0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
63 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang definisi plagiat, jenis-jenis plagiat, hukum dan sanksi terkait plagiat. Plagiat didefinisikan sebagai pengambilan karya orang lain dan mengakuinya sebagai karya sendiri. Ada berbagai bentuk plagiat seperti menjiplak tulisan orang lain, mengklaim gagasan orang lain, dan memakai hasil penelitian orang lain tanpa izin. UU Hak Cipta mengatur tentang plagiat dan
Dokumen tersebut membahas tentang definisi plagiat, jenis-jenis plagiat, hukum dan sanksi terkait plagiat. Plagiat didefinisikan sebagai pengambilan karya orang lain dan mengakuinya sebagai karya sendiri. Ada berbagai bentuk plagiat seperti menjiplak tulisan orang lain, mengklaim gagasan orang lain, dan memakai hasil penelitian orang lain tanpa izin. UU Hak Cipta mengatur tentang plagiat dan
Dokumen tersebut membahas tentang definisi plagiat, jenis-jenis plagiat, hukum dan sanksi terkait plagiat. Plagiat didefinisikan sebagai pengambilan karya orang lain dan mengakuinya sebagai karya sendiri. Ada berbagai bentuk plagiat seperti menjiplak tulisan orang lain, mengklaim gagasan orang lain, dan memakai hasil penelitian orang lain tanpa izin. UU Hak Cipta mengatur tentang plagiat dan
Plagiat adalah pengambilan karangan (pendapat dsb) orang lain dan
menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dsb) sendiri. Plagiat adalah pengambilan karangan orang lain dan diaku sebagai karya sendiri; jiplakan. (Kamus Bahasa Indonesia). Plagiator adalah penjiplak. Plagiatisme adalah penjiplakan yang melanggar perundang-undangan hak cipta. Dalam buku Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, Felicia Utorodewo dkk. menggolongkan hal-hal berikut sebagai tindakan plagiarisme:
Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri,
Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri
Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri
Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri,
Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda
tanpa menyebutkan asal-usulnya
Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa
menyebutkan sumbernya, dan
Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya,
tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya.
Yang digolongkan sebagai plagiarisme:
menggunakan tulisan orang lain secara mentah, tanpa memberikan tanda jelas (misalnya dengan menggunakan tanda kutip atau blok alinea yang berbeda) bahwa teks tersebut diambil persis dari tulisan lain mengambil gagasan orang lain tanpa memberikan anotasi yang cukup tentang sumbernya .
Yang tidak tergolong plagiarisme:
menggunakan informasi yang berupa fakta umum. menuliskan kembali (dengan mengubah kalimat atau parafrase) opini orang lain dengan memberikan sumber jelas. mengutip secukupnya tulisan orang lain dengan memberikan tanda batas jelas bagian kutipan dan menuliskan sumbernya.
B. Hukum Penanganan Plagiat
UU nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta : Pasal 2 ayat (1) Pasal 3 ayat (1),(2) Dalam pasal 3 ayat (1) UU nomoor 19 Tahun 2002 tentang hak cipta, hak cipta dinyatakan sebagai benda bergerak. Pasal 12 Pasal 15 Pasal 26 ayat (1) Peraturan Penanganan Plagiat bisa dilihat pada Peraturan Penangan Kasus Plagiat Oleh Dosen yang telah diputuskan dan ditetapkan oleh Institut Pertanian Bogor pada tanggal 16 Agustus 2004 (terlampir). C. Sanksi bagi Mahasiswa dan Dosen yang melakukan plagiat Bagi akademisi, kejujuran merupakan nilai yang harus dijunjung tinggi. Tindakan plagiat merupakan tindakan yang sangat tidak terhormat bagi akademisi. Karena itu, jangan sampai ada peluang sedikitpun tentang tindakan plagiat dalam suatu karya yang akan dihasilkan oleh akademisi agar bisa selamat dari isu plagiat atau plagiator. Tindakan plagiat adalah suatu pelanggaran akademik yang merupakan norma dalam dunia pendidikan. Plagiat adalah suatu tindakan yang melanggar norma akademik dan kode etik seorang akademisi. Hukuman yang
diberikan kepada seorang plagiator seharusnya setara dengan hukuman terhadap
pelanggaran norma - norma yang ada di masyarakat. Kiranya bentuk hukuman untuk pelanggaran norma norma tersebut bisa menjadi faktor pencegah untuk melakukan pelanggaran agar para akademisi atau plagiator yang melakukan plagiat tidak lagi melakukan pelanggaran yang sama. Dalam kasus di Perguruan Tinggi Negeri di Bandung, hukuman yang diberikan oleh senat akademik yang melakukan plagiat adalah diturunkan jabatan dan pangkatnya dan dicabut persetujuan usulan kenaikan jabatan guru besarnya. Selanjutnya, kalau menurut usulan salah satu alumni dari Perguruan Tinggi Negeri tersebut, yang bersangkutan yang melakukan plagiat seharusnya dicopot atau dipecat dari kedudukannya sebagai pegawai negeri. Apapun bentuk hukuman yang diberikan kepada seorang akademisi yang melakukan tindakan plagiat, seharusnya mempunyai dampak pencegahan (deterrent) dengan tetap mempertimbangkan asas kepatutan. Untuk dosen yang terbukti melakukan plagiat harus dipecat. Tapi pastikan dulu kebenarannya. Tingkat plagiatnya pun harus diukur. Jika benarbenar menjiplak karya orang lain dan diakui sebagai miliknya tentu harus dipecat atau bisa saja ditangguhkan dari kenaikan jabatan. Plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai (Permendiknas No. 17 Tahun 2010, pasal 1 ayat 1). Pada ayat 4, Permendiknas ini juga menyerukan kepada seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia agar melakukan tindakan represif dengan menjatuhkan sanksi kepada plagiator. Tindakan represif itu harus dilakukan untuk mengembalikan kredibilitas akademik suatu Perguruan Tinggi. Untuk mengembalikan kredibilitas akademik sebuah Perguruan Tinggi, sanksi atas tindakan plagiat bisa bermacam - macam dari yang paling ringan hingga yang paling berat, bergantung pada tingkat kesalahan plagiatnya. Pasal 12 ayat 3 Permendiknas No. 17/2010 menyebutkan bahwa sanksi bagi dosen, peneliti, dan tenaga kependidikan yang terbukti melakukan plagiat bisa berupa teguran, peringatan tertulis, penundaan pemberian hak kepada
mereka, penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional, pencabutan hak
untuk diusulkan sebagai guru besar/professor/ahli peneliti utama, pemberhentian dengan hormat atau tidak hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga kependidikan, atau pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi yang bersangkutan. Namun, apabila pelaku plagiat itu adalah seorang guru besar/professor/ahli peneliti utama, maka mereka dijatuhi sanksi tambahan berupa pemberhentian oleh Menteri atau pejabat yang berwenang.