Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

PERGURUAN TINGGI MENJADI SARANG BUDAYA


PLAGIARISME

DOSEN PENGAMPU : TAUFIQQURACHMAN, S.SOS, M.SOC, SC

DISUSUN OLEH :
1. Agustina Anggraini (2003050023)
2. Anggi Angelina (2003050035)
3. Mukhlis Ibrahim (2003050046)
4. Rintik Prawesti (2003050054)
5. Winda Prastika (2003050010)

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai secara tepat waktu. Makalah
ini berjudul “”

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen
pengampu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi
kami sebagai penulis dan bagi para pembaca. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini
bisa menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi.

Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada bapak
Taufiqqurachman, S. Sos, M. Soc, Sc. selaku dosen pengampu mata kuliah pendidikan
pancasila yang telah mempercayakan materi ini untuk dibahas oleh kelompok kami. Tidak
lupa bagi rekan-rekan mahasiswa lain yang telah mendukung penyusunan makalah ini kami
juga mengucapkan terima kasih.
Kami menyadari jika masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini oleh
sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan para pembaca.

Tanjungpinang, 28 April 2021

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii

BAB 1..........................................................................................................................................4

A. Latar Belakang.................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah............................................................................................................5

C. Tujuan...............................................................................................................................5

BAB II.........................................................................................................................................6

A. Apa itu Plagiarisme?........................................................................................................6

B. Faktor yang Menyebabkan Tindakan Plagiarisme...........................................................9

C. Plagiarisme Sebagai Pelanggaran Etika.........................................................................11

D. Peran Nilai Pancasila dalam Tindakan Plagiarisme.......................................................12

E. Upaya Penanggulangan dan Pencegahan Serta Sanksi dari Tindakan Plagiarisme.......14

BAB III......................................................................................................................................18

A. Kesimpulan.....................................................................................................................18

B. Saran...............................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................19

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan salah satu bentuk pengakuan dan bukti kompeten atau
tidaknya seseorang adalah dengan publikasi karya ilmiah. Namun, dalam didalam
pelaksanaan dan pembuatannya dibutuhkan usaha dan energi yang besar untuk
melakukan penelitian, juga dibutuhkan keterampilan dan kemapuan berfikir untuk
menuangkannya menjadi suatu karya ilmiah. Berpikir merupakan sebuah proses seperti
yang dijelaskan berikut ini:

“Thinking is one aspect of an integrated process of finding, analysing, and


communicating information.” (Allen, 2004 : 2)

Sering terjadi pengutipan kompenen karya ilmiah ataupun menggunakan konsep


dan ide yang telah ada sebelumnya. Praktik ini biasa kita kenal dengan sebutan plagiat
atau penjiplakan atau pencurian. Plagiat sendiri menjadi jalan pintas bagi sebagian besar
orang dalam membuat suatu karya ilmiah. Sayangnya, kegiatan ini semakin sering terjadi
mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.

Lingkungan perguruan tinggi erat kaitannya dengan kegiatan plagiarisme.


Plagiarisme merupakan pelanggaran yang menjadi ancaman bagi dunia pendidikan.
Mengapa demikian? Karena perguruan tinggi menjadi wadah untuk pembentukan
karakter seorang mahasiswa dan pengembangan integritas seseorang. Integritas
akademik merupakan hal yang harus dipupuk dan di kembangkan dalam setiap elemen
pendidikan. Lima nilai utama yang termasuk dalam integritas akademik yaitu kejujuran,
kepercayaan, keadilan, penghargaan, dan tanggung jawab [ CITATION Sja12 \l 1057 ].

Awal tahun 2021 ini tersiar kabar bahwasanya calon rektor (M) salah satu
perguruan tinggi negeri di Sumatera melakukan self-plagiarism.  Sosoknya dituding
melakukan praktek self-plagiarism terkait artikel berbahasa Inggris yang dipublikasikan
dan terbit pada September 2017. Karya itu dinilai plagiat dari karya M sendiri yang di
terjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Namun, setelah di telusuri kembali artikel ini
bersifat open accses yang mana hak ciptanya bergantung pada si penulis tersebut.

4
Selanjutnya dugaan plagiasi oleh salah satu oknum rektor di pulau Jawa yang
disertasinya pada tahun 2003 memiliki kesamaan dengan skripsi dua mahasiswa yang
diterbitkan 2 tahun sebelumnya dan kedua mahasiswa ini adalah mahasiswa bimbingan
oknum rektor tersebut. Dan yang terakhir oknum petinggi universitas di Kota Jakarta dan
lima pejabat daerah terbukti melakukan plagiarisme disertasi, dan semua pelaku ini
diberhentikan dari jabatannya.

Dari tiga kasus diatas kita dapat menilai bahwa tindakan plagiarisme tidak hanya
dapat dilakukan seorang mahasiswa/murid tetapi juga tenaga kependidikan dan pejabat
pemerintahan. Tindakan ini merupakan ketidakjujuran dan tindakan tidak bertanggung
jawab dari satu individu atau kelompok. Dan melalui hal tersebut kami menelaah
kembali dan menyusun sistematika dan pengaturan dalam tindak plagiarisme terutama di
lingkungan perguruan tinggi. Tujuannya agar kami dapat mengindari dan memahami
mengenai plagiarisme ini karena masih banyak unsur kesengajaan dan ketidaksengajaan
dalam mengutip suatu karya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu plagiarisme?


2. Apa faktor yang menyebabkan tindakan plagiarisme?
3. Apa makna dari plagiarisme sebagai pelanggaran etika?
4. Bagaimana peran nilai pancasila dalam tindakan plagiarisme?
5. Bagaimana upaya penanggulangan dan pencegahan serta sanksi dari tindakan
plagiarisme?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian plagiarisme serta kompenen yang ada
didalamnya

2. Untuk mengetahui penyebab tindakan plagiarisme.

3. Untuk mengetahui dan memahami plagiarisme sebagai pelanggaran etika

4. Untuk mengetahui [eran nilai pancasila dalam tindakan plagiarisme

5. Untuk mengetahui dan memahami upaya penanggulangan dan pencegahan serta


sanksi dari tindakan plagiarisme

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Apa itu Plagiarisme?

1. Pengertian Plagiarisme

Diakses dari laman kbbi.web.id plagiat dan plagiarisme memiliki makna


berbeda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Plagiarisme adalah pengambilan
karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan menjadikannya seolah-olah
karangan (pendapat dan sebagainya) sendiri, contohnya mempublikasikan karya tulis
orang lain dengan nama dirinya sendiri dengan kata lain plagiat disebutjuga
penjiplakan. Sedangkan plagiarisme berarti penjiplakan yang melanggar hak cipta.
Dalam pendapat lain menyatakan :

“...When you make use of words, ideas, or any information from a


source other than your own knowledge and experience, you must give credit to
the source in a citation. Not giving credit to such borrowed intellec tual
material is plagiarism.” (Harris, 2017: 81)

Dari pendapat Harris tersebut dapat kita lihat bahwa adalah sebuah keharusan
dalam memberi dan mencantumkan sumber dan tanpa mencantumkan sumbur maka
tindakan tersebut dikatakan sebuah plagiarisme. Didalamnya juga disebutkan kata-
kata, ide, dan berbagai informasi termasuk dalam bentuk yang bisa di pagiasi.

Dalam Oxford English Dictionary yang diakses melalui laman lexico.com


plagiarisme diartikan sebagai “The practice of taking someone else's work or ideas
and passing them off as one's own.” Dijelaskan juga bahwa kata plagiarisme dikenal
sejak awal abad ke 17 yang dalam bahasa Latin disebut plagiarius yang artinya
penculik.

Lalu pada Peraturan MENDIKNAS Nomor 17 Tahun 2010 Tentang


Pencegahan dan Penanggulangan Plagiiat di Perguruan Tinggi dikatakan bahwa
“perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh ... nilai untuk suatu
karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah
pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara

6
tepat ...” lalu pada PERMENDIKNAS ini juga disebutkan bahwa pelaku plagiat baik
perseorangan ataupun kelompok disebut plagiator.

2. Bentuk bentuk Plagiarisme

Plagiarisme telah menjadi kebiasan selama bertahun tahun bahkan sejak


sebelum era teknologi modern dimulai. Jenis dan ragam macam teknologi pun
semakin berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan. Bahkan tidak jarang
kita tanpa sadar menjadi pelaku plagiarisme. Ada 9 jenis- jenis plagiarisme yaitu) :

a. Self- (or team) plagiarism without identification and acknowledgement


b. Cutting and pasting of others’ work without identification and
acknowledgement
c. Replication of methods sections (in Biomedical journals) without clear
statement of the source
d. Republication of conference papers with little added value
e. Review papers which largely replicate previously published content
f. Plagiarism of images/tables/formulae/data without both acknowledgement
and copyright permission
g. Plagiarism of ideas
h. Wholesale plagiarism of previously published text
i. Republication in translation without acknowledgment, permission and full
citation. (Zhang, 2015: 9)

Indonesia juga telah mengatur tindak plagiarisme yang tercantum dalam


pasal 2 ayat (1) Peraturan MENDIKNAS NO. 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Penanggulangan Plagiat di Perguruaan Tinggi didalamnya menjelaskan plagiat
merupakan mengutip sebagian atau keseluruhan suatu karya dan menggunakan
pandangan atau teori serta merumuskan kembali tanpa menyebutkan sumber.
Didalam Undang Undang ini juga disebutkan bahwa tidak boleh menyerahkan
karya yang telah pernah dipublikasikan.

Dari kedua sumber diatas kita dapat menarik benang merah bahwa tindakan
mengutip barang sedikit tetap menjadi kegiatan plagiarisme jika tidak disertai
sumber yang jelas dan lengkap. Bagitu juga jika menggunakan kembali karya ilmiah

7
yang pernah dipublikasikan termasuk pelanggaran, meskipun karya yang kita kutip
dan kita pakai adalah karya kita sendiri. Bentuk plagiasi dapat berupa karya terbitan,
karya yang dipresentasikan, karya yang dimuat secara fisik maupun secara digital.

Dalam penelitian yang dipublikasikan pada 2021 oleh salah satu website
plagiarism checker Turnitin.com menyatakan ada 12 jenis plagiarisme. Ini merupakan
versi terbaru dari pendahulunya yang sebelumnya hanya berisi 10 jenis plagiarisme.
12 jenis plagiarisme tersebut adalah :

a. Student Collusion, maksudnya adalah bekerjasama dalam sebuah tugas yang


harusnya dilakukan secara individu.
b. Inadvertent Plagiarism, Melupakan situs atau sumber kutipan atau tidak sengaja
melakuka parafrase.
c. Word-for-Word Plagiarism, menyalin tanpa menyebutkan sumber yang jelas
d. Pharaphrase Plagiarism, melakukan parafrase atau menyusun ulang sumber ide
tanpa menyebutkan sumber
e. Computer Code Plagiarism, menyalin kode sumber tanpa izin penulis asli
f. Mosaic Plagiarism, menyusun kutipan dan teks dari beberapa sumber menjadi
karya sendiri. Menyesuaikan kalimat tanpa tanda perik atau menyebutkan sumber
g. Software-based Text Modification, mengambil konten yang ditulis orang lain dan
mengubahnya melalui perangkat lunak seperti pengubah teks atau mesin
terjemahan untuk menghindari deteksi plagiarisme.
h. Manual Text Modification, memodifikasi teks untuk menghindari deteksi
plagiarisme
i. Self Plagiarism, menggunakan kembali karya yang telah dipublikasikan atau
dikirimkan sebelumnya tanpa menyebutkan sumber sebenarnya
j. Source-based Plagiarism, memberikan informasi tidak lengkap mengenai sumber
sehingga tidak bisa di temukan
k. Contract Cheating, melibatkan pihak ketiga dengan membayar atau sebagainya
dan mengakuinya sebagai karya sendiri
l. Data Plagiarism, memalsukan data atau karya seseorang sehingga dapat perusak
reputasi peneliti, institusi, atau penerbit

8
Dapat kita simpulkan bahwa mengambil ide, tulisan, gagasan, mengubah
struktur kalimat tanpa menyebukan sumber yang jelas merupakan tindakan
plagiarisme. Bahkan mengutip tulisan milik sendiri tanpa mencantumkan sumber
termasuk palgiarisme. Tindakan ini menyebabkan karya yang dihasilkan menjadi
tidak orisinil meskipun pelaku menyatakan karya ini orisinil. Terutama jika mengutip
sebagian banyak tanpa meninjau kembali isi kutipan tersebut. Banyak kesalahan yang
akan ditemukan dalam kutipan tersebut, mulai dari tanda baca ataupun ejaan yang
belum sempurna. Hal ini juga didukung dengan teknologi yang semakin canggih dan
memudahkan mahasiswa untuk mengutip suatu karya.

Berdasarkan penelitian oleh Turnitin.com penulis menyoroti jenis nomor 11


yang marak sekali terjadi di lingkungan kampus, yaitu Contract Cheating atau
biasanya disebut joki tugas. Mahasiswa menggunakan jasa seseorang untuk
menyelesaikan berbagai tugas yang didapatkannya. Meskipun terjadi persetujuan
diantara kedua belahpihak tetap saja tindakan ini termasuk plagiarisme. Joki yang
membuat tugas tentu menjadi pemilik asli dari karya tulisan tersebut namun, oknum
mahasiswa menyatakan karya tersebut adalah karya miliknya sendiri. Mahasiswa
sebagian besar lepas tangan setelah mendapat dan menggunakan jasa joki ini sehingga
tidak tahu menahu apakah karya ini plagiat dari karya orang lain atau tidak. Selain itu,
menggunakan jasa ini juga akan menyulitkan mahasiswa karena tidak menguasai
materi yang didapatkan tetapi, tetap menjadi pilihan karena dinilai lebih efisien waktu
dan tenaga. Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak jujur dan melanggar nilai-
nilai pancasila dan etika.

B. Faktor yang Menyebabkan Tindakan Plagiarisme

Banyaknya kasus plagiasi yang semakin meningkat disebabkan oleh beberapa


alasan yang dikemukakan : (a) Informasi yang mudah tersedia, (b) tekanan dalam
publikasi di dunia akademik untuk penunjang karir, (c) kurangnya percaya diri dan
kemampuan menulis terutama bagi pemula, (d) menulis dengan terburu buru dibawah
tekanan (berlomba dengan deadline), (e) kurangnya kesadaran pemahaman tentang
plagiarisme, (f) kurangnya kesadaran diantara penulis bahwa tidak benar untuk copy-
paste word-by-word meskipun di sebutkan sumber jelas dari teks asli tersebut, (g)
banyak penulis meyakini bahwa tidak ada yang salah dalam menggunakan konsep, data
atau teks milik sendiri tanpa sitasi, sebab tidak menyalin karya orang lain, (h) habitual

9
plagiarists, kebiasaan menjiplak yaitu bisa menulis makalah penelitian hanya dengan
berselancar di internet dan komputer, seperti yang menjadi keiasaan tanpa ketahuan.
(Debnath, 2016 : 165)
Selain faktor diatas, mengapa seseorang melakukan tindakan plagiarisme? Ada
beberapa kemungkinan alasan terjadinya plagiarisme, di antaranya sebagai berikut :
1. “Increased pressure to publish
2. Ease of copying and pasting online work
3. Difficulties in writing in English (or another language)
4. Misplaced respect for others’ work
5. Lack of suitable training
6. Lack of awareness of the rules for acknowledgement of others’ work” (Zhang,
2015: 5)
Melalui hasil penelitian yang dilakukan pada 10 orang mahasiswa Fakultas
Tarbiyah di Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol (IAIN-IB) Padang oleh [ CITATION
Zal12 \l 1057 ] kemudahan teknologi dan tingginya volume tugas kuliah menjadi dua poin
utama penyebab seorang mahasiswa melakukan plagiasi. Selanjutnya budaya instan,
waktu yang sedikit untuk mencari bahan, beban tugas yag terlalu banyak dari masing-
masing dosen, kesulitan menemukan buku sumber menjadi faktor pendukung dua poin
tersebut.

Jika diperhatikan kembali, masih banyak orang yang belum dan tidak memahami
cara mengutip atau menggunakan suatu komponen dari karya orang lain. Terutama di
masa pesatnya perkembangan teknologi dan mudahnya akses informasi. Selain itu
kurangnya kesadaran bahwa suatu karya tidak dapat digunakan secara bebas karena suatu
karya dilindungi hak cipta. Meskipun perkembangan teknologi dewasa ini semakin
berkembang pesat dan akses informasi menjadi lebih luas dan beragam, tidak dapat
dipungkiri masih banyak komponen pendidikan yang tidak memahami pentingnya
menyertakan sumber dalam suatu karya ilmiah atau penelitian. Sehingga dapat
dirumuskan penyebabnya sebagai berikut:
1. Tidak terbiasa dengan karya ilmiah sehingga menyebabkan ketidaktahuan sistematika
dalam menulis suatu karya
2. Untuk mendapat pengakuan dari khalayak ramai atas karir.
3. Dibawah tekanan waktu/ jangka watu ( deadline)
4. Rasa malas dan efisien waktu yang berujung dengan menggunakan jasa “joki tugas”

10
5. Kemudahan mengakses teknologi yang bisa di akses dengan browse-click-copy-paste.
Maksudnya adalah kita dapat mudah menelusuri (browse) sumber yang tersebar di
internet, lalu memilih dengan cara click, dan tinggal menyalin (copy) dan menempel
(copy)suatu tulisan menjadi karya sendiri.
6. Kebiasaan menyontek.

C. Plagiarisme Sebagai Pelanggaran Etika

Plagiarisme di kalangan mahasiswa tidak dapat terlepas dari proses perkuliahan.


Dalam proses pembelajaran, mahasiswa seharusnya belajar dengan jangka waktu yang
relatif lama. Jangka waktu yang relatif lama ini diharapkan proses pembelajaran di
kampus dapat membantu siswa dalam mengasah kemampuan dan ketajaman proses
berpikirnya. Supaya ketika mahasiswa keluar atau lulus dari perkuliahan dapat menjadi
lulusan yang berkarakter, bermoral, jujur, mandiri dan berilmu. Proses pembelajaran di
bangku kuliah diharapkan mampu menghantarkan mahasiswa menjadi lulusan yang
memiliki kompetensi yang baik, sehingga dapat menjadi penerus bangsa yang dapat
memajukan negara. Tindakan ini sering kali dilakukan di kalangan mahasiswa dan
mengakibatkan mahasiswa menjadi malas berpikir dan mengembangkan kemampuan
sebagai kaum intelektual. Dengan melakukan plagiarisme moral seseorang akan pudar
dan pemikiran mereka tidak dapat berkembang dengan maksimal.

Plagiarisme memiliki jenis-jenis antara lain self plagiarism yang diungkapkan


oleh Irving Hexan sebagaimana dikutip oleh Henry Soelistyo bahwa self-plagiarism yaitu
melakukan publikasi terhadap karya sendiri lebih dari satu kali dan mendaur ulang teks
untuk dipublikasikan lagi tanpa ada pernyataan bahwa karya tersebut telah telah didaur
ulang. Kedua tindakan tersebut pada intinya sama yaitu penipu pembaca karena pembaca
hanya ingin mengetahui informasi baru, ternyata informasi yang diterimanya adalah
informasi lama (Soelistyo, 2011 : 22)

Plagiarisme berarti mengambil atau mencuri hasil karya seseorang untuk


digunakan maupun diakui sebagi hasil karyanya. Kegiatan plagiarisme menjadikan
mahasiswa mematikan pola berpikir kreatif dan kritis sehingga mereka akan cenderung
lebih mencari kemudahan yang akan mengakibatkan kebodohan terhadap generasi
penerus bangsa.

11
Plagiat merupakan perbuatan yang dilarang dalam dunia pendidikan, karena
plagiat adalah suatu bentuk tindakan yang dapat dikatakan sebagai mencuri karya orang
lain, hal ini jelas sangat dilarang karena bertentangan dengan etika dan moral.
Ketidakjujuran dan rasa tidak bertanggung jawab dari seorang plagiator tentunya tidak
sejalan dengan nilai moral dan nilai etika. Plagiat yang dilakukan tentunya akan
memberikan dampak yang negatif dari pelaku. Kegiatan plagiat ketika proses
perkuliahan seperti menyalin pekerjaan teman, menyontek ketika ujian, dan copy-paste
ketika membuat tugas makalah maupun karya ilmiah lainnya. Padahal seorang individu
sangat perlu memiliki sikap mandiri pada dirinya.

Plagiat merupakan bentuk perilaku menyimpang. Adapun teori mengenai perilaku


menyimpang yaitu Teori Penyimpangan yang bersperspektif sosiologi. Kasus
plagiarisme termasuk salah satu teori perilaku menyimpang tersebut yaitu Teori Anomie.
Teori anomie berasumsi bahwa penyimpangan adalah akibat dari adanya berbagai
ketegangan dalam suatu struktur sosial sehingga ada individu-individu yang mengalami
tekanan dan akhirnya menjadi menyimpang (J.Dwi Narwoko dkk, 2004:110).

Bentuk-bentuk plagiat yang dilakukan juga beragam. Ada yang melakukan


plagiarisme secara kata per kata, artinya mahasiswa mencari beberapa tulisan di internet
yang sesuai dengan topik tugasnya lalu tulisan-tulisan tersebut langsung di copy paste ke
dalam tugas melalui proses editing tanpa memberikan keterangan rujukan atau
menunjukkan sumber tulisan yang diambil. Proses editing dilakukan ketika mahasiswa
mengambil beberapa inti dari sebuah tulisan yang ada di internet. Ada juga mahasiswa
yang melakukan plagiat dengan cara mengambil keseluruhan ide karya ilmiah orang lain.
Hal ini dibuktikan dengan cara meminjam tugas temannya dan menyalinnya ke dalam
tugas pribadi. Hal ini dilakukan mahasiswa baik itu untuk dalam bentuk makalah
individu maupun kelompok di setiap tugas untuk semua mata kuliah.

D. Peran Nilai Pancasila dalam Tindakan Plagiarisme

Pancasila sebagai dasar negara berperan dalam mengatur segala tatanan


berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai pancasila juga berperan aktif dalam pendidikan
moral masyarakat. Tindakan plagiarisme sebagai salah satu penyimpangan moral dan
etika tentunya tidak terlepas dari bagaimana nilai pancasila berperan didalamnya. Dan
bagaimana nilai pancasila dapat menjadi upaya pencegahan tindakan ini. Tentunya nilai-
nilai pancasila tidak mendorong tindakan ini untuk di tiru bangsa Indonesia terutama
12
untuk pendidik dan pengajar. Nilai-nilai pancasila berikut bertentangan dengan tindakan
plagiarisme diantaranya adalah
1. Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ini memiliki makna bahwa Tuhan sebagai penjamin
prinsip-prinsip moral. Mengartikan bahawa nilai-nilai moral setiap individu berasal
dan didasarkan kepada norma agama. Tindakan plagiarisme merupakan tindakan yang
tidak jujur, karena menggunakan kaarya milik orang lain tranpa menuliskan sumber
dan penulisnya. Plagiarisme juga termasuk kategori mencuri hasil karya orang lain.
Setiap agama dan kepercayaan tentunya tidak memiliki ajaran yang membenarkan
tindakan pencurian dan ketidak jujuran. Oleh sebab itu, nilai pancasila ketuhanan ini
menjadi dasar bertentangannya tindakan plagiarisme dengan nilai-nilai pancasila.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Bedradab. “Tindakan kemanusiaan yang mengandung
implikasi moral diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil dan beradab sehingga
menjamin tata pergaulan antarmanusia dan antarmakhluk yang bersendikan nilai-nilai
kemanusiaan ...” [ CITATION Nur16 \l 1057 ]
Sila ini mengandung arti manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi pikir
hendaknya menyadari nilai norma dan bersikap adil sesuai hak dan kewajiban serta
beradab yang bermakna sopansantun dan berbudi luhur. Dalam sila ini kita dituntut
untuk tidak semena-mena terhadap orang lain, berani membela kebenaran dan
keadilan dan mengakui persamaan derajat, persamaan hak danpersamaan kewajiaban
asasi. Tentunya nilai ini bertolak belakang dengan plagiarisme. Mengapa? Karena
tindakan ini tidak mencerminkan sikap membela kebenaran dan keadilan, pelaku
plagiarisme juga termasuk orang yang semen-mena kepada orang lain karena ia
mengambil dan mencuri karya milik orang lain tanpa menyitasinya.
3. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Nilai yang ditekankan pada sila ini
yaitu menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak-hak orang
ain, menjauhi sifat pemerasan terhadap orang lain, suka bekerja keras, dan
menghargai hasil karya orang lain. Dalam membuat suatu karya tulis kita hendaknya
bersikap mandiri, jujur dan bertanggung jawab. Artinya, kita tidak dapat seenaknya
saja mengutip hasil karya orang lain sesuai dengan nilai sila kelima ini. Pelaku
plagiarisme tentunya bukanlah pencerminan sikap bertanggung jawab.
Dari ketiga nilai-nilai pancasila diatas, kita dapat memahami secara utuh
tindakan plagiarisme ini merupakan hal yang tidak terpuji dan bertolak belakang
dengan pancasila. Kompenen perguruan tinggi hendaknya memahami dan benar benar
mengimplementasikan nilai-nlai pancasila agar tidak terbawa arus tindakan
13
plagiarisme. Peran pancasila sangat penting dan oleh sebab itu disetiap pergutruan
tinggi diwajibkan memiliki mata kuliah pendidikan pancasila. Karena selain menjadi
penguat ideologi pancasila juga menjadi sumber nilai moral dan etika yang mengatur
perilaku individu.

E. Upaya Penanggulangan dan Pencegahan Serta Sanksi dari Tindakan Plagiarisme

1. Tanggung jawab pencegahan plagiarisme

Pada Bab 1 Pasal 1 Ayat (3) Peraturan MENDIKNAS Nomor 17 Tahun 2010
disebutkan bahwa pencegahan plagiat adalah tindakan preventif yang dilakukan oleh
Pimpinan Perguruan Tinggi yang bertujuan agar tidak terjadi plagiat di lingkungan
perguruan tingginya. Sesuai dengan tanggung jawabnya perguruan tinggi bertugas
menetapkan dan mengawasi pelaksanaan cara penulisan atau pembuatan karya ilmiah
oleh setiap bidang ilmu. Bagaimana sistem pengaturannya?

Pertama, setiap karya ilmiah atau makalah yang dibuat harus melampirkan
pernyataan yang ditandatangani oleh penyusun bahwa karya yang dibuat bebas dari
plagiat.

Kedua, pimpinan perguruan tinggi wajib mengunggah karya-karya ilmiah


mahasiswa yang telah dilampiri pernyataan bahwa karya tersebut bebas dari plagiat.

Ketentuan yang pertama relative mudah karena selalu berada dibawah


pengawasan dosen. Sedari awal para dosen harus mengingatkan mahasiwa agar tidak
melakukan plagiat. Karena, ini penting agar karya yang dibuat oleh mahasiswa bisa
terbebas dari tindakan plagiarisme. “Plagiarisme dipandang sebagai tindakan tidak
jujur .. jika Anda ingin menghindari pencurian milik seseorang, biarkan saja apa
adanya.” (Pecorari, 2008 : 37)

2. Upaya penanggulangan plagiarisme

Penanggulangan plagiat adalah tindakan represif yang dilakukan oleh


Pimpinan Perguruan Tinggi dengan menjatuhkan sanksi kepada plagiator
dilingkungan perguruan tingginya yang bertujuan mengembalikan kredibilitas
akademik perguruan tinggi yang bersangkutan telah dijelaskan dalam Bab 1 Pasal
1Ayat (3) Peraturan MENDIKNAS Nomor 17 Tahun 2010. Dalam rangka upaya

14
penanggulangan plagiarisme, dalam karya/makalah harus memenuhi kewajiban
menyerahkan pernyataan mengenai keaslian tulisannya. Kemudian, dilakukan
penilaian atau me review karya yang dilakukan oleh dosen yang memiliki jabatan
akademik. Tujuan dilakukannya penilaian ini adalah untuk menghindari kesamaan
atau tindakan plagiat dalam penulisan karya ilmiah atau makalah.

Langkah-langkah penanggulangan tindakan plagiat

Tindakan plagiarisme bukannya tidak dapat dicegah, namun setidaknya


bisa dikurangi. Karena hal itu terkait dengan tingkat kesadaran penulis itu
sendiri. Langkah penanggulangan plagiat dilakukan dengan cara beberapa
tahap seperti dalam Soelistyo (2011 : 118)
Tahap pertama, apabila terjadi kesamaan penulisan atau telah terjadi
plagiat oleh mahasiwa, maka dosen bisa membuat persandingan
karya/makalah mahasiswa dengan karya ilmiah atau jurnal yang diduga
merupakan sumber yang tidak dilampirkan.
Tahap kedua, mengenai dugaan tindakan plagiat yang telah dilakukan.
Dosen bisa bertanya kepada mahasiswa mengenai keaslian dari karya/makalah
yang dibuat.
Tahap ketiga, mahasiswa yang diduga melakukan tindakan plagiat
diberi kesempatan untuk membela diri dan menjelaskan mengenai keaslian
karya/makalah yang dibuat.
Tahap keempat, apabila berdasarkan persandingan dan penjelasan
mahasiswa telah terbukti melakukan tindakan plagiat. Maka, dosen boleh
memberikan hukuman atau menyuruh mahasiswa untuk merevisi kembali
karya nya.
Tahap kelima, apabila salah satu dari persandingan atau penjelasan
mahasiswa yang dihasilkan tidak bisa membuktikan adanya tindakan plagiat
dalam karya/makalah maka, hukuman atau sanksi tidak bisa diberikan. Dan
sebaliknya, nama baik mahasiswa tersebut harus dipulihkan.

3. Sanksi Bagi Pelaku Plagiarisme


Sanksi bagi pelaku plagiat ditetapkan dengan membedakan status mahasiswa
dengan dosen atau peneliti dan tenaga kependidikan lainnya (Seolistyo, 2011 : 124)

15
a. Sanksi untuk Mahasiswa Plagiator
Peraturan MENDIKNAS Nomor 17 Tahun 2010 Bab 6 Pasal 12 ayat (1)
menjelaskan bahwa sanksi untuk mahasiswa yang terbukti melaksanakan plagiasi
sebagaimana sudah diproses bagi prosedur akademik di berlakukan secara
berurutan dari yang sangat ringan hingga dengan yang sangat berat. Sanksi-
sanksi tersebut terdiri atas:
a. Teguran
b. Peringatan tertulis
c. Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa
d. Pembatalan nilai, satu ataupun sebagian mata kuliah yang diperoleh
mahasiswa
e. Pemberhentian dengan hormat dari status selaku mahasiswa
f. Pemberhentian tidak dengan hormat dari status selaku mahasiswa atau
g. Pembatalan ijazah apabila mahasiswa sudah lulus dari sesuatu program

b. Sanksi bagi Dosen atau tenaga kependidikan


Dalam Peraturan MENDIKNAS Nomor 17 Tahun 2010 Bab 6 Pasal 12
ayat (2) Sanksi untuk dosen ataupun periset ataupun tenaga kependidikan yang
terbukti melaksanakan plagiat terdiri atas :
a. Teguran
b. Peringatan tertulis
c. Penundaan pemberian hak dosen ataupun periset ataupun tenaga kependidikan
d. Penyusutan hak buat diusulkan selaku guru besar ataupun profesor atau pakar
periset utama untuk yang penuhi ketentuan;
e. Pencabutan hak buat diusulkan dari status selaku dosen ataupun peneliti
ataupun tenaga kependidikan
f. pemberhentian dengan hormat
g. Pemberhentian tidak dengan hormat
h. Pembatalan ijazah yang diperoleh dari akademi besar yang bersangkutan.
Jika yang mendapatkan sanksi tersebut bergelar guru besar atau profesor
maka akan mendapatkan sanksi tambahan yaitu pencabutan gelar atau
pemberhentian jabatan yang di terapkan oleh Menteri yang berwenang yang
bertugas menerima ataupun menolak usulan yang di sampaikan oleh perguruan

16
tinggi tersebut yang termasuk pengawasan apabila terjadi penyelewengan terhadap
sanksi.

c. Sanksi bagi pimpinan perguruan tinggi


Sanksi terhadap pimpinan perguruan tinggi jika melakukan plagiarisme
memiliki jenjang atau bertahap yaitu sebagai berikut;
a. Teguran
b. Peringatan tertulis
c. Pernyataan Pemerintah bahwa yang bersangkutan tidak berwenang melakukan
tindakan hukum dalam bidang akademik
Karena pelanggaran yang di lakukan bertentangan dengan hak serta
kewajiban sebagai pimpinan perguruan tinggi maka sanksi tersebut bersifat
hukuman. Penetapan sanksi pada mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan maupun
pimpinan perguruan tinggi tidak begitu saja di jatuhkan tapi di dasarkan hasil
telaah yang dilakukan secara cermat.

d. Remedi pemulihan nama baik


Jika mahasiswa, dosen maupun tenaga kependidikan terbukti tidak
melakukan plagiat maka perguruan tinggi harus melakukan pemulihan nama baik
atau rehabilitasi yang sebelumnya berkaitan dengan fitnah atau pencemaran nama
baik. Pemulihan nama baik merupakan remedi moral tidak mudah untuk di
lakukan apalagi berkaitan dengan harga diri serta keadilan. Menurut Pasal 9 ayat
(1) UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menjelaskan bahwa
setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut, atau diadili tanpa alasan
berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau
hukum yang diterapkannya, berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Plagiarisme merupakan perilaku menyimpang dari etika karena tidak


mencerminkan sikap jujur, bertanggung jawab, dan mandiri. Plagiat sendiri berarti
mengambi/mengutip/menggunakan karya milik orang lain baik sebagian atau seluruhnya
tanpa menyebutkan sumber dengan jelas. Bentuk bentuk plagiat ada berbagai macam
beberapa diantaranay mengambil ide/konsep milik orang lain tanpa menyebutkan
sumber, self-publishing, menggunakan isi dann komponen dari suatu karya tanpa
menyertakan sumber yang jelas.
Penyebab plagiator melakukan tindakan ini berupa ketidaktahuan mengenai cara
mengutip karya milik seseorang, mudahnya akses internet dan teknologi, kebiasaan
menyontek. Peanggulangan, pencegahan dan sanksi untuk tindakan plagiasi ini telah
diatur secara terperinci dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasionall Nomor 17 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Penanggulanagn Plagiarisme di Perguruan Tinggi.

B. Saran

Setelah mengetahui dan memahami bahwa tindak plagiarisme merupakan tindak


yang bertentangan dengan etika dan moral sebaiknya kita sebagi
mahasiswa/dosen/komponen pendukung di perguruan tinggi menghindari tindakan ini.
Hal ini tidak berarti kita tidak boleh menggunakan atau meminjam karya milik orang
lain, namun ada aturannya. Sebab semua karya yang dihasilkan seseorang dilindung hak
cipta. dan mendatangkan kerugian lainnya yang akan berpengaruh pada kegiatan
akademik kita.

18
DAFTAR PUSTAKA

(KBBI), K. B. (t.thn.). Dipetik April 13, 2021, dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
(online): kbbi.web.id
Allen, M. (2004). SMART THINKING SKILLS FOR CRITICAL UNDERSTANDING
AND WRITING. South Melbourne: Oxford University Press.
Debnath, J. (2016). Plagiarism: A silent epidemic in scientific writing – Reasons, recognition
and. Medical Journal Armed Forces India , 164-167.
Harris, R. A. (2017). Using Sources Effectively Strengthening Your Writing and Avoiding
Plagiarism. New York: Routledge.
Kasus Plagiat UNJ Berujung Pemecatan Rektor Djaali. (2018, Agustus 3). Dipetik April 10,
2021, dari tirti.id: https://tirto.id/kasus-plagiat-unj-berujung-pemecatan-rektor-djaali-
cQqD
McMillan, K., & Weyers, J. (2013). How to Cite, Reference & Avoid Plagiarism At
University. London: Pearson International Content.
Muchji, A. d. (2007). Pendididikan Pancasila . Jakarta: Penerbit Gunadarma.
Narwoko, J. D., & dkk, &. (2004). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta : Kencana.
Nurwardani, P. d. (2016). Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat
Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan KEMENRISTEKDIKTI.
Panduan Anti Plagiarisme. (2017). Dipetik April 12, 2021, dari PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA: lib.ugm.ac.id/ind/?page_id=3076
Pecorari, D. (2008). Academic Writing and Plagiarism : A linguistic analysis. London:
Continuum.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Plagiat di Perguruan Tinggi Nomor 17 Tahun 2010. (t.thn.). Dipetik April 11, 2021,
dari jdih.kemdikbud.go.id
Plagiat, D. R. (2012, januari 26). Dipetik April 10, 2021, dari Tempo.co:
https://nasional.tempo.co/read/1426792/disertasi-rektor-unnes-dituding-hasil-plagiat
Prabowo, H. (2012, Januari 19). Rektor Terpilih USU Terjegal Kasus Plagiat. Dipetik April
10, 2021, dari tirto.od: https://tirto.id/rektor-terpilih-usu-terjegal-kasus-plagiat-f9lS
Ronokusumo, S. (2012). INTEGRITAS AKADEMIK "Sekedar Kata atau Nyata?". Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

19
Ruslan, H., & Nurfitriati. (2020). PLAGIARISME DALAM PENULISAN KARYA
ILMIAH MAHASISWA: PROSES, BENTUK, DAN FAKTOR PENYEBAB.
Jurnal Studi Pemikiran Pendidikan Agama Islam , 147-160.
Santoso, H. (t.thn.). PENCEGAHAN DAN PENAGGULANGAN PLAGIARISME DALAM
PENULISAN KARYA ILMIAH DI LINGKUNGAN PERPUSTAKAAN
PERGURUAN TINGGI. Dipetik April 10, 2021, dari UPT Perpustakaan Universitas
Negeri Malang :
http://digilib.um.ac.id/images/stories/pustakawan/pdfhasan/plagiarisme.pdf
Seolistyo, H. (2011). PLAGIARISME: PELANGGARAN HAK CIPTA DAN ETIKA.
Yogyakarta: Kanisius.
Terry, R. (2010). The Plagiarism Allegationin English Literature from Butler to Sterne.
London: Palgrave MacMillan.
Turnitin. (2021). The Plagiarism Spectrum 2.0. Dipetik April 11, 2021, dari Turnitin:
https://www.turnitin.com/resources/plagiarism-spectrum-2-0
Zalnur, M. (2012). Plagiarisme di Kalangan Mahasiswa dalam Membuat Tugas-Tugas
Perkuliahan Pada Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang. Jurnal Al-Ta’lim ,
19, 55-65.
Zhang, Y. (2015). Againist Plagiarism: A Guide for Editorsand Authors. Cham: Springer
International Publishing.

20

Anda mungkin juga menyukai