Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang


Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang diawali oleh
adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada akhirnya akan meningkatkan risiko
kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, proses penuaan
merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik
dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu.
Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaiyu : masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa tua. Tiga
tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti
mengalami kemunduran baik fisik maupun psikis.
Corak perkembangan proses penuaan bersifat lambat namun dinamis dan bersifat
individual baik secara fisiologis maupun patologis, karena banyak dipengaruhi oleh riwayat
maupun pengalaman hidup di masa lalu yang terkait dengan faktor biologis, psikologis, spiritual,
fungsional, lingkungan fisik dan sosial. Perubahan struktur dan penurunan fungsi sistem tubuh
tersebut diyakini memberikan dampak yang signifikan terhadap gangguan homeostasis sehingga
lanjut usia mudah menderita penyakit yang terkait dengan usia misalnya: stroke, Parkinson, dan
osteoporosis dan berakhir pada kematian. Penuaan patologis dapat menyebabkan disabilitas pada
lanjut usia sebagai akibat dari trauma, penyakit kronis, atau perubahan degeneratif yang timbul
karena stres yang dialami oleh individu. Stres tersebut dapat mempercepat penuaan dalam waktu
tertentu, selanjutnya dapat terjadi akselerasi proses degenerasi pada lanjut usia apabila
menimbulkan penyakit fisik.
Oleh karena itu diperlukannya pelaksanaan program terapi yang diperlukan suatu
instrument atau parameter yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kondisi lansia, sehingga
mudah untuk menentukan program terapi selanjutnya. Tetapi tentunya parameter tersebut harus
disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana lansia itu berada, karena hal ini sangat individual
sekali, dan apabila dipaksakan justru tidak akan memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam
keadaan ini maka upaya pencegahan berupa latihan-latihan atau terapi yang sesuai harus
dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.
1.2       Rumusan Masalah
Terapi apa saja yang dapat diterapkan pada lansia?

1.3       Tujuan
Untuk mengetahui terapi apa saja yang dapat diterapkan pada lansia.

1.4       Manfaat
Lansia dapat mengetahui terapi apa saja yang dapat diterapkan pada dirinya.

BAB II
DASAR TEORI

2.1       Pengertian
Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang terpadu dengan pendekatan medik – psikososial –
edukasional – vokasional untuk mencapai kemampuan fungsional yang optimal.

2.2       Program Pada Lansia


                  1)         Program Fisioterapi
Dalam penanganan terapi latihan untuk lansia dimulai dari aktivitas fisik yang paling ringan
kemudian bertahap hingga maksimal yang bisa dicapai oleh individu tersebut, misalnya :
a.         Aktivitas di tepat tidur
        Positioning, alih baring, latihan pasif&aktif lingkup gerak sendi
b.         Mobilisasi
        Latihan bangun sendiri, duduk, transfer dari tempat tidur ke kursi, berdiri, jalan
        Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari : mandi, makan, berpakaian, dll

                  2)         Program Okupasiterapi


Latihan ditujukan untuk mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan memberikan
latihan dalam bentuk aktivitas, permainan, atau langsung pada aktiviats yang diinginkan.
Misalnya latihan jongkok-berdiri di WC yang dipunyai adalah harus jongkok, namun bila tidak
memungkinkan maka dibuat modifikasi.

                  3)         Program Ortotik-prostetik


Bila diperlukan alat bantu dalam mendukung aktivitas pada lansia maka seorang ortotis-
prostetis akan membuat alat penopang, atau alat pengganti bagian tubuh yang memerlukan sesuai
dengan kondisi penderita. Dan untuk lansia hal ini perlu pertimbangan lebih khusus, misalnya
pembuatan alat diusahakan dari bahan yang ringan, model alat yang lebih sederhana sehingga
mudah dipakai, dll.

                  4)         Program Terapi Wicara


Program ini kadang-kadang tidak selalu ditujukan untuk latihan wicara saja, tetapi perlu
diperlukan untuk memberi latihan pada penderita dengan gangguan fungsi menelan apabila
ditemukan adanya kelemahan pada otot-otot sekitar tenggorokan. Hal ini sering terjadi pada
penderita stroke, dimana terjadi kelumpuhan saraf vagus, saraf lidah, dll

                  5)         Program Sosial-Medik


Petugas sosial-medik memerlukan data pribadi maupun keluarga yang tinggal bersama
lansia, melihat bagaimana struktur/kondisi di rumahnya yang berkaitan dengan aktivitas yang
dibutuhkan penderita, tingkat sosial-ekonomi. Hal ini sangat penting sebagai masukan untuk
mendukung program lain yang ahrus dilaksanakan, misalnya seorang lansia yang tinggal
dirumahnya banyak trap/anak tangga, bagaimana bisa dibuat landai atau pindah kamar yang
datar dan biasa dekat dengan kamar mandi, dll

                  6)         Program Psikologi


Dalam menghadapi lansia sering kali harus memperhatikan keadaan emosionalnya, yang
mempunyai ciri-ciri yang khas pada lansia, misalnya apakah seorang yang tipe agresif, atau
konstruktif, dll. Juga untuk memberikan motivasi agar lansia mau melakukan latihan, mau
berkomunikasi, sosialisasi dan sebgainya. Hal ini diperlukan pula dalam pelaksanaan program
lain sehingga hasilnya bisa lebih baik.
2.3       Peran Tim Medis
                  1)         Fase Perawatan Intensif (Intensive Care)
Yang menonjol peran perawat, baru kemudian fisioterapis dan mungkin petugas sosial
medik sudah mulai berperan.

                  2)         Fase Perawatan Antara (Intermediate Care)


Perawat masih diperlukan, fisioterapis makin menonjol, terapis okupasi mulai berperan,
mungkin terapis wicara atau psikolog mulai berperan. Juga bila alat bantu diperlukan, misalnya
walker, dynamic-splint, dll. Maka ortoris-prostetis yang akan membuat susuai dengan kondisi
penderita.

                  3)         Fase Perawatan Sendiri (Self Care)


Okupasi terapi sangat penting untuk mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari. Mulai dari
aktiviats untuk pribadi sampai dengan pada aktivitas dalam kehidupannya dalam pekerjaan.

                  4)         Fase Rawat Jalan (Day Care)


Tergangtung pada gangguan/dissabilitas yang dideritanya. Biasanya terapi okupasi suportif
sangat membantu, dan dalam hal ini program bisa diberikan dalam bentuk kegiatan yang
menghasilkan sesuatu. Pada keadaan ini seluruh tim akan berperan, dan dokter selalu memantau
pada setiap fase yang dijalani.

2.4       Macam-macam Terapi Lansia


                  1)         Terapi Modalitas
Pengertian
Terapi modalitas adalah Kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia.

Tujuan
a.       Mengisi waktu luang bagi lansia
b.      Meningkatkan kesehatan lansia
c.       Meningkatkan produktifitas lansia
d.      Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
Jenis Kegiatan :
a.       Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan
masalah lansia.

b.      Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi,
bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan Leader,
Co-Leader, dan fasilitator. Misalnya : cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.

c.       Terapi Musik


Bertujuan untuk mengibur para lansia seningga meningkatkan gairah hidup dan dapat
mengenang masa lalu. Misalnya : lagu-lagu kroncong, musik dengan gamelan

d.      Terapi Berkebun


Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang.
Misalnya : penanaman kangkung, bayam, lombok, dll

e.       Terapi dengan Binatang


Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya dengan
bermain bersama binatang. Misalnya : mempunyai peliharaan kucing, ayam, dll

f.       Terapi Okupasi


Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan
membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan. Misalnya : membuat kipas,
membuat keset, membuat sulak dari tali rafia, membuat bunga dari bahan yang mudah di dapat
(pelepah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dll), menjahit dari kain, merajut dari benang,
kerja bakti (merapikan kamar, lemari, membersihkan lingkungan sekitar, menjemur kasur, dll)

g.      Terapi Kognitif


Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti menggadakan cerdas cermat, mengisi
TTS, tebak-tebakan, puzzle, dll

h.      Life Review Terapi


Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan
pengalaman hidupnya. Misalnya : bercerita di masa mudanya

i.        Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan
melihat pemandangan. Misalnya : mengikuti senam lansia, posyandu lansia, bersepeda, rekreasi
ke kebun raya bersama keluarga, mengunjungi saudara, dll.

j.        Terapi Keagamaan


Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa
nyaman. Seperti menggadakan pengajian, kebaktian, sholat berjama’ah, dan lain-lain.

k.      Terapi Keluarga


Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai unit
penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan
fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi;
tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan
kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali.
Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah
yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk
kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau
mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), dan
fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya,
isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau
fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola
interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual
anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama
ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses
yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul.
Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.

                  2)         Teknik


a.       Mencegah Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu sindroma penurunan densitas tulang (matrix dan mineral
berkurang), terapi rasio matrik dan mineral tetap normal. Osteoporosis terjadi karena
ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang. Densitas mineral tulang
berkurang sehingga tulang menjadi keropos dan mudah patah walaupun dengan trauma minimal.

Contoh latihan yang harus dihindari :


1.      Sit Up
2.      Menyentuh jari kaki pada posisi berdiri
3.      Duduk dengan punggung membungkuk
4.      Mengangkat beban dengan ayunan punggung

b.      Menjaga Kebugaran Jasmani


Kebugaran jasmani adalah suatu aspek fisik dari kebugaran menyeluruh. Kebugaran
jasmani pada lansia adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan yaitu kebugaran
jantung-paru dan peredaran darah serta kekuatan otot dan kelenturan sendi.

c.       Mengangkat dan Mengangkut


Melihat berbagai perubahan karena penuaan, cara mengangkat dang mengakut yang
efektif, efisien, dan aman merupakan kebutuhan bagi lansia. Untuk menunjang prinsip kinetic
dalam mengangkat dan mengangkut dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1)      Pegangan harus tepat, kerja statis local dihindari
2)      Pegangan/tangan berada sedekat mungkin dengan tubuh
3)      Punggung harus lurus
4)      Dagu (kepala) diusahakan segera ke posisi tegak
5)      Kaki diusahakan sedemikian rupa sehingga keseimbangannya kuat
6)      Menfaatkan berat badan sebagai gaya tarik/dorong
7)      Beban berada sedekat mungkin dengan garis vertical yang melalui pusat gravitasi tubuh.

d.      Perlindungan sendi


Usaha perlindungan sendi dapat dilakukan dengan menghindari pemakaian sendi secara
berlebihan, menghindari trauma, mengurangi pembebanan, berusaha menggunakan sendi yang
lebih kuat atau lebih besar, dan istirahat sejenak disela-sela aktivitas.

e.       Konservasi Energi


Konservasi energy adalah suatu cara melakukan aktivitas dengan energy yang relative
minimal, namun dapat memperoleh hasil aktivitas yang baik. Teknik konservasi energy dapat
dicapai apabila dalam setiap aktivitas memperhatikan hal-hal berikut :
1)      Rencanakan aktivitas yang akan dilakukan sehingga tidak ada gerakan kejut yang akan
meningkatkan strees fisik atau emosional.
2)      Atur lingkungan aktivitas sedemikian rupa sehingga pada waktu melaksanakan aktivitas,
energy dapat digunakan secra efisien
3)      Jika mungkin, aktivitas dilakukan dalam posisi duduk
4)      Jangan menjinjing atau mengangkat barang jika dapat didorong atau digeser.
5)      Gunakan alat aktivitas yang relatife ringan
6)      Lakukan aktivitas dengan cara yang sama karena akan membuat lebih efisien.
7)      Dalam setiap aktivitas, harus sering diselingi istirahat. Salah satu pedoman adalah sepuluh
menit istirahat untuk setiap satu jam bekerja.
8)      Bagi aktivitas menjadi beberapa bagian kemudian kerjakan pada waktu yang berbeda.

f.       Peningkatan Kekuatan Otot


Peningkatan kekuatan otot pada lansia lebih ditujukan agar mampu melakukan gerak
fungsional tanpa adanya hambatan. Dalam latihan ini, jenis latihan yang dianjurkan adalah
latihan isotonic, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1)      Tentukan kemampuan otot maksimal
2)      Latihan pada 60%-80% kemampuan otot maksimal
3)      Ukur ulang setiap minggu
4)      3X seri latihan, tiap seri 8-10 ulangan
5)      Istirahat 1-2 menit diantara seri
6)      Lakukan 3X seminggu, min selama 8 minggu
g.      Kegel’s Exercise
Upaya lain dalam meningkatkan otot dasar panggul adalah dengan latihan kontraksi otot
dasar panggul secara aktif. Petunjuknya sebagai berikut :
1)      Posisi duduk tegak pada kursi dengan panggul dan lutut tersokong dengan rileks
2)      Badan sedikit membungkuk dengan lengan menyangga pada paha
3)      Konsentrasikan kontraksi pada daerah vagina, uretra, dan rectum
4)      Kontraksikan otot dasar panggul seperti menahan defekasi dan berkemih
5)      Rasakan kontraksi otot dasar panggul
6)      Pertahankan kontraksi sebatas kemampuannya
7)      Rileks dan rasakan otot dasar panggul yang rileks
8)      Kontraksikan otot dasar panggul lagi, pastikan otot berkontraksi dengan benar tanpa ada
kontraksi otot abdominal, contohnya jangan menahan napas. Control kontraksi otot abdominal
dengan meletakkan tangan pada perut.
9)      Rileks. Coba rasakan perbedaan saat berkontraksi dan rileks
10)  Sesekali kontraksi dipercepat, pastikan tidak ada kontraksi otot yang lain
11)  Lakukan kontraksi yang cepat beberapa kali. Pada latihan awal, lakukan 3X pengulangan karena
otot yang lemah akan mudah lelah
12)  Latih untuk mengkontraksikan otot dasar panggul dan mempertahankannya sebelum dan selama
aktivitas tertawa, abtuk, bersin, mengangkat benda, bangun dari kursi/tempat tidur, dan jogging
13)  Target latihan ini adalah 10X kontraksi lambat dan 10X kontraksi cepat. Tiap kontraksi
dipertahankan selama 10 hitungan. Lakukan 6-8X dalam sehari atau setiap saat dapat
melakukannya.

h.      Memperbaiki Koordinasi (latihan Frenkel)

i.        Aksesibilitas bagi lansia


Kemudahan yang disediakan bagi lansia guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam
segala aspek kehidupan dan penghidupan. Agar lansia dapat mandiri diperlukan penilaian
terhadap lingkungan aktivitasnya.

                  3)         Farmakoterapi


Pada lansia terjadi penurunan proses farmakokinetik dan farmakodinamik, yaitu :
a.       Dengan pemberian dosis yang lazim KOP (Kadar Obat Plasma) akan lebih tinggi oleh karena
sistem eliminasi obat dalam hepar dan ginjal menurun.
b.      Denga KOP yang sama dapat terjadi FOB (Fraksi Obat Bebas) lebih tinggi dari yang lazim
sebab kadar albumin pada lansia telah menurun terlebih-lebih pada waktu sakit atau oleh karena
pengangsuran tempat (Silent Reseptor) dari ikatan albumin oleh obat lain (Polifarmasi).
c.       Perubahan efek farmakodinamik obat bersamaan dengan penurunan mekanisme regulasi
homeostatik dapat menyebabkan bias besar dalam efek farmakoterapi.
Oleh karena itu, semua pemberian obat harus dimulai dengan dosis yang lebih kecil,
misalnya ½ dosis standart dan dinaikkan perlahan-lahan dengan pemantauan yang ketat. Dalam
banyak hal diperlukan pengukuran KOP dalam darah.

BAB III
PENUTUP

3.1       Simpulan
Menua merupakan proses fisologis dengan berbagai perubahan fungsi organ tubuh dan
bukan suatu penyakit. Adapun gangguan yang menyebabkan penderita harus berbaring lama
sedapat mungkin dihindarkan. Pemberian terapi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
pemulihan kesehatan pada lansia. Seperti pemberian modalilitas alamiah ataupun dengan
menggunakan peralatan khusus biasanya hanya menggurangi keluhan yang bersifat sementara,
akan tetapi latihan-latihan yang bersifat pasif maupun aktif yang bertujuan untuk
mempertahankan kekuatan pada sekelompok otot-otot tertentu agar mobilitas tetap terjaga
sebaiknya dilaksanakan secara berkesinambungan, sehingga pencegahan disabilitas primer
diminimalkan dan disabilitas sekunder bisa dicegah, dan pada akhirnya tidak terjadi handicap.

3.2       Saran
Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan pada lansia
dalam taraf setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan.
Dengan demikian, lansia masih dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Oleh karena itu
perkembangan ilmu dan praktika dalam pembelajaran sangat penting untuk memenuhi kualitas
sumber daya yang dibutuhkan.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1)         Martono, Hadi dan Kris Pranarka.2010.Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut).Edisi IV.Jakarta : Balai Penerbit FKUI
2)         Mubarak, Wahid Iqbal.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.Jakarta :
Salemba Medika
3)         Maryam, R.Siti.2008.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta : Salemba Medika
4)         Stockslager, Jaime L.2007.Buku Saku Asuhan Keparawatan Geriatrik.Edisi II.Jakarta : EGC
5)         Watson, Roger.2003.Perawatan Pada Lansia.Jakarta : EGC
6)         Pudjiastuti, Sri Surini dan Budi Utomo.2003.Fisioterapi Pada Lansia.Jakarta : EGC
TERAPI MODALITAS LANSIA (TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK)
A. PENGERTIAN
Terapi modalitas adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia.
C. TUJUAN
1. Mengisi waktu luang bagi lansia
2. Meningkatkan kesehatan lansia
3. Meningkatkan produktifitas lansia
4. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
D. JENIS KEGIATAN
a. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan mas
alah lansia.
b. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertu
kar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan Leader, Co-
Leader, dan fasilitator. Misalnya : cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
c. Terapi Musik
Bertujuan untuk mengibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan dapat me
ngenang masa lalu. Misalnya : lagu-lagu kroncong, musik dengan gamelan.
d. Terapi Berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang. Misal
nya : penanaman kangkung, bayam, lombok, dan lain-lain
e. Terapi dengan Binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya dengan b
ermain bersama binatang. Misalnya : mempunyai peliharaan kucing, ayam, dan lain-lain.

f. Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan me
mbuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan. Misalnya : membuat kipas, me
mbuat keset, membuat sulak dari tali rafia, membuat bunga dari bahan yang mudah di dapat (pel
epah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dan lain-lain), menjahit dari kain, merajut dari bena
ng, kerja bakti (merapikan kamar, lemari, membersihkan lingkungan sekitar, menjemur kasur, da
n lain-lain).
g. Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat, mengisi Te
ka-Teki Silang (TTS), tebak-tebakan, puzzle, dan lain-lain.
h. Life Review Terapi
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan pengala
man hidupnya. Misalnya : bercerita di masa mudanya.
i. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan mel
ihat pemandangan. Misalnya : mengikuti senam lansia, posyandu lansia, bersepeda, rekreasi ke k
ebun raya bersama keluarga, mengunjungi saudara, dan lain-lain.
j. Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa ny
aman. Seperti mengadakan pengajian, kebaktian, sholat berjama’ah, dan lain-lain.
k. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai un
it penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanaka
n fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi, t
idak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontrib
usi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan d
emikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri, apa masalah yang terjadi d
i keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari 
solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi 
keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), dan f
ase 3 (terminasi). Di fase pertama  perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya, 
isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau 
fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola 
interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggot
a keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama ini ada. 
Terapi keluarga diakhiri difase terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama 
ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga 
diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Kelompok merupakan individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain saling 
ketergantungan dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Sundeen, 1998). Aktivitas kelompo
k adalah kumpulan individu yang mempunyai relasi atau hubungan satu dengan yang lain saling t
erkait dan dapat bersama-sama mengikuti norma yang sama.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan kegiatan yang diberikan kelompok klien d
engan tujuan memberi terapi bagi anggotanya. Dimana berkesempatan untuk meningkatkan kuali
tas hidup dan meningkatkan respon sosial. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi adalah upaya 
memfasilitasi sejumlah klien dalam membina hubungan sosial yang bertujuan untuk menolong kl
ien dalam berhubungan dengan orang lain seperti kegiatan mengajukan pertanyaan, berdiskusi, b
ercerita tentang diri sendiri pada kelompok, menyapa teman dalam kelompok. Terapi Aktivitas K
elompok Orientasi Realita (TAK), orientasi realita adalah upaya untuk mengorientasikan keadaa
n nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/tempat, dan waktu.
B. TUJUAN 
Tujuan dari terapi aktivitas kelompok :
1. Mengembangkan stimulasi persepsi
2. Mengembangkan stimulasi sensoris
3. Mengembangkan orientasi realitas
4. Mengembangkan sosialisasi
C. PRINSIP-PRINSIP MEMILIH PESERTA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Prinsip memilih pasien untuk terapi aktifitas kelompok adalah homogenitas, yang dijabar
kan antara lain: 
a. Gejala sama
Misal terapi aktifitas kelompok khusus untuk pasien depresi, khusus untuk pasien halusin
asi dan lain sebagainya. Setiap terapi aktifitas kelompok memiliki tujuan spesifik bagi anggotany
a, bisa untuk sosialisasi, kerjasama ataupun mengungkapkan isi halusinasi. Setiap tujuan spesifik 
tersebut akan dapat dicapai bila pasien memiliki masalah atau gejala yang sama, sehingga merek
a dapat bekerjasama atau berbagi dalam proses terapi.
b. Kategori sama
Dalam artian pasien memiliki nilai skor hampir sama dari hasil kategorisasi. Pasien yang 
dapat diikutkan dalam terapi aktifitas kelompok adalah pasien akut skor rendah sampai pasien ta
hap promotion. Bila dalam satu terapi pasien memiliki skor yang hampir sama maka tujuan terap
i akan lebih mudah tercapai.
c. Jenis kelamin sama
Pengalaman terapi aktifitas kelompok yang dilakukan pada pasien dengan gejala sama, bi
asanya laki-laki akan lebih mendominasi dari pada perempuan. Maka lebih baik dibedakan.
d. Kelompok umur hampir sama
Tingkat perkembangan yang sama akan memudahkan interaksi antar pasien.
e. Jumlah efektif 7-10 orang per-kelompok terapi
Terlalu banyak peserta maka tujuan terapi akan sulit tercapai karena akan terlalu ramai da
n kurang perhatian terapis pada pasien. Bila terlalu sedikitpun, terapi akan terasa sepi interaksi da
n tujuanya sulit tercapai.
D. MANFAAT TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK BAGI LANSIA
Manfaat terapi aktivitas kelompok bagi lansia adalah:
1. Agar anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan di hargai eksistensinya oleh anggota kelomp
ok yang lain.
2. Membantu anggota kelompok berhubungan dengan yang lain serta merubah perilaku yang destrku
tif dan maladaptive.
3. Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling mambantu satu sama lain unutk menemukan 
cara menyelesaikan masalah.
E.  JENIS-JENIS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA LANSIA
Jenis-jenis dari terapi aktivitas kelompok pada lansia terdiri dari:
1. Stimulasi Sensori (Musik)
Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para pendengar yang mend
engarkan maupun bagi pemusik yang mengubahnya. Kualitas dari musik yang memiliki andil ter
hadap fungsi-fungsi dalam pengungkapan perhatian terletak pada struktur dan urutan matematis 
yang dimiliki, yang mampu menuju pada ketidak beresan dalam kehidupan seseorang. Peran sert
anya nampak dalam suatu pengalaman musikal, seperti menyanyi, dapat menghasilkan integrasi 
pribadi yang mempersatukan tubuh, pikiran, dan roh.
Musik memberikan pengalaman di dalam struktur
Musik memberikan pengalaman dalam mengorganisasi diri
Musik merupakan kesempatan untuk pertemuan kelompok di mana individu telah mengesampin
gkan kepentingannya demi kepentingan kelompok. 
2. Stimulasi Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah diala
mi. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini ma
ka diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Aktifitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan : seperti baca majalah, 
menonton acara televise, stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi 
klien yang mal adaptif atau destruktif, misalnya kemarahan dan kebencian.
3. Orientasi Realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri, orang lain 
yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, dan lingkungan yang pernah me
mpunyai hubungan dengan klien. Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lal
u, dan rencana ke depan. Aktifitas dapat berupa : orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada 
disekitar dan semua kondisi nyata.
4. Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Sosi
alisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok, dan massa. Aktifitas d
apat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.

F. TAHAPAN DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
1.  Fase pre-kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota, di
mana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelomp
ok, menjelaskan sumber–sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungk
ikan biaya dan keuangan.
2. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau ke
bersamaan.
a. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing–masing, dan leader mulai menunju
kkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
b. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang ber
kuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang aka
n terjadi. 
c. Kebersamaan
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan negatif dikoreksi denga
n hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah dise
pakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh se
suai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
4. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami t
erminasi premature, tidak sukses atau sukses. 
G. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
a. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.
b. Sebagai leader dan co leader
1. Leader 
Tugasnya:
Menyusun rencana pembuatan proposal
Memimpin jalannya therapi aktifitas kelompok
Merencanakan dan mengontrol terapi aktifitas kelompok
Membuka aktifitas kelompok
Memimpin diskusi dan terapi aktifitas kelompok
Leader memperkenalkan diri dan mempersilahkan anggota diskusi lainnya untuk memperkenalkan 
diri
Membacakan tujuan terapi aktivitas kelompok
Membacakan tata tertib
2. Co-leader 

Tugasnya:

Membantu leader mengorganisasi anggota

Apabila terapi aktivitas pasif diambil oleh Co-leader

Menggerakkan anggota kelompok

Membacakan aturan main

c. Sebagai fasilitator
Tugasnya :
Ikut serta dalam kegiatan kelompok untuk aktif jalannya permainan
Memfasilitasi anggota dalam diskusi kelompok
d. Sebagai observer
Tugasnya :
Mengobservasi jalannya terapi aktifitas kelompok mulai dari persiapan, proses dan penutup.
Mencari serta mengarahkan respon klien
Mencatat semua proses yang terjadi
Memberi umpan balik pada kelompok
Melakukan evaluasi pada terapi aktifitas kelompok
Membuat laporan jalannya aktivitas kelompok
Membacakan kontrak waktu
e. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaa
H. CONTOH KEGIATAN
a. Definisi terapi aktivitas kelompok sosial (TAKS)
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sos
ialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
b. Tujuan 
1. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu memperkenalkan diri.
b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok.
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan.
e. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain.
f. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
g. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.
c. Aktivitas dan Indikasi
1. Tujuan
a. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok: 
Menyebutkan jati diri sendiri : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
Menanyakan jati diri anggota kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi. 
2. Setting
Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
3. Alat
a. Tape recorder/laptop
b. Kaset lagu
c. Bola
d. Buku catatan dan pulpen
e. Jadwal kegiatan klien
4. Metode
Dinamika kelompok
5. Langkah-langkah Kegiatan
a. Persiapan
Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1. Salam terapeutik
salam dari terapis
Peserta dan terapis memakai name tag
2. Evaluasi / Validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan apakah pernah  memperkenalkan diri pada orang lain.
3. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan
Menjelaskan aturan main yaitu:
Berkenalan dengan anggota kelompok 
Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus minta izin pada pemimpin TAK.
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
c. Tahap Kerja
1. Hidupkan lagu dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum jam.
2. Pada saat lagu dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola, mendapat giliran untuk berken
alan dengan anggota kelompok yang ada di sebelah kanan dengan cara :
memberi salam
menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
dimulai oleh terapis sebagai contoh
3. Ulangi nomor 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran 
4. Hidupkan lagi lagu dan edarkan bola tenis. Pada saat lagu  dimatikan, minta anggota kelompok ya
ng memegang bola untuk memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah kanannya kepada 
kelompok yaitu nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
5. Ulangi  nomor 4 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran 
6. Berikan pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan
d. Tahap terminasi. 
1. Evaluasi.
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
2. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri kepada orang lain di kehidup
an sehari-hari
Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian klien.
3. Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok 
Menyepakati waktu dan tempat.
6. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi 
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja untu
k menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien se
suai dengan tujuan TAK. Evaluasi kemapuan klien memperkenalkan diri secara verbal dan nonv
erbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut:
KEMANPUAN MEMPERKANALKAN DIRI
A. Kemampuan Verbal

Nama klien
No ASPEK YANG DINILAI

1. Menyebutkan nama lengkap
2. Menyebutkan nama panggil
an
3. Menyebutkan asal
4. Menyebutkan hobi
JUMLAH
B. Kemampuan non verbal

Nama klien
No ASPEK YANG DINILAI

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh 
yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari aw
al sampai akhir
JUMLAH

Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda  jika ditemukan pada klien atau ta
nda X jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu, dan jika nilai 0, 1, atau 2 
klien belum mampu.
BAB IV
PENUTUP

Dari pembahasan di atas disimpulkan bahwa, Terapi Aktifitas Kelompok sangat dibutuhkan 
bagi lansia karena dapat mempertahankan kemampuan stimulasi persepsi lansia, mempertahanka
n kemampuan stimulasi sensori lansia, mempertahankan kemampuan orientasi realitas lansia dan 
mempertahankan kemampuan sosialisasi lansia.
Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok bagi lansia yaitu agar anggota kelompok merasa dimili
ki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain, membantu anggota kelo
mpok berhubungan dengan yang lain, serta merubah perilaku yang destruktif dan mal adaptif dan 
Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling mambantu satu sama lain untuk menemuka
n cara menyelesaikan masalah.
DAFTAR PUSTAKA

http://dwaney.wordpress.com/2011/10/09/tak-lansia/2013/5/8
Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
       Medika
http://khwanul-khair.blogspot.com/.../terapi-aktifitas-kelom/2013/5/8
Mubarak, wahit ikbal. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta:
       Sagung seto
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK LANSIA

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK LANSIA

A.  Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok


Kelompok merupakan individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain saling
ketergantungan dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Sundeen, 1998)
Aktivitas kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai relasi atau hubungan satu
dengan yang lain saling terkait dan dapat bersama-sama mengikuti norma yang sama.
Therapy Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan kegiatan yang diberikan kelompok klien dengan
maksud memberi therapy bagi anggotanya. Dimana berkesempatan untuk meningkatkan kualitas
hidup dan meningkatkan respon social. Therapy Aktivitas Kelompok Sosialisasi adalah upaya
memfasilitasi sejumlah klien dalam membina hubungan sosial yang bertujuan untuk menolong
klien dalam berhubungan dengan orang lain seperti kegiatan mengajukan pertanyaan, berdiskusi,
bercerita tentang diri sendiri pada kelompok, menyapa teman dalam kelompok. Terapi Aktivitas
Kelompok Oientasi Realita (TAK): orientasi realita adalah upaya untuk mengorientasikan
keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/ tempat, dan waktu.
B.  Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok
Tujuan dari terapi aktivitas kelompok :
      Mengembangkan stimulasi persepsi
      Mengembangkan stimulasi sensoris
      Mengembangkan orientasi realitas
      Mengembangkan sosialisasi
C.  Prinsip-prinsip memilih peserta terapi aktivitas kelompok
Prinsip memilih pasien untuk terapi aktifitas kelompok adalah homogenitas, yang dijabarkan
antara lain:
      Gejala sama
Misal terapi aktifitas kelompok khusus untuk pasien depresi, khusus untuk pasien halusinasi dan
lain sebagainya. Setiap terapi aktifitas kelompok memiliki tujuan spesifik bagi anggotanya, bisa
untuk sosialisasi, kerjasama ataupun mengungkapkan isi halusinasi. Setiap tujuan spesifik
tersebut akan dapat dicapai bila pasien memiliki masalah atau gejala yang sama, sehingga
mereka dapat bekerjasama atau berbagi dalam proses terapi.
      Kategori sama
Dalam artian pasien memiliki nilai skor hampir sama dari hasil kategorisasi. Pasien yang dapat
diikutkan dalam terapi aktifitas kelompok adalah pasien akut skor rendah sampai pasien tahap
promotion. Bila dalam satu terapi pasien memiliki skor yang hampir sama maka tujuan terapi
akan lebih mudah tercapai.
      Jenis kelamin sama
Pengalaman terapi aktifitas kelompok yang dilakukan pada pasien dengan gejala sama, biasanya
laki-laki akan lebih mendominasi dari pada perempuan. Maka lebih baik dibedakan.
      Kelompok umur hampir sama
Tingkat perkembangan yang sama akan memudahkan interaksi antar pasien.
      Jumlah efektif 7-10 orang per-kelompok terapi
Terlalu banyak peserta maka tujuan terapi akan sulit tercapai karena akan terlalu ramai dan
kurang perhatian terapis pada pasien. Bila terlalu sedikitpun, terapi akan terasa sepi interaksi dan
tujuanya sulit tercapai.
D.  Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok Bagi Lansia
      Agar anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan di hargai eksistensinya oleh anggota
kelompok yang lain
      Membantu anggota kelompok berhubungan dengan yang lain serta merubah perilaku yang
destrkutif dan maladaptive
      Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling mambantu satu sama lain unutk
menemukan cara menyelesaikan masalah
E.  Jenis-jenis Terapi Aktivitas Kelompok pada Lansia
1.      Stimulasi Sensori (Musik) Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para
pendengar yang mendengarkan maupun bagi pemusik yang menggubahnya. Kualitas dari musik
yang memiliki andil terhadap fungsi-fungsi dalam pengungkapan perhatian terletak pada struktur
dan urutan matematis yang dimiliki, yang mampu menuju pada ketidakberesan dalam kehidupan
seseorang. Peran sertanya nampak dalam suatu pengalaman musikal, seperti menyanyi, dapat
menghasilkan integrasi pribadi yang mempersatukan tubuh, pikiran, dan roh.
  Musik memberikan pengalaman di dalam struktur
  Musik memberikan pengalaman dalam mengorganisasi diri
  Musik merupakan kesempatan untuk pertemuan kelompok di mana individu telah
mengesampingkan kepentingannya demi kepentingan kelompok.
2.      Stimulasi Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.
Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini maka
diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Aktifitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan : seperti baca majalah,
menonton acara televisi ; stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi
klien yang mal adaptif atau destruktif, misalnya kemarahan dan kebencian
3.      Orientasi Realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri, orang lain yang
ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, dan lingkungan yang pernah
mempunyai hubungan dengan klien. Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang
lalu, dan rencana ke depan. Aktifitas dapat berupa : orientasi orang, waktu, tempat, benda yang
ada disekitar dan semua kondisi nyata.
4.      Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Sosialisasi
dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu dan satu), kelompok, dan massa.
Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
F.   Nilai Terapeutik Dari Terapi Aktivitas Kelompok
      Pembinaan harapan
      Universalitas
      Altruism
      Penyebaran informasi
      Kelompok sebagai keluarga
      Sosialisasi
      Belajar berhubungan dengan pribadi lain
      Kohesivitas
      Katarsis dan Peniruan perilaku
G.  Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Terapi Aktivitas Kelompok
      Memperkenalkan diri
      Tujuan kegiatan
      Jenis kegiatan
      Contoh kegiatan
      Kontrak
      Aturan main disepakati
      Evaluasi
      Reward jangan berlebihan
H.  Fokus Terapi Aktivitas Kelompok
      Orientasi realitas
      Sosialisasi
      Stimulasi persepsi
      Stimulasi sensori
      Pengeluran energy
I.     Model Dalam Terapi Aktivitas Kelompok
1.      Fokal konflik model
      Mengatasi konflik yang tidak disadari
      Terapis membantu kelompok memahami terapi
      Digunakan bila ada perbedaan pendapat antar anggota kelompok
2.      Communication model
      Mengembangkan komunikasi: verbal, non verbal, terbuka
      Pesan yang disampaikan dipahami orang lain
3.      Model interpersonal
      Terapis ekerja dengan individu dan kelompok
      Anggota kelompok belajar dari interaksi antara anggota dan terapis
      Melalui proses interaksi: tingkah laku dapat dikoreksi
4.      Model psikodrama
      Aplikasi dari bermain peran dalam kehidupan
J.     Tahapan Dalam Terapi Aktivitas Kelompok
1.      Fase pre-kelompok: membuat tujuan
2.      Fase awal:
      Tahap orientasi: penentu sistem konflik social
      Tahap konflik: penentu siapa yang menguasai komunikasi
      Tahap kohesif: kebersamaan dalam pemecahan masalah
3.      Fase kerja:
      Fase yang menyenangkan bagi anggota dan pimpinan
      Kelompok menjadi stabil dan realistis
4.      Fase terminasi
      Muncul cemas, regresi
      Evaluasi dan feedback sangat penting
      Follow up
Sumber :
http://dwaney.wordpress.com/2011/10/09/tak-lansia/
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
SENAM LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI
WERDHA DARMA BAKTI BAGIAN ATAS KM 7 PALEMBANG
 

DISUSUN OLEH:

A.GIGIH PRAYOGA
AGNES NOVIA NINGRUM
AGUS WAHYUDI
DONATILA DINAR ARIZONA
EKA SRIWAHYUNI
ELIA CONTESA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERDHAKI CHARITAS
PALEMBANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG


Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah
mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan
lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau
ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan
umur harapan hidup manusia. Akibatnya penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah
cenderung lebih cepat. Sehingga istilah baby boom pada masa lalu berganti menjadi “ledakan
penduduk usia lanjut” (Nugroho:2000).
Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa populasi penduduk lansia di Indonesia pada
tahun 2008 sebesar 8,55 % dari keseluruhan jumlah penduduk. Sedangkan jumlah penduduk
lansia di propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 telah mencapai 484.344 orang atau ada
sekitar 6,89% dari jumlah penduduk sumatera selatan. Perbandingan persentase lansia Sumsel
tahun 2009 antara laki-laki dan perempuan adalah 48,84 berbanding 51,16.
Sumatera Selatan termasuk propinsi yang memasuki era penduduk berstruktur tua (aging
population), yaitu suatu propinsi dengan proporsi penduduk lansianya telah berada pada patokan
penduduk berstruktur tua (yakni 7 % atau lebih penduduk usia tua). Di Sumatera Selatan
didirikan beberapa Panti Werdha mengingat banyaknya jumlah lansia yang ada. Salah satunya
yaitu Panti Werdha Darma Bakti yang terletak di KM 7 Kecamatan Sukarami Palembang.
Usia lanjut atau lanjut usia bukanlah merupakan suatu penyakit, meskipun hal tersebut
dapat menimbulkan masalah sosial. Di beberapa negara, terutama di negara-negara maju umur
harapan hidup telah bertambah panjang sehingga warga-warga yang berusia lebih dari 65 tahun
juga bertambah. Adanya peningkatan jumlah penduduk usia lanjut tersebut menyebabkan
perlunya perhatian pada para lansia agar lansia tidak hanya berumur panjang tetapi juga dapat
menikmati masa tuanya dengan bahagia serta meningkatkan kualitas hidup mereka.
Tanda-tanda masa tua disertai dengan adanya kemunduran-kemunduran kemampuan
kerja panca indera, gangguan fungsi alat-alat tubuh, perubahan psikologi serta adanya berbagai
penyakit. Dengan banyaknya perubahan yang terjadi pada lansia banyak pula masalah kesehatan
yang dihadapi.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada 30 April – 01 Mei 2012 diketahui bahwa
jumlah lansia di Panti Werdha Darma Bakti bagian atas sebanyak 29 orang. Dari jumlah lansia
tersebut, terdapat sebanyak 34,5 % lansia yang menderita hipertensi. Untuk mempertahankan
kesehatan lansia-lansia tersebut perlu adanya upaya-upaya baik besifat perawatan, pengobatan,
pola hidup sehat dan juga upaya lain seperti senam lansia.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, kelompok tertarik untuk mengajarkan dan
mendemonstrasikan senam lansia dengan hipertensi untuk mencegah peningkatan tekanan darah.
B.     TUJUAN
1.      Tujuan Umum
Setelah dilakukan latihan senam lansia dengan hipertensi, klien dapat mempraktekkan secara
mandiri untuk mencegah peningkatan tekanan darah.
2.      Tujuan Khusus
Setelah dilakukan latihan senam lansia dengan hipertensi selama 15 menit di Panti Werdha
Darma Bakti bagian atas, maka klien mampu :
a.       Mamahami tentang penyakit hipertensi
b.      Mampu mempraktekkan latihan senam lansia dengan hipertensi secara mandiri.
BAB II
SISTEMATIKA KEGIATAN

A.    Kriteria Klien


Semua lansia di Panti Werdha Dharma Bakti yang menderita hipertensi.

B.     Pelaksanaan
Hari/ tanggal : Rabu, 2 Mei 2012
Waktu : 09.00 WIB s/d selesai
Tempat : Panti Werdha Dharma Bakti Bagian Atas

C.     Rencana Kegiatan


1.      Kegiatan : latihan senam untuk lansia dengan hipertensi
2.      Materi : teknik senam lansia dengan hipertensi; pengertian, tujuan, indikasi, dan kontra
indikasi.
3.      Media :
a.       Laptop
b.      LCD
c.       Video senam lansia
d.      kursi
4.      Denah Ruang pertemuan
 
Keterangan:
: moderator + instruktur

: fasilitator

:notulen

: observer + dokumentasi

: penyaji + instruktur

: pasien

D.    Susunan kepanitiaan dan uraian tugas


Moderator + instruktur : Agnes Novia Ningrum
Penyaji + instruktur : A. Gigih Prayoga
fasilitator : Donatila Dinar dan Elia Contesa
Observer + dokumentasi : Agus Wahyudi
Notulen : Eka Sriwahyuni

Uraian tugas diantaranya:


1.      Moderator
Memimpin jalannya acara kegiatan
2.      Penyaji materi
Menyampaikan materi tentang penyakit hipertensi secara singkat
3.      Instruktur
Mengajarkan para lansia untuk senam lansia dengan hipertensi
4.      Notulen
Membuat notulen mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan

5.      Fasilitator
Mengarahkan dan membantu passien dalam melakukan senam
6.      Dokumentasi
Mendokumentasi jalannya kegiatan

E.     Susunan Acara


NO Langkah- Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Sasaran
. Langkah
1 pembukaan 5 menit1.      Memberi salam 1.      Memperhatikan dengan
2.      Memperkenalkan diri seksama
3.      Menjelaskan maksud 2.      Menjawab salam
dan tujuan
2 penjelasan 5 menit Penyajian materi Mengikuti kegiatan
penyuluhan sampai selesai
3 Demontrasi 15 Mendemonstrasikan Peserta ikut berperan aktif
latihan menit latihan senam hipertensi dalam memperagakan
senam latihan senam hipertensi
4 evaluasi 5 menit Moderator meminta Memberikan pertanyaan
peserta latihan senam seputar film yang
untuk ditayangkan dan materi
mendemonstrasikan telah disajikan
kembali langkah-langkah
senam hipertensi ( yang
mampu diingat)
5 Penutup 5 menit Memberi salam Menjawab salam

F.      Kriteria Evaluasi


1.      Evaluasi struktur
a.       Peserta sudah diberitahu satu hari sebelumnya
b.      Media sudah disiapkan
c.       Materi sudah siap
d.      Satuan acara sudah disiapkan
2.      Evaluasi proses
a.       Klien mampu memahami penyakit hipertensi
b.      Klien mampu mendemonstrasikan latihan senam hipertensi secara mandiri
BAB III
MATERI PENYULUHAN

1.      PENGERTIAN
Menurut Hidayat (2002) senam didefinisikan sebagai suatu latihan tubuh yang dipilih dan
dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis
dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, dan
menanamkan nilai-nilai mental spiritual. Penelitian lain dikemukakan oleh Werner (2000) yang
menyebutkan bahwa senam adalah bentuk latihan tubuh pada lantai dan pada alat yang dirancang
untuk melungkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi serta kontrol
tubuh.
Lansia atau usia tua adalah periode dimana organisme telah mancapai kemasakan dalam ukuran
dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu (Ahmadi, 2009).
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang
diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap
segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh.

2.      JENIS SENAM LANSIA


Jenis-jenis senam lansia yang biasa diterapkan, meliputi :
a)         Senam kebugaran lansia
b)         Senam otak
c)         Senam osteoporosis
d)        Senam hipertensi
e)         Senam diabetes mellitus
f)          Olahraga rekreatif/jalan santai.
3.      MANFAAT OLAHRAGA BAGI LANSIA
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk
menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang
memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas).
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga
berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat
kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyup jantung waktu istirahath yaitu
kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kncepatan denyut jantung
sewaktu istirahat harus menurun (Poweell, 2000)
Dengan mengikuti senam lansia efek minimalya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa
bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.

Manfaat dari olahraga bagi lanjut usia menurut Nugroho (1999; 157) antara :
a)         Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia
b)         Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (Adaptasi)
c)         Funsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap
bertambahnya tuntutan, misalnya sakit. Sebagai rehabilitas pada lanjut usia terjadi penurunan
masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, toleransi latihan, kapasitas aerobic
dan terjadinya peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat
mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian
menunjukkan bahwa latihan/ olahraga seperti senam lansia dapat mengeliminasi berbagai resiko
penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan (Darmojo
1999; 81).

4.      TUJUAN SENAM LANSIA DENGAN HIPERTENSI


         Melebarkan pembuluh darah
         Tahanan pembuluh darah menurun
         Berkurangnya hormon yg memacu peningkatan tekanan darah
         Menurunkan lemak / kolesterol yang tinggi.
5.      INDIKASI SENAM LANSIA
Indikasi dilakukan senam lansia dengan hipertensi adalah klien yang menderita hipertensi

6.      KONTRAINDIKASI
-          Klien dengan fraktur ekstremitas bawah atau bawah
-          Klien dengan bedrest total

7.      PERMASALAHAN DAN PEMECAHANNYA


Permasalahan yang biasanya terjadi yang merupakan hambatan dalam melakukan senam
lansia adalai rasa bosan. Perasaan ini wajar saja dan muncul mungkin dikarenakan tidak adanya
variasi senam. Untuk itu macam atau jenis senam yang dilakukan sebaiknya selalu
bervariasi/berganti-ganti. Misalnya pada minggu pertama melakukan senam kebugaran dan
minggu selanjutnya jenis senam osteoporosis dan seterusnya dilakukan secara bergiliran. Musik
juga mempengaruhi, sehingga peserta senam lansia menyukai musik tertentu yang memungkin
tumbuh semangat para lansia ketika melakukan senam lansia.

8.      LANGKAH-LANGKAH SENAM LANSIA DENGAN HIPERTENSI


a.       Tarik nafas, angkat tangan ke atas, hembuskan pelan-pelan dari mulut tangan turunkan.
Lakukan sebanyak 2x

b.      Ayunkan kaki kanan kedepan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x

c.       Ayunkan kaki kiri kedepan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x

d.      Ayunkan kaki kanan kedepan sebanyak 2x kemudian kaki kiri sebanyak 2x

e.       Jalan ditempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x

f.       Letakkan tangan diperut tangan kanan ayunkan kesamping kanan dan kanan ayunkan ke
kanan. Lakukan secara bersamaan 8 kali. Lakukan 2x
g.      Letakkan tangan kanan diperut tangan kiri ayunkan ke samping kiri dan kaki kiri ayunkan ke
kiri. Lakukan secara bersamaan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x

h.      Letakkan tangan diperut ayunkan kedua tangan kesamping dan kedua kaki kesamping
sebanyak 8 kali. Lakukan 2x

i.        Jalan ditempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x

j.        Letakkan tangan di perut ayunkan ke atas bersamaan dengan kaki ayunkan
kesampingsebanyak 8 kali. Lakukan 2x

k.         Jalan di tempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x

l.           Pada hitungan satu, ujung jari kaki menyentuh tanah pada hitungan ke dua tumit menyentuh
tanah, lakukan pada kaki kiri dan kanan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x

m.       Tarik nafas, angkat tangan ke atas, hembuskan pelan-pelan dari mulut tangan turunkan.
Lakukan sebanyak 3x
DAFTAR PUSTAKA

http://sembilannam.wordpress.com/2011/04/13/senam-untuk-hipertensi/

http://artikelpenjas.blogspot.com/2011/12/pengertian-senam.html

http://intan.staff.fkip.uns.ac.id/files/2010/05/Olahraga-penyakit-hipertensi-DM.pdf

http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2009/12/senam-lansia.html

TERAPI MODALITAS LANSIA (TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK)


A. PENGERTIAN
Terapi modalitas adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia.
C. TUJUAN
1. Mengisi waktu luang bagi lansia
2. Meningkatkan kesehatan lansia
3. Meningkatkan produktifitas lansia
4. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
D. JENIS KEGIATAN
a. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan mas
alah lansia.
b. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertu
kar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan Leader, Co-
Leader, dan fasilitator. Misalnya : cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
c. Terapi Musik
Bertujuan untuk mengibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan dapat me
ngenang masa lalu. Misalnya : lagu-lagu kroncong, musik dengan gamelan.
d. Terapi Berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang. Misal
nya : penanaman kangkung, bayam, lombok, dan lain-lain
e. Terapi dengan Binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya dengan b
ermain bersama binatang. Misalnya : mempunyai peliharaan kucing, ayam, dan lain-lain.

f. Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan me
mbuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan. Misalnya : membuat kipas, me
mbuat keset, membuat sulak dari tali rafia, membuat bunga dari bahan yang mudah di dapat (pel
epah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dan lain-lain), menjahit dari kain, merajut dari bena
ng, kerja bakti (merapikan kamar, lemari, membersihkan lingkungan sekitar, menjemur kasur, da
n lain-lain).
g. Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat, mengisi Te
ka-Teki Silang (TTS), tebak-tebakan, puzzle, dan lain-lain.
h. Life Review Terapi
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan pengala
man hidupnya. Misalnya : bercerita di masa mudanya.
i. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan mel
ihat pemandangan. Misalnya : mengikuti senam lansia, posyandu lansia, bersepeda, rekreasi ke k
ebun raya bersama keluarga, mengunjungi saudara, dan lain-lain.
j. Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa ny
aman. Seperti mengadakan pengajian, kebaktian, sholat berjama’ah, dan lain-lain.
k. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai un
it penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanaka
n fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi, t
idak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontrib
usi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan d
emikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri, apa masalah yang terjadi d
i keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari 
solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi 
keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), dan f
ase 3 (terminasi). Di fase pertama  perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya, 
isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau 
fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola 
interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggot
a keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama ini ada. 
Terapi keluarga diakhiri difase terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama 
ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga 
diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Kelompok merupakan individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain saling 
ketergantungan dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Sundeen, 1998). Aktivitas kelompo
k adalah kumpulan individu yang mempunyai relasi atau hubungan satu dengan yang lain saling t
erkait dan dapat bersama-sama mengikuti norma yang sama.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan kegiatan yang diberikan kelompok klien d
engan tujuan memberi terapi bagi anggotanya. Dimana berkesempatan untuk meningkatkan kuali
tas hidup dan meningkatkan respon sosial. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi adalah upaya 
memfasilitasi sejumlah klien dalam membina hubungan sosial yang bertujuan untuk menolong kl
ien dalam berhubungan dengan orang lain seperti kegiatan mengajukan pertanyaan, berdiskusi, b
ercerita tentang diri sendiri pada kelompok, menyapa teman dalam kelompok. Terapi Aktivitas K
elompok Orientasi Realita (TAK), orientasi realita adalah upaya untuk mengorientasikan keadaa
n nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/tempat, dan waktu.
B. TUJUAN 
Tujuan dari terapi aktivitas kelompok :
1. Mengembangkan stimulasi persepsi
2. Mengembangkan stimulasi sensoris
3. Mengembangkan orientasi realitas
4. Mengembangkan sosialisasi
C. PRINSIP-PRINSIP MEMILIH PESERTA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Prinsip memilih pasien untuk terapi aktifitas kelompok adalah homogenitas, yang dijabar
kan antara lain: 
a. Gejala sama
Misal terapi aktifitas kelompok khusus untuk pasien depresi, khusus untuk pasien halusin
asi dan lain sebagainya. Setiap terapi aktifitas kelompok memiliki tujuan spesifik bagi anggotany
a, bisa untuk sosialisasi, kerjasama ataupun mengungkapkan isi halusinasi. Setiap tujuan spesifik 
tersebut akan dapat dicapai bila pasien memiliki masalah atau gejala yang sama, sehingga merek
a dapat bekerjasama atau berbagi dalam proses terapi.
b. Kategori sama
Dalam artian pasien memiliki nilai skor hampir sama dari hasil kategorisasi. Pasien yang 
dapat diikutkan dalam terapi aktifitas kelompok adalah pasien akut skor rendah sampai pasien ta
hap promotion. Bila dalam satu terapi pasien memiliki skor yang hampir sama maka tujuan terap
i akan lebih mudah tercapai.
c. Jenis kelamin sama
Pengalaman terapi aktifitas kelompok yang dilakukan pada pasien dengan gejala sama, bi
asanya laki-laki akan lebih mendominasi dari pada perempuan. Maka lebih baik dibedakan.
d. Kelompok umur hampir sama
Tingkat perkembangan yang sama akan memudahkan interaksi antar pasien.
e. Jumlah efektif 7-10 orang per-kelompok terapi
Terlalu banyak peserta maka tujuan terapi akan sulit tercapai karena akan terlalu ramai da
n kurang perhatian terapis pada pasien. Bila terlalu sedikitpun, terapi akan terasa sepi interaksi da
n tujuanya sulit tercapai.
D. MANFAAT TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK BAGI LANSIA
Manfaat terapi aktivitas kelompok bagi lansia adalah:
1. Agar anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan di hargai eksistensinya oleh anggota kelomp
ok yang lain.
2. Membantu anggota kelompok berhubungan dengan yang lain serta merubah perilaku yang destrku
tif dan maladaptive.
3. Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling mambantu satu sama lain unutk menemukan 
cara menyelesaikan masalah.
E.  JENIS-JENIS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA LANSIA
Jenis-jenis dari terapi aktivitas kelompok pada lansia terdiri dari:
1. Stimulasi Sensori (Musik)
Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para pendengar yang mend
engarkan maupun bagi pemusik yang mengubahnya. Kualitas dari musik yang memiliki andil ter
hadap fungsi-fungsi dalam pengungkapan perhatian terletak pada struktur dan urutan matematis 
yang dimiliki, yang mampu menuju pada ketidak beresan dalam kehidupan seseorang. Peran sert
anya nampak dalam suatu pengalaman musikal, seperti menyanyi, dapat menghasilkan integrasi 
pribadi yang mempersatukan tubuh, pikiran, dan roh.
Musik memberikan pengalaman di dalam struktur
Musik memberikan pengalaman dalam mengorganisasi diri
Musik merupakan kesempatan untuk pertemuan kelompok di mana individu telah mengesampin
gkan kepentingannya demi kepentingan kelompok. 
2. Stimulasi Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah diala
mi. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini ma
ka diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Aktifitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan : seperti baca majalah, 
menonton acara televise, stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi 
klien yang mal adaptif atau destruktif, misalnya kemarahan dan kebencian.
3. Orientasi Realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri, orang lain 
yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, dan lingkungan yang pernah me
mpunyai hubungan dengan klien. Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lal
u, dan rencana ke depan. Aktifitas dapat berupa : orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada 
disekitar dan semua kondisi nyata.
4. Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Sosi
alisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok, dan massa. Aktifitas d
apat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.

F. TAHAPAN DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
1.  Fase pre-kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota, di
mana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelomp
ok, menjelaskan sumber–sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungk
ikan biaya dan keuangan.
2. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau ke
bersamaan.
a. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing–masing, dan leader mulai menunju
kkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
b. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang ber
kuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang aka
n terjadi. 
c. Kebersamaan
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan negatif dikoreksi denga
n hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah dise
pakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh se
suai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
4. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami t
erminasi premature, tidak sukses atau sukses. 
G. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
a. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.
b. Sebagai leader dan co leader
1. Leader 
Tugasnya:
Menyusun rencana pembuatan proposal
Memimpin jalannya therapi aktifitas kelompok
Merencanakan dan mengontrol terapi aktifitas kelompok
Membuka aktifitas kelompok
Memimpin diskusi dan terapi aktifitas kelompok
Leader memperkenalkan diri dan mempersilahkan anggota diskusi lainnya untuk memperkenalkan 
diri
Membacakan tujuan terapi aktivitas kelompok
Membacakan tata tertib
2. Co-leader 

Tugasnya:

Membantu leader mengorganisasi anggota

Apabila terapi aktivitas pasif diambil oleh Co-leader

Menggerakkan anggota kelompok

Membacakan aturan main

c. Sebagai fasilitator
Tugasnya :
Ikut serta dalam kegiatan kelompok untuk aktif jalannya permainan
Memfasilitasi anggota dalam diskusi kelompok
d. Sebagai observer
Tugasnya :
Mengobservasi jalannya terapi aktifitas kelompok mulai dari persiapan, proses dan penutup.
Mencari serta mengarahkan respon klien
Mencatat semua proses yang terjadi
Memberi umpan balik pada kelompok
Melakukan evaluasi pada terapi aktifitas kelompok
Membuat laporan jalannya aktivitas kelompok
Membacakan kontrak waktu
e. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaa
H. CONTOH KEGIATAN
a. Definisi terapi aktivitas kelompok sosial (TAKS)
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sos
ialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
b. Tujuan 
1. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu memperkenalkan diri.
b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok.
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan.
e. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain.
f. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
g. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.
c. Aktivitas dan Indikasi
1. Tujuan
a. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok: 
Menyebutkan jati diri sendiri : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
Menanyakan jati diri anggota kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi. 
2. Setting
Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
3. Alat
a. Tape recorder/laptop
b. Kaset lagu
c. Bola
d. Buku catatan dan pulpen
e. Jadwal kegiatan klien
4. Metode
Dinamika kelompok
5. Langkah-langkah Kegiatan
a. Persiapan
Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1. Salam terapeutik
salam dari terapis
Peserta dan terapis memakai name tag
2. Evaluasi / Validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan apakah pernah  memperkenalkan diri pada orang lain.
3. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan
Menjelaskan aturan main yaitu:
Berkenalan dengan anggota kelompok 
Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus minta izin pada pemimpin TAK.
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
c. Tahap Kerja
1. Hidupkan lagu dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum jam.
2. Pada saat lagu dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola, mendapat giliran untuk berken
alan dengan anggota kelompok yang ada di sebelah kanan dengan cara :
memberi salam
menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
dimulai oleh terapis sebagai contoh
3. Ulangi nomor 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran 
4. Hidupkan lagi lagu dan edarkan bola tenis. Pada saat lagu  dimatikan, minta anggota kelompok ya
ng memegang bola untuk memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah kanannya kepada 
kelompok yaitu nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
5. Ulangi  nomor 4 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran 
6. Berikan pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan
d. Tahap terminasi. 
1. Evaluasi.
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
2. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri kepada orang lain di kehidup
an sehari-hari
Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian klien.
3. Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok 
Menyepakati waktu dan tempat.
6. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi 
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja untu
k menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien se
suai dengan tujuan TAK. Evaluasi kemapuan klien memperkenalkan diri secara verbal dan nonv
erbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut:
KEMANPUAN MEMPERKANALKAN DIRI
A. Kemampuan Verbal

Nama klien
No ASPEK YANG DINILAI

1. Menyebutkan nama lengkap
2. Menyebutkan nama panggil
an
3. Menyebutkan asal
4. Menyebutkan hobi
JUMLAH
B. Kemampuan non verbal

Nama klien
No ASPEK YANG DINILAI

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh 
yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari aw
al sampai akhir
JUMLAH

Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda  jika ditemukan pada klien atau ta
nda X jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu, dan jika nilai 0, 1, atau 2 
klien belum mampu.
BAB IV
PENUTUP

Dari pembahasan di atas disimpulkan bahwa, Terapi Aktifitas Kelompok sangat dibutuhkan 
bagi lansia karena dapat mempertahankan kemampuan stimulasi persepsi lansia, mempertahanka
n kemampuan stimulasi sensori lansia, mempertahankan kemampuan orientasi realitas lansia dan 
mempertahankan kemampuan sosialisasi lansia.
Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok bagi lansia yaitu agar anggota kelompok merasa dimili
ki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain, membantu anggota kelo
mpok berhubungan dengan yang lain, serta merubah perilaku yang destruktif dan mal adaptif dan 
Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling mambantu satu sama lain untuk menemuka
n cara menyelesaikan masalah.
DAFTAR PUSTAKA

http://dwaney.wordpress.com/2011/10/09/tak-lansia/2013/5/8
Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
       Medika
http://khwanul-khair.blogspot.com/.../terapi-aktifitas-kelom/2013/5/8
Mubarak, wahit ikbal. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta:
       Sagung seto

Anda mungkin juga menyukai