Anda di halaman 1dari 32

Terapi OKUPASI &

REHABILITASI
By: NAWANG WULANDARI.S.Kep,Ns
TERAPI REHABILITASI
Rehabilitasi sudah dikenal sejak zaman dahulu
yang mempunyai arti secara umum yaitu
pengembalian kemampuan seseorang seperti
semula, baik secara fisik maupun mental.
Upaya rehabilitasi mental di indonesia dirintis
pada tahun 1969 dan berkembang sampai
sekarang.
Terapi rehabilitasi yang dilaksanakan di
RS Jiwa terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1. Terapi persiapan (seleksi, terapi okupasi,
latihan kerja)
2. Terapi penyaluran (bengkel kerja terlindung/
BKT)
3. Terapi pengwasan (day care, after care, home
visit)
Terapi persiapan
1. Seleksi
sebelum diseleksi perlu diadakan case
conference yg dihadiri berbagai disiplin
profesi seperti : psikiater, psikolog, perawat
psikiatri, sosial wolker, okupasi terapis.
Dimana setiap profesi memberikan
pertimbangan hasil evaluasinya yg kemudian
dimusyawarahkan dan disimpulkan untuk
membuat program yg jelas dan terinci untuk
masing-masing rehabilitan.
Dari hasil seleksi tersebut dapat
diketahui :
Apakah pasien mengikuti proses rehabilitasi
secara lengkap
Apakah mengikuti terapi okupasi saja
Apakah mengikuti latihan kerja saja
Apakah belum dapat diberikan aktivitas dalam
unit rehabilitasi sehingga sementara
ditangguhkan dulu karena asih memerlukan
pelayanan medik psikiatrik secara intensif.
Materi yg perlu diberikan dalam seleksi
a. Hasil pemeriksaan medis
b. Hasil pemeriksaan psikologis (kemampuan, bakat,
minat, sifat-sifat kepribadian dan dinamikanya)
c. Hasil perkembangan klien dalam perawatan
d. Hasil evaluasi sosial (riwayat hidup, perkembangan
dari anak sampai dewasa, problema sosial yg
dialami, pengalaman pendidkan, pekerjaan dll)
e. Hasil observasi okupasterapis terhadap
kemungkinan pemberian aktivitas atau pekerjaan
Tahap seleksi dilakukan dua kali, tahap
awal tugas pokok tim adalah :
1. Menentukan apakah calon rehabilitan sudah
dapat diberi aktivitas yg bersifat psikologis,
sosial, edukasional
2. Membuat tujuan jangka pendek (diberikan
aktivitas yang sesuai dengan keadaan saat ini)
3. Membuat tujuan jangka panjang (rehabilitan
disiapkan untuk penyaluran sampai pada
latihan kerja)
Tahap kedua, tugas pokok tim adalah menilai
apakah rehabilitan sudah siap disalurkan
kekeluarga atau masyarakat yang akan
menerima
Sejarah terapi okupasi
Socrates dan Plato (400 SM), adalah ahli-ahli
filsafat yang pertama-tama meyakini adanya
hubungan yang erat antara tubuh dengan jiwa.
Socrates berkata bahwa seseorang harus
membiasakan diri dengan selalu bekerja secara
sadar dan tidak bermalas-malasan. Pekerjaan
sangat bermanfaat bagi perkembangan jiwa
maupun fisik manusia. Kemudian Hypocrates,
seorang tabib di jamannya, juga selalu
menganjurkan pasiennya untuk melakukan latihan
gerak badan sebagai salah satu cara pengobatan
pasiennya.


Pada tahun 1786, Philipi Pinel
memperkenalkan terapi kerja di suatu rumah
sakit jiwa di Paris. Dia mengatakan bahwa
dengan okupasi/pekerjaan pasien gangguan
jiwa dapat dikembangkan ke arah hidup yang
normal dan dapat ditingkatkan minatnya. Juga
sekaligus untuk memelihara dan
mempraktekkan keahlian yang dimilikinya
sebelum sakit sehingga tetap produktif

Pada tahun 1892, Adolf Meyer dari Amerika
melaporkan bahwa penggunaan waktu dengan
baik, yaitu dengan mengerjakan aktivitas yang
berguna ternyata merupakan suatu dasar terapi
pasien neuro-psikiatrik. Meyer adalah seorang
psikiater dan isterinya adalah seorang pekerja
sosial. Keduanya mulai menyusun suatu dasar
yang sistematik tentang penggunaan aktivitas
sebagai program terapi pasien jiwa.



Di Indonesia terapi kerja telah dikenal
sejak tahun 1916 di beberapa RSJ. Pada
mulanya tujuannya adalah untuk mengurangi
biaya eksploitasi rumah sakit dengan
mempekerjakan pasien-pasien. Jadi selain
untuk memperbaiki keadaan fisik dan mental
pasien juga untuk berproduksi. Efek lainnya,
dengan mempekerjakan pasien di suatu area
yang luas akan menghindarkan pasien saling
mengganggu.
Dalam perkembangan selanjutnya terapi kerja di
RSJ menjadi suatu kegiatan yang otomatis diberikan
kepada pasien yang sudah dianggap mampu tanpa
mempertimbangkan pekerjaan apa yang cocok dan
sesuai dalam rangka terapi.
Saat ini terapi okupasi lebih difokuskan pada
manfaatnya bagi proses rehabilitasi dan
peningkatan status kesehatan mental pasien.
Tolok ukur yang dipakai bukan lagi berapa banyak
hasil produksinya tapi berapa banyak partisipasi
pasien dalam mengerjakan aktivitas dan bagaimana
perkembangan hubungannya dengan pasien lain,
dengan terapis, dll.

Defenisi
Menurut World Federation of Occcupational
Therapy, okupasiterapi adalah suatu ilmu dan
seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang
dalam melaksanakan suatu tugas terpilih yang
telah ditentukan dengan maksud
mempermudah belajar fungsi dan keahlian
yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian
diri dengan lingkungan.
Dalam prakteknya okupasiterapi lebih
dititikberatkan pada pengenalan kemampuan
yang masih ada pada seseorang, kemudian
memelihara atau meningkatkannya sehingga
dengan kemampuan tsb dia mampu mengatasi
masalah-masalah yang dihadapinya
Aktivitas dalam okupasiterapi digunakan
sebagai media untuk evaluasi, diagnosis,
terapi, maupun rehabilitasi
Defenisi
Terapi Okupasi adalah salah satu jenis terapi
kesehatan yang merupakan bagian dari
rehabilitasi medis. Penekanan terapi ini adalah
pada sensomotorik dan proses neurologi dengan
cara memanipulasi, memfasilitasi dan
menginhibisi lingkungan, sehingga tercapai
peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan
kemampuan anak.

Terapi Okupasi

Kegiatan terapi okupasi adalah kegiatan yang
menolong individu yang mempunyai
kelainan/kecacatan fisik dan atau mental baik
yang bersifat sementara/menetap dengan
menggunakan aktifitas yang disesuaikan untuk
membantu pemulihan fungsi fisik, mental
ataupun sosial secara optimal dibidang
perawatan diri, produktifitas dan yang bersifat
rekreasi/menyenangkan.

Tujuan
Terapi okupasi bagi pasien gangguan mental, yaitu :
1. Menciptakan kondisi tertentu sehingga pasien dapat
mengembangkan kemampuannya agar dapat
berhubungan dengan orang lain
2. Membantu menyalurkan dorongan emosi secara
wajar dan produktif
3. Menghidupkan memauan dan motivasi pasien
4. Menemukan kemampuan kerja yg sesuai dengan
bakat dan keadaannya
5. Mengumpulkan data guna penentuan diagnosa dan
penetapan terapi lainnya
Proses
Terapi okupasi dirumah sakit jiwa terdiri dari 3 tahap
yaitu :
1. Assesment : seorang terapis memperoleh pengertian
tentang pasien yg berguna untuk membuat
keputusan dan mengkonstruksikan kerangka kerja/
model dari pasien
2. Treatment : formulasi rencana pemberian terapi,
implementasi terapi yg direncanakan, reviuw terapi
yg diberikan dan evaluasi
3. Evaluation : ditentukan apakah pasien dapat
melanjutkan vokasional training atau pulang

Jenis aktivitas terapi okupasi :
1. Aktivitas latihan fisik untuk meningkatkan
kesehatan jiwa
2. Aktivitas dengan pendekatan kognitif
3. Aktivitas yang memacu kreatifitas
4. Training keterampilan
5. Terapi bermain
Semua kegiatan itu dipandu oleh seorang
okupasi terapis yg memiliki tugas sebagai
berikut :
1. Motivator dan sumber reinforces: memberikan
motivasi pada pasien dan meningkatkan motivasi
dengan memberikan penjelasan pada pasien tentang
kondisinya, manfaat aktivitas yg diberikan,
memberikan dukungan dan meyakinkan pasien akan
sukses
2. Guru : terapis memberikan pengalaman re-learning,
mksudnya terapis harus mempunyai pengalaman
tentang keterampilan dan keahlian tertentu dan harus
dapat menciptakan dan menerapkan aktifitas
mengajar pada pasien
3. Model sosial : seorang terapis harus dapat
menampilkan perlaku yg dapat dipelajari oleh
pasien, pasien mengidentifikasi dan meniru
terapisnya melalui role play dimana terapis
mendemonstrasikan tingkah laku yg
diinginkannya (verbal/ non verbal) yang akan
dicontoh pasien
4. Konsultan : terapis menentukan program
perilaku yg dapat menghasilkan respon terbaik
dari pasien, terapis bekerja sama dengan
pasien, keluarga dalam merencanakan rencana
tersebut
Latihan kerja (vocational training)
Latihan kerja adalah suatu kegiatan yang
diberikan pada rehabilitan secara berjenjang
sebagai bekal untuk persiapan pulang dan
kembali ke masyarakat.
Tahapan
Tahap latihan kerja ada tiga yaitu :
1. Tahap percobaan : rehabilitan dicoba
untuk melakukan aktivitas sesuai dgn hasil seleksi
dan jika ada perkembangan tingkah lakunya maka
pekerjaan tersebut dapat dilanjutkan pada tahap
pengarahan
2. Tahap pengarahan : rehabilitan dilatih bekerja dari
yang sederhana sampai yang bersifat lebih
kompleks. Seluruh pekerjaaan memiliki kurikulum,
dari hasil akhir tahap ini adalah rehabilitan mampu
memiliki keterampilan secara komplit atau terbatas
hanya sebagai pelaksana.
3. Tahap penyaluran : rehabilitan diusahakan
meningkat baik secara kualitatif maupun
kuantitatif, lebih mandiri dalam melakukan
pekerjaan yg dipelajari dan diharapkan dapat
menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Selanjutnya rehabilitan disalurkan ke keluarga,
masyarakat, panti karya, panti jompo.
Terapi penyaluran
Bengkel kerja terlindung (BKT)
bengkel kerja terlindung adalah suatu tempat atau
bengkel kerja khusus rehabilitan yang masih perlu
dilindungi dari persaingan ditempat kerja bebas (open
job placement). Bengkel ini bisa merupakan bagian
dari rumah sakit atau merupakan lembaga tersendiri.
Bengkel ini memperkerjakan rehabilitan yg terampil
dan memiliki keterampilan kerja akan tetapi karena
sesuatu hal maka mereka tidak dapat hidup bersaing
dalam masyarakat umum sehingga disebut speltered
(terlindung dari persaingan).
Di indonesia belum ada yg menyelenggarakan
secara resmi sehingga rehabilitan tersebut
harus mampu bersaing dimasyarakat luar dan
mereka cenderung tidak mampu bertahan
sehingga sering terjadi kekambuhan akibat
persaingan yang ketat.
Tahap pengawasan
1. Home visit
home visit adalah mengunjungi tempat tinggal pasien dan
keluarganya untuk mendapatkan berbagai informasi penting
yang diperlukan dalam rangka membantu pasien dalam
proses terapi
tujuan :
mengadakan evaluasi sosial, lingkungan hidup pasien yg
mungkin berpengaruh terhadap sakit atau penyembuhan
pasien, disamping juga memberikan bimbingan pada
keluarga dalam merawat pasien dirumah, selain itu
merupakan modus yg tepat untuk memulihkan hubungan
antara keluarga dan pasien.
Indikasi :
Pasien after care atau day care yg tidak teratur
kehadirannya, pasien kambuh berkali-kali,
pasien rawat inap yg datanya kurang lengkap,
keluarga pasien yg menolak kepulangan
pasien, atau pasien yg dianggap perlu
memperoleh kunjungan sebagai bagian dari
terapi.
2. Day care
adalah pasien yang sudah dipulangkan atau
sudah pernah berobat ke rumah sakit, tetapi
masih memerlukan pada siang hari mengikuti
kegiatan rehabilitasi
3. After care
merupakan perawatan lanjutan bagi rehabilitan
yg dilakukan secara periodik agar tetap dapat
menjaga kesehatannya
Jenis aktivitas dalam okupasiterapi adalah :
Latihan gerak badan
Olahraga
Permainan
Kerajinan tangan
Kesehatan, kebersihan, dan kerapihan pribadi
Pekerjaan sehari-hari (aktivitas kehidupan sehari-hari)
Praktik pre-vokasional
Seni (tari, musik, lukis, drama, dan lain-lain)
Rekreasi (tamasya, nonton bioskop/drama, pesta ulang
tahun dan lain-lain)
Diskusi dengan topik tertentu (berita surat kabar, majalah,
televisi, radio atau keadaan lingkungan).
Dan lain- lain

Anda mungkin juga menyukai