Anda di halaman 1dari 7

METODOLOGI PENELITIAN

KASUS PELANGGARAN ETIKA PENELITIAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. Aswatun Cindi
2. Aura Salsabila Khalishah
3. Bayu Adhi Nugraha
4. Dewi Tarita Sari
5. Desy Prischa Pakpahan
6. Rizki Velia

Dosen Pendidik :

Ns Hermansyah S.Kep,M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI SARJANA TERAPAN (NERS)


BAB I

KONSEP PEMBAHASAN

1.1. Definisi Plagiarisme


Plagiarisme atau sering disebut plagiat adalah penjiplakan atau pengambilan
karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan
dan pendapat sendiri. Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak
cipta orang lain. Di dunia pendidikan, pelaku plagiarisme dapat mendapat hukuman berat
seperti dikeluarkan dari sekolah/universitas. Pelaku plagiat disebut sebagai plagiator.
Singkat kata, plagiat adalah pencurian karangan milik orang lain.

1.2. Ciri-ciri Plagiarisme


1) Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri.
2) Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri.
3) Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan
sumbernya.
4) Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa
menyebutkan asal-usulnya.
5) Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian
kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya.

1.3. Cara Mencegah Plagiarisme


Kejujuran merupakan dasar untuk menegakkan kebenaran, termasuk menegakkan dan
membangun kebenaran ilmiah sangat diperlukan kejujuran. Kejujuran merupakan nilai
nurani (lubuk hati yang paling dalam) yang hakekatnya tidak bisa dibuat-buat, tetapi bisa
ditempa melalui pendidikan moral atau mental, kemudian diperkaya dengan ilmu
pengetahuan. Kadang-kadang seorang penulis ingin mengemukakan kalimat (konsep,
teori, ataupun pernyataan) serta data (baik gambar maupun angka) yang bersumber dari
tulisan orang lain, namun tidak tahu cara merujuk sumber secara benar. Di sinilah
diperlukan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan tata tulis; membuat kalimat yang
benar, mengutip kalimat baik kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung, mengutip
gambar dan/atau angka, dan lain sebagainya. Pengakuan terhadap karya orang lain yang
dijadikan bahan pustaka merupakan salah satu tindakan jujur seorang penulis karena hal
ini merupakan salah satu faktor yang memengaruhi berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi. Pengakuan terhadap karya orang lain dapat terekspresikan pada cara
pengutipan kalimat dan data yang dituangkan dalam isi tulisan, cara penulisan daftar
pustaka, dan pada kata pengantar maupun sanwacana.

1.4. Sanksi Plagiarisme


Tentunya sebuah pelanggaran memiliki sanksinya masing-masing. Maka dari itu,
untuk orang-orang yang telah melakukan plagiasi akan dikenakan sanksi. Sanksi-
sanksinya adalah sebagai berikut. Pelanggaran ini sudah ada hukumnya di Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional RI No. 17 Tahun 2010 dan sanksinya untuk setiap tingkatan
berbeda yaitu:
a. Bagi Mahasiswa
Sanksi-sanksi yang akan diberikan kepada mahasiswa yang telah terbukti melakukan
plagiasi menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI, secara beruturan dari yang ringan
ke yang berat, adalah sebagai berikut:
 Teguran
 Peringatan tertulis
 Penundaan peberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan
 Penurunan pangkat dan jaatan akademik/fungsional
 Pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar/profesor/ahli peneliti
utama bagi yang memenuhi syarat.
 Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga
kependidikan.
 Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/ tenaga
kependidikan.
 Pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi yang bersangkutan.
b. Bagi Dosen
Sanksi bagi dosen yang terbukti telah melakukan plagiasi, secara berurutan dari
ringan ke yang berat, yaitu:
 Teguran
 Peringatan tertulis
 Penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan
 Penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional
 Pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar/profesor/ahli peneliti
utama bagi yang memenuhi syarat
 Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga
kependidikan
 Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga
kependidikan
 Pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi yang bersangkutan
c. Bagi Perguruan Tinggi/Instansi
Sanksi-sanksi yang akan diberikan kepada pemimpin perguruan tinggi adalah sebagai
berikut:
 Teguran
 Peringatan tertulis
 Pernyataan Pemerintah bahwa yang bersangkutan tidak berwenang melakukan
hukum dalam bidang akademi.
BAB II

PEMBAHASAN KASUS

2.1. Contoh Kasus

Dosen Lebih Suka Menjiplak,

Tahun Lalu Ada 808 Kasus Plagiarisme Rabu,

4 Juni 2014 07:16 WIB

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Salah satu persyaratan untuk mengajukan sertifikasi


dosen adalah membuat karya ilmiah atau makalah yang dipublikasikan pada jurnal ilmiah,
nasional, atau internasional. Namun dalam pelaksanaannya, masih banyak dosen yang
melakukan plagiarisme untuk pembuatan karya ilmiahnya.Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Djoko
Santoso, saat dikonfirmasi tentang hal tersebut, mengakui masih adanya persoalan krusial
dalam proses sertifikasi, salah satunya adalah masih adanya plagiarisme. Menurut data
Kemendikbud, kasus plagiat atau biasa disebut copy paste (copas) pada proses sertifikasi
dosen mencapai 808 kasus di tahun 2013.Kasus plagiarisme bisa terungkap karena
Kemendikbud mempunyai data lengkap karya ilmiah, makalah, dan jurnal ilmiah. Terlebih
adanya sistem yang bisa mengetahui ada-tidaknya plagiarisme dalam suatu karya
ilmiah."Jadi, kalau ada yang copas, pasti ketahuan karena kita punya sistem bagus.
Disangkanya tidak tahu. Kalau ada yang ngeyel (tidak mengaku), kami punya buktinya," kata
Djoko saat ditemui pada acara Pameran Elektronic Engineering Day ITB di Aula Barat
Kampus ITB, Jalan Ganeca, Bandung, Selasa (3/6/2014).Kasus-kasus yang ditemui
Kemendikbud antara lain pemalsuan dokumen karya ilmiah, jurnal rakitan, jurnal bodong,
artikel sisipan, label akreditasi palsu, nama pengarang sisipan, buku lama tapi sampul baru,
dan nama pengarang yang berbeda.Sebenarnya, kata Djoko, imbauan atau peringatan sudah
kerap dilayangkan kepada universitas dan perguruan tinggi untuk tidak coba-coba melakukan
tindakan plagiarisme karena Kemendikbud memiliki data base komplet."Sudah diimbau,
karya ilmiah ya buat sendiri, jangan sekali-kali melakukan tindakan (copas/plagiat) yang
merugikan sendiri," katanya.Karena hal tersebut, kata Djoko, Kemendikbud membuat
persyaratan khusus bagi doktoral ditingkatkan standar nasional pendidikannya. Dicontohkan,
para calon doktor tersebut harus menulis di jurnal internasional minimal dua kali. Selain itu,
bagi mahasiswa S3 juga ada batas minimal dan tidak ada batas maksimal. Hal ini
dimaksudkan agar riset yang dilakukan benar- benar maksimal dan tidak asal-asalan. "Masa
doktor hanya dua tahun, kan ngga benar," katanya.Persoalan lain yang masih dihadapi oleh
perguruan tinggi adalah masih adanya perguruan tinggi yang tingkat rasio antara dosen dan
mahasiswanya tidak seimbang. Hal ini tentu menjadi pertanyaan tentang kualitas perguruan
tinggi tersebut. Diakuinya, persolan tersebut lebih banyak ditemui di perguruan tinggi swasta
(PTS)."PTS yang ideal ya sudah ada. Tapi masih ada juga yang belum ideal. Bagaimana mau
berkualitas kalau rasio dosen dan mahasiswanya masih tinggi," ujar Djoko.Ia mencontohkan,
ada PTS yang rasio dosen dengan mahasiswanya 1:300, bahkan ada 1:700. Menyikapi hal ini,
Djoko berharap perguruan tinggi tersebut bisa segera melakukan pembenahan. Selain itu,
upaya lainnya, Kemendikbud akan memperketat seleksi atau pengangkatan calon profesor.
"Untuk mencetak profesor ya tidak asal-asalan. Kalau begitu, dibubarkan saja. Karena kalau
nggak benar, nantinya jadi profesor-profesoran, terus ke bawahnya jadi doktor- doktoran,
magister-magisteran, sarjana-sarjanaan, terus universitasnya ya jadi universitas-
universitasan," katanya. (tif)

 Pembahasan : Terjadi Penyimpangan Ilmiah Yakni Plagiarisme


(Plagiarisme Disengaja)
 Prinsip Yang Dilanggar : (Memperhitungkan Manfaat dam Kerugian Yang
Termasuk ke dalam perbuatan tercela dalam ilmu pengetahuan,perbuatan tercela yang
dimaksud yakni Plagiarisme (yaitu menggunakan ide atau kata-kata orang lain tanpa
memberikan kredit/pengakuan.
 Jenis pelanggarannya : Pelanggaran Etis,tapi tidak melanggar hukum
 Prinsip Etika yang Benar,pointnya yakni :
1. Tidak meletakkan rasa tanggung jawab pada diri sendiri
2. Mengeksploitasi subjek dan kepentingan penelitian untuk diri sendiri
3. Tidak memberitahukan penelitian kepada subjek peneliti
4. Tidak menggunakan metode penelitian yang sesuai topic
5. Tidak menggunakan standar metodologi dengan akurasi yang benar
6. Tidak menegaskan batas-batas penelitian
DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/336512099_Pelanggaran_pada_Penulisan_Ka
rya_Ilmiah/link/5da42ce3299bf116fea4b0e7/download

Fahriza, A. R. (2014). Kasus Tentang Etika Dalam Penelitian Sosial. 1.

Anda mungkin juga menyukai