PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui terapi apa saja yang dapat diterapkan pada lansia.
1.4 Manfaat
Lansia dapat mengetahui terapi apa saja yang dapat diterapkan pada dirinya.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian
Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang terpadu dengan pendekatan medik – psikososial –
edukasional – vokasional untuk mencapai kemampuan fungsional yang optimal.
Tujuan
a. Mengisi waktu luang bagi lansia
b. Meningkatkan kesehatan lansia
c. Meningkatkan produktifitas lansia
d. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
Jenis Kegiatan :
a. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan
masalah lansia.
i. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan
melihat pemandangan. Misalnya : mengikuti senam lansia, posyandu lansia, bersepeda, rekreasi
ke kebun raya bersama keluarga, mengunjungi saudara, dll.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Menua merupakan proses fisologis dengan berbagai perubahan fungsi organ tubuh dan
bukan suatu penyakit. Adapun gangguan yang menyebabkan penderita harus berbaring lama
sedapat mungkin dihindarkan. Pemberian terapi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
pemulihan kesehatan pada lansia. Seperti pemberian modalilitas alamiah ataupun dengan
menggunakan peralatan khusus biasanya hanya menggurangi keluhan yang bersifat sementara,
akan tetapi latihan-latihan yang bersifat pasif maupun aktif yang bertujuan untuk
mempertahankan kekuatan pada sekelompok otot-otot tertentu agar mobilitas tetap terjaga
sebaiknya dilaksanakan secara berkesinambungan, sehingga pencegahan disabilitas primer
diminimalkan dan disabilitas sekunder bisa dicegah, dan pada akhirnya tidak terjadi handicap.
3.2 Saran
Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan pada lansia
dalam taraf setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan.
Dengan demikian, lansia masih dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Oleh karena itu
perkembangan ilmu dan praktika dalam pembelajaran sangat penting untuk memenuhi kualitas
sumber daya yang dibutuhkan.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1) Martono, Hadi dan Kris Pranarka.2010.Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut).Edisi IV.Jakarta : Balai Penerbit FKUI
2) Mubarak, Wahid Iqbal.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.Jakarta :
Salemba Medika
3) Maryam, R.Siti.2008.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta : Salemba Medika
4) Stockslager, Jaime L.2007.Buku Saku Asuhan Keparawatan Geriatrik.Edisi II.Jakarta : EGC
5) Watson, Roger.2003.Perawatan Pada Lansia.Jakarta : EGC
6) Pudjiastuti, Sri Surini dan Budi Utomo.2003.Fisioterapi Pada Lansia.Jakarta : EGC
TERAPI MODALITAS LANSIA (TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK)
A. PENGERTIAN
Terapi modalitas adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia.
C. TUJUAN
1. Mengisi waktu luang bagi lansia
2. Meningkatkan kesehatan lansia
3. Meningkatkan produktifitas lansia
4. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
D. JENIS KEGIATAN
a. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan mas
alah lansia.
b. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertu
kar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan Leader, Co-
Leader, dan fasilitator. Misalnya : cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
c. Terapi Musik
Bertujuan untuk mengibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan dapat me
ngenang masa lalu. Misalnya : lagu-lagu kroncong, musik dengan gamelan.
d. Terapi Berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang. Misal
nya : penanaman kangkung, bayam, lombok, dan lain-lain
e. Terapi dengan Binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya dengan b
ermain bersama binatang. Misalnya : mempunyai peliharaan kucing, ayam, dan lain-lain.
f. Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan me
mbuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan. Misalnya : membuat kipas, me
mbuat keset, membuat sulak dari tali rafia, membuat bunga dari bahan yang mudah di dapat (pel
epah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dan lain-lain), menjahit dari kain, merajut dari bena
ng, kerja bakti (merapikan kamar, lemari, membersihkan lingkungan sekitar, menjemur kasur, da
n lain-lain).
g. Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat, mengisi Te
ka-Teki Silang (TTS), tebak-tebakan, puzzle, dan lain-lain.
h. Life Review Terapi
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan pengala
man hidupnya. Misalnya : bercerita di masa mudanya.
i. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan mel
ihat pemandangan. Misalnya : mengikuti senam lansia, posyandu lansia, bersepeda, rekreasi ke k
ebun raya bersama keluarga, mengunjungi saudara, dan lain-lain.
j. Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa ny
aman. Seperti mengadakan pengajian, kebaktian, sholat berjama’ah, dan lain-lain.
k. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai un
it penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanaka
n fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi, t
idak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontrib
usi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan d
emikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri, apa masalah yang terjadi d
i keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari
solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi
keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), dan f
ase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya,
isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau
fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola
interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggot
a keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama ini ada.
Terapi keluarga diakhiri difase terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama
ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga
diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Kelompok merupakan individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain saling
ketergantungan dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Sundeen, 1998). Aktivitas kelompo
k adalah kumpulan individu yang mempunyai relasi atau hubungan satu dengan yang lain saling t
erkait dan dapat bersama-sama mengikuti norma yang sama.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan kegiatan yang diberikan kelompok klien d
engan tujuan memberi terapi bagi anggotanya. Dimana berkesempatan untuk meningkatkan kuali
tas hidup dan meningkatkan respon sosial. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi adalah upaya
memfasilitasi sejumlah klien dalam membina hubungan sosial yang bertujuan untuk menolong kl
ien dalam berhubungan dengan orang lain seperti kegiatan mengajukan pertanyaan, berdiskusi, b
ercerita tentang diri sendiri pada kelompok, menyapa teman dalam kelompok. Terapi Aktivitas K
elompok Orientasi Realita (TAK), orientasi realita adalah upaya untuk mengorientasikan keadaa
n nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/tempat, dan waktu.
B. TUJUAN
Tujuan dari terapi aktivitas kelompok :
1. Mengembangkan stimulasi persepsi
2. Mengembangkan stimulasi sensoris
3. Mengembangkan orientasi realitas
4. Mengembangkan sosialisasi
C. PRINSIP-PRINSIP MEMILIH PESERTA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Prinsip memilih pasien untuk terapi aktifitas kelompok adalah homogenitas, yang dijabar
kan antara lain:
a. Gejala sama
Misal terapi aktifitas kelompok khusus untuk pasien depresi, khusus untuk pasien halusin
asi dan lain sebagainya. Setiap terapi aktifitas kelompok memiliki tujuan spesifik bagi anggotany
a, bisa untuk sosialisasi, kerjasama ataupun mengungkapkan isi halusinasi. Setiap tujuan spesifik
tersebut akan dapat dicapai bila pasien memiliki masalah atau gejala yang sama, sehingga merek
a dapat bekerjasama atau berbagi dalam proses terapi.
b. Kategori sama
Dalam artian pasien memiliki nilai skor hampir sama dari hasil kategorisasi. Pasien yang
dapat diikutkan dalam terapi aktifitas kelompok adalah pasien akut skor rendah sampai pasien ta
hap promotion. Bila dalam satu terapi pasien memiliki skor yang hampir sama maka tujuan terap
i akan lebih mudah tercapai.
c. Jenis kelamin sama
Pengalaman terapi aktifitas kelompok yang dilakukan pada pasien dengan gejala sama, bi
asanya laki-laki akan lebih mendominasi dari pada perempuan. Maka lebih baik dibedakan.
d. Kelompok umur hampir sama
Tingkat perkembangan yang sama akan memudahkan interaksi antar pasien.
e. Jumlah efektif 7-10 orang per-kelompok terapi
Terlalu banyak peserta maka tujuan terapi akan sulit tercapai karena akan terlalu ramai da
n kurang perhatian terapis pada pasien. Bila terlalu sedikitpun, terapi akan terasa sepi interaksi da
n tujuanya sulit tercapai.
D. MANFAAT TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK BAGI LANSIA
Manfaat terapi aktivitas kelompok bagi lansia adalah:
1. Agar anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan di hargai eksistensinya oleh anggota kelomp
ok yang lain.
2. Membantu anggota kelompok berhubungan dengan yang lain serta merubah perilaku yang destrku
tif dan maladaptive.
3. Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling mambantu satu sama lain unutk menemukan
cara menyelesaikan masalah.
E. JENIS-JENIS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA LANSIA
Jenis-jenis dari terapi aktivitas kelompok pada lansia terdiri dari:
1. Stimulasi Sensori (Musik)
Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para pendengar yang mend
engarkan maupun bagi pemusik yang mengubahnya. Kualitas dari musik yang memiliki andil ter
hadap fungsi-fungsi dalam pengungkapan perhatian terletak pada struktur dan urutan matematis
yang dimiliki, yang mampu menuju pada ketidak beresan dalam kehidupan seseorang. Peran sert
anya nampak dalam suatu pengalaman musikal, seperti menyanyi, dapat menghasilkan integrasi
pribadi yang mempersatukan tubuh, pikiran, dan roh.
Musik memberikan pengalaman di dalam struktur
Musik memberikan pengalaman dalam mengorganisasi diri
Musik merupakan kesempatan untuk pertemuan kelompok di mana individu telah mengesampin
gkan kepentingannya demi kepentingan kelompok.
2. Stimulasi Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah diala
mi. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini ma
ka diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Aktifitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan : seperti baca majalah,
menonton acara televise, stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi
klien yang mal adaptif atau destruktif, misalnya kemarahan dan kebencian.
3. Orientasi Realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri, orang lain
yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, dan lingkungan yang pernah me
mpunyai hubungan dengan klien. Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lal
u, dan rencana ke depan. Aktifitas dapat berupa : orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada
disekitar dan semua kondisi nyata.
4. Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Sosi
alisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok, dan massa. Aktifitas d
apat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
F. TAHAPAN DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
1. Fase pre-kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota, di
mana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelomp
ok, menjelaskan sumber–sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungk
ikan biaya dan keuangan.
2. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau ke
bersamaan.
a. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing–masing, dan leader mulai menunju
kkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
b. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang ber
kuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang aka
n terjadi.
c. Kebersamaan
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan negatif dikoreksi denga
n hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah dise
pakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh se
suai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
4. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami t
erminasi premature, tidak sukses atau sukses.
G. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
a. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.
b. Sebagai leader dan co leader
1. Leader
Tugasnya:
Menyusun rencana pembuatan proposal
Memimpin jalannya therapi aktifitas kelompok
Merencanakan dan mengontrol terapi aktifitas kelompok
Membuka aktifitas kelompok
Memimpin diskusi dan terapi aktifitas kelompok
Leader memperkenalkan diri dan mempersilahkan anggota diskusi lainnya untuk memperkenalkan
diri
Membacakan tujuan terapi aktivitas kelompok
Membacakan tata tertib
2. Co-leader
Tugasnya:
Membantu leader mengorganisasi anggota
Apabila terapi aktivitas pasif diambil oleh Co-leader
Menggerakkan anggota kelompok
Membacakan aturan main
c. Sebagai fasilitator
Tugasnya :
Ikut serta dalam kegiatan kelompok untuk aktif jalannya permainan
Memfasilitasi anggota dalam diskusi kelompok
d. Sebagai observer
Tugasnya :
Mengobservasi jalannya terapi aktifitas kelompok mulai dari persiapan, proses dan penutup.
Mencari serta mengarahkan respon klien
Mencatat semua proses yang terjadi
Memberi umpan balik pada kelompok
Melakukan evaluasi pada terapi aktifitas kelompok
Membuat laporan jalannya aktivitas kelompok
Membacakan kontrak waktu
e. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaa
H. CONTOH KEGIATAN
a. Definisi terapi aktivitas kelompok sosial (TAKS)
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sos
ialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
b. Tujuan
1. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu memperkenalkan diri.
b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok.
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan.
e. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain.
f. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
g. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.
c. Aktivitas dan Indikasi
1. Tujuan
a. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok:
Menyebutkan jati diri sendiri : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
Menanyakan jati diri anggota kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
2. Setting
Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
3. Alat
a. Tape recorder/laptop
b. Kaset lagu
c. Bola
d. Buku catatan dan pulpen
e. Jadwal kegiatan klien
4. Metode
Dinamika kelompok
5. Langkah-langkah Kegiatan
a. Persiapan
Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1. Salam terapeutik
salam dari terapis
Peserta dan terapis memakai name tag
2. Evaluasi / Validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan apakah pernah memperkenalkan diri pada orang lain.
3. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan
Menjelaskan aturan main yaitu:
Berkenalan dengan anggota kelompok
Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus minta izin pada pemimpin TAK.
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
c. Tahap Kerja
1. Hidupkan lagu dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum jam.
2. Pada saat lagu dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola, mendapat giliran untuk berken
alan dengan anggota kelompok yang ada di sebelah kanan dengan cara :
memberi salam
menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
dimulai oleh terapis sebagai contoh
3. Ulangi nomor 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
4. Hidupkan lagi lagu dan edarkan bola tenis. Pada saat lagu dimatikan, minta anggota kelompok ya
ng memegang bola untuk memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah kanannya kepada
kelompok yaitu nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
5. Ulangi nomor 4 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
6. Berikan pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan
d. Tahap terminasi.
1. Evaluasi.
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
2. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri kepada orang lain di kehidup
an sehari-hari
Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian klien.
3. Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok
Menyepakati waktu dan tempat.
6. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja untu
k menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien se
suai dengan tujuan TAK. Evaluasi kemapuan klien memperkenalkan diri secara verbal dan nonv
erbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut:
KEMANPUAN MEMPERKANALKAN DIRI
A. Kemampuan Verbal
Nama klien
No ASPEK YANG DINILAI
1. Menyebutkan nama lengkap
2. Menyebutkan nama panggil
an
3. Menyebutkan asal
4. Menyebutkan hobi
JUMLAH
B. Kemampuan non verbal
Nama klien
No ASPEK YANG DINILAI
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh
yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari aw
al sampai akhir
JUMLAH
Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda jika ditemukan pada klien atau ta
nda X jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu, dan jika nilai 0, 1, atau 2
klien belum mampu.
BAB IV
PENUTUP
Dari pembahasan di atas disimpulkan bahwa, Terapi Aktifitas Kelompok sangat dibutuhkan
bagi lansia karena dapat mempertahankan kemampuan stimulasi persepsi lansia, mempertahanka
n kemampuan stimulasi sensori lansia, mempertahankan kemampuan orientasi realitas lansia dan
mempertahankan kemampuan sosialisasi lansia.
Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok bagi lansia yaitu agar anggota kelompok merasa dimili
ki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain, membantu anggota kelo
mpok berhubungan dengan yang lain, serta merubah perilaku yang destruktif dan mal adaptif dan
Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling mambantu satu sama lain untuk menemuka
n cara menyelesaikan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
http://dwaney.wordpress.com/2011/10/09/tak-lansia/2013/5/8
Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika
http://khwanul-khair.blogspot.com/.../terapi-aktifitas-kelom/2013/5/8
Mubarak, wahit ikbal. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta:
Sagung seto
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK LANSIA
DISUSUN OLEH:
A.GIGIH PRAYOGA
AGNES NOVIA NINGRUM
AGUS WAHYUDI
DONATILA DINAR ARIZONA
EKA SRIWAHYUNI
ELIA CONTESA
BAB I
PENDAHULUAN
B. Pelaksanaan
Hari/ tanggal : Rabu, 2 Mei 2012
Waktu : 09.00 WIB s/d selesai
Tempat : Panti Werdha Dharma Bakti Bagian Atas
: fasilitator
:notulen
: observer + dokumentasi
: penyaji + instruktur
: pasien
5. Fasilitator
Mengarahkan dan membantu passien dalam melakukan senam
6. Dokumentasi
Mendokumentasi jalannya kegiatan
1. PENGERTIAN
Menurut Hidayat (2002) senam didefinisikan sebagai suatu latihan tubuh yang dipilih dan
dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis
dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, dan
menanamkan nilai-nilai mental spiritual. Penelitian lain dikemukakan oleh Werner (2000) yang
menyebutkan bahwa senam adalah bentuk latihan tubuh pada lantai dan pada alat yang dirancang
untuk melungkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi serta kontrol
tubuh.
Lansia atau usia tua adalah periode dimana organisme telah mancapai kemasakan dalam ukuran
dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu (Ahmadi, 2009).
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang
diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap
segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh.
Manfaat dari olahraga bagi lanjut usia menurut Nugroho (1999; 157) antara :
a) Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia
b) Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (Adaptasi)
c) Funsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap
bertambahnya tuntutan, misalnya sakit. Sebagai rehabilitas pada lanjut usia terjadi penurunan
masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, toleransi latihan, kapasitas aerobic
dan terjadinya peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat
mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian
menunjukkan bahwa latihan/ olahraga seperti senam lansia dapat mengeliminasi berbagai resiko
penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan (Darmojo
1999; 81).
6. KONTRAINDIKASI
- Klien dengan fraktur ekstremitas bawah atau bawah
- Klien dengan bedrest total
d. Ayunkan kaki kanan kedepan sebanyak 2x kemudian kaki kiri sebanyak 2x
f. Letakkan tangan diperut tangan kanan ayunkan kesamping kanan dan kanan ayunkan ke
kanan. Lakukan secara bersamaan 8 kali. Lakukan 2x
g. Letakkan tangan kanan diperut tangan kiri ayunkan ke samping kiri dan kaki kiri ayunkan ke
kiri. Lakukan secara bersamaan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
h. Letakkan tangan diperut ayunkan kedua tangan kesamping dan kedua kaki kesamping
sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
j. Letakkan tangan di perut ayunkan ke atas bersamaan dengan kaki ayunkan
kesampingsebanyak 8 kali. Lakukan 2x
l. Pada hitungan satu, ujung jari kaki menyentuh tanah pada hitungan ke dua tumit menyentuh
tanah, lakukan pada kaki kiri dan kanan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
m. Tarik nafas, angkat tangan ke atas, hembuskan pelan-pelan dari mulut tangan turunkan.
Lakukan sebanyak 3x
DAFTAR PUSTAKA
http://sembilannam.wordpress.com/2011/04/13/senam-untuk-hipertensi/
http://artikelpenjas.blogspot.com/2011/12/pengertian-senam.html
http://intan.staff.fkip.uns.ac.id/files/2010/05/Olahraga-penyakit-hipertensi-DM.pdf
http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2009/12/senam-lansia.html
f. Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan me
mbuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan. Misalnya : membuat kipas, me
mbuat keset, membuat sulak dari tali rafia, membuat bunga dari bahan yang mudah di dapat (pel
epah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dan lain-lain), menjahit dari kain, merajut dari bena
ng, kerja bakti (merapikan kamar, lemari, membersihkan lingkungan sekitar, menjemur kasur, da
n lain-lain).
g. Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat, mengisi Te
ka-Teki Silang (TTS), tebak-tebakan, puzzle, dan lain-lain.
h. Life Review Terapi
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan pengala
man hidupnya. Misalnya : bercerita di masa mudanya.
i. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan mel
ihat pemandangan. Misalnya : mengikuti senam lansia, posyandu lansia, bersepeda, rekreasi ke k
ebun raya bersama keluarga, mengunjungi saudara, dan lain-lain.
j. Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa ny
aman. Seperti mengadakan pengajian, kebaktian, sholat berjama’ah, dan lain-lain.
k. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai un
it penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanaka
n fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi, t
idak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontrib
usi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan d
emikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri, apa masalah yang terjadi d
i keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari
solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi
keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), dan f
ase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya,
isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau
fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola
interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggot
a keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama ini ada.
Terapi keluarga diakhiri difase terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama
ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga
diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Kelompok merupakan individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain saling
ketergantungan dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Sundeen, 1998). Aktivitas kelompo
k adalah kumpulan individu yang mempunyai relasi atau hubungan satu dengan yang lain saling t
erkait dan dapat bersama-sama mengikuti norma yang sama.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan kegiatan yang diberikan kelompok klien d
engan tujuan memberi terapi bagi anggotanya. Dimana berkesempatan untuk meningkatkan kuali
tas hidup dan meningkatkan respon sosial. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi adalah upaya
memfasilitasi sejumlah klien dalam membina hubungan sosial yang bertujuan untuk menolong kl
ien dalam berhubungan dengan orang lain seperti kegiatan mengajukan pertanyaan, berdiskusi, b
ercerita tentang diri sendiri pada kelompok, menyapa teman dalam kelompok. Terapi Aktivitas K
elompok Orientasi Realita (TAK), orientasi realita adalah upaya untuk mengorientasikan keadaa
n nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/tempat, dan waktu.
B. TUJUAN
Tujuan dari terapi aktivitas kelompok :
1. Mengembangkan stimulasi persepsi
2. Mengembangkan stimulasi sensoris
3. Mengembangkan orientasi realitas
4. Mengembangkan sosialisasi
C. PRINSIP-PRINSIP MEMILIH PESERTA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Prinsip memilih pasien untuk terapi aktifitas kelompok adalah homogenitas, yang dijabar
kan antara lain:
a. Gejala sama
Misal terapi aktifitas kelompok khusus untuk pasien depresi, khusus untuk pasien halusin
asi dan lain sebagainya. Setiap terapi aktifitas kelompok memiliki tujuan spesifik bagi anggotany
a, bisa untuk sosialisasi, kerjasama ataupun mengungkapkan isi halusinasi. Setiap tujuan spesifik
tersebut akan dapat dicapai bila pasien memiliki masalah atau gejala yang sama, sehingga merek
a dapat bekerjasama atau berbagi dalam proses terapi.
b. Kategori sama
Dalam artian pasien memiliki nilai skor hampir sama dari hasil kategorisasi. Pasien yang
dapat diikutkan dalam terapi aktifitas kelompok adalah pasien akut skor rendah sampai pasien ta
hap promotion. Bila dalam satu terapi pasien memiliki skor yang hampir sama maka tujuan terap
i akan lebih mudah tercapai.
c. Jenis kelamin sama
Pengalaman terapi aktifitas kelompok yang dilakukan pada pasien dengan gejala sama, bi
asanya laki-laki akan lebih mendominasi dari pada perempuan. Maka lebih baik dibedakan.
d. Kelompok umur hampir sama
Tingkat perkembangan yang sama akan memudahkan interaksi antar pasien.
e. Jumlah efektif 7-10 orang per-kelompok terapi
Terlalu banyak peserta maka tujuan terapi akan sulit tercapai karena akan terlalu ramai da
n kurang perhatian terapis pada pasien. Bila terlalu sedikitpun, terapi akan terasa sepi interaksi da
n tujuanya sulit tercapai.
D. MANFAAT TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK BAGI LANSIA
Manfaat terapi aktivitas kelompok bagi lansia adalah:
1. Agar anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan di hargai eksistensinya oleh anggota kelomp
ok yang lain.
2. Membantu anggota kelompok berhubungan dengan yang lain serta merubah perilaku yang destrku
tif dan maladaptive.
3. Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling mambantu satu sama lain unutk menemukan
cara menyelesaikan masalah.
E. JENIS-JENIS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA LANSIA
Jenis-jenis dari terapi aktivitas kelompok pada lansia terdiri dari:
1. Stimulasi Sensori (Musik)
Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para pendengar yang mend
engarkan maupun bagi pemusik yang mengubahnya. Kualitas dari musik yang memiliki andil ter
hadap fungsi-fungsi dalam pengungkapan perhatian terletak pada struktur dan urutan matematis
yang dimiliki, yang mampu menuju pada ketidak beresan dalam kehidupan seseorang. Peran sert
anya nampak dalam suatu pengalaman musikal, seperti menyanyi, dapat menghasilkan integrasi
pribadi yang mempersatukan tubuh, pikiran, dan roh.
Musik memberikan pengalaman di dalam struktur
Musik memberikan pengalaman dalam mengorganisasi diri
Musik merupakan kesempatan untuk pertemuan kelompok di mana individu telah mengesampin
gkan kepentingannya demi kepentingan kelompok.
2. Stimulasi Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah diala
mi. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini ma
ka diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Aktifitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan : seperti baca majalah,
menonton acara televise, stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi
klien yang mal adaptif atau destruktif, misalnya kemarahan dan kebencian.
3. Orientasi Realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri sendiri, orang lain
yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, dan lingkungan yang pernah me
mpunyai hubungan dengan klien. Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lal
u, dan rencana ke depan. Aktifitas dapat berupa : orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada
disekitar dan semua kondisi nyata.
4. Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Sosi
alisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok, dan massa. Aktifitas d
apat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
F. TAHAPAN DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
1. Fase pre-kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota, di
mana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelomp
ok, menjelaskan sumber–sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungk
ikan biaya dan keuangan.
2. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau ke
bersamaan.
a. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing–masing, dan leader mulai menunju
kkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
b. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang ber
kuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang aka
n terjadi.
c. Kebersamaan
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan negatif dikoreksi denga
n hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah dise
pakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh se
suai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
4. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami t
erminasi premature, tidak sukses atau sukses.
G. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
a. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.
b. Sebagai leader dan co leader
1. Leader
Tugasnya:
Menyusun rencana pembuatan proposal
Memimpin jalannya therapi aktifitas kelompok
Merencanakan dan mengontrol terapi aktifitas kelompok
Membuka aktifitas kelompok
Memimpin diskusi dan terapi aktifitas kelompok
Leader memperkenalkan diri dan mempersilahkan anggota diskusi lainnya untuk memperkenalkan
diri
Membacakan tujuan terapi aktivitas kelompok
Membacakan tata tertib
2. Co-leader
Tugasnya:
Membantu leader mengorganisasi anggota
Apabila terapi aktivitas pasif diambil oleh Co-leader
Menggerakkan anggota kelompok
Membacakan aturan main
c. Sebagai fasilitator
Tugasnya :
Ikut serta dalam kegiatan kelompok untuk aktif jalannya permainan
Memfasilitasi anggota dalam diskusi kelompok
d. Sebagai observer
Tugasnya :
Mengobservasi jalannya terapi aktifitas kelompok mulai dari persiapan, proses dan penutup.
Mencari serta mengarahkan respon klien
Mencatat semua proses yang terjadi
Memberi umpan balik pada kelompok
Melakukan evaluasi pada terapi aktifitas kelompok
Membuat laporan jalannya aktivitas kelompok
Membacakan kontrak waktu
e. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaa
H. CONTOH KEGIATAN
a. Definisi terapi aktivitas kelompok sosial (TAKS)
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sos
ialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
b. Tujuan
1. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu memperkenalkan diri.
b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok.
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan.
e. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain.
f. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
g. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.
c. Aktivitas dan Indikasi
1. Tujuan
a. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok:
Menyebutkan jati diri sendiri : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
Menanyakan jati diri anggota kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
2. Setting
Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
3. Alat
a. Tape recorder/laptop
b. Kaset lagu
c. Bola
d. Buku catatan dan pulpen
e. Jadwal kegiatan klien
4. Metode
Dinamika kelompok
5. Langkah-langkah Kegiatan
a. Persiapan
Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1. Salam terapeutik
salam dari terapis
Peserta dan terapis memakai name tag
2. Evaluasi / Validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan apakah pernah memperkenalkan diri pada orang lain.
3. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan
Menjelaskan aturan main yaitu:
Berkenalan dengan anggota kelompok
Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus minta izin pada pemimpin TAK.
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
c. Tahap Kerja
1. Hidupkan lagu dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum jam.
2. Pada saat lagu dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola, mendapat giliran untuk berken
alan dengan anggota kelompok yang ada di sebelah kanan dengan cara :
memberi salam
menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
dimulai oleh terapis sebagai contoh
3. Ulangi nomor 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
4. Hidupkan lagi lagu dan edarkan bola tenis. Pada saat lagu dimatikan, minta anggota kelompok ya
ng memegang bola untuk memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah kanannya kepada
kelompok yaitu nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
5. Ulangi nomor 4 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
6. Berikan pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan
d. Tahap terminasi.
1. Evaluasi.
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
2. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri kepada orang lain di kehidup
an sehari-hari
Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian klien.
3. Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok
Menyepakati waktu dan tempat.
6. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja untu
k menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien se
suai dengan tujuan TAK. Evaluasi kemapuan klien memperkenalkan diri secara verbal dan nonv
erbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut:
KEMANPUAN MEMPERKANALKAN DIRI
A. Kemampuan Verbal
Nama klien
No ASPEK YANG DINILAI
1. Menyebutkan nama lengkap
2. Menyebutkan nama panggil
an
3. Menyebutkan asal
4. Menyebutkan hobi
JUMLAH
B. Kemampuan non verbal
Nama klien
No ASPEK YANG DINILAI
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh
yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari aw
al sampai akhir
JUMLAH
Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda jika ditemukan pada klien atau ta
nda X jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu, dan jika nilai 0, 1, atau 2
klien belum mampu.
BAB IV
PENUTUP
Dari pembahasan di atas disimpulkan bahwa, Terapi Aktifitas Kelompok sangat dibutuhkan
bagi lansia karena dapat mempertahankan kemampuan stimulasi persepsi lansia, mempertahanka
n kemampuan stimulasi sensori lansia, mempertahankan kemampuan orientasi realitas lansia dan
mempertahankan kemampuan sosialisasi lansia.
Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok bagi lansia yaitu agar anggota kelompok merasa dimili
ki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain, membantu anggota kelo
mpok berhubungan dengan yang lain, serta merubah perilaku yang destruktif dan mal adaptif dan
Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling mambantu satu sama lain untuk menemuka
n cara menyelesaikan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
http://dwaney.wordpress.com/2011/10/09/tak-lansia/2013/5/8
Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika
http://khwanul-khair.blogspot.com/.../terapi-aktifitas-kelom/2013/5/8
Mubarak, wahit ikbal. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta:
Sagung seto