NIM : 200810301069
Kelas : 11
2) Zahrotul Firdaus
Karya tulis ilmiah dibuat dengan dasar fakta yang sifatnya objektif, tidak bersifat
emosional/personal dan tersusun secara sistematis dan logis. Bahasa yang dipakai dalam
suatu karya tulis ilmiah adalah bahasa Indonesia yang baku yang sesuai dengan kaidah Ejaan
Yang Disempurkan (EYD).
Data yang diberikan jelas dan sesuai dengan fakta yang ada
Tidak ambigu
Bisa menjadi transformasi pengetahuan bagi sekolah atau institusi perguruan tinggi
dengan masyarakat atau bagi peminatnya.
Melatih keterampilian dasar untuk menjalankan penelitian dengan benar dan teratur.
Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang ada pada mahasiswa dalm
menghadapi dan menyelesaikan masalah berupa karya ilmiah setelah yang
bersangkutan mendapatkan pengetahuan dari keilmuannya.
Sebagai wahana melatih pengungkapan pikiran atau hasil penelitiannya berupa tulisan
ilmiah yang sistematis.
Jenis-Jenis Plagiarisme
Menurut Soelistyo (2011), plagiarisme atau plagiat dapat diklasifikasikan dalam
beberapa tipe, bentuk dan jenis, yaitu:
Berdasarkan aspek yang dicuri, plagiat terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
1. Plagiat Ide (Plagiarism of Ideas). Tipe plagiat ini relatif sulit dibuktikan karena ide
atau gagasan bersifat abstrak dan kemungkinan memiliki persamaan dengan ide orang
lain. Atau, ada kemungkinan terjadi adanya dua ide yang sama pada dua orang
pencipta yang berbeda.
2. Plagiat Kata demi Kata (Word for word plagiarism). Tipe ini serupa dengan
slavish copy, yaitu mengutip karya orang lain secara kata demi kata tanpa
menyebutkan sumbernya. Plagiasi dianggap terjadi karena skala pengutipannya sangat
substansial sehingga seluruh ide atau gagasan penulisannya benar-benar terambil.
Plagiasi seperti ini banyak dilakukan pada karya tulis.
3. Plagiat Sumber (Plagiarism of Source). Plagiat tipe ini memiliki kesalahan yang
fatal karena tidak menyebutkan secara lengkap selengkap-lengkapnya referensi yang
dirujuk dalam kutipan. Jika sumber kutipan itu merujuk seseorang sebagai penulis
yang terkait dengan kutipan, maka nama penulis tersebut harus turut serta disebut. Ini
tentu sikap yang fair dan tidak merugikan kepentingan penulis tersebut serta
kontributor-kontributor lainnya.
4. Plagiat Kepengarangan (Plagiarism of Authorship). Tulis karya tulis yang disusun
oleh orang lain. Tindakan ini terjadi atas dasar kesadaran dan motif kesengajaan untuk
membohongi publik. Misalnya mengganti kover buku atau sampul karya tulis orang
lain dengan kover atas namanya tanpa izin.
1. Plagiat Sengaja. Plagiat sengaja adalah plagiat yang secara sadar melakukan
tindakan dengan menggunakan, meminjam, menjiplak karya orang lain baik berupa
ide, gagasan, kalimat, dan teori tanpa mencantumkan sumber referensi.
2. Plagiat Tidak Sengaja. Plagiat tidak sengaja adalah plagiat yang dilakukan oleh
seseorang karena ketidak-sengajaan, yaitu kurangnya pengetahuan dan pemahaman
orang tersebut dalam mengutip.
Berdasarkan proporsi atau jumlah persentase yang dibajak, plagiat dibagi menjadi beberapa
jenis, yaitu:
1. Plagiat Ringan. Plagiat ringan manakala dalam sebuah karya tulis ilmiah yang dibuat
oleh seseorang kurang dari 30%.
2. Plagiat Sedang. Plagiat sedang mempunyai prosentasi 30%-70% dalam sebuah karya
tulis yang dibuat.
3. Plagiat Total. Plagiat total berarti lebih dari 70% isi karya tulis ilmiahnya merupakan
plagiat dari karya orang lain. Plagiat ini tidak bisa ditoleril dan karya tersebut harus
direvisi ataupun tak diakui.
3. Bagaimana cara untuk menghindari Plagiarism?
Berikut ini tips menghindari plagiarism:
1. Sertakan sitasi
Ketika seseorang menggunakan gagasan, informasi, pun opini yang bukan buah pikir
sendiri, sitasi adalah sebuah keharusan. Hal tersebut juga berlaku meskipun penulis tidak
menggunakan kata-kata yang sama persis. Penyertaan sitasi di sini artinya penulis harus
memberikan keterangan dari mana informasi yang dituliskan didapat.
Sumber tersebut tidak hanya untuk buku, jurnal, skripsi, atau rekaman audio/visual,
namun juga sitasi untuk gagasan dari internet juga harus dicantumkan. Penulisan sitasi juga
penting untuk dilakukan ketika penulis merasa ragu dengan keakuratan informasi yang
disajikan. Sitasi dapat berupa body note maupun foot note.
Daftar pustaka adalah salah satu kewajiban yang tidak boleh dilupakan ketika menulis
karya tulis. Sayangnya, masih ada yang baru mendata ulang daftar pustaka setelah tulisan
selesai. Hal seperti itu tidak salah, namun sangat berpotensi untuk melewatkan satu, dua, atau
beberapa sumber sekaligus. Dalam artian, sitasinya telah tercantum di body note atau foot
note namun luput dalam daftar pustaka. Dengan mendata apa saja sumber yang dipakai sejak
awal, kesalahan bisa diminimalisir, pun akan sangat membantu dalam penyusunan daftar
pustaka.
3. Lakukan parafrase
4. Lakukan interpretasi
Untuk memperkuat gagasan yang disampaikan, terkadang ada pendapat yang harus
dijadikan bahan pembanding atau dipinjam. Dalam hal ini, bisa jadi analisisnya terlalu rumit
maupun butuh interpretasi tambahan. Interpretasi dilakukan seperlunya.
Terakhir, apabila penulis masih merasa khawatir dengan hasil akhir karya tulisnya,
aplikasi antiplagiarisme dapat dicoba. Misalnya menggunakan aplikasi TESSY.ID. Dengan
aplikasi antiplagiarisme, tulisan yang dihasilkan bisa dibandingkan dengan tulisan-tulisan
yang sudah terbit sebelumnya. Aplikasi akan menunjukkan berapa persen tingkat kemiripan
yang ditemukan.