someone else‘s work or ideas and passing them off as one‘s own”.1 Artinya mengambil dan
menggunakan ide seseorang, tulisan atau penemuan seseorang menjadi miliknya. Inilah yang
disebut plagiarism. Kamus ini juga menerangkan asal kata plagiarism adalah dari Bahasa Latin,
yaitu plagiarius yang berarti ‘penculik’ atau plagium yang berarti ‘sebuah penculikan’ dan dari
Bahasa Yunani, yaitu plagion. Menurut asal-usul kata ini, plagiarism dapat diartikan sebagai
sebuah tindakan penculikan karya seseorang dan mengakuinya sebagai karyanya sendiri.
Dalam Bahasa Indonesia, istilah plagiat, yang merupakan serapan dari Bahasa Perancis, lebih
populer dibanding plagiarism. Bahkan istilah plagiat ini sudah dimasukkan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 17 Tahun 2010 tentang pencegahan dan penangulangan plagiat
di perguruan tinggi. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ini, plagiat didefinisikan dalam
“Plagiat itu adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau
mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau
seluruh karya dan/atau karya ilmiah orang lain, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan
memadai.”2
1
Oxford University. (2016). “Plagiarism”,‖ English Oxford Living Dictionaries (Oxford: Oxford University Press,
2016),
2
Menteri Pendidikan Nasional. “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan
Dan Penangulangan Plagiat Di Perguruan Tinggi (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional”. 2010).
Selanjutnya dalam angka (2) menerangkan bahwa perbuatan plagiat tersebut dapat dilakukan baik
oleh individu, kelompok maupun lembaga. Definisi yang dikemukakan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional tersebut senada dengan beberapa definisi yang oleh beberapa lembaga
akademik di luar negeri. Publication Ethics Committee of World Association Medicine Editors
“Plagiarism is the use of others' published and unpublished ideas or words (or other
Pada umumnya, perguruan tinggi, lembaga riset and lembaga akademik lainnya di negara maju
mempunyai kebijakan yang detil tentang pencegahan dan penanganan plagiarism. Dalam
kebijakan tersebut pada umumnya diuraikan pula batasan dan definisi plagiarism. Dalam banyak
definisi tentang plagiarism, isu sentralnya adalah pada penggunaan karya orang/pihak lain secara
tidak etis (unethical) karena tidak memberikan atribusi dan kredit kepada orang/pihak yang
Selain masalah etika, isu sentral plagiarism adalah masalah academic dishonesty (ketidak-jujuran
akademik). Beberapa definisi plagiarism, selain menyentuh aspek etika, kejujuran dan integritas,
juga mengurai secara lebih detil tentang item-item yang potensial diplagiasi. Definisi lain bahwa
elemen-elemen dalam suatu karya ilmiah, seperti teks, dataset, tabel, gambar, research instrument,
3
World Association Medicine Editors. (2016). “Recommendations on Publication Ethics Policies for Medical
Journals”. http://www.wame.org/about/recommendations-on-publication-ethicspolicie#Plagiarism
4
Harliansyah, F. (2017). “Plagiarism dalam Karya atau Publikasi Ilmiah dan Langkah Strategis Pencegahannya”, 9(1),
pp. 103–114.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010 pada pasal 2 lingkup dan pelaku
a. Mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dari
suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan
b. Mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau
informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau
c. Menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber
secara memadai;
d. Merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber kata-kata dan/atau
kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara
memadai;
e. Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak
Tindak plagiarism atau plagiat dapat diklasifikasikan dalam beberapa tipe, bentuk dan jenis,
diantaranya yaitu Jenis plagiat berdasarkan aspek yang dicuri, Jenis plagiat berdasarkan
5
Wijaya, Hengki. (2016). “PLAGIARISM DALAM PENELITIAN.”
6
Soelistyo, Henry. (2011). “Plagiarism: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika”. Yogyakarta: Kanisius.
Berdasarkan aspek yang dicuri, plagiat terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
- Plagiat Ide (Plagiarism of Ideas). Tipe plagiat ini relatif sulit dibuktikan karena ide atau
gagasan bersifat abstrak dan kemungkinan memiliki persamaan dengan ide orang lain.
Atau, ada kemungkinan terjadi adanya dua ide yang sama pada dua orang pencipta yang
berbeda.
- Plagiat Kata demi Kata (Word for word plagiarism). Tipe ini serupa dengan slavish copy,
yaitu mengutip karya orang lain secara kata demi kata tanpa menyebutkan sumbernya.
Plagiasi dianggap terjadi karena skala pengutipannya sangat substansial sehingga seluruh
ide atau gagasan penulisannya benar-benar terambil. Plagiasi seperti ini banyak dilakukan
- Plagiat Sumber (Plagiarism of Source). Plagiat tipe ini memiliki kesalahan yang fatal karena
kutipan. Jika sumber kutipan itu merujuk seseorang sebagai penulis yang terkait dengan
kutipan, maka nama penulis tersebut harus turut serta disebut. Ini tentu sikap yang fair dan
- Plagiat Kepengarangan (Plagiarism of Authorship). Tulis karya tulis yang disusun oleh
orang lain. Tindakan ini terjadi atas dasar kesadaran dan motif kesengajaan untuk
membohongi publik. Misalnya mengganti kover buku atau sampul karya tulis orang lain
- Plagiat Sengaja. Plagiat sengaja adalah plagiat yang secara sadar melakukan tindakan
dengan menggunakan, meminjam, menjiplak karya orang lain baik berupa ide, gagasan,
- Plagiat Tidak Sengaja. Plagiat tidak sengaja adalah plagiat yang dilakukan oleh seseorang
dalam mengutip.
Berdasarkan proporsi atau jumlah persentase yang dibajak, plagiat dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu:
- Plagiat Ringan. Plagiat ringan manakala dalam sebuah karya tulis ilmiah yang dibuat oleh
- Plagiat Sedang. Plagiat sedang mempunyai prosentasi 30%-70% dalam sebuah karya tulis
yang dibuat.
- Plagiat Total. Plagiat total berarti lebih dari 70% isi karya tulis ilmiahnya merupakan plagiat
dari karya orang lain. Plagiat ini tidak bisa ditoleril dan karya tersebut harus direvisi ataupun
tak diakui.
Dalam dunia akademik, plagiarism merupakan salah satu dosa terbesar yang dilakukan oleh insan
akademik yang harusnya menjunjung tinggi marwah pendidikan itu sendiri yaitu jujur dalam
berkarya. Anehnya, saat kita bicara mengenai plagiarism di lingkup pendidikan tinggi khususnya,
terbatasnya waktu seseorang dalam melakukan penulisan karya ilmiah sehingga mendorong
seseorang melakukan copy-paste karya orang lain, rendahnya minat baca dan kurangnya referensi
dalam menganalisis suatu masalah yang ingin dikaji, serta kurangnya pemahaman yang dilakukan
oleh dosen kepada mahasiswa terkait plagiarism itu sendiri7. Sebetulnya Pemerintah dalam
pidana dan pencabutan gelar bagi seseorang yang terbukti melakukan plagiarism.
Aturan tersebut termaktub dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional atau UU Sisdiknas khususnya dalam pasal 25 ayat 2 yang berbunyi, “Lulusan
perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk memperoleh gelar akademik, profesi, atau
vokasi terbukti merupakan jiplakan dicabut gelarnya”, lebih lanjut dalam pasal 70 dijelaskan pula
sanksi pidana yang akan diberikan kepada seseorang yang terbukti melakukan plagiarism yaitu, ”
Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau
vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana
dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Selain dalam Undang-Undang Sisdiknas, sanksi bagi seseorang yang terbukti melakukan
plagiarism juga diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 17
7
Perpustakaan Universitas Gadjah Mada (2017). Panduan Anti Plagiarism. diakses pada 24 Maret 2021 pukul 09.15
dari Panduan Anti Plagiarism – Perpustakaan (ugm.ac.id)
Sanksi tersebut termaktub dalam pasal 12 ayat (1) yang mengatur urutan sanksi dari yang
teringan sampai terberat bila mahasiswa ditetapkan melakukan plagiarism. Sanksi tersebut terdiri
dari :
a. teguran
b. peringatan tertulis
d. pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh mahasiswa
Dalam pasal 12 ayat (2) Permendiknas No 17 Tahun 2010 juga diatur mengenai sanksi bila yang
a. teguran
b. peringatan tertulis
kependidikan;
g. pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga
kependidikan; atau
Pasal 12 ayat (3) juga mengatur tentang sanksi bila yang melakukan tindak plagiarism adalah guru
pemberhentian dari jabatan guru besar/profesor/ahli peneliti utama oleh Menteri atau pejabat yang
berwenang atas usul perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Masyarakat melalui Koordinator
Perguruan Tinggi Swasta. Pasal 4 menjelaskan lebih lanjut mengenai penolakan usul untuk
peneliti utama perguruan tinggi lain, apabila dosen/peneliti/tenaga kependidikan tersebut pernah
dijatuhi sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f atau huruf g serta dijatuhi sanksi
tambahan berupa pemberhentian dari jabatan guru besar/professor/ahli peneliti utama. Akan tetapi
jika dari pihak perguruan tinggi tidak menjatuhkan sanksi yang diatur dalam ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3), maka dalam pasal 5 Menteri sendiri yang secara langsung akan menjatuhkan sanksi kepada
plagiator (orang yang melakukan plagiarism). Ayat 6 dijelaskan secara lebih lanjut mengenai sanksi
yang diberikan kepada pimpinan perguruan tinggi sesuai dengan pasal 5, terdiri dari:
a. teguran
b. peringatan tertulis
kedepan serta menjadi bahan evaluasi besar-besaran untuk menciptakan suatu kurikulum
pendidikan yang mampu menciptakan generasi yang memiliki integritas dan beretika dalam
pembuatan dan penyususnan karya akademik dengan meminimalisir segala bentuk tindak
plagiarism.
Bagai noda tumpahan kopi yang jatuh ke baju putih, kasus plagiarism dalam dunia pendidikan
sangat sulit untuk dihilangkan. Mulai dari rektor, guru besar hingga para pejabat publik satu persatu
tersandung kasus plagiarism, Beberapa contoh kasus plagiarism dalam dunia pendidikan yaitu
Anggito Abimanyu, seorang dosen Eakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada yang
tersandung kasus plagiarism dalam tulisannya yang berjudul “Gagasan Asuransi Bencana” dalam
kolom Opini Kompas edisi 10 Januari 2014.8 Namun dirinya mengaku bahwa apa yang dia lakukan
bukanlah sebuah plagiarism melainkan telah terjadi kesalahan dalam mengutip referensi di sebuah
folder komputer pribadi yang diketahui merupakan kertas kerja milik Hotbonar Sinaga dan
Munawar Kasan. Buntut dari polemik dugaan plagiarism tersebut, akhirnya Anggito Abimanyu
memilih untuk mundur dari instansi tempat dia mengajar yaitu di Fakultas Ekonomi Bisnis UGM.9
8
Merdeka.com (17 Februari 2014). Kasus Plagiarism, Anggito Abimanyu Mundur Dari UGM. diakses pada 24 Maret
2021 pukul 12.47 dari https://www.merdeka.com/peristiwa/kasus-plagiarism-anggito-abimanyu-mundur-dari-
ugm.html
9
Luqman Hakim (2014). Anggito Abimanyu mundur dari UGM setelah dituduh plagiat.. diakses pada 24 Maret 2021
pukul 17.49 dari https://www.antaranews.com/berita/419472/anggito-abimanyu-mundur-dari-ugm-setelah-dituduh-
plagiat
Kasus plagiarism kedua adalah dugaan plagiarism rektor Unnes, Fathur Rokhman dalam
disertasinya ketika menempuh gelar doktoral di UGM. Disertasi yang dituduh plagiarism tersebut
Dalam laporan daring Kaukus Kebebasan Akademik (KIKA) yang diungkap oleh Abdil Mughis
Mudhoffir, menerangkan bahwa disertasi Fathur Rokhman ketika menyelesaikan gelar doktoralnya
di UGM pada tahun 2003 terbukti melakukan plagiarism mahasiswi atas nama Ristin Setyani dan
Kasus plagiarism ketiga adalah dugaan plagiarism yang dilakukan oleh rektor Universitas Halu
Oleo Kendari. Muhammad Zamrun Firihu diduga melakukan plagiat terhadap beberapa jurnal yang
ia publikasikan. Salah satu karyanya yang diduga plagiat berjudul “Microwaves Enhanced
Kasus plagiarism keempat adalah Grace Kandou yang diduga melakukan plagiarism terhadap
makalah gelar profesornya yang disusun ulang dari makalah seminar di Medan. Akhirnya terbitlah
SK Rektor No. 1132/UN12/KP/2013 tanggal 6 Mei 2013 yang menjatuhkan sanksi penundaan
10
Tempo.co (26 Januari 2021). Disertasi Rektor Unnes Dituding Hasil Plagiat. diakses pada 24 Maret 2021 pukul
18.04 dari https://nasional.tempo.co/read/1426792/disertasi-rektor-unnes-dituding-hasil-plagiat
11
Fakhrizal Fakhri (07 Desember 2017). Kasus Plagiarism Rektor Universitas Halu Oleo Jadi Atensi Presiden Jokowi.
diakses pada 24 Maret 2021 pukul 18.25 dari https://news.okezone.com/read/2017/12/07/65/1826911/kasus-
plagiarism-rektor-universitas-halu-oleo-jadi-atensi-presiden-jokowi
12
Michelle de Jonker (07 Maret 2018). Gonjang-ganjing Pilihan Rektor Unsrat, Prof Grace Kena Isu Auto Plagiat.
diakses pada 24 Maret 2021 pukul 20.41 dari https://news.detik.com/berita/d-3902501/gonjang-ganjing-pilihan-rektor-
unsrat-prof-grace-kena-isu-auto-plagiat
Kasus plagiarism yang kelima adalah dugaan plagiarism yang dilakukan oleh Prof. Anak
Agung Banyu Perwira, salah satu staff pengajar di Universitas Katolik Parahyangan (Unpar). Ia
kedapatan sudah enam kali melakukan plagiarism dan sudah terlanjur dipublikasikan di media
massa. Kemudian pada tanggal 4 Februari 2010, The Jakarta Post mencabut secara resmi artikel
milik Banyu karena isu plagiarism ini. Buntut dari kasus ini yaitu pada tanggal 8 Februari 2010,
Kasus plagiarism yang keenam adalah dugaan plagiarism tehadap Nur Alam, mantan
Gubernur Sulawesi Tenggara selaku pejabat yang sedang menempuh gelar S-3 di UNJ. Disertasi
Nur Alama yang berjudul “Evaluasi Program Bank Perkreditan Rakyat Bahteramas di Provinsi
Sulawesi Tenggara” setelah ditelaah terdapat 27 sumber yang ‘dicomot’ dari laman internet.14
Kasus plagiarism yang ketujuh adalah dugaan plagiarism terhadap Mochamad Zuliansyah, seorang
alumnus dari Institut Teknologi Bandung. Makalah ilmiah Mochamad Zuliansyah yang berjudul
“3D Topological Relations for 3D Spatial Analysis” tercatat sebagai plagiasi dari paper yang
berjudul “On 3D Topological Relationships” yang ditulis oleh Siyka Zlatanova. IEEE
mengkategorikan plagiasi yang dilakukan Mochamad Zuliansyah ini sebagai plagiasi level 1
(paling berat). Akhirnya, pihak ITB menyatakan bahwa disertasi dan ijazah Doktor dari Mochamad
13
detikNews (09 Februari 2010). Prof Banyu akan Diberhentikan dari Unpar Secara Tidak Terhormat. diakses pada 24
Maret 2021 pukul 20.56 dari https://news.detik.com/berita/d-1296122/-prof-banyu-akan-diberhentikan-dari-unpar-
secara-tidak-hormat
14
Arbi Sumandoyo (07 Februari 2018). Akhir Para Plagiator Disertasi di Universitas Negeri Jakarta. diakses pada 24
Maret 2021 pukul 21.20 dari https://tirto.id/akhir-para-plagiator-disertasi-di-universitas-negeri-jakarta-cEoV
15
Pelita Fajarhati (23 April 2010). Press Release Kasus Plagiarism Mochammad Zuliansyah. diakses pada 24 Maret
2021 pukul 21.30 dari https://www.itb.ac.id/berita/detail/2811/press-release-kasus-plagiarism-mochammad-
zuliansyah
Kasus plagiarism yang kedelapan adalah dugaan plagiarism terhadap Felix Kasim, seorang rektor
mahasiswanya. Salah satu karya mahasiswa yang dikutip oleh Felix adalah “Studi Kasus Program
Pelayanan Kesehatan Dasar Gratis di Kota Banjar” milik Andini Dwikenia Anjani tahun 2008
silam. Felix mengutip karya tersebut untuk dijadikan makalah pada sebuah acara simposium di
Dengan demikian, beberapa contoh konkrit kasus plagiarism diatas sudah membuktikan bahwa
dunia pendidikan ini masih dinodai oleh tindakan-tindakan plagiat mulai dari mahasiswa, dosen,
rektor, guru besar, hingga pejabat pemerintahan di Indonesia. Untuk itu Pemerintah dalam
kapasitasnya tidak hanya membuat pendidikan berorientasi terhadap nilai saja, akan tetapi perlu
juga menciptakan integritas akademik yang membuat insan-insan akademik khususnya untuk bisa
menciptakan suatu karya yang orisinil dan menjauhi segala bentuk penjiplakan atau plagiarism
hanya untuk mendapat gelar dan pengakuan akademik semata, akan tetapi integritaslah yang perlu
Sebagaimana yang diungkapkan dalam monograf TIM KIKA bahwa kronolgi atau perjalanan
16
Tribunnews.com (04 Februari 2014). Rektor Maranatha Diduga Plagiat: Mahasiswa Tahu Tapi Tak Bisa Apa-apa.
diakses pada 24 Maret 2021 pukul 21.40 dari https://www.tribunnews.com/nasional/2014/02/04/rektor-maranatha-
diduga-plagiat-mahasiswa-tahu-tapi-tak-bisa-apa-apa
17
TIM AKADEMIK KAUKUS INDONESIA UNTUK KEBEBASAN AKADEMIK (KIKA). Kajian atas Kasus
Plagiarism Fathur Rokhman, Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES) hal 1-9
Jauh sebelum isu dugaan plagiasi muncul pada tahun 2001 mahasiswi UNNES atas nama
Ristin Restiyani menulis skripsi dengan judul “Pilihan Ragam Bahasa dalam Wacana Laras
Agama Islam di Pondok Pesantren Islam Salafi Al-Falah Mangunsari Banyumas”. Selain itu
mahasiswi lain atas nama Nefi Yustiani menulis skripsi dengan judul “Kode dan Alih Kode Dalam
berjudul “Kode Dan Alih Kode Dalam Pranatacara Pernikahan di Banyumas”. Selain pada tahun
2004 FR menulis artikel berjudul “Kode Bahasa dalam lnteraksi Sosial Santri: Kajian
Sosiolinguistik di Pesantren Banyuma” artikel tersebut dimuat dalam LITERA, Jurnal Penelitian
Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 3, Nomor 1, Januari 2004, halaman 12-26
Selanjutnya pada tahun 2014 FR terpilih sebagai rektor Universitas Negeri Semarang periode
2014-2018, namun dalam pemilihan tersebut memuat sebuah cerita dimana calon rektor Supriyadi
Rustad dan Fathur Rohman saling melaporkan ke pihak kepolisian. SR dilaporkan oleh FR atas
dugaan pemalsuan surat keterangan sebagai dosen aktif karena saat itu SR sedang menjabat sebagai
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan. Sedangkan FR dilaporkan SR karena dianggap telah menyebarkan berita bohong
mengenai status kepegawaian SR. Tak lama kemudian, SR mengundurkan diri dalam pencalonan
Dalam kepemimpinan Fathur Rohman menuai berbagai kritikan dari mahasiswa, misalnya di
tahun 2015 ketika memilih Ketua Dewan Penyantun. Agus Hermanto wakil DPR RI dari Fraksi
Demokrat dipilih sebagai ketua Dewan Penyantun, hal ini jelas menyalahi Peraturan Rektor
UNNES 18/2017 tentang Dewan Penyantun. Penyusunan Dewan Penyantun tidak banyak guru
dewan penyantun. Pada tahun berikutnya tepat di tanggal 30 Maret 2016, Menristekdikti
mendapatkan sebuah penghargaan Upakarti Udyakarya Guna dari UNNES juga Presiden RI, Susilo
UNNES. Tahun 2017 UNNES mendapat sorotan karena FR melaporkan dua mahasiwanya pasca
aksi tolak UKT dan penutupan program studi PGSD di tahun 2016. Pelaporan tersebut juga sebagai
respons atas unggahan Julio B. Harianja yang mengkritik Menristekdikti terkait UKT.
Pada 2 Januari 2018 terdapat aduan dari masyarakat (Rakyat Peduli Pendidikan Tinggi) kepada
Presiden, mengenai dugaan plagiarism yang dilakukan oleh FR. Pada Juni 2018 Tim EKA
(Evaluasi Kajian Akademik) Kemenristekdikti dibentuk untuk memeriksa dugaan plagiarism pada
artikel FR di Jurnal LITERA tahun 2004 atas tulisan Anif Rida (AR) yang dipresentasikan di
Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya (KOLITA) 1 pada 17-18 Februari 2003 di Jakarta. Pada
bulan yang sama Profesor Sarati Wilonoyudho dari UNNES membuat status Facebook yang
membocorkan dokumen bukti plagiarism FR. Kemudian 7 Juni 2018 Majelis Senat UNNES
mengadakan sidang merespons dugaan plagiarism yang dilakukan Rektor UNNES. Bersamaan
dengan itu FR menabrak mahasiswa yang tengah demo menolak UKT dan dugaan plagiarism. Pada
9 Juni 2018 FR dinyatakan tidak melakukan plagiasi oleh Surat Senat UNNES.
Pada 30 Juni 2018 Serat.id, media rintisan AJI Semarang yang didirikan April 2018 memuat
berita berjudul ‘Tim EKA Mengantongi Bukti Plagiat Fathur’. Ini merupakan berita pertama yang
mengabarkan dugaan plagiarism FR. Kemudain pada 12 Juli 2018 Keputusan Jurnal LITERA
Artikel FR tidak asli 12 Juli 2018 Kuasa hukum FR, Ali Masyhar (AM), membuat somasi kepada
Jurnal LITERA atas keputusannya yang menyatakan artikel FR plagiat dan mengancam akan
menempuh jalur hukum jika Jurnal LITERA tidak mengklarifikasi surat tersebut dalam 2 hari. 17
Juli 2018 Jawaban somasi dari Jurnal LITERA bahwa somasi tanggal 12 Juli tidak beralasan secara
hukum. Selanjutnya 25 Juli 2018 Yunanto Adi Setiawan (YAS), pengacara dan aktivis Gusdurian
Pada 31 Juli 2018 Pembentukan Tim Evaluasi Kajian Akademik (EKA) oleh Kemenristekdikti.
Keputusan Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Kemenristekdikti Nomor 2794.1 Tahun 2018 Tentang Tim Kajian Akademik. Dasar pembentukan
tim ini adalah adanya aduan dari Rakyat Peduli Pendidikan Tinggi.
Pada 3 Agustus 2018 jawaban FR atas jawaban Jurnal LITERA atas somasi AM menegaskan
bahwa artikel FR adalah asli karena berdasar laporan risetnya tahun 2002. FR menyebut bahwa AR
telah meminjam naskah laporan yang tengah dikirim untuk dipublikasikan oleh Jurnal LITERA
tersebut untuk latihan membuat artikel dan presentasi pada konferensi nasional. Pada 4 Agustus
2018 Tim EKA mengumumkan hasil kajiannya yang menyatakan FR plagiat Anggota Tim Evaluasi
Kinerja Akademik (EKA) diketuai Prof Johannes Hutabarat M.Sc., dengan salah satu anggota Prof.
Dr. Engkus Kuswarno, M.S. Pakar Komunikasi Universitas Padjajaran menyatakan adanya plagiasi
pada artikel FR. Agustus 2018 FR merespon dengan menuduh SR, yang merupakan ketua Tim
EKA Kemenristekdikti, melakukan plagiat. FR juga mengancam anak dan istri SR yang juga dosen
UNNES bahwa ia akan membuka ‘dosa-dosa ’SR ke publik. SR merespon dengan menantang FR
Tentang Dugaan Plagiasi atas nama FR, yang ditandatangani Ketua Senat, Soesantyo, yang
menyatakan pada diktum kedua bahwa FR tidak melakukan plagiasi. Pada 14 September 2018 Tim
Kajian Akademik UNNES (gabungan tim dari Kemenristekdikti dan UNNES) menyatakan FR
tidak plagiat atas tulisan AR tetapi plagiat atas skripsi RS dan karya FR sendiri yang terbit
sebelumnya.
Pada 20 September 2018 YAS membuat pengaduan kepada ORI (Ombudsman Republik
Indonesia) atas lambannya penanganan kasus dugaan plagiarism FR Oktober 2018 Penetapan
Rektor UNNES periode 2018-2024. Kemudain pada 23 Oktober 2018 YAS membuat surat
pengaduan ke Rektor UGM atas dugaan plagiarism disertasi FR. Surat ini ditembuskan ke ORI,
Kemenristekdikti dan senat UGM. Balasan Rektor UGM Prof. Panut Mulyono dengan hasil kajian
dari Tim Prof Soepomo selaku promotor FR bahwa plagiasi FR tidak terbukti 26 Oktober 2018
UGM merespons surat YAS dengan membentuk tim pencari fakta. Hasilnya, menyerahkan
Maret 2019 Siaran pers ORI menyatakan UGM dan UNNES melakukan maladministrasi
dalam menangani kasus plagiarism FR. Kemudian Dewan Kehormatan UGM (DK-UGM) sebagai
komite etik Senat Akademik UGM melakukan pemanggilan kepada FR. Pada Februari 2020 FR
membawa sejumlah dokumen di hadapan media massa yang dianggap sebagai bukti bahwa dirinya
tidak plagiat. Dokumen itu adalah: proposal disertasi tahun 1997, tiga jilid draf disertasi tahun 2000,
2001 dan 2002 serta draf final disertasi tahun 2003. Diberitakan oleh Tagar.id. FR menunjukkan
M.A. menyatakan melalui huruf (H) Keputusan DK-UGM Nomor 2/UN1/DKU/2020 bahwa FR
terbukti telah melakukan plagiasi (Putusan Dewan Kehormatan UGM Nomor 2/UNI/DKU/2020
2020). Kemudian 19 Maret 2020 Rektor UGM, Panut Mulyono (PM) menunjuk 4 pakar hukum
pembuktian dan hak kekayaan intelektual untuk memberi nasihat hukum atas dugaan plagiarism
disertasi FR. Melalui Surat Rektor No. 1657/UN1.P/SET-R/RHS/HK/2020. Pada 26 Maret 2020
Nasihat hukum untuk kasus FR atas permintaan Rektor UGM yang menyatakan FR tidak plagiat
karena ada draf tahun 2000 dan menyatakan hasil kajian DK-UGM cacat karena tidak
mempertimbangkan draf disertasi tahun 2000. Pada 30 Maret 2020 Nasihat hukum dari Guru Besar
FH UGM atas permintaan Rektor UGM yang menyatakan bahwa FR tidak plagiat karena ada draf
tahun 2000 yang diklaim sebagai naskah yang dijiplak oleh RS dan NY. Pada 2 April 2020 Rektor
UGM membuat surat jawaban atas pengaduan YAS berdasarkan hasil kajian DK-UGM dan nasihat
hukum yang dimintanya yang menyatakan bahwa FR tidak plagiat. Pada 11 Mei 2020 SHP
mengajukan gugatan atas keputusan rektor UNNES yang menonaktifkan dirinya ke PTUN
Semarang.
Kemudian 15 Juli 2020 Koran Tempo memberitakan hasil analisis atas draf disertasi FR tahun
2000. Tempo menunjukkan adanya 2 kejanggalan: (1) pada halaman 152 terdapat pustaka tahun
2001; dan (2) pada halaman 123 terdapat halaman sisipan yang terlihat dicetak menggunakan laser
printer, teknologi yang baru ada setelah tahun 2000. Selanjutnya 10-15 Agustus 2020 Bidang IV
Dalam menjaga marwah dan integritas akademik, Kaukus Indonesia Untuk Kebebasan
Akademik atau yang disingkat Tim Akademik KIKA melakukan penyelidikan terkait permasalahan
plagiarism yang dilakukan oleh Rektor UNNES Fathur Rokhman (FR) yang telah berlarut-larut.
Dimana dalam penyelidikannya Tima Akademik KIKA menganalisis kajian atas dokumen-
dokumen dan beberapa sumber media massa yang memberikan bukti kuat terhadap kasus plagiasi
Dalam hasil kajian yang disusun dalam bentuk monografi tersebut menyatakan secara tegas
bahwa disertasi yang ditulis oleh FR pada tahun 2003 telah terbukti memplagiat skripsi tahun 2001
yang disusun oleh RS dan NY dimana keduanya merupakan mahasiswa bimbingan FR di Fakultas
Bahasa dan Seni UNNES. Melalui analisis authorship attribution ahli linguistik forensik Tim
Akademik KIKA menemukan inkonsistensi dalam disertasi FR. Dengan sangat jelas dirincikan
bahwa ada inkonsistensi penggunaan tanda baca, serta dalam abstrak paragraph kedua, salah eja
seperti pada kata “varisi” dan “frase” serta cara mengenalkan akronim pada paragraf pertama
seperti “masyarakat Banyumas (MB)” berbeda dengan paragraf keempat “BJ dan BI” tanpa
informasi lebih lanjut apa itu BJ dan BI. Inkonsistensi ini menjadi salah satu indikasi untuk
meneliti sebuah teks secara lebih jauh, untuk melihat apakah satu teks diproduksi oleh satu
orang atau lebih. Hal ini sangat mungkin terjadi karena setiap orang mempunyai idiolect
atau dialek personal di mana, menurut McMenamin (2002), tidak mungkin ada dua
individu yang menggunakan bahasa dengan cara yang sama persis dan akan selalu ada
disertasi FR dengan karya ilmiah lain sebelum disertasi tersebut diterbitkan, maka akan semakin
terang bukti-bukti yang didapat bahwa plagiarism memang telah dilakukan FR. Antara lain sebagai
berikut ;
Kyai: Pak Amir mengko sampean Melo rombongan sore napa bengi?
Ustad: Sekecone kepripun, menawi sonten langkung sae, mengke kulo saged sareng- sareng
kaliyan rombongan calon haji.’‘Sebaiknya bagaimana, kalau sore lebih baik, nanti saya
Sedangkan dalam Disertasi yang ditulis FR (2003) pada halaman 261 dituliskan kalimat
sebagai beriku:
Kyai: Pak Amir mengko sampean Melo rombongan sore napa bengi? ‘Pak Amir, nanti Anda
ikut rombongan sore atau malam?’ Ustad: Sekecone kepripun, menawi sonten langkung sae,
mengke kulo saged sareng-sareng kaliyan rombongan calon haji.’ ‘Sebaiknya bagaimana,
kalua sore lebih baik, nanti saya dapat bersama-sama dengan rombongan calon haji.’
Kedua dalam karya skripsi NY (2002) pada halalan 85 dituliskan kalimat sebagai berikut:
Nulyo sri pinangantyan kakung, yo Bagus Darmaji kepareng badhe amarengaken nggenyo
makarti ingkang garwo // Yo lumrah adicara lung tinampen kacar-kucur. (Lamp: I/Hal.
84/D: I) ‘Pengantin putra yaitu saudara Darmaji akan memberikan sesuatu yang berharga kepada
Nulyo sri pinangantyan kakung yo Bagus Darmaji kepareng amarengaken nggenyo makarti
ingkang garwa. Yo lumrah adicara lung tinampen kacar-kucur. ‘Pengantin putra yaitu saudara
Darmaji akan memberikan sesuatu yang berharga kepada istrinya. Lebih tepatnya acara kacar-
kucur’
Penyandingan teks diatas merupakan sedikit bukti plagiasi yang dilakukan oleh FR atas
karya ilmiah 2 skripsi mahasiswi yang pernah dia bimbing. Selain bukti plagiasi yang
ditemukan oleh Dewan Kehormatan UGM, Tim Akademik KIKA juga menemukan
kejanggalan lain dalam novum draf disertasi FR tahun 2000. Dalam halaman Daftar Isi,
tertulis beberapa bagian disertasi sebelum Bab I, yakni prakata, intisari, abstrak, daftar isi,
daftar bagan, dan daftar singkatan. Akan tetapi, tidak ditemukan bagian-bagian itu kecuali
Daftar Isi. Susuan dokumen dalam novum draft disertasi tersebut adalah Daftar Isi, diikuti
oleh satu halaman kosong berisi tulisan tangan dan diikuti langsung oleh Bab I.
Keganjilan lain juga ditemukan wartawan Tempo, Hidayat dan Maharani (2020).
Keganjilan yang pertama adalah adanya daftar rujukan Kamus Pepak Bahasa Jawa yang
ditulis oleh Sudaryanto dan Pranowo tahun 2001—belum pernah ada karya tulis yang
merujuk pada referensi yang diterbitkan satu tahun setelah karya ditulis (dalam hal ini,
draf ditulis pada tahun 2000 tetapi merujuk ke satu referensi yang terbit Pada tahun 2001).
Kejanggalan yang kedua adalah kualitas cetakan draf tahun 2000 dinilai lebih bagus dari
pada kualitas cetakan disertasi tahun 2003 yang disimpan di perpustakaan UGM. Selain
itu, halaman 123 yang ditambahkan sebagai halaman sisipan diyakini dicetak
meski sama-sama menggunakan tipe huruf Times New Roman. Bukti-bukti sebagaimana
dijelaskan di atas memperkuat dugaan adanya plagiasi yang dilakukan oleh FR.
UNNES
Reputasi merupakan intangible asset atau asset yang tidak nyata namun sangat berharga.18
Reputasi adalah aset terpenting bagi suatu lembaga. Reputasi akan menentukan citra yang akan
teringat di mata masyarakat pada suatu lembaga. Oleh karena itu, reputasi menjadi sangat penting
karena reputasi itulah salah satu indikator apakah lembaga tersebut itu sukses.
Kasus dugaan plagiarism yang dilakukan oleh FR memberikan dampak buruk terhadap reputasi
kampus UNNES sebagai lembaga akademik yang bertanggung jawab memproduksi dan
kasus dugaan plagiasi ini telah menurunkan citra Universitas Negeri Semarang. Sejak muncul isu
dugaan plagiasi yang dilakukan oleh rektornya, nama Universitas Negeri Semarang menjadi
sorotan dan kerap muncul dalam pemberitaan media massa. Selain merusak citra UNNES sebagai
kampus yang bereputasi internasional, kasus dugaan plagiasi yang dilakukan oleh FR juga
18
Tarigan, Roy Marthin. 2014. “Pengaruh Citra Merek dan Reputasi….”. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatra Utara.
Fakta hari ini menunjukan bahwa jika seseorang melakukan pencarian di mesin pencari Google
maka nama Universitas Negeri Semarang muncul bersamaan dengan kasus tersebut. Hal ini tentu
saja sangat disayangkan mengingat Universitas Negeri Semarang adalah kampus yang memiliki
cita sebagai kampus yang memiliki citra dan nama baik dalam pergaulan nasional maupun
internasional serta menjadi rujukan dalam kegiatan tridarma perguruan tinggi di tingkat
internasional. Cita mulia ini tidak akan terwujud apabila kasus-kasus yang dapat merusak reputasi
UNNES masih belum terselesaikan, termasuk diantaranya adalah kasus dugaan palgiasi oleh rektor
UNNES sendiri.
Tidak cukup hanya dengan gimik atau permainan narasi semata untuk dapat memperbaiki
reputasi suatu lembaga. Perlu langkah konkret terkhusus dari internal lembaga itu sendiri.
Memburuknya reputasi UNNES akibat dugaan plagiasi rektornya tentu tidak dapat didiamkan
berlarut-larut. Jika memang FR yakin bahwa dirinya tidak melakukan tindak plagiasi sebagiamana
yang didugakan, maka sebaiknya FR harus melakukan uji publik dan bahkan jika perlu
mengadakan debat akademis secara tebuka bersama pihak-pihak yang telah menemukan fakta dan
bukti terkait dugaan plagiasi yang dilakukan dirinya. Hal tersebut harus segera dilakukan agar kasus
ini menjadi terang dan masyarakat mengetahui siapa sebetulnya salah dalam kasus ini sehingga
Plagiarism artinya mengambil dan menggunakan ide seseorang, tulisan atau penemuan
seseorang menjadi miliknya. Dalam dunia akademik, tindak plagiarism merupakan salah satu dosa
besar karena menciderai nilai penelitian dan marwah akademik sebagai tempat merawat nilai-nilai
kebaikan. Saat ini dunia akademik tengah menjadi sorotan karena para pejabatnya terungkap
melakukan plagiarism. Mulai dari rektor, guru besar hingga para pejabat kampus satu persatu
tersandung kasus plagiarism. Masalahnya, ketika seorang pejabat kampus melakukan tindak
plagiat, sebagai konsekuensinya reputasi kampus yang bersangkutan pun ikut memburuk. Seperti
hal nya dengan kasus dugaan plagirism yang dilakukan oleh FR selaku rektor UNNES telah
memberikan dampak yang begitu signifikan terhadap reputasi UNNES. Bahkan Selain merusak
citra UNNES sebagai kampus yang bereputasi internasional, kasus dugaan plagiasi yang dilakukan
oleh FR juga berakibat pada tidak kondusifnya kondisi civitas akademika di UNNES.
Hal ini tentu sangat disayangkan, mengingat UNNES merupakan kampus yang memiliki cita-
cita menjadi universitas yang berupatasi internasional. Oleh karena itu memburuknya reputasi
UNNES akibat dugaan plagiasi rektornya tentu tidak dapat didiamkan berlarut-larut. Harus ada
penyelesaian yang konkret terkait kasus ini, karena sejatinya penyelesaian kasus dugaan palgirism
ini tidak cukup hanya dengan gimik atau permainan narasi semata.
dengan tegas kepada Rektor UNNES untuk melakukan uji publik mengenai kasus dugaan
plagiarism sehingga kasus tersebut menjadi terang-benderang agar masyarakat dapat menilai
(UNNES) kembali menghadiahkan Gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa) kepada
mantan Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid. Gelar ini rencananya akan diberikan pada Kamis, 11
Februari 2021. Sebelumnya UNNES juga memberikan gelar ini kepada dua tokoh yaitu Habib
Luthfi bin Yahya dan Airlangga Hartanto. Pemberian gelar ini tentunya menimbulkan beberapa
spekulasi-spekulasi negatif terhadap pihak Perguruan Tinggi mengingat rekam jejak dari Nurdin
Halid yang dinilai terjangkit pelbagai masalah seperti kasus suap dan korupsi.
Dalam Permenristekdikti No. 65 Tahun 2016, dijelaskan bahwa gelar doktor kehormatan
(Doctor Honoris Causa) merupakan gelar kehormatan yang diberikan oleh perguruan tinggi yang
mempunyai program Doktor dengan peringkat terakreditasi A unggul kepada perseorangan yang
layak memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi dan/atau berjasa dalam bidang kemanusiaan. Selain itu, dijelaskan juga
bahwasanya mekanisme terkait pemberian gelar ini menjadi otoritas masing-masing perguruan
tinggi.
Pemberian Gelar Doktor Kehormatan, khususnya di UNNES kemudian diatur dalam Peraturan
Rektor No. 21 Tahun 2018. Beberapa poin penting dari regulasi tersebut diantaranya persyaratan
e. memiliki jasa luar biasa dalam pengembangan suatu disiplin ilmu pengetahuan,
karya - karya yang dihasilkan oleh calon penerima gelar Doktor Kehormatan;
Semua syarat yang sudah dijelaskan harus dipenuhi oleh penerima Gelar Doktor Kehormatan.
Namun, berdasarkan track record dari Nurdin Halid sendiri, pemberian gelar ini tentu kurang tepat.
Beberapa kasus suap dan korupsi seperti yang disebutkan sebelumnya yaitu:
1. Menjadi tersangka dalam kasus penyelundupan gula impor ilegal pada tahun 2004,
namun dianggap tidak bersalah atas tuduhan ini pada tahun 2005.
2. Terlibat kasus pelanggaran kepabeanan impor beras dari vietnam dan divonis 2 tahun
6 bulan pada tahun 2005 oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara, namun dibebaskan
3. Menjadi terpidana 2 tahun dalam kasus korupsi dana pendistribusian minyak goreng
4. Terkait kasus suap pada pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hamka Yamdu,
mengungkapkan Nurdin Halid menerima uang Rp 100 juta dari aliran Aidil Fitri,
mantan Manajer Persisam yang telah terbukti melakukan korupsi dana APBD untuk
Ketua Umum PSSI pada tahun 2011. Hal ini memaksa Andi Mallarangeng selaku
Selain poin-poin yang disebutkan di atas, Nurdin Halid juga beberapa kali membuat rekam
buruk seperti klaim sukses pencapaian Tim Nasional pada ajang Piala Suzuki AFF 2010 yang
dianggapnya karya Partai Golkar. Hal ini bertentangan dengan Statuta FIFA yang melarang keras
politisasi sepak bola. Pertentangan juga terjadi saat dipilihnya Nurdin Halid sebagai Ketua Steering
Commitee Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar pada tahun 2014. Setelah hancur
kiprahnya di PSSI, dia aktif dan terpilih menjadi Ketua DPD I Partai Golkar Sulawesi Selatan,
kemudian ikut meramaikan pesta demokrasi sebagai Calon Gubernur Sulsel pada tahun 2018
meskipun gagal.
Melihat kacaunya Nurdin Halid, permasalahan suap dan korupsi, beberapa kali menapaki jeruji
besi, tentu sangat tidak sesuai dengan persyaratan penerima Gelar Doktor Kehormatan yaitu
memiliki moral, etika, dan kepribadian yang baik dan berperan sebagai warga negara yang bangga
dan cinta tanah air serta mendukung perdamaian dunia. Perilaku korupsi dan suap sangat jelas
alasan kepada Nurdin Halid untuk dianugerahi Gelar Doktor Kehormatan. Sehingga sangat
disayangkan dan patut dipertanyakan, UNNES sebagai perguruan tinggi yang menjaga marwah
pendidikan dan patuh akan peraturan yang berlaku mau memberikan gelar yang seharusnya tidak
Arbi Sumandoyo. 2018. “Akhir Para Plagiator Disertasi di Universitas Negeri Jakarta”. diakses
DetikNews (2010). “Prof Banyu akan Diberhentikan dari Unpar Secara Tidak Terhormat”.
Henry, Soelistyo. 2011. “Plagiarism: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika”. Yogyakarta: Kanisius.
Harliansyah. 2017. “Plagiarism dalam Karya atau Publikasi Ilmiah dan Langkah Strategis
Luqman Hakim. 2014. “Anggito Abimanyu mundur dari UGM setelah dituduh plagiat”. dari
https://www.antaranews.com/berita/419472/anggito-abimanyu-mundur-dari-ugm-
Merdeka.com (2014). “Kasus Plagiarism, Anggito Abimanyu Mundur Dari UGM”. diakses dari
https://www.merdeka.com/peristiwa/kasus-plagiarism-anggito-abimanyu-mundur-dari-
Menteri Pendidikan Nasional. 2010. “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 17 Tahun 2010
University Press.
Perpustakaan Universitas Gadjah Mada. 2017. “Panduan Anti Plagiarism”. diakses dari Panduan
Pelita Fajarhati. 2010. “Press Release Kasus Plagiarism Mochammad Zuliansyah”. diakses dari
https://www.itb.ac.id/berita/detail/2811/press-release-kasus-plagiarism-mochammad-
Tarigan, Roy Marthin. 2014. “Pengaruh Citra Merek dan Reputasi….”. Skripsi. Fakultas Ekonomi
https://nasional.tempo.co/read/1426792/disertasi-rektor-unnes-dituding-hasil-plagiat
Tribunnews.com (2014). “Rektor Maranatha Diduga Plagiat: Mahasiswa Tahu Tapi Tak Bisa
Tim Akademik Kaukus Indonesia Untuk Kebebasan Akademik (KIKA). Kajian atas Kasus
Plagiarism Fathur Rokhman, Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES). hal 1-9
World Association Medicine Editors. 2016. “Recommendations on Publication Ethics Policies for
https://amp.kompas.com/properti/read/2011/02/12/17590397/sos.minta.nurdin.dicoret.dari
.b alon.ketum
halidketuasc-rapimnas-golkar-amankan-ical-jadi-ketum
ini1april-2011-nurdin-halid-lengser-dari-kursi-ketua-umum-pssi-apa-kabar-sekarang
(2016). Peraturan Rektor No. 21 Tahun 2018, tentang pedoman pemberian Gelar Doktor