Anda di halaman 1dari 30

Problematika Pendidikan Tinggi, Jilid III:

Masih Adakah Integritas Kampus?

A. PLAGIARISM DALAM DUNIA PENDIDIKAN

1. PLAGIARISM SEBAGAI ACADEMIC DISHONESTY

Oxford English Dictionary mendefinisikan plagiarism sebagai “The practice of taking

someone else‘s work or ideas and passing them off as one‘s own”.1 Artinya mengambil dan

menggunakan ide seseorang, tulisan atau penemuan seseorang menjadi miliknya. Inilah yang

disebut plagiarism. Kamus ini juga menerangkan asal kata plagiarism adalah dari Bahasa Latin,

yaitu plagiarius yang berarti ‘penculik’ atau plagium yang berarti ‘sebuah penculikan’ dan dari

Bahasa Yunani, yaitu plagion. Menurut asal-usul kata ini, plagiarism dapat diartikan sebagai

sebuah tindakan penculikan karya seseorang dan mengakuinya sebagai karyanya sendiri.

Dalam Bahasa Indonesia, istilah plagiat, yang merupakan serapan dari Bahasa Perancis, lebih

populer dibanding plagiarism. Bahkan istilah plagiat ini sudah dimasukkan dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional No. 17 Tahun 2010 tentang pencegahan dan penangulangan plagiat

di perguruan tinggi. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ini, plagiat didefinisikan dalam

pasal 1 angka (1) sebagai berikut:

“Plagiat itu adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau
mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau
seluruh karya dan/atau karya ilmiah orang lain, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan
memadai.”2
1
Oxford University. (2016). “Plagiarism”,‖ English Oxford Living Dictionaries (Oxford: Oxford University Press,
2016),
2
Menteri Pendidikan Nasional. “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan
Dan Penangulangan Plagiat Di Perguruan Tinggi (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional”. 2010).
Selanjutnya dalam angka (2) menerangkan bahwa perbuatan plagiat tersebut dapat dilakukan baik

oleh individu, kelompok maupun lembaga. Definisi yang dikemukakan dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional tersebut senada dengan beberapa definisi yang oleh beberapa lembaga

akademik di luar negeri. Publication Ethics Committee of World Association Medicine Editors

(WAME) mengemukakan definisi sebagai berikut :

“Plagiarism is the use of others' published and unpublished ideas or words (or other

intellectual property) without attribution or permission, and presenting them as new

and original rather than derived from an existing source.”3

Pada umumnya, perguruan tinggi, lembaga riset and lembaga akademik lainnya di negara maju

mempunyai kebijakan yang detil tentang pencegahan dan penanganan plagiarism. Dalam

kebijakan tersebut pada umumnya diuraikan pula batasan dan definisi plagiarism. Dalam banyak

definisi tentang plagiarism, isu sentralnya adalah pada penggunaan karya orang/pihak lain secara

tidak etis (unethical) karena tidak memberikan atribusi dan kredit kepada orang/pihak yang

mempunyai karya tersebut.

Selain masalah etika, isu sentral plagiarism adalah masalah academic dishonesty (ketidak-jujuran

akademik). Beberapa definisi plagiarism, selain menyentuh aspek etika, kejujuran dan integritas,

juga mengurai secara lebih detil tentang item-item yang potensial diplagiasi. Definisi lain bahwa

elemen-elemen dalam suatu karya ilmiah, seperti teks, dataset, tabel, gambar, research instrument,

dan lain-lain, juga dapat menjadi sasaran plagiasi.4

3
World Association Medicine Editors. (2016). “Recommendations on Publication Ethics Policies for Medical
Journals”. http://www.wame.org/about/recommendations-on-publication-ethicspolicie#Plagiarism
4
Harliansyah, F. (2017). “Plagiarism dalam Karya atau Publikasi Ilmiah dan Langkah Strategis Pencegahannya”, 9(1),
pp. 103–114.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010 pada pasal 2 lingkup dan pelaku

plagiarism.5 Plagiat meliputi tetapi tidak terbatas pada :

a. Mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dari

suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan

sumber secara memadai;

b. Mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau

informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau

menyatakan sumber secara memadai;

c. Menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber

secara memadai;

d. Merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber kata-kata dan/atau

kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara

memadai;

e. Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak

lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara memadai.

Tindak plagiarism atau plagiat dapat diklasifikasikan dalam beberapa tipe, bentuk dan jenis,

diantaranya yaitu Jenis plagiat berdasarkan aspek yang dicuri, Jenis plagiat berdasarkan

kesengajaan, dan Jenis plagiat berdasarkan proporsi yang dibajak.6

5
Wijaya, Hengki. (2016). “PLAGIARISM DALAM PENELITIAN.”
6
Soelistyo, Henry. (2011). “Plagiarism: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika”. Yogyakarta: Kanisius.
Berdasarkan aspek yang dicuri, plagiat terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

- Plagiat Ide (Plagiarism of Ideas). Tipe plagiat ini relatif sulit dibuktikan karena ide atau

gagasan bersifat abstrak dan kemungkinan memiliki persamaan dengan ide orang lain.

Atau, ada kemungkinan terjadi adanya dua ide yang sama pada dua orang pencipta yang

berbeda.

- Plagiat Kata demi Kata (Word for word plagiarism). Tipe ini serupa dengan slavish copy,

yaitu mengutip karya orang lain secara kata demi kata tanpa menyebutkan sumbernya.

Plagiasi dianggap terjadi karena skala pengutipannya sangat substansial sehingga seluruh

ide atau gagasan penulisannya benar-benar terambil. Plagiasi seperti ini banyak dilakukan

pada karya tulis.

- Plagiat Sumber (Plagiarism of Source). Plagiat tipe ini memiliki kesalahan yang fatal karena

tidak menyebutkan secara lengkap selengkap-lengkapnya referensi yang dirujuk dalam

kutipan. Jika sumber kutipan itu merujuk seseorang sebagai penulis yang terkait dengan

kutipan, maka nama penulis tersebut harus turut serta disebut. Ini tentu sikap yang fair dan

tidak merugikan kepentingan penulis tersebut serta kontributor-kontributor lainnya.

- Plagiat Kepengarangan (Plagiarism of Authorship). Tulis karya tulis yang disusun oleh

orang lain. Tindakan ini terjadi atas dasar kesadaran dan motif kesengajaan untuk

membohongi publik. Misalnya mengganti kover buku atau sampul karya tulis orang lain

dengan kover atas namanya tanpa izin.


Berdasarkan faktor kesengajaan, plagiat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

- Plagiat Sengaja. Plagiat sengaja adalah plagiat yang secara sadar melakukan tindakan

dengan menggunakan, meminjam, menjiplak karya orang lain baik berupa ide, gagasan,

kalimat, dan teori tanpa mencantumkan sumber referensi.

- Plagiat Tidak Sengaja. Plagiat tidak sengaja adalah plagiat yang dilakukan oleh seseorang

karena ketidak-sengajaan, yaitu kurangnya pengetahuan dan pemahaman orang tersebut

dalam mengutip.

Berdasarkan proporsi atau jumlah persentase yang dibajak, plagiat dibagi menjadi beberapa jenis,

yaitu:

- Plagiat Ringan. Plagiat ringan manakala dalam sebuah karya tulis ilmiah yang dibuat oleh

seseorang kurang dari 30%.

- Plagiat Sedang. Plagiat sedang mempunyai prosentasi 30%-70% dalam sebuah karya tulis

yang dibuat.

- Plagiat Total. Plagiat total berarti lebih dari 70% isi karya tulis ilmiahnya merupakan plagiat

dari karya orang lain. Plagiat ini tidak bisa ditoleril dan karya tersebut harus direvisi ataupun

tak diakui.

2. AKIBAT HUKUM TINDAK PLAGIARISM

Dalam dunia akademik, plagiarism merupakan salah satu dosa terbesar yang dilakukan oleh insan

akademik yang harusnya menjunjung tinggi marwah pendidikan itu sendiri yaitu jujur dalam

berkarya. Anehnya, saat kita bicara mengenai plagiarism di lingkup pendidikan tinggi khususnya,

hal tersebut menjadi sesuatu yang lumrah.


Banyak faktor yang pada akhirnya menyebabkan seseorang melakukan plagiarism, seperti

terbatasnya waktu seseorang dalam melakukan penulisan karya ilmiah sehingga mendorong

seseorang melakukan copy-paste karya orang lain, rendahnya minat baca dan kurangnya referensi

dalam menganalisis suatu masalah yang ingin dikaji, serta kurangnya pemahaman yang dilakukan

oleh dosen kepada mahasiswa terkait plagiarism itu sendiri7. Sebetulnya Pemerintah dalam

kapasitasnya telah mengeluarkan kiat-kiat pencegahan plagiarism dengan memberikan ancaman

pidana dan pencabutan gelar bagi seseorang yang terbukti melakukan plagiarism.

Aturan tersebut termaktub dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional atau UU Sisdiknas khususnya dalam pasal 25 ayat 2 yang berbunyi, “Lulusan

perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk memperoleh gelar akademik, profesi, atau

vokasi terbukti merupakan jiplakan dicabut gelarnya”, lebih lanjut dalam pasal 70 dijelaskan pula

sanksi pidana yang akan diberikan kepada seseorang yang terbukti melakukan plagiarism yaitu, ”

Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau

vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana

dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)”.

Selain dalam Undang-Undang Sisdiknas, sanksi bagi seseorang yang terbukti melakukan

plagiarism juga diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 17

Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.

7
Perpustakaan Universitas Gadjah Mada (2017). Panduan Anti Plagiarism. diakses pada 24 Maret 2021 pukul 09.15
dari Panduan Anti Plagiarism – Perpustakaan (ugm.ac.id)
Sanksi tersebut termaktub dalam pasal 12 ayat (1) yang mengatur urutan sanksi dari yang

teringan sampai terberat bila mahasiswa ditetapkan melakukan plagiarism. Sanksi tersebut terdiri

dari :

a. teguran

b. peringatan tertulis

c. penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa

d. pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh mahasiswa

e. pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa

f. pemberhentian dengan tidak hormat dari status sebagai mahasiswa, atau

g. pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu program

Dalam pasal 12 ayat (2) Permendiknas No 17 Tahun 2010 juga diatur mengenai sanksi bila yang

terbukti melakukan plagiarism adalah dosen/peneliti/tenaga pendidikan yang secara berurutan

terdiri dari sanksi paling ringan ke sanksi yang paling berat :

a. teguran

b. peringatan tertulis

c. penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan;

d. penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional;

e. pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar/profesor/ahli peneliti utama

bagi yang memenuhi syarat;

f. pemberhentian dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga

kependidikan;
g. pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga

kependidikan; atau

h. pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi yang bersangkutan

Pasal 12 ayat (3) juga mengatur tentang sanksi bila yang melakukan tindak plagiarism adalah guru

besar/professor/ahli peneliti utama yaitu dengan mendapatkan hukuman tambahan berupa

pemberhentian dari jabatan guru besar/profesor/ahli peneliti utama oleh Menteri atau pejabat yang

berwenang atas usul perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Masyarakat melalui Koordinator

Perguruan Tinggi Swasta. Pasal 4 menjelaskan lebih lanjut mengenai penolakan usul untuk

mengangkat kembali dosen/peneliti/tenaga kependidikan dalam jabatan guru besar/profesor/ahli

peneliti utama perguruan tinggi lain, apabila dosen/peneliti/tenaga kependidikan tersebut pernah

dijatuhi sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f atau huruf g serta dijatuhi sanksi

tambahan berupa pemberhentian dari jabatan guru besar/professor/ahli peneliti utama. Akan tetapi

jika dari pihak perguruan tinggi tidak menjatuhkan sanksi yang diatur dalam ayat (1), ayat (2), dan

ayat (3), maka dalam pasal 5 Menteri sendiri yang secara langsung akan menjatuhkan sanksi kepada

plagiator (orang yang melakukan plagiarism). Ayat 6 dijelaskan secara lebih lanjut mengenai sanksi

yang diberikan kepada pimpinan perguruan tinggi sesuai dengan pasal 5, terdiri dari:

a. teguran

b. peringatan tertulis

c. pernyataan Pemerintah bahwa yang bersangkutan tidak berwenang melakukan

tindakan hukum dalam bidang akademik


Melihat begitu kompleksnya sanksi soal tindak plagiarism, seharusnya ini menjadi concern

Pemerintah dan Kementerian Pendidikan dalam memperbaiki pola pendidikan di Indonesia

kedepan serta menjadi bahan evaluasi besar-besaran untuk menciptakan suatu kurikulum

pendidikan yang mampu menciptakan generasi yang memiliki integritas dan beretika dalam

pembuatan dan penyususnan karya akademik dengan meminimalisir segala bentuk tindak

plagiarism.

3. KASUS-KASUS PLAGIARISM DI LINGKUP PENDIDIKAN TINGGI

Bagai noda tumpahan kopi yang jatuh ke baju putih, kasus plagiarism dalam dunia pendidikan

sangat sulit untuk dihilangkan. Mulai dari rektor, guru besar hingga para pejabat publik satu persatu

tersandung kasus plagiarism, Beberapa contoh kasus plagiarism dalam dunia pendidikan yaitu

Anggito Abimanyu, seorang dosen Eakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada yang

tersandung kasus plagiarism dalam tulisannya yang berjudul “Gagasan Asuransi Bencana” dalam

kolom Opini Kompas edisi 10 Januari 2014.8 Namun dirinya mengaku bahwa apa yang dia lakukan

bukanlah sebuah plagiarism melainkan telah terjadi kesalahan dalam mengutip referensi di sebuah

folder komputer pribadi yang diketahui merupakan kertas kerja milik Hotbonar Sinaga dan

Munawar Kasan. Buntut dari polemik dugaan plagiarism tersebut, akhirnya Anggito Abimanyu

memilih untuk mundur dari instansi tempat dia mengajar yaitu di Fakultas Ekonomi Bisnis UGM.9

8
Merdeka.com (17 Februari 2014). Kasus Plagiarism, Anggito Abimanyu Mundur Dari UGM. diakses pada 24 Maret
2021 pukul 12.47 dari https://www.merdeka.com/peristiwa/kasus-plagiarism-anggito-abimanyu-mundur-dari-
ugm.html
9
Luqman Hakim (2014). Anggito Abimanyu mundur dari UGM setelah dituduh plagiat.. diakses pada 24 Maret 2021
pukul 17.49 dari https://www.antaranews.com/berita/419472/anggito-abimanyu-mundur-dari-ugm-setelah-dituduh-
plagiat
Kasus plagiarism kedua adalah dugaan plagiarism rektor Unnes, Fathur Rokhman dalam

disertasinya ketika menempuh gelar doktoral di UGM. Disertasi yang dituduh plagiarism tersebut

berjudul “Pemakaian Bahasa dalam Masyarakat Dwibahasa: Kajian Sosiolinguistik di Banyumas”.

Dalam laporan daring Kaukus Kebebasan Akademik (KIKA) yang diungkap oleh Abdil Mughis

Mudhoffir, menerangkan bahwa disertasi Fathur Rokhman ketika menyelesaikan gelar doktoralnya

di UGM pada tahun 2003 terbukti melakukan plagiarism mahasiswi atas nama Ristin Setyani dan

Nefi Yustiani yang merupakan mahasiswi bimbingannya sendiri.10

Kasus plagiarism ketiga adalah dugaan plagiarism yang dilakukan oleh rektor Universitas Halu

Oleo Kendari. Muhammad Zamrun Firihu diduga melakukan plagiat terhadap beberapa jurnal yang

ia publikasikan. Salah satu karyanya yang diduga plagiat berjudul “Microwaves Enhanced

Sintering Mechanisms in Alumina Ceramic Sintering Experiments” (2016).11

Kasus plagiarism keempat adalah Grace Kandou yang diduga melakukan plagiarism terhadap

makalah gelar profesornya yang disusun ulang dari makalah seminar di Medan. Akhirnya terbitlah

SK Rektor No. 1132/UN12/KP/2013 tanggal 6 Mei 2013 yang menjatuhkan sanksi penundaan

usulan gelar professor terhadap Grace Kandou.12

10
Tempo.co (26 Januari 2021). Disertasi Rektor Unnes Dituding Hasil Plagiat. diakses pada 24 Maret 2021 pukul
18.04 dari https://nasional.tempo.co/read/1426792/disertasi-rektor-unnes-dituding-hasil-plagiat
11
Fakhrizal Fakhri (07 Desember 2017). Kasus Plagiarism Rektor Universitas Halu Oleo Jadi Atensi Presiden Jokowi.
diakses pada 24 Maret 2021 pukul 18.25 dari https://news.okezone.com/read/2017/12/07/65/1826911/kasus-
plagiarism-rektor-universitas-halu-oleo-jadi-atensi-presiden-jokowi
12
Michelle de Jonker (07 Maret 2018). Gonjang-ganjing Pilihan Rektor Unsrat, Prof Grace Kena Isu Auto Plagiat.
diakses pada 24 Maret 2021 pukul 20.41 dari https://news.detik.com/berita/d-3902501/gonjang-ganjing-pilihan-rektor-
unsrat-prof-grace-kena-isu-auto-plagiat
Kasus plagiarism yang kelima adalah dugaan plagiarism yang dilakukan oleh Prof. Anak

Agung Banyu Perwira, salah satu staff pengajar di Universitas Katolik Parahyangan (Unpar). Ia

kedapatan sudah enam kali melakukan plagiarism dan sudah terlanjur dipublikasikan di media

massa. Kemudian pada tanggal 4 Februari 2010, The Jakarta Post mencabut secara resmi artikel

milik Banyu karena isu plagiarism ini. Buntut dari kasus ini yaitu pada tanggal 8 Februari 2010,

Banyu mengajukan surat pengunduran diri kepada pihak Unpar.13

Kasus plagiarism yang keenam adalah dugaan plagiarism tehadap Nur Alam, mantan

Gubernur Sulawesi Tenggara selaku pejabat yang sedang menempuh gelar S-3 di UNJ. Disertasi

Nur Alama yang berjudul “Evaluasi Program Bank Perkreditan Rakyat Bahteramas di Provinsi

Sulawesi Tenggara” setelah ditelaah terdapat 27 sumber yang ‘dicomot’ dari laman internet.14

Kasus plagiarism yang ketujuh adalah dugaan plagiarism terhadap Mochamad Zuliansyah, seorang

alumnus dari Institut Teknologi Bandung. Makalah ilmiah Mochamad Zuliansyah yang berjudul

“3D Topological Relations for 3D Spatial Analysis” tercatat sebagai plagiasi dari paper yang

berjudul “On 3D Topological Relationships” yang ditulis oleh Siyka Zlatanova. IEEE

mengkategorikan plagiasi yang dilakukan Mochamad Zuliansyah ini sebagai plagiasi level 1

(paling berat). Akhirnya, pihak ITB menyatakan bahwa disertasi dan ijazah Doktor dari Mochamad

Zuliansyah tidak berlaku.15

13
detikNews (09 Februari 2010). Prof Banyu akan Diberhentikan dari Unpar Secara Tidak Terhormat. diakses pada 24
Maret 2021 pukul 20.56 dari https://news.detik.com/berita/d-1296122/-prof-banyu-akan-diberhentikan-dari-unpar-
secara-tidak-hormat
14
Arbi Sumandoyo (07 Februari 2018). Akhir Para Plagiator Disertasi di Universitas Negeri Jakarta. diakses pada 24
Maret 2021 pukul 21.20 dari https://tirto.id/akhir-para-plagiator-disertasi-di-universitas-negeri-jakarta-cEoV
15
Pelita Fajarhati (23 April 2010). Press Release Kasus Plagiarism Mochammad Zuliansyah. diakses pada 24 Maret
2021 pukul 21.30 dari https://www.itb.ac.id/berita/detail/2811/press-release-kasus-plagiarism-mochammad-
zuliansyah
Kasus plagiarism yang kedelapan adalah dugaan plagiarism terhadap Felix Kasim, seorang rektor

di Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Ia melakukan pengutipan karya beberapa

mahasiswanya. Salah satu karya mahasiswa yang dikutip oleh Felix adalah “Studi Kasus Program

Pelayanan Kesehatan Dasar Gratis di Kota Banjar” milik Andini Dwikenia Anjani tahun 2008

silam. Felix mengutip karya tersebut untuk dijadikan makalah pada sebuah acara simposium di

Yogyakarta pada Mei 2011.16

Dengan demikian, beberapa contoh konkrit kasus plagiarism diatas sudah membuktikan bahwa

dunia pendidikan ini masih dinodai oleh tindakan-tindakan plagiat mulai dari mahasiswa, dosen,

rektor, guru besar, hingga pejabat pemerintahan di Indonesia. Untuk itu Pemerintah dalam

kapasitasnya tidak hanya membuat pendidikan berorientasi terhadap nilai saja, akan tetapi perlu

juga menciptakan integritas akademik yang membuat insan-insan akademik khususnya untuk bisa

menciptakan suatu karya yang orisinil dan menjauhi segala bentuk penjiplakan atau plagiarism

hanya untuk mendapat gelar dan pengakuan akademik semata, akan tetapi integritaslah yang perlu

untuk ditegakkan dalam ranah pendidikan atau akademik.

DUGAAN PLAGIARISM REKTOR UNNES

1. PERJALANAN KASUS DUGAAN PLAGIARISM REKTOR UNNES

Sebagaimana yang diungkapkan dalam monograf TIM KIKA bahwa kronolgi atau perjalanan

peristiwa dugaan plagiasi Fathur Rohman cukup panjang.17

16
Tribunnews.com (04 Februari 2014). Rektor Maranatha Diduga Plagiat: Mahasiswa Tahu Tapi Tak Bisa Apa-apa.
diakses pada 24 Maret 2021 pukul 21.40 dari https://www.tribunnews.com/nasional/2014/02/04/rektor-maranatha-
diduga-plagiat-mahasiswa-tahu-tapi-tak-bisa-apa-apa
17
TIM AKADEMIK KAUKUS INDONESIA UNTUK KEBEBASAN AKADEMIK (KIKA). Kajian atas Kasus
Plagiarism Fathur Rokhman, Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES) hal 1-9
Jauh sebelum isu dugaan plagiasi muncul pada tahun 2001 mahasiswi UNNES atas nama

Ristin Restiyani menulis skripsi dengan judul “Pilihan Ragam Bahasa dalam Wacana Laras

Agama Islam di Pondok Pesantren Islam Salafi Al-Falah Mangunsari Banyumas”. Selain itu

mahasiswi lain atas nama Nefi Yustiani menulis skripsi dengan judul “Kode dan Alih Kode Dalam

Pranatacara Pernikahan di Banyumas”. Selanjutnya pada tahun 2003 FR menulis Disertasi

berjudul “Kode Dan Alih Kode Dalam Pranatacara Pernikahan di Banyumas”. Selain pada tahun

2004 FR menulis artikel berjudul “Kode Bahasa dalam lnteraksi Sosial Santri: Kajian

Sosiolinguistik di Pesantren Banyuma” artikel tersebut dimuat dalam LITERA, Jurnal Penelitian

Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 3, Nomor 1, Januari 2004, halaman 12-26

Selanjutnya pada tahun 2014 FR terpilih sebagai rektor Universitas Negeri Semarang periode

2014-2018, namun dalam pemilihan tersebut memuat sebuah cerita dimana calon rektor Supriyadi

Rustad dan Fathur Rohman saling melaporkan ke pihak kepolisian. SR dilaporkan oleh FR atas

dugaan pemalsuan surat keterangan sebagai dosen aktif karena saat itu SR sedang menjabat sebagai

Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan

dan Kebudayaan. Sedangkan FR dilaporkan SR karena dianggap telah menyebarkan berita bohong

mengenai status kepegawaian SR. Tak lama kemudian, SR mengundurkan diri dalam pencalonan

sebagai rektor UNNES.

Dalam kepemimpinan Fathur Rohman menuai berbagai kritikan dari mahasiswa, misalnya di

tahun 2015 ketika memilih Ketua Dewan Penyantun. Agus Hermanto wakil DPR RI dari Fraksi

Demokrat dipilih sebagai ketua Dewan Penyantun, hal ini jelas menyalahi Peraturan Rektor

UNNES 18/2017 tentang Dewan Penyantun. Penyusunan Dewan Penyantun tidak banyak guru

besar yang mengetahui proses pemilihannya.


Selain itu Ganjar Pranowo yang notabene nya sebagai Gubernur Jateng juga menjadi anggota

dewan penyantun. Pada tahun berikutnya tepat di tanggal 30 Maret 2016, Menristekdikti

mendapatkan sebuah penghargaan Upakarti Udyakarya Guna dari UNNES juga Presiden RI, Susilo

Bambang Yudoyono mendapatkan penghargaan konservasi Upakaratama Reh Adiwangsa dari

UNNES. Tahun 2017 UNNES mendapat sorotan karena FR melaporkan dua mahasiwanya pasca

aksi tolak UKT dan penutupan program studi PGSD di tahun 2016. Pelaporan tersebut juga sebagai

respons atas unggahan Julio B. Harianja yang mengkritik Menristekdikti terkait UKT.

Pada 2 Januari 2018 terdapat aduan dari masyarakat (Rakyat Peduli Pendidikan Tinggi) kepada

Presiden, mengenai dugaan plagiarism yang dilakukan oleh FR. Pada Juni 2018 Tim EKA

(Evaluasi Kajian Akademik) Kemenristekdikti dibentuk untuk memeriksa dugaan plagiarism pada

artikel FR di Jurnal LITERA tahun 2004 atas tulisan Anif Rida (AR) yang dipresentasikan di

Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya (KOLITA) 1 pada 17-18 Februari 2003 di Jakarta. Pada

bulan yang sama Profesor Sarati Wilonoyudho dari UNNES membuat status Facebook yang

membocorkan dokumen bukti plagiarism FR. Kemudian 7 Juni 2018 Majelis Senat UNNES

mengadakan sidang merespons dugaan plagiarism yang dilakukan Rektor UNNES. Bersamaan

dengan itu FR menabrak mahasiswa yang tengah demo menolak UKT dan dugaan plagiarism. Pada

9 Juni 2018 FR dinyatakan tidak melakukan plagiasi oleh Surat Senat UNNES.

Pada 30 Juni 2018 Serat.id, media rintisan AJI Semarang yang didirikan April 2018 memuat

berita berjudul ‘Tim EKA Mengantongi Bukti Plagiat Fathur’. Ini merupakan berita pertama yang

mengabarkan dugaan plagiarism FR. Kemudain pada 12 Juli 2018 Keputusan Jurnal LITERA

menyatakan artikel FR plagiat atas tulisan AR.


Pernyataan dari Jurnal LITERA melalui Ketua Redaksi Prof. Dr. Burhan Nurgiyantoro bahwa

Artikel FR tidak asli 12 Juli 2018 Kuasa hukum FR, Ali Masyhar (AM), membuat somasi kepada

Jurnal LITERA atas keputusannya yang menyatakan artikel FR plagiat dan mengancam akan

menempuh jalur hukum jika Jurnal LITERA tidak mengklarifikasi surat tersebut dalam 2 hari. 17

Juli 2018 Jawaban somasi dari Jurnal LITERA bahwa somasi tanggal 12 Juli tidak beralasan secara

hukum. Selanjutnya 25 Juli 2018 Yunanto Adi Setiawan (YAS), pengacara dan aktivis Gusdurian

Semarang-Yogyakarta, mengadukan kasus dugaan plagiarism artikel FR ke Kemenristekdikti.

Pada 31 Juli 2018 Pembentukan Tim Evaluasi Kajian Akademik (EKA) oleh Kemenristekdikti.

Keputusan Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Kemenristekdikti Nomor 2794.1 Tahun 2018 Tentang Tim Kajian Akademik. Dasar pembentukan

tim ini adalah adanya aduan dari Rakyat Peduli Pendidikan Tinggi.

Pada 3 Agustus 2018 jawaban FR atas jawaban Jurnal LITERA atas somasi AM menegaskan

bahwa artikel FR adalah asli karena berdasar laporan risetnya tahun 2002. FR menyebut bahwa AR

telah meminjam naskah laporan yang tengah dikirim untuk dipublikasikan oleh Jurnal LITERA

tersebut untuk latihan membuat artikel dan presentasi pada konferensi nasional. Pada 4 Agustus

2018 Tim EKA mengumumkan hasil kajiannya yang menyatakan FR plagiat Anggota Tim Evaluasi

Kinerja Akademik (EKA) diketuai Prof Johannes Hutabarat M.Sc., dengan salah satu anggota Prof.

Dr. Engkus Kuswarno, M.S. Pakar Komunikasi Universitas Padjajaran menyatakan adanya plagiasi

pada artikel FR. Agustus 2018 FR merespon dengan menuduh SR, yang merupakan ketua Tim

EKA Kemenristekdikti, melakukan plagiat. FR juga mengancam anak dan istri SR yang juga dosen

UNNES bahwa ia akan membuka ‘dosa-dosa ’SR ke publik. SR merespon dengan menantang FR

berdebat di publik saling membuktikan Plagiarism.


Pada 31 Agustus 2018 Disahkan Surat Keputusan Senat UNNES Nomor 2 Tahun 2018

Tentang Dugaan Plagiasi atas nama FR, yang ditandatangani Ketua Senat, Soesantyo, yang

menyatakan pada diktum kedua bahwa FR tidak melakukan plagiasi. Pada 14 September 2018 Tim

Kajian Akademik UNNES (gabungan tim dari Kemenristekdikti dan UNNES) menyatakan FR

tidak plagiat atas tulisan AR tetapi plagiat atas skripsi RS dan karya FR sendiri yang terbit

sebelumnya.

Pada 20 September 2018 YAS membuat pengaduan kepada ORI (Ombudsman Republik

Indonesia) atas lambannya penanganan kasus dugaan plagiarism FR Oktober 2018 Penetapan

Rektor UNNES periode 2018-2024. Kemudain pada 23 Oktober 2018 YAS membuat surat

pengaduan ke Rektor UGM atas dugaan plagiarism disertasi FR. Surat ini ditembuskan ke ORI,

Kemenristekdikti dan senat UGM. Balasan Rektor UGM Prof. Panut Mulyono dengan hasil kajian

dari Tim Prof Soepomo selaku promotor FR bahwa plagiasi FR tidak terbukti 26 Oktober 2018

UGM merespons surat YAS dengan membentuk tim pencari fakta. Hasilnya, menyerahkan

pemeriksaan kepada DK UGM.

Maret 2019 Siaran pers ORI menyatakan UGM dan UNNES melakukan maladministrasi

dalam menangani kasus plagiarism FR. Kemudian Dewan Kehormatan UGM (DK-UGM) sebagai

komite etik Senat Akademik UGM melakukan pemanggilan kepada FR. Pada Februari 2020 FR

membawa sejumlah dokumen di hadapan media massa yang dianggap sebagai bukti bahwa dirinya

tidak plagiat. Dokumen itu adalah: proposal disertasi tahun 1997, tiga jilid draf disertasi tahun 2000,

2001 dan 2002 serta draf final disertasi tahun 2003. Diberitakan oleh Tagar.id. FR menunjukkan

bukti coretan dari dosen pembimbingnya pada dokumen-dokumen tersebut.


Pada 9 Maret 2020 Ketua Senat Akademik UGM Prof. Dr. Mohammad Mohtar Mas'oed,

M.A. menyatakan melalui huruf (H) Keputusan DK-UGM Nomor 2/UN1/DKU/2020 bahwa FR

terbukti telah melakukan plagiasi (Putusan Dewan Kehormatan UGM Nomor 2/UNI/DKU/2020

2020). Kemudian 19 Maret 2020 Rektor UGM, Panut Mulyono (PM) menunjuk 4 pakar hukum

pembuktian dan hak kekayaan intelektual untuk memberi nasihat hukum atas dugaan plagiarism

disertasi FR. Melalui Surat Rektor No. 1657/UN1.P/SET-R/RHS/HK/2020. Pada 26 Maret 2020

Nasihat hukum untuk kasus FR atas permintaan Rektor UGM yang menyatakan FR tidak plagiat

karena ada draf tahun 2000 dan menyatakan hasil kajian DK-UGM cacat karena tidak

mempertimbangkan draf disertasi tahun 2000. Pada 30 Maret 2020 Nasihat hukum dari Guru Besar

FH UGM atas permintaan Rektor UGM yang menyatakan bahwa FR tidak plagiat karena ada draf

tahun 2000 yang diklaim sebagai naskah yang dijiplak oleh RS dan NY. Pada 2 April 2020 Rektor

UGM membuat surat jawaban atas pengaduan YAS berdasarkan hasil kajian DK-UGM dan nasihat

hukum yang dimintanya yang menyatakan bahwa FR tidak plagiat. Pada 11 Mei 2020 SHP

mengajukan gugatan atas keputusan rektor UNNES yang menonaktifkan dirinya ke PTUN

Semarang.

Kemudian 15 Juli 2020 Koran Tempo memberitakan hasil analisis atas draf disertasi FR tahun

2000. Tempo menunjukkan adanya 2 kejanggalan: (1) pada halaman 152 terdapat pustaka tahun

2001; dan (2) pada halaman 123 terdapat halaman sisipan yang terlihat dicetak menggunakan laser

printer, teknologi yang baru ada setelah tahun 2000. Selanjutnya 10-15 Agustus 2020 Bidang IV

Itjen Kemdikbud melakukan pemeriksaan di UNNES atas kasus FR.


2. TEMUAN TIM AKADEMIK KIKA TENTANG DUGAAN PLAGIARSM UNNES

Dalam menjaga marwah dan integritas akademik, Kaukus Indonesia Untuk Kebebasan

Akademik atau yang disingkat Tim Akademik KIKA melakukan penyelidikan terkait permasalahan

plagiarism yang dilakukan oleh Rektor UNNES Fathur Rokhman (FR) yang telah berlarut-larut.

Dimana dalam penyelidikannya Tima Akademik KIKA menganalisis kajian atas dokumen-

dokumen dan beberapa sumber media massa yang memberikan bukti kuat terhadap kasus plagiasi

FR yang dianggap telah menciderai etika penelitian serta marwah akademik.

Dalam hasil kajian yang disusun dalam bentuk monografi tersebut menyatakan secara tegas

bahwa disertasi yang ditulis oleh FR pada tahun 2003 telah terbukti memplagiat skripsi tahun 2001

yang disusun oleh RS dan NY dimana keduanya merupakan mahasiswa bimbingan FR di Fakultas

Bahasa dan Seni UNNES. Melalui analisis authorship attribution ahli linguistik forensik Tim

Akademik KIKA menemukan inkonsistensi dalam disertasi FR. Dengan sangat jelas dirincikan

bahwa ada inkonsistensi penggunaan tanda baca, serta dalam abstrak paragraph kedua, salah eja

seperti pada kata “varisi” dan “frase” serta cara mengenalkan akronim pada paragraf pertama

seperti “masyarakat Banyumas (MB)” berbeda dengan paragraf keempat “BJ dan BI” tanpa

informasi lebih lanjut apa itu BJ dan BI. Inkonsistensi ini menjadi salah satu indikasi untuk

meneliti sebuah teks secara lebih jauh, untuk melihat apakah satu teks diproduksi oleh satu

orang atau lebih. Hal ini sangat mungkin terjadi karena setiap orang mempunyai idiolect

atau dialek personal di mana, menurut McMenamin (2002), tidak mungkin ada dua

individu yang menggunakan bahasa dengan cara yang sama persis dan akan selalu ada

perbedaan kecil pada tata bahasanya, termasuk penggunaan tanda baca.


Mengacu dari doktrin McMenamin diatas maka jika dilakukan penyandingan antara

disertasi FR dengan karya ilmiah lain sebelum disertasi tersebut diterbitkan, maka akan semakin

terang bukti-bukti yang didapat bahwa plagiarism memang telah dilakukan FR. Antara lain sebagai

berikut ;

Pertama, Karya Skripsi RS (2001) pada hal. 49 dituliskan kalimat berikut:

Kyai: Pak Amir mengko sampean Melo rombongan sore napa bengi?

‘Pak Amir, nanti Anda ikut rombongan sore atau malam?’

Ustad: Sekecone kepripun, menawi sonten langkung sae, mengke kulo saged sareng- sareng

kaliyan rombongan calon haji.’‘Sebaiknya bagaimana, kalau sore lebih baik, nanti saya

dapat bersama-sama dengan rombongan calon haji.”

Sedangkan dalam Disertasi yang ditulis FR (2003) pada halaman 261 dituliskan kalimat

sebagai beriku:

Kyai: Pak Amir mengko sampean Melo rombongan sore napa bengi? ‘Pak Amir, nanti Anda

ikut rombongan sore atau malam?’ Ustad: Sekecone kepripun, menawi sonten langkung sae,

mengke kulo saged sareng-sareng kaliyan rombongan calon haji.’ ‘Sebaiknya bagaimana,

kalua sore lebih baik, nanti saya dapat bersama-sama dengan rombongan calon haji.’

Kedua dalam karya skripsi NY (2002) pada halalan 85 dituliskan kalimat sebagai berikut:

Nulyo sri pinangantyan kakung, yo Bagus Darmaji kepareng badhe amarengaken nggenyo

makarti ingkang garwo // Yo lumrah adicara lung tinampen kacar-kucur. (Lamp: I/Hal.

84/D: I) ‘Pengantin putra yaitu saudara Darmaji akan memberikan sesuatu yang berharga kepada

istrinya. Lebih tepatnya acara kacar-kucur.


Sedangkan dalam Disertasi FR (2003) halaman 209-210 dituliskan kalimat sebagai berikut:

Nulyo sri pinangantyan kakung yo Bagus Darmaji kepareng amarengaken nggenyo makarti

ingkang garwa. Yo lumrah adicara lung tinampen kacar-kucur. ‘Pengantin putra yaitu saudara

Darmaji akan memberikan sesuatu yang berharga kepada istrinya. Lebih tepatnya acara kacar-

kucur’

Penyandingan teks diatas merupakan sedikit bukti plagiasi yang dilakukan oleh FR atas

karya ilmiah 2 skripsi mahasiswi yang pernah dia bimbing. Selain bukti plagiasi yang

ditemukan oleh Dewan Kehormatan UGM, Tim Akademik KIKA juga menemukan

kejanggalan lain dalam novum draf disertasi FR tahun 2000. Dalam halaman Daftar Isi,

tertulis beberapa bagian disertasi sebelum Bab I, yakni prakata, intisari, abstrak, daftar isi,

daftar bagan, dan daftar singkatan. Akan tetapi, tidak ditemukan bagian-bagian itu kecuali

Daftar Isi. Susuan dokumen dalam novum draft disertasi tersebut adalah Daftar Isi, diikuti

oleh satu halaman kosong berisi tulisan tangan dan diikuti langsung oleh Bab I.

Keganjilan lain juga ditemukan wartawan Tempo, Hidayat dan Maharani (2020).

Keganjilan yang pertama adalah adanya daftar rujukan Kamus Pepak Bahasa Jawa yang

ditulis oleh Sudaryanto dan Pranowo tahun 2001—belum pernah ada karya tulis yang

merujuk pada referensi yang diterbitkan satu tahun setelah karya ditulis (dalam hal ini,

draf ditulis pada tahun 2000 tetapi merujuk ke satu referensi yang terbit Pada tahun 2001).

Kejanggalan yang kedua adalah kualitas cetakan draf tahun 2000 dinilai lebih bagus dari

pada kualitas cetakan disertasi tahun 2003 yang disimpan di perpustakaan UGM. Selain

itu, halaman 123 yang ditambahkan sebagai halaman sisipan diyakini dicetak

menggunakan laser printer, melampaui teknologi printing pada tahun 2000.


Pun, huruf pada halaman 123 tersebut tercetak berbeda dengan halaman-halam lain,

meski sama-sama menggunakan tipe huruf Times New Roman. Bukti-bukti sebagaimana

dijelaskan di atas memperkuat dugaan adanya plagiasi yang dilakukan oleh FR.

3. DAMPAK KASUS DUGAAN PLAGIARISM REKTOR TERHADAP REPUTASI

UNNES

Reputasi merupakan intangible asset atau asset yang tidak nyata namun sangat berharga.18

Reputasi adalah aset terpenting bagi suatu lembaga. Reputasi akan menentukan citra yang akan

teringat di mata masyarakat pada suatu lembaga. Oleh karena itu, reputasi menjadi sangat penting

karena reputasi itulah salah satu indikator apakah lembaga tersebut itu sukses.

Kasus dugaan plagiarism yang dilakukan oleh FR memberikan dampak buruk terhadap reputasi

kampus UNNES sebagai lembaga akademik yang bertanggung jawab memproduksi dan

mendistribusikan pengetahuan demi kemaslahatan masyarakat Berlarut-larutnya penyelesaian

kasus dugaan plagiasi ini telah menurunkan citra Universitas Negeri Semarang. Sejak muncul isu

dugaan plagiasi yang dilakukan oleh rektornya, nama Universitas Negeri Semarang menjadi

sorotan dan kerap muncul dalam pemberitaan media massa. Selain merusak citra UNNES sebagai

kampus yang bereputasi internasional, kasus dugaan plagiasi yang dilakukan oleh FR juga

berakibat pada tidak kondusifnya kondisi civitas akademika di UNNES.

18
Tarigan, Roy Marthin. 2014. “Pengaruh Citra Merek dan Reputasi….”. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatra Utara.
Fakta hari ini menunjukan bahwa jika seseorang melakukan pencarian di mesin pencari Google

maka nama Universitas Negeri Semarang muncul bersamaan dengan kasus tersebut. Hal ini tentu

saja sangat disayangkan mengingat Universitas Negeri Semarang adalah kampus yang memiliki

cita sebagai kampus yang memiliki citra dan nama baik dalam pergaulan nasional maupun

internasional serta menjadi rujukan dalam kegiatan tridarma perguruan tinggi di tingkat

internasional. Cita mulia ini tidak akan terwujud apabila kasus-kasus yang dapat merusak reputasi

UNNES masih belum terselesaikan, termasuk diantaranya adalah kasus dugaan palgiasi oleh rektor

UNNES sendiri.

Tidak cukup hanya dengan gimik atau permainan narasi semata untuk dapat memperbaiki

reputasi suatu lembaga. Perlu langkah konkret terkhusus dari internal lembaga itu sendiri.

Memburuknya reputasi UNNES akibat dugaan plagiasi rektornya tentu tidak dapat didiamkan

berlarut-larut. Jika memang FR yakin bahwa dirinya tidak melakukan tindak plagiasi sebagiamana

yang didugakan, maka sebaiknya FR harus melakukan uji publik dan bahkan jika perlu

mengadakan debat akademis secara tebuka bersama pihak-pihak yang telah menemukan fakta dan

bukti terkait dugaan plagiasi yang dilakukan dirinya. Hal tersebut harus segera dilakukan agar kasus

ini menjadi terang dan masyarakat mengetahui siapa sebetulnya salah dalam kasus ini sehingga

reputasi UNNES dapat kembali membaik.


SIMPULAN DAN TUNTUAN

Plagiarism artinya mengambil dan menggunakan ide seseorang, tulisan atau penemuan

seseorang menjadi miliknya. Dalam dunia akademik, tindak plagiarism merupakan salah satu dosa

besar karena menciderai nilai penelitian dan marwah akademik sebagai tempat merawat nilai-nilai

kebaikan. Saat ini dunia akademik tengah menjadi sorotan karena para pejabatnya terungkap

melakukan plagiarism. Mulai dari rektor, guru besar hingga para pejabat kampus satu persatu

tersandung kasus plagiarism. Masalahnya, ketika seorang pejabat kampus melakukan tindak

plagiat, sebagai konsekuensinya reputasi kampus yang bersangkutan pun ikut memburuk. Seperti

hal nya dengan kasus dugaan plagirism yang dilakukan oleh FR selaku rektor UNNES telah

memberikan dampak yang begitu signifikan terhadap reputasi UNNES. Bahkan Selain merusak

citra UNNES sebagai kampus yang bereputasi internasional, kasus dugaan plagiasi yang dilakukan

oleh FR juga berakibat pada tidak kondusifnya kondisi civitas akademika di UNNES.

Hal ini tentu sangat disayangkan, mengingat UNNES merupakan kampus yang memiliki cita-

cita menjadi universitas yang berupatasi internasional. Oleh karena itu memburuknya reputasi

UNNES akibat dugaan plagiasi rektornya tentu tidak dapat didiamkan berlarut-larut. Harus ada

penyelesaian yang konkret terkait kasus ini, karena sejatinya penyelesaian kasus dugaan palgirism

ini tidak cukup hanya dengan gimik atau permainan narasi semata.

Maka atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut, kami mahasiswa UNNES menuntut

dengan tegas kepada Rektor UNNES untuk melakukan uji publik mengenai kasus dugaan

plagiarism sehingga kasus tersebut menjadi terang-benderang agar masyarakat dapat menilai

sendiri dan reputasi UNNES kembali membaik.


B. Obral Gelar Kehormatan dengan Intensi Kepentingan Politik

Kampus Berpeluang Ciderai Nilai-Nilai Akademik Semarang – Universitas Negeri Semarang

(UNNES) kembali menghadiahkan Gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa) kepada

mantan Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid. Gelar ini rencananya akan diberikan pada Kamis, 11

Februari 2021. Sebelumnya UNNES juga memberikan gelar ini kepada dua tokoh yaitu Habib

Luthfi bin Yahya dan Airlangga Hartanto. Pemberian gelar ini tentunya menimbulkan beberapa

spekulasi-spekulasi negatif terhadap pihak Perguruan Tinggi mengingat rekam jejak dari Nurdin

Halid yang dinilai terjangkit pelbagai masalah seperti kasus suap dan korupsi.

Dalam Permenristekdikti No. 65 Tahun 2016, dijelaskan bahwa gelar doktor kehormatan

(Doctor Honoris Causa) merupakan gelar kehormatan yang diberikan oleh perguruan tinggi yang

mempunyai program Doktor dengan peringkat terakreditasi A unggul kepada perseorangan yang

layak memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi dan/atau berjasa dalam bidang kemanusiaan. Selain itu, dijelaskan juga

bahwasanya mekanisme terkait pemberian gelar ini menjadi otoritas masing-masing perguruan

tinggi.

Pemberian Gelar Doktor Kehormatan, khususnya di UNNES kemudian diatur dalam Peraturan

Rektor No. 21 Tahun 2018. Beberapa poin penting dari regulasi tersebut diantaranya persyaratan

dasar yang harus dipenuhi oleh penerima gelar ini, yaitu:

a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. memiliki kepribadian dan citra publik yang baik;

c. memiliki moral, etika, dan kepribadian yang baik;


d. berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air atau warga dunia

yang mendukung perdamaian internasional;

e. memiliki jasa luar biasa dalam pengembangan suatu disiplin ilmu pengetahuan,

teknologi, kebudayaan, kemasyarakatan, dan/ atau kemanusiaan, dibuktikan dengan

karya - karya yang dihasilkan oleh calon penerima gelar Doktor Kehormatan;

f. karya-karya yang dihasilkan berdampak luas di masyarakat;

g. karya-karya yang dihasilkan sesusi dengan gelar yang akan diberikan;

Semua syarat yang sudah dijelaskan harus dipenuhi oleh penerima Gelar Doktor Kehormatan.

Namun, berdasarkan track record dari Nurdin Halid sendiri, pemberian gelar ini tentu kurang tepat.

Beberapa kasus suap dan korupsi seperti yang disebutkan sebelumnya yaitu:

1. Menjadi tersangka dalam kasus penyelundupan gula impor ilegal pada tahun 2004,

namun dianggap tidak bersalah atas tuduhan ini pada tahun 2005.

2. Terlibat kasus pelanggaran kepabeanan impor beras dari vietnam dan divonis 2 tahun

6 bulan pada tahun 2005 oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara, namun dibebaskan

setelah mendapat remisi pada tahun 2006.

3. Menjadi terpidana 2 tahun dalam kasus korupsi dana pendistribusian minyak goreng

Bulog Rp169,71 miliar tahun 2007.

4. Terkait kasus suap pada pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hamka Yamdu,

selaku terdakwa di persidangan Pengadilan Negeri Tipikor (27/4/2010) bahkan

menyebutkan Nurdin Halid menerima uang Rp 500 juta.


5. Putusan Pengadilan Negeri Samarinda, Rabu (2/2/2011), dalam persidangannya

mengungkapkan Nurdin Halid menerima uang Rp 100 juta dari aliran Aidil Fitri,

mantan Manajer Persisam yang telah terbukti melakukan korupsi dana APBD untuk

klub senilai Rp 1,7 miliar.

6. Memancing kemelut demonstrasi setelah memaksakan tetap mengikuti pemilihan

Ketua Umum PSSI pada tahun 2011. Hal ini memaksa Andi Mallarangeng selaku

Menpora mengambil tindakan tegas saat itu.

Selain poin-poin yang disebutkan di atas, Nurdin Halid juga beberapa kali membuat rekam

buruk seperti klaim sukses pencapaian Tim Nasional pada ajang Piala Suzuki AFF 2010 yang

dianggapnya karya Partai Golkar. Hal ini bertentangan dengan Statuta FIFA yang melarang keras

politisasi sepak bola. Pertentangan juga terjadi saat dipilihnya Nurdin Halid sebagai Ketua Steering

Commitee Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar pada tahun 2014. Setelah hancur

kiprahnya di PSSI, dia aktif dan terpilih menjadi Ketua DPD I Partai Golkar Sulawesi Selatan,

kemudian ikut meramaikan pesta demokrasi sebagai Calon Gubernur Sulsel pada tahun 2018

meskipun gagal.

Melihat kacaunya Nurdin Halid, permasalahan suap dan korupsi, beberapa kali menapaki jeruji

besi, tentu sangat tidak sesuai dengan persyaratan penerima Gelar Doktor Kehormatan yaitu

memiliki moral, etika, dan kepribadian yang baik dan berperan sebagai warga negara yang bangga

dan cinta tanah air serta mendukung perdamaian dunia. Perilaku korupsi dan suap sangat jelas

bukan perilaku terpuji dan merugikan negara.


Oleh karena itu, berdasarkan fakta-fakta dari beberapa sumber yang jelas, tidak ada satupun

alasan kepada Nurdin Halid untuk dianugerahi Gelar Doktor Kehormatan. Sehingga sangat

disayangkan dan patut dipertanyakan, UNNES sebagai perguruan tinggi yang menjaga marwah

pendidikan dan patuh akan peraturan yang berlaku mau memberikan gelar yang seharusnya tidak

diberikan sama sekali.


SUMBER RUJUKAN:

Arbi Sumandoyo. 2018. “Akhir Para Plagiator Disertasi di Universitas Negeri Jakarta”. diakses

dari https://tirto.id/akhir-para-plagiator-disertasi-di-universitas-negeri-jakarta-cEoV pada

24 Maret 2021 pukul 21:20 wib.

DetikNews (2010). “Prof Banyu akan Diberhentikan dari Unpar Secara Tidak Terhormat”.

diakses dari https://news.detik.com/berita/d-1296122/-prof-banyu-akan-diberhentikan-

dari-unpar-secara-tidak-hormat pada 24 Maret 2021 pukul 20:56 wib.

Henry, Soelistyo. 2011. “Plagiarism: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika”. Yogyakarta: Kanisius.

Harliansyah. 2017. “Plagiarism dalam Karya atau Publikasi Ilmiah dan Langkah Strategis

Pencegahannya”. hal 103–114.

Luqman Hakim. 2014. “Anggito Abimanyu mundur dari UGM setelah dituduh plagiat”. dari

https://www.antaranews.com/berita/419472/anggito-abimanyu-mundur-dari-ugm-

setelah-dituduh-plagiat diakses pada 24 Maret 2021 pukul 17:49 wib.

Merdeka.com (2014). “Kasus Plagiarism, Anggito Abimanyu Mundur Dari UGM”. diakses dari

https://www.merdeka.com/peristiwa/kasus-plagiarism-anggito-abimanyu-mundur-dari-

ugm.html pada 24 Maret 2021 pukul 12:47.

Menteri Pendidikan Nasional. 2010. “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 17 Tahun 2010

Tentang Pencegahan Dan Penangulangan Plagiat Di Perguruan Tinggi Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.


Oxford University. 2016. “Plagiarism”. English Oxford Living Dictionaries. Oxford: Oxford

University Press.

Perpustakaan Universitas Gadjah Mada. 2017. “Panduan Anti Plagiarism”. diakses dari Panduan

Anti Plagiarism – Perpustakaan (ugm.ac.id) pada 24 Maret 2021 pukul 09:15.

Pelita Fajarhati. 2010. “Press Release Kasus Plagiarism Mochammad Zuliansyah”. diakses dari

https://www.itb.ac.id/berita/detail/2811/press-release-kasus-plagiarism-mochammad-

zuliansyah pada 24 Maret 2021 pukul 21.30 wib.

Tarigan, Roy Marthin. 2014. “Pengaruh Citra Merek dan Reputasi….”. Skripsi. Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Sumatra Utara.

Tempo.co (2021). “Disertasi Rektor Unnes Dituding Hasil Plagiat”. dari

https://nasional.tempo.co/read/1426792/disertasi-rektor-unnes-dituding-hasil-plagiat

diakses pada 24 Maret 2021 pukul 18:04 wib.

Tribunnews.com (2014). “Rektor Maranatha Diduga Plagiat: Mahasiswa Tahu Tapi Tak Bisa

Apa-apa”. diakses dari https://www.tribunnews.com/nasional/2014/02/04/rektor-

maranatha-diduga-plagiat-mahasiswa-tahu-tapi-tak-bisa-apa-apa pada 24 Maret 2021

pukul 21:40 wib.

Tim Akademik Kaukus Indonesia Untuk Kebebasan Akademik (KIKA). Kajian atas Kasus

Plagiarism Fathur Rokhman, Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES). hal 1-9

World Association Medicine Editors. 2016. “Recommendations on Publication Ethics Policies for

Medical Journals”. Diakses dari http://www.wame.org/about/recommendations-on-

publication ethicspolicie#Plagiarism pada 25 Maret 2021 pkl 12.30 wib.


(2011). Diambil kembali dari Kompas:

https://amp.kompas.com/properti/read/2011/02/12/17590397/sos.minta.nurdin.dicoret.dari

.b alon.ketum

(2014). Diambil kembali dari Liputan 6: https://m.liputan6.com/news/read/2132910/nurdin-

halidketuasc-rapimnas-golkar-amankan-ical-jadi-ketum

(2019). Diambil kembali dari Tribunnews: https://kaltim.tribunnews.com/2019/04/01/sejarah-hari-

ini1april-2011-nurdin-halid-lengser-dari-kursi-ketua-umum-pssi-apa-kabar-sekarang

Permenristekdikti No. 65 Tahun 2016, tentang Gelar Doktor Kehormatan.

(2016). Peraturan Rektor No. 21 Tahun 2018, tentang pedoman pemberian Gelar Doktor

Kehormatan (Doktor Honoris Causa) Universitas Negeri Semarang. (2018).

Anda mungkin juga menyukai