Anda di halaman 1dari 21

BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sebagian besar orang beranggapan bahwa rehabilitasi merupakan kegiatan
exyramural dari pengobatan pasien mental sehingga selalu diorentasikan pada
pekerjaan dan masalah-masalah social saja,hal tersebut tentunya kurang sesuai
dengan tuntutan dan perkembangan psikiatri modern.Dengan adanya kemajuan
dibidang psiko-farmakai dimana telah ditemukan berbagai jenis obat yang dapat
mempercepat hilangnya/kurang gejala-gejala psikiatrik,maka bentuk pelayanan
rehabilitasi juga harus disesuaikan dengan kemajuan tersebut maka perlu disusun
kegiatan yang diberikan pada para rehabilitan yang sesuai ketika mereka dirawat di
Rumah Sakit Jiwa.Upaya Rehabilitasi pasien mental di Indonesia mulai dirintis
pada tahun 1969 dan berkembang sampai sekarang ini.
Menurut L.E.Hinsie dan RJ.Cambell pengertian rehabilitasi dalam psychiatric
Dictionary adalah segala tindakan fisik, penyesuaian psikososial dan latihan
vokasional sebagai usaha untuk memperoleh fungsi dan penyesuaian diri secara
maksimal dan untuk mempersiapkan pasien secara fisik, mental, dan vokasional
untuk suatu kehidupan penuh sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuan
yang ditunjukkan ke arah mencapai perbaikan fisik sebesar-besarnya, penempatan
vokasional sehingga dapat bekerja dengan kapasitas maksimal, penyesuaian diri
dalam hubungan perseorangan dan sosial secara memuaskan sehingga dapat
berfungsi sebagai warga masyarakat yang berguna.
Menurut penelitian Graff (2007), salah satu cara untuk mengoptimalkan fungsi
kognitif lansiadengan menggunakan terapi okupasi. Terapi Okupasi merupakan
suatu bentuk psikoterapi suportif berupa aktivitas, aktivitas yang membangkitkan
kemandirian secara manual, kreatif dan edukasional untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik dan mental pasien

serta kebermaknaan hidup lansia. Terapi okupasi bertujuan mengembangkan,


memelihara, memulihkan fungsi ataumengupayakan kompensasi/adaptasi untuk
aktifitas sehari-hari, produktivitas dan luang waktu melalui pelatihan, remediasi,
stimulasi dan fasilitasi. Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di Panti
Werdha Damai Ranomuut Manado di dapatkanjumlah lansia yang tinggal di panti
tersebut sebanyak 37 lansia yaitu laki-laki 3 orang dan perempuan 34 orang.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada 6 Lansia yang berada di
Panti Werdha Damai Ranomuut Manado didapatkan 2 lansia yang mengatakan sepi,
tidak ada yang memperhatikan bahkan anak-anak dan keluarga jarang melihatnya
dan 1 lansia lainnya mengatakan dengan keterbatasan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari ia merasa menyusahkan orang-orang yang berada disekelilingnya,
sedangkan 3 lansia lainnya mengatakan tidak ada hal-hal yang berguna lagi yang
dapat lansia lakukan, lansia merasa bahwa kehidupannya hanya beban bagi keluarga
dan tak jarang lansia merasa putus asa.

BAB II
Tinjauan Teori

2.1 Terapi Okupasi


Terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk
melaksanakan suatu tugas tertentu yang telah ditentukan dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat, meningkatkan kemampuan, serta mempermudah belajar
keahlian atau fungsi yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan
lingkungan. Selain itu terapi ini juga dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi,
atau memperbaiki ketidaknormalan (kecacatan), serta memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan. Terapi okupasi lebih dititikberatkan pada pengenalan kemampuan
yang masih ada pada seseorang kemudian memelihara atau meningkatkannya sehingga
mampu mengatasi masalah-masalah yang diharapkan (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
Terapi okupasi menggunakan okupasi (pekerjaan atau kegiatan) sebagai media. Tugas
pekerjaan atau kegiatan yang dipilihkan adalah berdasarkan pemilihan perawat yang
disesuaikan dengan tujuan perawat itu sendiri. Jadi bukan hanya sekedar kegiatan untuk
membuat seseorang sibuk (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
Terapi adalah penyembuhan atau pengobatan, sedangkan Okupasi (occupational) adalah
pe kerjaan, aktivitas, kesibukan, jabatan. Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu
ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang
telah ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada
seseorang dan peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang dan peningkatan
bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri tidak bergantung pada orang lain
(Riyadi dan Purwanto, 2009).

2.2 Tujuan Terapi Okupasi

Tujuan terapi okupasi adalah membentuk seseorang agar mampu mandiri tanpa
bergantung pada pertolongan orang lain (Setyoadi & Kushariyadi, 2011)
Adapun tujuan terapi okupasi menurut (Riyadi dan Purwanto, 2009) adalah:
1. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental.
Menciptakan kondisi tertentu sehingga lansia dapat mengembangkan
kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat
sekitar.
Membantu melepaskan dorongan emosi secara wajar.
Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan kondisinya.
Membantu dalam pengumpulan data untuk menegakkan diagnosa dan terapi.
2. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan gerak, sendi, otot d
an koordinasi gerakan.
3. Mengajarkan kegiatan aktifitas sehari-hari seperti makan, berpakaian, buang air
kecil, buang air besar, dan sebagainya.
4. Membantu lansia menyesuaikan diri dengan tugas rutin di rumah dan memberi
saran penyederhanaan (siplifikasi) ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan seharihari.
5. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan yang
dimiliki.
6. Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba lansia untuk mengetahui
kemampuan mental dan fisik, kebiasaan, kemampuan bersosialisasi, bakat, minat,
dan potensi. Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat digunakan setelah lansia
berada dilingkungan masyarakat.
7. Membantu penderita untuk menerima kenyatan dan menggunakan waktu selama
masa rawat dengan berguna.
8. Menciptakan suatu kondisitertentu sehingga pasien dapat mengembangkan
kemampuannya

untuk

dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat

sekitarnya.
9. Membantu dalam melampiaskan gerakan-gerakan emosi secara wajar dan produktif.
10. Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan

keadaannya.
11. Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan diagnose dan penetapan terapi
lainnya.

12. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi,

kekuatan otot dan koordinasi gerakan.


13. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, belajar

menggunakan fasilitas umum (telpon, televisi dan lain-lain), baik dengan maupun
tanpa alat bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain.
14. Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin di rumahnya,

dan memberi saran penyederhanaan (siplifikasi) ruangan maupun letak alat-alat


kebutuhan sehari-hari.
15. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan yang
masih ada.
16. Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh pasien sebagai langkah

dalam pre-cocational training. Dari aktivitas ini akan dapat diketahui kemampuan
mental dan fisik, kebiasaan kerja, sosialisasi, minat, potensi dan lain-lainnya dari si
pasien dalam mengarahkannya kepekerjaan yang tepat dalam latihan kerja.
17. Membantu penderita untuk menerima kenyatan dan menggunakan waktu selama

masa rawat dengan berguna.


18. Mengarahkan minat dan hoby agar dapat digunakan setelah kembali ke keluarga.

Program okupasiterapi adalah bagian dari pelayanan medik untuk tujuan rehabilitasi total
seseorang pasien melalui kerja sama dengan petugas lain dirumah sakit. Dalam pelaksanaan
okupasiterapi keliahatannya akan banyak overlapping dengan terapi lainnya, sehingga
dibutuhkan adanya kerjasama yang terkoordinir dan terpadu.
2.3 Peranan okupasi terapi/pekerjaan untuk terapi
Aktivitas dipercayai sebagai jembatan antara batin dan dunia luar. Melalui aktivitas
manusia dihubungkan deengan lingkungan, kemudian mempelajarinya, mencoba
keterampilan atau pengetahuan, mengekspresikan perasaan, memenuhi kebutuhan fisik
maupun emosi, mengembangkan kemampuan, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan
hidup. Potensi tersebutlah yang digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan
okupasiterapi, baik bagi penderita fisik maupun mental. Aktivitas dalam terapi okupasi
digunakan sebagai media baik untuk evaluasi, diagnosis, terapi, maupun rehabilitasi.

Dengan mengamati dan mengevaluasi pasien waktu mengerjakan suatu aktivitas dan
dengan menilai hasil pekerjaan dapat ditentukan arah terapi dan rehabilitasi selanjutnya
dari pasien tersebut. Penting untuk diingat bahwa aktivitas dalam okupasiterapi tidak
untuk menyembuhkan, tetapi hanya sebagai media. Diskusi yang terarah setelah
penyelesaian suatu aktivitas adalah sangat penting karena dalam kesempatan tersebutlah
terapis dapat mengarahkan pasien. Melalui diskusi tersebutlah pasien belajar mengenal
dan mengatasi persoalannya. Melalui aktivitas pasien diharapkan akan berkomunikasi
lebih baik untuk mengekpresikan dirinya.
Melalui aktivitas kemampuan pasien akan dapat diketahui baik oleh terapi maupun oleh
pasien itu sendiri. Dengan menggunakan alat-alat atau bahan-bahan dalam melakukan
suatu aktivitas pasien akan didekatkan dengan kenyataan terutama dalam hal
kemampuan dan kelemahannya. Mengerjakan suatu aktivitas dalam kelompok akan
dapat merangsang terjadinya intraksi diantara anggota yang berguna dalam
meningkatkan sosialisasi, dan menilai kemampuan diri masing-masing dalam hal
keefisiensiannya berhubungan dengan orang lain (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
2.4 Aktivitas
Aktivitas yang digunakan dalam okupasi terapi sangat dipengaruhi oleh konteks terapi
secara keseluruhan, lingkungan, sumber yang tersedia, dan juga oleh kemampuan si
terapis sendiri (pengetahuan, keterampilan, minat dan kreativitasnya).
1. Jenis
Jenis aktivitas dalam okupasiterapi adalah :
a. Latihan gerak badan
b. Olahraga
c. Permainan
d. Kerajinan tangan
e. Kesehatan, kebersihan, dan kerapihan pribadi
f.

Pekerjaan sehari-hari (aktivitas kehidupan sehari-hari)

g. Praktik pre-vokasional

h. Seni (tari, musik, lukis, drama, dan lain-lain)


i.

Rekreasi (tamasya, nonton bioskop/drama, pesta ulang tahun dan lain-lain.

j. Diskusi dengan topik tertentu (berita surat kabar, majalah, televise, radio atau
keadaan lingkungan), dan lain- lain (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
2. Karakteristik aktivitas
Aktivitas dalam terapi okupasi adalah segala macam aktivitas yang dapat
menyibukan seseorang secara produktif yaitu sebagai suatu media untuk belajar
dan berkembang, sekaligus sebagai sumber kepuasaan emosional maupun fisik.
Oleh karena itu setiap aktivitas yang digunakan dalam okupasi terapi harus
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang jelas. Jadi bukan
hanya sekedar menyibukan pasien
b. Mempunyai arti tertentu bagi pasien, artinya dikenal oleh atau ada hubungannya
dengan pasien.
c. Pasien harus mengerti tujuan mengerjakan kegiatan tersebut, dan apa
kegunaannya terhadap upaya penyembuhan penyakitnya.
d. Harus dapat melibatkan pasien secara aktif walaupun minimal.
e. Dapat mencegah lebih beratnya kecacatan atau kondisi pasien, bahkan harus
dapat meningkatkan atau setidak-tidaknya memelihara koondisinya.
f. Harus dapat member dorongan agar si pasien mau berlatih lebih giat sehingga
dapat mandiri.
g. Harus sesuai dengan minat, atau setidaknya tidak dibenci olehnya.
h. Harus dapat dimodifikasi untuk tujuan peningkatan atau penyesuaian dengan
dengan kemampuan pasien (Setyoadi & Kushariyadi, 2011)
3. Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih aktivitas :
a. Apakah bahan yang digunakan merupakan yang mudah dikontrol, ulet, kasar,
kotor, halus dan sebagainya.

b. Apakah aktivitas rumit atau tidak


c. Apakah perlu dipersiapkan sebelum dilaksanakan
d. Cara pemberian instruksi bagaimana
e. Bagaimana kira-kira setelah hasil selesai
f. Apakah perlu pasien membuat keputusan
g. Apakah perlu konsentrasi
h. Interaksi yang mungkin terjadi apakah menguntungkan
i. Apakah diperlukan kemampuan berkomunikasi
j. Berapa lama dapat diselesaikan
k. Apakah dapat dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat disesuaikan
dengan kemampuan dan keterampilan pasien, dan sebagainya.

4. Analisa aktivitas
Untuk dapat mengenal karakteristik maupun potensi atau aktivitas dalam rangka
perencanaan terapi, maka aktivitas tersebut harus dianalisa terlebih dahulu. Hal-hal
yang perlu dianalisa adalah sebagai berikut:
a. Jenis aktivitas

b. Maksud dan tujuan penggunaan aktivitas tersebut (sesuai dengan tujuan


terapin)
c. Bahan yang digunakan:
1) Khusus atau tidak
2) Karakteristik bahan:
a) Mudah ditekuk atau tidak
b) Mudah dikontrol atau tidak
c) Menimbulkan kekotoran atau tidak
d) Licin atau tidak

Rangsangan yang dapat ditimbulkan:


a) Taktil
b) Pendengaran
c) Pembauan
d) Penglihatan
e) Perabaan
f)

Gerakan sendi, dan sebagainya

3) Warna
Macam-macamnya, namanya, dan banyaknya
d. Bagian-bagian aktivitas
1) Banyaknya bagian
2) Rumit atau sederhana
3) Apakah membutuhkan pengulangan
4) Apakah membutuhkan perhitungan matematika
e. Persiapan pelaksanaan:
1) Apakah harus dipersiapkan terlebih dahulu
2) Apakah harus ada contoh atau cukup dengan lisa
3) Apakah bahan telah tersedia atau harus dicari terlebih dahulu

4) Apakah ruangan untuk melaksanakan harus diatur


f. Pelaksanaan
Apakah dalam pelaksanaan tugas ini perlu adanya:
1) Konsentrasi
2) Ketangkasan
3) Rasa social diantara pasien
4) Kemampuan mengatasi masalah
5) Kemampuan bekerja sendiri
6) Toleransi terhadap frustasi
7) Kemampuan mengikuti instruksi

8) Kemampuan membuat keputusan

g. Apakah aktivitas tersebut dapat merangsang timbulnya interaksi diantara mereka


h. Apakah aktivitas tersebut membutuhkan konsentrasi, ketangkasan, inisiatif,

penilaian, ingatan, komprehensi, dan lain-lain.


i. Apakah aktivitas tersebut melibatkan imajinasi, kreativitas, pelampiasan emosi
dan lai-lain.
j. Apakah ada kontra indikasi untuk pasien tertentu. Dalam hal ini harus bertindak
hati- hati, karena dapat berbahaya bagi pasien maupun sekelilingnya (misalnya
untuk pasien dengan paranoid sangat riskan memberikan benda tajam)
k. Yang penting lagi adalah apakah disukai oleh pasien
2.5 Indikasi Terapi Okupasi
Terapi ini digunakan pada beberapa jenis gangguan sebagai berikut:
1. Gangguan konsentrasi
2. Gangguan mototrik (gerak, gangguan koordinasi atau clumsiness)
3. Kesulitan belajar
4. Gangguan sensori (tidak mau dipeluk, takut ketinggian, gangguan keseimbangan)
5. Gangguan tumbuh kembang (terlambat bicara, terlambat berjalan)
6. Gangguan perilaku dan emosi (tantrum atau marah-marah)
7. Gangguan interaksi social (menghindari kontak mata, asyik bermain sendiri)
8. Hiperaktif
9. Keterbelakangan mental
10. Kelumpuhan otak atau keterlambatan perkembangan pada otak (cerebral palsy)
(Riyadi dan Purwanto, 2009)
2.6 Kontra Indikasi Terapi Okupasi
Terapis ini memahami tujuan dari terapi kerja yang akan diberikan. Ada dua
kontraindikasi yang perlu diperhatikan berkaitan dengan tujuan dari terapi, yaitu
kondisi fisik dan kondisi psikologis klien. Kondisi fisik yang perlu diperhatikan antara
lain:
1. Inflamasi
2. Nyeri hebat
3. Baru mengalami patah tulang
4. Kanker tulang atau kerapuhan tulang
5. Kelelahan yang signifikan

10

Kondisi psikologis perlu diperhatikan untuk menjamin tercapainya tujuan selama proses
pelaksanaan terapi okupasi. Kondisi klien yang perlu mendapat prioritas penanganan terapi
okupasi antara lain:
1. Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupan karena kesulitan yang dihadapi
dalam pengintegrasian perkembangan psikososial
2. Kelainan tingkah laku yang terlihat dalam kesulitan berkomunikasi dengan orang
lain
3. Tingkah laku tidak wajar dalam mengekspresikan perasaan atau kebutuhan yang
primitive
4. Ketidakmmapuan menginterpretasikan rangsangan sehingga reaksi terhadap
rangsangan tersebut tidak wajar
5. Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang yang
mengalami kemunduruan
6. Mereka yang lebih mudah mempelajari sesuatu dengan cara mempraktikan daripada
dengan membayangkan
7. Klien dengan cacat tubuh yang mengalami gangguan dalam kepribadiannya
(Padila, 2013)
2.7 Tehnik Terapi Okupasi
Metode
Terapi okupasi dapat dilakukan baik secara individual maupun berkelompok
tergantung dari keadaan klien, tujuan terapi, dan lain-lain.
1. Metode individual dilakukan untuk:
a. Klien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasidan
sekaligus untuk evaluasi
b. Klien yang belum mampu berinteraksi dengan baik dalam suatu kelompok
sehinggan dianggap akan mengganggu kelancaran suatu kelompok bila
dimasukan dalam kelompok tersebut
c. Klien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar perawat dapat
mengevaluasi lebih efektif
2. Metode kelompok dilakukan untuk:
a. Klien lama yang atas dasar seleksi dengan masalah satau dalam melakukan
suatu aktivitas untuk tujuan tertentu bagi beberapa klien sekaligus

11

b. Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara individual maupun kelompok,


perawat harus mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang
menyangkut pelaksanaan kegiatan tersebut
c. Klien dipersiapkan dengan cara memperkenalkan kegiatan dan menjelaskan
tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut
Dengan demikian, klien diharapkan memahami kegiatan dan berusaha untuk
ikut aktif. Jumlah anggota dalam suatu kelomok disesuaikan dengan jenis
aktivitas yang akan dilakukan dan kemampuan perawat dalam mengawasi.
(Setyoadi & Kushariyadi, 2011)
Waktu
Terapi dilakukan 2-3 kali dalam seminggu tergantung dari tujuan terapi, tersedianya
tenaga, dam fasilitas. Setiap sesi (1-2 jam), baik individu maupun kelompok., dibagi
menjadi dua bagian yaitu 30-60 menit untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan dan
60-90 menit untuk diskusi. Diskusi membicarakan mengenai pelaksanaan kegiatan
meliputi kesulitan yang dihadapi dan kesan. Diskusi diarahkan sesuai dengan tujuan
terapi.
Terminasi
Keikutsertaan klien dalam kegiatan terapi okupasi dapat diakhiri apabila klien
dianggap telah mampu mengatasi persoalannya, tidak akan berkembang lagi
meskipun usaha telah dilakukan secara maksimal, atau perlu mengikuti program
lainnya sebelum terapi okupasi (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
2.8 Kerajinan tangan kipas tangan bambu
1. Anyaman
Anyaman merupakan sebuah tradisi yang sifatnya turun temurun, dan juga
merupakan sebuah hobi, atau sebuah kerjaan sampingan, bahkan sampai pekerjaan
pokok untuk menghidupi anak istri. Akan tetapi waktu demi waktu anyaman
semakin meningkat permintaanya di pasaran. Sampai harganya pun lebih mahal di
banding dengan produk bahan bangunan yang termasuk bahan bangunan modern.
Karna pembuatanya secara manual, tahan produknya pun bisa puluhan tahun.
Macam-macam Ayaman

12

1. Anyaman Tunggal
Ayaman tunggal yaitu ayaman yang dibuat secara tungal/satu-satu di
anyamnya. Ayaman ini bisa di gunakan untuk membuat kerajinan:
Saringan
Tampan/Cetakan pembuata Tahu
Cerangka
2. Anyaman bilik
Ayaman bilik yaitu anyaman yang di buat/disilang secara berurutan dengan
melewati/menganyamnya dua-dua. Ayaman ini bisa di gunakan untuk
membuat

Bilik

Nyiru/tampan alat napi beras dan padi

Kombinasi di anyaman kerajinan yang lain.

3. Anyaman terateai
Anyaman teratei yaitu sebuah anyaman yang sangat unik dan indah,
berfungsi untuk membuat bilik bangunan/gubuk dengan harapan hanya
sekedar sebuah seni bangunan.
4. Ayaman Bunga Cengkih
Jenis ayaman ini bisa kita jumpai di beberapa anyaman seperti kipas,
tolok/kecempeh, bakatul/sangku, dll.
2. Macam-macam bambu dan fungsinya
Bambu Tali
Untuk membuat berbagai anyaman, bahan bangunan, bahan membuat tangga,
bahan pembuatan tali/pengikat kayu bakar, pagar, sasak, tiang dll
Bambu Gombong
Bambu gombong merupakan bambu yang termasuk kelas bambu besar dan
panjang ukurannya di banding dengan bambu yang lain, dan ini fungsinya untuk
bangunan, pembuatan pagar rumah merupakan hal yang bagus karna konstruksi
urat bambunya sangat rapih dan gampang di atur, untuk bahan tiang ini juga
sering di pakai karna selain besar, dia juga kokoh dan tahan cuasa. Untuk bahan
keramba ikan, untuk bahan reng genteng atap rumah, dan uniknya walaupun
ukuranya besar tapi enak kalau di makan di jadikan sayur.
Bambu Tamiang

13

Bambu tamiang merupakan bambu yang hidupnya mayoritas tidak di pelihara


dan banyak di jumpai di pinggir-pinggir sungai sepanjang pulau jawa. Biasanya
para petani menggunakannya untuk bangunan, bahan saung sawah, dan
mayoritas kelebihan bambu ini suka si buat bahan Tanggungan/ di Bahasa Sunda
di sebut istlah Rancatan/alat untuk memikul. Dan masayrakat menggunakannya
di jadikan untuk sayuran bagi bambu yang masih kecil kira-kira berukuran
pendek sekitar 10cm-30cm.
Bambu Bareg-beg
Bambu ini merupakan bambu yang panjang ukuran bukunya, kecil, dan
hidupnya sama seperti bambu tamiang di tepi sungai. Fungsi bambu ini karna
ukurannya kecil dan panjang, untuk gantar, untuk senjata sumpit, untuk bahan
tempat jemuran baju kalau di pedesaan, dan para seniman music mereka
memanfaatkan untuk bahan suling dan hiasan yang di buat dari bambu.
Bambu Haur Geulis/ Bambu Teumen
Ini merupakan bambu yang struktur pohonnya kelihatan bagus dan rapih, maka
masyarakat menyebutnya dengan bambu haur geulis, fungsi bambu ini
masyarakat menggunakan untuk bahan pancingan, tangga, gantar, tongkat untuk
anak-anak Pramuka, dan kalau masih kecil masyarakat memanfaatkannya untuk
sayuran.
Bambu Haur Kuning
Jenis bambu ini berbeda dengan bambu yang umumnya, karna selain warnanya
kuning dia juga ada hukum mitosnya, konon bambu ini merupakan sebuah
senjata yang sangat ampuh dan pernah di gunakan dulu oleh para pejuang kita,
dan pada masyarakat sekarang ini sebuah senjata yang di gunakan untuk
menaklukan orang jahat yang menggunakan ilmu Rawa Rontek yaitu sebuah
ilmu yang bisa menyambungkan kembali organ yang di potong, atau ilmu yang
lain dan biasa di gunakan oleh orang-orang jahat, bambu inilah senjata ampuh
yang bisa menaklukan hal tersebut. Di era modernisasi sekarang bambu ini di
jadikan hiasan halaman, atau hiasan sebuah kafe, bahkan hiasan sebuah

14

apartemen sekalipun, memang indah, menarik bentuknya. Di samping ini semua


bambu ini merupakan bambu yang enak di konsumsi, ketika masih kecil.
Bambu Hitam
Bambu macam ini merupaka bambu yang popular dan sering kita jumpai di
berbagai kesenian, hal tersebut tidak aneh karna bambu ini merupakan bambu
yang indah, dan unik, mayoritas di pergunakan untuk bermacam-macam
seniman, bahan bangunan, bahan membuat angklung, calung, anyaman pun
sering kita lihat sebuah kafe dan restoran yang menggunakan bangunan
tradisional anyaman bilik, tiang dll memakai bambu hitam yang di ukir
3

sedemikian rupa.
Alat & Bahan
Bahan-bahan
1. Bambu
2. Kayu
3. Tali rotan
4. Tali dari plastik
Alat
1. Gergaji
2. Golok
3. Pisau Raut
4. Jara/Paku

Langkah Kerja
1. Pengambilan bambu

Pastikan kita memilih bambu yang muda dan tidak terlalu tua

Tidak semua bambu bisa kita pakai untuk membuat anyaman, karna jenis
bambu sangat banyak dan fungsinya pun berbeda-beda, di sini yang kita pilih
untuk anyaman adalah Bambu Tali.

Cari bambu yang ujung dan rantingnya tidak menyatu dengan bambu lain,
karna untuk memudahkan kita nanti menarik pohonnya.

15

Bersihkanlah ranting-ranting yang sekiranya menghalangi langkah kita karna


di kebun bambu biasanya di pakai sarang ular.

Perhatikan buku bambu harus panjang ukuran dagingnya sekitar 40-50 cm, hal
ini

membantu

kita

mempermudah

mengolah

bambu

dan

dalam

menganyamnya nanti.

Sesudah di pastikan bambu pas umur dan panjangnya buat di jadikan kipas
sebelum kita tebang.

Ketika kita menebang harus memperhatikan arah pohonnya dan dari dagu
pohon bambu itulah kita di sarankan memulai pemotongannya, agar bambu
bisa jatuh mengarah kepada arah condongnya. Jangan coba-coba sampai
memotong dari arah pundak/arah atas badan bambu. Karna memang pundak
bambu sepintas enak dan nyaman di potongnya tapi kalau kita potong
pundaknya akan langsung membelah dan mengarah wajah kita, peristiwa ini
sering terjadi karna akan kurangnya ke waspadaan kita, akibatnya wajah kita
yang jadi sasaran bambu. Maka dari itu di sarankan hati-hati dan waspadalah
ketika menebang bambu.

Sesudah pohon bambu jatuh, kita membersihkan rantingnya, sampai ke ujung


yang sekiranya tidak terpakai.

Bagian yang kita ambil untuk membuat anyaman adalah bagian tengahnya,
karna dari bagian itulah yang paling bagus dan cocok untuk membuat
anyaman, tapi kalau kita mengambil bagian pohon bambu yang puhunya kita
pasti kesulitan karna di bagian itu sangat keras dan biasanya pendek ukuran
bukunya.

2. Pengolahan bambu

Bambu yang sudah di tebang kita potong perbuku dengan menggunakan regaji
supaya rapih hasilnya, dan usahakan jangan dengan bukunya kita ambil
dagingnya saja.

16

Setelah di potong kita bersihka hinis/kulit yang bisa melukai kulit kita

Usahakan pengerikan kulit tadi sama rata dan rapih

Setelah beres perngerikan baru kita memulai pembelahan dan pengirisan, kita
sesuaikan saja dengan besar kecilnya bulatan bambu

Setelah pengirisan lalu kita keringkan bisa dengan sinar matahari atau kita bisa
dengan cara di ganggang di atas tumpu

Sesudah kira-kira kering rata kita sebit dengan menggunakan pisau raut/pisau
lain asalkan tajam, dan di usahakan pisaunya tipis tapi keras. Dari sinilah kita
di tuntut harus hati-hati karna banyak yang gagal dan urat bambu biasanya
susah di sebit kalau kita belum biasa

Lalu sebit dengan ukuran tipis agar kipasnya mudah untuk di anyamnya

Kemudian kita lihat apakah masih perlu pengeringan atau tidak, caranya kita
coba raut/bersihkan bulu-bulu pori-pori daging bambu, kalau kelihatan sudah
kering maka kita teruskan saja raut, tapi kalau bulunya masih mengembag dan
susah di bersihkannya itu berarti masih perlu pengeringan.

Dalam perautan/perapihan terakhir ini kita memerlukan sekil yang harus hatihati karna sama seperti pengirisan tadi pasti banyak yag terbuang karna selain
bambu sudah kering, dan tipis maka pasti sering kita terpotongnya,

Dalam proses perauta kita menggunakan tangan atau paha kita.

Gunakan kain di tangan dan paha kita agar tidak terkena irisan/terusuk oleh
pori-pori bamboo.

Bahan anyaman kita ikat agar tidak berantakan

Setelah beres peralatan kita menuju ke anyaman

3. Cara menganyam

Sebaiknya menganyam di lantai yang datar

17

Dekatkan bahan anyaman yang sudah kita ikat rapi

Simpan ikatan itu di samping kita untuk mempermudah pengambilan bahan

Gunakan alas duduk yang tidak terlalu tinggi dengan lantai

Lengkapi dengan music clasik/radio yang mengiringi kita dalam menganyam


agar tidak cepat ngantuk/bosan

Penganyaman kipas ini berbeda dengan menganyam bilik, tolombong, tampan,


atau yang lainnya. Karna caranya di balik agar kedua sisinya kelihatan rapih
dan tidak ada ujung anyamannya

Pertama kali memuai menganyam kita siapkan dua helai irisan bamboo yang
satu bagian dagingnya, nyang satu hinisnya atau lebih baik duanduanya
memakai hinis agar kelihatan hasilnya rapih

Untuk sumbu tengah kita perlu yang panjang

Sumbu yang satunya dibuat zig-zag ukurannya agar nanti ketika kita balikan
cukup untuk ukuran di anyamkan

Kita membuat sudutnya dengan menyilangka dan melipat secara sejajar


dengan bagian yang kita buat untuk sumbu tengah dengan cara menambah
bahan anyaman

Cara menganyam ini tidak lepas dengan hitungan satu tiga satu sampai
seterusnya, dan yang ke sampingnya jangan salah jumlah anyamannya dua.

Lakukan itu dengan berulang-ulang sampai hasilnya menjadi segitiga, dan


sampai kira-kira kita sudah pas untuk membalikan anyaman itu

Perhatikan pas kita mau membalikan anyaman jangan salah dan jangan lupa
akhir penganyaman kita akhiri dengan kitungan satu, agar rapih hasilnya,
berbeda dengan kita letakan dengan tiga, hasilnya akan terlihat tidak rapih

Lalu kita saatnya membalikan anyaman kita dengan cara melipat ujung
terakhir yang kita anyamkan, dan menganyanya kembali ke bagian tengahnya
sampai ujung

18

Lakukan selanjutnya dengan cara yang sama, sampai pada akhirnya akan jadi
dan siap untuk diproses selanjutnya

4. Pengikatan/pemasangan tali pada kayu dan anyaman kipas


Pertama rapihkan dulu anyaman yang sebelah atas kipas, dengan cara di
potong dengan rapi, supaya rapi kita memerlukan alat golok, kayu bertali,

kayu yang persegi, untuk memotong secara lurus dan menjepitnya.


Setelah rapi baru masukan hasil anyaman ke kayu bahan gagangan itu, dan
yang sudah di belah secara rapi tadi. Di sisi memerlukan paku yang diberi

gagang fungsinya untuk membuat lubang tali pada anyaman.


Setelah itu ikat dulu untuk ikatan sementara dengan mengguakan tali bambu,
agar ketika mengikat dengan tali rotan/plastik kayu dan anyaman tidak
terpisah/acak-acakan. Dalam proses pengikatan/tali berbeda dengan mengikat
benda lain disini, talinya selain harus panjang,

juga dalam penalian

disarankan tidak memutuskan tali, karna agar kokoh, tidak mudah lepas dan

rapi hasilnya.
Kipas tangan bambu siap untuk dipakai atau dipasarkan

19

BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Salah satu cara untuk mengoptimalkan fungsi kognitif lansiadengan
menggunakan terapi okupasi. Terapi Okupasi merupakan suatu bentuk
psikoterapi

suportif

berupa

aktivitas,

aktivitas

yang

membangkitkan

kemandirian secara manual, kreatif dan edukasional untuk menyesuaikan diri


dengan lingkungan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik dan mental pasien
serta kebermaknaan hidup lansia. Terapi okupasi bertujuan mengembangkan,
memelihara, memulihkan

fungsi atau mengupayakan kompensasi/adaptasi

untuk aktifitas sehari-hari, produktivitas dan luang waktu melalui pelatihan,


remediasi, stimulasi dan fasilitasi. Dengan melakukan terapi modalitas berupa
terapi okupasi kerajinan tangan pada lansia dapat membuat lansia lebih
produktif lagi, mengangkat harga dirinya dan rasa percaya diri pada diri lansia.
Membuat kipas tangan bamboo merupakan kegiatan yang cocok untuk
digandrungi oleh para lansia, lansia bias menghasilkan barang hasil produksinya
dan mampunyai nilai jual sehingga hal ini bisa meningkatkan produktifitas
lansia, dan membuat lansia menjadi berguna dalam lingkungan masyarakat.

20

DAFTAR PUSTAKA
Setyoadi & Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik.
Jakarta: Salemba Medika
Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Padila. 2013. Keperawatan Gerontik. Yokyakarta: Nuha medika.
Kaharingan, Elviana, dkk. 2015. Pengaruh Penerapan Terapi Okupasi Terhadap
Penurunan Stres Pada Lansia Di Panti Werdha Damai Ranomuut Manado.
<http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/8139>

Idris, Hendra, dkk. 2015. Perbandingan Antara Penerapan Terapi Okupasi Dan Logoterapi
Terhadap Tingkat Stress Lansia Di Panti Werdha Damai Perkamil Kecamatan
Ranomuut Manado Dan Panti Werdha Senja Cerah Paniki Kecamatan Mapanget
Manado.
<http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/8298>

21

Anda mungkin juga menyukai