Disusun oleh :
Kelompok 2
Anggrek Aulia S AK.1.17.049
Ellysa Dwi Hartini AK.1.17.056
Erlita Komalasari AK.1.17.062
Shanti Ariani AK.1.17.081
Siti Nurhalimah AK.1.17.084
Verra Julaini L AK.1.17.089
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
1.4. Tujuan Khusus ............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Konsep Plagiat..............................................................................................3
2.2. Tehnik Pencegahan Plagiat...........................................................................9
2.3. Pharaprase.....................................................................................................10
2.4. Citation.........................................................................................................12
2.5. Reference......................................................................................................14
2.6. Plagiat Cheker..............................................................................................16
2.7. Pengutipan Sumber Pustaka.........................................................................17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................22
3.2 Saran.............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Plagiat berasal dari kata latin “Plagiarus” yang berarti penculik dan
“Plagiare” yang berarti mencuri. Berangkat dariasal kata tersebut, secara
sederhana plagiat berarti mengambil ide, kata-kata, dan kalimat seseorang dan
memposisikannya sebagai hasil karyanya sendiri atau menggunakan ide, kata-
kata, dan kalimat tanpa mencantumkan sumber dimana seorang penulis
mengutipnya. Dosen dalam hal ini sebagai salah satu akademisi dengan
kewajiban menjalankan tridarmanya, khususnya melakukan penelitian
sangatlah rentan terprosok dalam plagiarisme.
Dalam pemaparannya Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum
mengatakan bahwa terjadinya suatu plagiatisme itu bersumber dari penulis
sendiri. Apakah di dalam karyanya terdapat unsure plagiat, penulis itu sendri
yang menggetahuinya. Dalam konteks ini jika terdapat unsure plagiat yang
harus dipertanyakan adalah bagaimana hal tersebut bias terjadi dan pada
bagian mana yang dikatakan plagiat? Oleh sebab itu dasar yang utama dalam
menulis sebuah karya ilmiah adalah dihidupinya asas keaslian dan asas
kejujuran.
Asas keaslian ini diukur atau berdasarkan pada pemikiran sendiri, bukan
dari jiplakan. Keaslian atau orisinalitas pemikiran dapat diketahui melalui
keunikan dari bahasa maupun isi, oleh sebab itu karya ilmiah itu khas dan
unik. Keunikan ini yang kemudian menjadikan hak cipta penulisnya
dilindungi undang-undang, karena terdapat kekhasan isi dan bahasanya.
Perlindungan ini yang kemudian dikenal dengan Undang-undang Hak Cipta.
Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah diberlakukan UU tentang
plagiarisme yang terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No.17/2010 dan pelakunya diancam dengan hukuman yang cukup berat.
Sesuai UU No.20/2003, dijelaskan bahwa pelaku tindak plagiat diberikan
sanksi bahwa lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk
memperoleh gelarak ademik, profesi atau vokasi, terbukti merupakan
jiplakan, dicabut gelarnya (pasal 25 ayat 2). Kemudian lulusan yang
1
tersebut pada pasal 25 ayat 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama
dua tahun, dan atau pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000,-(dua
ratus juta rupiah)
1.2 RumusanMasalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Tapi bukan hanya sebatas pelajar saja, para guru dan dosen pun tidak luput
dari tindakan plagiat seperti contohnya yang terjadi di UIN ketika salah
satu dosen UIN menjiiplak tesis hasil karya mahasiswa UIN. Hal ini bukan
hanya berdampak pada sang dosen yang melakukan tindakan plagiarisme
tersebut tapi masyarakat umut juga akan menganggap insan pendidik di
Indonesia berkualitas sama buruknya dengan dosen tersebut.
Selain kemalasan, alasan lain mengapa orang-orang melakukan
tindakan plagiarisme atau plagiat adalah karena mereka menganggap
individu yang ia contek atau jiplak memiliki karya cukup bagus sehingga
ia menjiplaknya dan mengakuinya menjadi milik sendiri agar mendapat
pujian atau nilai bagus. Hal ini ditilik dari sisi psikologis diakibatkan oleh
rasa rendah diri yang dimiliki oleh sang plagiat karena merasa ia tidak
akan bisa menulis atau menghasilkan karya sehebat dan sebagus seperti
milik individu yang ia jiplak atau mungkin juga campuran antara rasa
malas seperti yang saya jabarkan tadi dengan rasa rendah diri tersebut.
Sementara itu kesibukan dan sempitnya waktu yang bisa diluangkan untuk
menghasilakan karya yang layak atau bagus juga dijadikan alasan para
plagiat untuk membohongi hati nuraninya sendiri karena seadikit banyak
para plagiat tentu merasa berdosa atau bersalah ketika melakukan
tindakannya tersebut.
Tindakan plagiarisme ini bisa berdampak pada masyarakat berupa
berkurangnya kreativitas masyarakat karena akan timbul rasa was-was
karena takut karyanya dijiplak orang lain sehingga masyarakat malas
berkarya dan menelurkan ide-ide baru. Hal ini juga membuat pola pikir
masyarakat yang tadinya produktif (menciptakan hal-hal baru) menjadi
reproduktif (menciptakan berdasarkan hal-hal yang sudah ada). Selain
dampak pada masyarakat plagiarisme juga berdampak pada penulis asli
dan individu yang melakukan plagiarisme.
Yang jelas plagiarisme itu sendiri merupakan suatu bentuk
pelanggaran terhadap norma sosial, khususnya nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat terkait dengan soal kejujuran. Dengan melakukan plagiarisme,
seseorang telah berbuat tidak jujur karena mengakui sesuatu yang bukan
4
miliknya, bukan hasil karyanya. Sebagai pelanggaran norma sosial, pelaku
plagiarisme yang ketahuan biasanya akan menerima sanksi sosial yang
beraneka ragam, mulai dari cemoohan sampai kecaman atau bahkan
pengucilan, dan bisa bertambah lagi dengan sanksi administratif manakala
“dosa” tersebut dilakukan dalam lingkungan institusi akademik ataupun
pers.
Namun terkadang tindakan plagiat disebabkan karena
ketidaksadaran pelaku bahwa ia telah melakukan tindakan plagiarisme
karena ia tidak tahu batasan-batasan sebuah tindakan termasuk sebuah
tindakan plagiarisme atau bukan. Hal ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan terhadap batasan-batasan sebuah tindakan itu tergolong
tindak plagiat atau bukan sehingga menyebabkan ketidaksengajaan
melakukan tindakan plagiat. Hal ini memang didasari atas
ketidaksengajaan, tapi siapa yang tahu bahwa seseorang melakukan
tindakan plagiat didasarkan kesengajaan atau tidak selain orang itu sendiri
dan Tuhan? Maka dari itu sanksi yang diberikan tidak dibedakan dengan
orang-orang yang memang terang-terangan melakukan tindakan
plagiarisme. Maka dari itu alangkah baiknya untuk kita mengetahui apa
batasan-batasan tersebut.
Yang digolongkan sebagai plagiarisme:
1. Menggunakan tulisan orang lain secara mentah, tanpa memberikan
tanda jelas (misalnya dengan menggunakan tanda kutip atau blok
alinea yang berbeda) bahwa teks tersebut diambil persis dari tulisan
lain.
2. Mengambil gagasan orang lain tanpa memberikan anotasi yang cukup
tentang sumbernya
Dalam buku Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah,
Felicia Utorodewo dkk. menggolongkan hal-hal berikut sebagai tindakan
plagiarism:
5
4. Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri,
5. Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa
menyebutkan asal-usulnya
6. Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa
menyebutkan sumbernya, dan
7. Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi
rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan
sumbernya.
6
3. Kerugian bagi pembaca dan masyarakat luas :
Para pembaca akan tertipu oleh sang plagiator dan mengira sang
plagiator adalah seorang yang hebat sehingga akan menimbulkan
kebohongan publik. Membohongi para pembaca.
B. Macam Plagiarisme dilihat dari berbagai sudut menurut
Sastroasmoro (2007)
a. Jenis plagiarisme berdasarkan aspek yang dicuri
1. Plagiarisme ide : Mengambil ide yang sudah ada tanpa
menyebut sumber dengan jelas.
2. Plagiarisme isi (data penelitian): Mengambil data penelitian
orang lain.
3. Plagiarisme kata, kalimat, paragraph
4. Plagiarisme total
b. Klasifikasi berdasarkan sengaja atau tidaknya plagiarisme
1. Plagiarisme yang disengaja
2. Plagiarisme yang tidak disengaja
Menggunakan ide, kata, frase, kalimat, atau paragraf orang
lain tanpa menyebut sumber, baik disengaja atau pun tidak
disengaja karena ketidaktahuan.
c. Klafisikasi berdasarkan proporsi atau persentasi kata, kalimat,
paragraf yang dibajak
1. Plagiarisme ringan : <30 span="">
2. Plagiarisme sedang : 30-70%
3. Plagiarisme berat atau total : >70%
d. Berdasarkan pada pola plagiarism
1. Plagiarisme kata demi kata (word for word plagiarizing):
mengambil sebagian kecil (kalimat) dapat satu paragraf, atau
bahkan seluruh makalah tanpa digubah menurut aturan
penulisan dan tidak menyebutkan sumber.
2. Plagiarisme mosaik: Menyalin dengan menyisipkan kata, frase
atau kalimat dari penulis lain lalu menyambungkannya secara
acak.
7
Selain itu masih dikenal pula istilah autoplagiarism atau self-
plagiarism (vide infra), yaitu memakai karya sendiri secara identik tanpa
melampirkan sumber karya aslinya.
C. Bentuk Dan Jenis Plagiat
Plagiat muncul dalam empat bentuk yang berikut ini.
1. Plagiat langsung (direct plagiarism). Jenis plagiat ini sangat berat.
Mengapa? Karena si plagiator mengopi langsung sumber kata demi
kata tanpa menunjukkan bahwa itu merupakan hasil kutipan dan sama
sekali tidak menyebutkan siapa penulis atau pemilik karya cipta
intelektualnya.
2. Meminjam karya dari orang lain. Sering terjadi seseorang meminjam
kertas kerja dari sesama teman, kolega, saudara dan orang lain. Lalu
menyalinnya begitu saja tanpa sedikit pun coba menambah apalagi
memasukkan gagasannya sendiri. Namanya dicantumkan sebagai
pembuat, padahal mengambil dari karya orang lain.
3. Tidak jelas atau salah kutip (vague or incorrect citation). Seorang
penulis harus menunjukkan di mana ia mulai mengutip sumber luar
dan di mana berakhirnya. Kadang kala penulis mengutip sumber hanya
sekali, pembaca mengasumsikan bahwa kalimat atau paragraf
sebelumnya telah dilakukan parafrasa. Padahal karya itu sebagian
besar mengambil gagasan dari satu sumber. Penulis tidak berusaha
menunjukkan rujukan dengan jelas. Semestinya, parafrasa dan
ringkasan harus dinyatakan dengan tegas dan sejelas-jelasnya pada
awal dengan nama penulis, pada akhir dengan referensi kurung.
Penulis selalu harus dengan jelas menunjukkan bila parafrasa,
ringkasan, atau kutipan dimulai, berakhir, atau terpotong.
4. Plagiat mosaik (mosaic plagiarism). Ini merupakan bentuk plagiat
yang paling sering terjadi. Penulis tidak secara langsung menyebutkan
sumbernya. Ia hanya mengubah sedikit kata dan menggantinya dengan
kata-katanya sendiri, mengubah beberapa kata dalam kalimat (reworks
a paragraph) dengan cara kata-katanya sendiri tanpa menyebutkan
kredit si penulis asli. Kalimat dan paragraf bukan dalam bentuk
8
kutipan, namun apabila dicermati dengan saksama maka sangat mirip
dengan sumbernya.
D. Pemicu Timbulnya Plagiarisme
Dalam pembuatan karya tulis akan menjadikan sebuah kegiatan
yang dapat menyita waktu dikarenakan batas waktu yang sangat terbatas.
Tapi, hal tersebut tidak diperkenankan menjadi faktor yang menyebabkan
timbulnya sebuah tindakan plagiarisme. Tindakan tersebut mampu
membuat perguruan tinggi yang terlibat memiliki sebuah kekurangan
yang akan dipandang publik. Tindakan plagiarisme merupakan suatu
kejahatan intelektual serta jika dilakukan dengan porsi berlebih akan
menimbulkan sanksi yang akan diberlakukan bagi pihak yang
melakukannya. Pemicu terjadinya plagiarisme sebagai berikut (Istiana,
2016) :
1. Waktu penyelesaian karya tulis yang relatif terbatas, pada akhirnya
timbul ide untuk melakukan penjiplakan pada karya orang lain.
2. Minat baca dan minat melakukan analisis masih rendah terhadap
sumber referensi.
3. Kurangnya pemahaman tentang cara, kapan, bagaimana
menggunakan suatu kutipan dari buku, media internet, jurnal
penelitian maupun media lainnya.
4. Kurangnya pemahaman tentang tindakan plagiarisme dalam
pembuatan karya tulis
2.2 Tehnik Pencegahan Plagiat
Secara teknis strategi untuk mencegah plagiarism antara lain:
1. Hasil karya orang lain dirangkum lalu ditulis dengan kalimat sendiri
atau menggunakan kata atau kalimat lain untuk menyatakan maksud yang
sama [paraphrasing].
2. Bila menggunakan ide orang lain disebutkan sumbernya.
3. Memberi tanda kutip untuk semua sitasi yang mengambil kata demi
kata hasil karya/buah pikiran orang lain tanpa melakukan parafrase.
9
4. Bila kita mengajukan makalah yang sudah pernah diajukan
sebelumnya harus dinyatakan bahwa makalah sudah diajukan atau
dipublikasi sebelumnya.
2.3 Pharaprase
Parafrase merupakan salah satu penyajian kembali sebuah karya sastra
ke dalam bentuk karya sastra lain tanpa mengubah atau bahkan
menghilangkan makna dan inti dari karya asli tersebut. Parafrasa ialah suatu
istilah linguistik (ilmu bahasa) yang memiliki arti pengungkapan kembali
mengenai suatu konsep dengan cara lain namun masih dalam bahasa yang
sama tanpa mengubah maknanya.
Parafrasa yaitu segala pengungkapan kembali suatu tuturan dari
sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi yang lain tanpa mengubah
pengertiannya. (KBBI)
Parafrasa yakni semua ringkasan yang dapat ditulis dengan kata-kata
Anda sendiri, secara singkat menyatakan kembali poin utama penulis. (L.
Behrens)
A. Ciri – Ciri Parafrase
1. Bentuk tuturannya berbeda
2. Cara penyampaiannya berbeda
3. Bahasa penyampaiannya berbeda
4. Makna tuturan tetap sama
5. Substansi tak berubah
B. Tujuan Parafrasa
1. Untuk mengungkapkan kembali bermacam gosip yang
kita baca atau kita dengar dengan cara dan bentuk yang berbeda
contohnya kita menuturkan isi sebuah puisi dalam bentuk paragraf atau
sebaliknya.
2. Untuk menguraikan suatu teks dalam bentuk atau
susunan kata yang lain semoga makna yang tersembunyi dalam teks
tersebut sanggup diterangkan.
10
C. Jenis – Jenis Parafrase
1. Parafrase Bebas
Parafrase bebas ialah salah satu jenis parafrase yang tidak
mewajibkan penulis untuk menggunakan kata-kata asli yang digunalam
dalam karya sastra rujukan untuk membangun karya satra yang lain,
namun tetap mempertahankan inti dan makna dari karya sastra tersebut.
Dalam parafrase bebas, penulis diberi kekebasan dalam
menggunakan kata-kata lain, dan bahkan jika sama sekali tidak
menggunakan kata dari teks asli.
2. Parafrase Terikat
Parafrase terikat yaitu suatu bentuk parafrase yang mewajibkan
pengguna dalam menggunakan kata-kata asli dalam karya sastra rujukan
dan kemudian bisa ditambah dengan lata-kata lain untuk membangun
karya sastra lain dengan bentuk yang lebih berbeda, namun makna dan
intinya harus sama.
D. Langkah – Langkah Membuat Parafrase
1. Langkah Membuat Parafrase ; Lisan
a. Untuk membuat parafrasa lisan.
b. Membaca informasi secara cermat.
c. Mencatat kalimat inti.
d. Mengembangkan kalimat inti menjadi pokok pikiran.
e. Menyampaikan pokok pikiran dalam bentuk uraian lisan dengan
kalimat sendiri.
f. Menggunakan sinonim atau ungkapan yang sepadan.
g. Mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung.
h. Mengubah kalimat aktif menjadi kalimat tidak aktif.
i. Menggunakan kata ganti orang ketiga untuk narasi jika kesulitan
menguraikan.
2. Langkah Membuat Parafrase Tertulis
a. Membaca dengan cermat bacaan yang akan kita parafrasekan.
b. Menulis kalimat inti dari bacaan.
11
c. Mengembangkan kalimat inti yang telah diperoleh menjadi gagasan
pokok.
d. Menyampaikan gagasan tersebut dengan menggunakan bahasa kita
sendiri.
e. Menggunakan kata bersinonim.
f. Mengubah kalimat langsung menjadi tidak langsung.
g. Mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif.
2.4 Citation
Kutipan (citation) adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari
seseorang pengarang, atau ucapan seseorang yang terkenal, baik terdapat
dalam buku-buku maupun majalah-majalah. Fungsi utama kutipan dalam
karya ilmiah adalah menegaskan isi uraian atau membuktikan kebenaran yang
diajukan oleh penulis berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari literatur,
pendapat seseorang atau pakar, bahkan pengalaman empiris. Jadi kutipan
hanya berfungsi sebagai bahan bukti untuk menunjang pendapat kita.
12
b. Kutipan langsung yang lebih dari empat baris
1) Kutipan dipisahkan dari teks dengan jarak 2,5 spasi
2) Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi
3) Kutipan boleh diapit tanda petik, boleh juga tidak
4) Seluruh kutipan dimasukkan ke dalam 5-7 ketikan.
Contoh :
Ada lima dasar pengklasifikasian rencana organisasi, salah satunya
adalah bidang fungsional.
”Handoko (2009:84) mengemukakan bahwa bidang fungsional
mencakup rencana produksi, pemasaran, keuangan, dan personalia.
Setiap faktor tersebut memerlukan tipe perencanaan yang berbeda.
Misal, rencana produksi akan meliputi perencanaan kebutuhan bahan,
scheduling produksi, jadwal pemeliharaan mesin, dan sebagainya.
Sedang rencana pemasaran berisi target penjualan, program promosi,
dan sebagainya”.
2. Kutipan Tidak Langsung
(Kutipan Isi)
Kutipan tidak langsung yaitu kutipan pendapat orang lain yang
dikemukakan dengan bahasa penulis sendiri. Artinya kata-kata yang
digunakan tidak sama dengan kata-kata yang dikutip, tetapi hanya
diambil idenya saja.
a. Ditulis menyatu dengan teks
b. Tidak menggunakan tanda petik
c. Mencantumkan nama akhir pengarang, tahun, dan nomor halaman.
Contoh:
Isu Millenium Bug atau yang lebih dikenal dengan istilah Y2K
berpengaruh besar terhadap peningkatan penjualan komputer. Di
Indonesia, sejak kwartal pertama tahun 2006, penjualan komputer
mengalamai peningkatan hingga 50-200 %. Menurut Prasetyo (2008),
penjualan Personal Computer (PC) Wearnes meningkat dibandingkan
angka penjualan tahun sebelumnya.
2.5 Referencen
13
Referensi adalah sesuatu yang dipakai dalam pemerian informasi
untuk memperkuat pernyataan dengan tegas. Atau kita kenal juga dengan
“rujukan”. Referensi memkai faktual maupun non faktual. Referrensi
faktual terdiri atas statistik contoh, kesaksian, serta objek faktual.
Referensi bisa berrupa bentukbukti, nilai-nilai, serta kredibilitas. Sumber
materi referensi ialah tempat materi itu ditemukan.
A. Jenis-jenis Referensi
Materi referensi faktual serta non faktual mungkin ada pada tiga bentuk
berikut ini:
B. Karya Referensi
Karya referensi merupakan bentuk tertentu dari publikasi atau buku
ilmiah yang bisa dipakai untuk dasar atau gagasan pernyataan lewat fakta-
fakta yang sudah teruji. Karya referensi bisa juga berupa dokumen
eletronik ataupun fisik. Selain itu juga buku cetak serta publikasi hasil dari
riset, karya dokumnetasi fisik sering digunakan ialah kamus, ensiklopedia,
almanak, tesaurus, jurnal ilmiah, katalog, naskah otentik serta atlas.
Sedangkan data dari dokumen elektronik berupa DVD, CD-ROM, data
rekaman, program aplikasi, ataupun internet.
C. Tujuan Pembuatan Referensi
Berikut ini adalah tujuan dalam pembuatan suatu referensi yang perlu kita
ketahui:
1. Agar Memperkuat Teori Dan Argumentasi
Referensi dipakai untuk bahan penunjang dari teori atau
argumentasi yang dituangkan dalam tulisan. Referensi menjadi suatu
landasan pada penyampaian argumentasi sehingga mempunyai dasar
14
yang kuat serta bisa diterima oleh masyarakat banyak sebagai
pendapat yang bisa dipertanggungjawabkan.
2. Menghindari Plagiarisme
Pemakaian referensi bertujuan supaya tidak menjadi suatu tindakan
plagiat atas hasil karya orang lain. Sebuah tulisan pada umumnya
menjadi hak kekayaan intelektual penulis. Maka jika seseorang
penulis memakai terori, kalimat ataupun pendapat yang dipakai dari
sumber lain harus mencantumkan sumbernya dengan jelas.
3. Menghargai Karya Orang Lain
Referensi juga butuh dicantumkan untuk bentuk penghargaan atas
hasil karya orang lain. Pada umumnya pendapat atau teori orang lain
bisa diambil serta dipakai dengan gratis dalam melengkapi sebuah
karya tulis. Maka untuk bentuk suatu penghargaan perlu diberikan
perujukan yang jelas terhadap sumber dari teori ayng dituliskan
dengan lengkap memakai metode atau cara penulisan referensi
tertentu.
4. Memberikan Informasi Kepada Pembaca
Referensi juga memiliki maksud untuk memberikan informasi
kepada pembaca pada sumber asli serta lengkap dari suatu pendapat
atau teori. Dengana adanya referensi itu maka pembaca dapat
menemukan informasi itu dengan lebih lengkap sesuai dengan
kebutuhannya.
a) Contoh Referensi
15
b) Contoh dari referensi jurnal
Smith, John Maynard. (1998). The origin of altruism. Nature 393: 639–40.
Artikel surat kabar biasanya dikutip dalam teks tapi dihilangkan
dalam bagian “Daftar rujukan”. Contoh pengutipan surat kabar formal
adalah:
Bowcott, O. (2005, 18 October). “Protests halt online auction to shoot
stag”, The Guardian. Diakses 7 Februari 2006.
Bila publikasinya offline:
Bowcott, O. (18 Oktober 2005). Protests halt online auction to shoot stag.
The Guardian.
16
nama pengarang yang sama, pengurutan dilakukan mulai dari tahun terbitan
yang terbaru. Untuk terbitan-terbitan berikutnya, nama pengarang tidak
ditulis, tetapi diganti dengan garis lurus tengah (bukan garis bawah)
sepanjang 7 ketukan. Daftar pustaka ditulis tanpa nomor. Tiap-tiap jenis
rujukan mengikuti sistematika penulisan yang berbeda. Sistematika itu dapat
diikuti satu per satu berikut ini.
1. Buku
Penulisan buku mengikuti urutan komponen sebagai berikut: Nama
belakang pengarang, koma, nama atau nama-nama depan (apabila ada),
titik, tahun terbitan, titik, nama buku dengan huruf cetak miring, titik,
nama kota tempat penerbitan, titik dua, nama penerbit, titik. Bila
pengarang buku lebih dari seorang, nama pengarang kedua dan seterusnya
boleh tidak dibalik (ditulis apa adanya). Bila buku telah mengalami
pengeditan, tuliskan edisi keberapa di dalam kurung setelah nama buku
tersebut. Berikut adalah contoh-contoh penulisan daftar pustaka untuk
beberapa jenis buku.
Cohen, J. 1977. Statistical Power Analysis for the Behavioral Science( Revised
Ed.). New
Yogyakarta: BPFE.
17
Apabila nama pengarang lebih dari satu kata, ditulis sesuai dengan
apa yang tertera pada sumber rujukan. Apabila pada sumber rujukan tidak
disingkat, penulisannya juga tidak disingkat. Sebaliknya, apabila pada
sumber rujukan disingkat, penulisannya juga disingkat.
Nuryanto, F. 1996. “Penggunaan Ragam Bahasa Indonesia Ilmiah oleh Dosen IKIP
Yogyakarta”. Jurnal Kependidikan, 1, XXIV, hlm. 85-100.
Berikut ini contoh penulisan daftar pustaka yang berupa karya ilmiah
yang tidak diterbitkan.
18
Utari, D. 1993. Penggunaan Tableau de Feutre dalam Pengajaran Ketrampilan
Berbicara. Makalah TABS. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis, FPBS
IKIP Yogyakarta.
4. Dok
Mahmudah, Z. 1995. Pelecehan Seksual dalam Drama Der Besuch der Alten
Dame Skripsi S1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman, FPBS
IKIP
Yogyakarta.
4. Dokumen Resmi
Dokumen resmi adalah dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh
lembaga resmi. Untuk rujukan jenis ini digunakan nama lembaga
sebagai nama penulis. Komponen yang lain mengikuti ketentuan-
ketentuan yang sama. Pada umumnya, nama penerbit sama dengan
nama lembaga yang tertulis di depan.
Berikut ini contoh penulisan daftar pustaka yang berupa dokumen
resmi.
19
Ellis, R. 1992. Understanding Second Language Acquisition (2nd Ed.).
Oxford: Oxford University Press.
6. Internet
Penulisan daftar pustaka yang bersumber internet mengikuti model
berikut ini.
7. Koran
Penulisan daftar pustaka yang bersumber dari koran dapat emngikuti
model berikut.
20
Sarjono, Hari. 2010. “Bahasa sebagai Alat Pemersatu Bangsa”. Kompas
Edisi 5 Oktober.
http://hankam.kompasiana.com/2011/09/25/teror-bom-penyebaran-
ketakutan-dan-
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
22