mengurangi plagiarisme dengan menjalankan etika akademik
dengan semaksimal mungkin.

Anda mungkin juga menyukai