Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan suatu kumpulan
gejala klinis, bukan penyakit, yang bisa ditimbulkan oleh banyak hal. Secara garis
besar nyeri punggung bawah dinyatakan dengan berbagai keluhan seperti nyeri,
pegal atau rasa tidak nyaman pada bagian belakang tubuh batas bawah rongga
dada (vertebra thorakal 12) sampai lipatan gluteal inferior dengan atau tanpa
penjalaran ke tungkai yang dapat disebabkan karena berbagai sebab baik faktor
mekanik mauoun non mekanik.1,2 Nyeri punggung bawah hampir dirasakan 60%85% dari seluruh populasi masyarakat di dunia. Empat puluh persen masyarakat
mengatakan pernah mengalami nyeri punggung bawah dalam 6 bulan terakhir.
Angka kejadian terbanyak yaitu pada kelompok umur 30-50 tahun. 3 Nyeri
punggung bawah menjadi salah satu penyebab tingginya disabilitas dan turunnya
produktivitas kerja.1
Penelitian menyebutkan prevalensi nyeri punggung bawah adalah 84%. 3
Onset nyeri punggung bawah biasanya terjadi pada usia remaja sampai usia 40
tahun. Kebanyakan pasien merasa nyeri ringan sampai sedang dan tidak
mengganggu aktivitasnya, dengan kekambuhan yang bisa terjadi kapan saja
bahkan bertahun-tahun kemudian.3 Sepuluh persen pasien menjadi nyeri kronik
dan menyebabkan disabilitas. Tiga puluh tahun tahun terakhir ini angka kejadian
nyeri punggung bawah semakin meningkat, dengan penyebab terbanyak adalah
adanya masalah pada musculoskeletal.3 Angka kejadian kasus nyeri punggung
bawah di poli IKFR RS Hasan Sadikin Bandung pada bulan September 2012
sampai dengan September 2013 adalah 378 kasus dari 1547 kasus dengan
penyebab terbanyak karena faktor mekanik. Nyeri punggung bawah merupakan
penyebab kedua terbanyak setelah Osteoarthritis dari seluruh pasien yang datang
berobat ke poli IKFR RS Hasan Sadikin.

Masalah muskuloskeletal ini kebanyakan muncul karena posisi postur


yang tidak benar selama beraktivitas, baik dalam posisi berdiri, duduk dan tidur.
Postur yang baik sangat diperlukan untuk mempertahankan Center of Gravity
sehingga otot-otot penopang postur bekerja efektif. Sebaliknya bila terdapat
masalah pada otot-otot penopang postur pun bisa menyebabkan postur menjadi
tidak benar, sehingga Center of Gravity berubah dan akhirnya menyebabkan nyeri
punggung bawah.
Penyebab nyeri punggung bawah sangat beragam, secara garis besar
dibagi menjadi dua yaitu masalah organik (sepeti infeksi, inflamasi) dan masalah
non-organik (seperti fraktur, listhesis, dll). Masalah nyeri punggung bawah
pertama bisa disebabkan oleh masalah yang serius (red flags sebanyak 2%), bila
terjadi pada usia < 18 tahun atau > 55 tahun, riwayat trauma hebat, kanker,
penyalahgunaan obat, penggunaan obat steroid sistemik, pasien dengan infeksi
HIV atau pasien dengan immunocompromised, penurunan berat badan tanpa ada
penyebabnya, deformitas struktural, kesulitan saat miksi, hilangnya tonus
sphincter ani, saddle anesthesia, kelemahan otot yang progresif dan bila timbul
gejala-gejala penyakit rheumatoid. Kedua karena kompresi akar saraf (<10%);
ketiga disebabkan oleh masalah mekanik yang nonspesifik (85%-90%).1,3
Tinjauan kepustakaan ini hanya membahas pada masalah musculoskeletal
saja karena banyaknya kasus-kasus nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh
masalah pada musculoskeletal dan hanya sistem muskuloskeletal yang bisa
dilakukan intervensi. Semoga penanganan kasus-kasus nyeri punggung bawah
menjadi jauh lebih baik sehingga tingginya angka disabilitas bisa ditekan dan
produktivitas akan meningkat. Maka biaya pengobatan yang besar akibat masalah
nyeri punggung bawah yang tidak tertangani dengan baik pun bisa dihindari.

BAB II
ANATOMI, GERAK DAN FUNGSI OTOT PENUNJANG BATANG
TUBUH

2.1 Anatomi Otot Penunjang Batang Tubuh 4,5,6


Batang tubuh berfungsi sebagai penunjang dan penstabil postur, dimana
kedua fungsi tersebut ditunjang oleh adanya kerja dari otot-otot yang menunjang
batang tubuh. Otot tersebut terbagi menjadi beberapa grup berdasarkan fungsi dari
masing-masing kelompok otot tersebut.
2.1.1 Rotatores, Intertransversarii dan Interspinalis
2.1.1.1 Rotatores
Otot terpendek dan terdalam pada grup ini, masing-masing hanya
melewati satu vertebrae. Hanya menghasilkan kekuatan beberapa newton
dan memiliki lengan beban yang kecil sehingga kontribusi otot ini
merotasikan sisi yang berlawanan dan bending hanya minimal. Otot ini
memiliki banyak spindel otot. 4,4-7,3 kali lebih banyak dari otot
multifidus sehingga beberapa penelitian menyebutkan fungsi otot ini
sebagai transducer panjang atau sensor posisi setiap sendi thorakal dan
lumbal. Hasil beberapa penelitian menggunakan EMG ketika terjadi
gerakan rotasi otot ini tidak aktif menghasilkan tenaga putaran tapi lebih
memiliki respon terhadap perubahan posisi terputar.
2.1.1.2 Intertransversarii
Pada area lumbal terdapat tiga tipe dari otot Intertransversarii.
Intertransversarii medial berorigo pada prosesus assesorius dan berinseri di
prosessus

assesorius

yang

berdekatan

dan

prosesus

malilaris.

Intertransversarii lateral dorsal pun berorigo di prosesus assesorius tetapi


insersi yang berbeda yaitu pada prosesus transversus yang berdekatan.
3

Intertransversarii lateral ventral menghubungkan prosesus transversus


yang berdekatan. Meskipun otot ini menempel pada columna vertebra,
hanya intertransversarii medial yang dianggap sebagai otot punggung.
2.1.1.3 Interspinalis
Otot-otot interspinalis ini pendek, terdapat sepasang di samping
ligamen interspinosus dan menghubungkan prosesus spinosus yang
berdekatan pada vertebra lumbal. Terdapat empat pasang interspinalis di
area lumbal.
2.1.2 Otot Ekstensor: Multifidus, Longissimus dan Iliokostalis
2.1.2.1 Multifidus
Multifidus adalah otot terbesar dan paling medial diantara otot-otot
lumbal. Hasil da ri penelitian sebelumnya menyatakan otot ini terdiri dari
serial fasikel yang berulang. Fasikel terpendek dari multifidus adalah
laminal fibers yang berorigo dari ujung kaudal permukaan dorsal dari
setiap lamina vertebra dan berinsersi pada prosesus mamilaris vertebra dua
tingkat diatasnya. Laminar L5 tidak memiliki prosesus asesorius maka
lamina ini berinsersi pada area sakrum tepat di atas foramen sakral dorsal.
Bagian terpentingnya otot multifidus terdiri dari beberapa fasikel
yang menyebar dari prosesus spinosus vertebra lumbal. Fasikel ini
tersusun saling melengkapi dan melekat secara tersebar pada prosesus
mamilaris, krista iliaka dan sakrum.
2.1.2.2 Longissimus
Longissimus dan Iliokostalis merupakan otot-otot erktor spina.
Otot longissimus ini terdari dari dua bagian yaitu bagian torakal dan
bagian lumbal. Otot ini memiliki daya tarikan yang terbesar. Longissimus
bekerja bending lateral bila hanya satu sisi yang berkontraksi dan ekstensi
bila kedua sisinya berkontraksi.

2.1.2.2.1 Longissimus Torakal


Longissimus torakal terdiri dari 11-12 pasang pasikel kecil
yang berorigo pada tulang iga dan prosesus transversus T1 atau T2
sampai T12. Pada setiap levelnya terdapat dua tendon, bagian
medial berorigo di ujung prosesus transversus dan bagian lateral
pada tulang iga. Tiga sampai empat bagian teratas bergabung ke
arah mediocaudal menuju bagian lumbal. Setiap tendonnya berjalan
paralel dan tendon yang tetinggi berada paling medial. Fasikel dari
T2 berinsersi pada prosesus spinosus L3 dan fasikel-fasikel lainnya
yang berada di bawah T2 berinsersi pada prosesus spinosus yang
berada di bawah L3.
2.1.2.2.2 Longissimus Lumbal
Longissimus lumbal tersusun dari lima fasikel, yang
masing-masing berorigo pada psosesus assesorius dan permukaan
dorsal

prosesus

transversus

vertebra

lumbal

medial

yang

berdekatan. Fasikel dari vertebra L5 merupakan yang terpendek


dan terdalam, berinsersi langsung pada posteriorsuperior spina
iliaka bagian medial. Fasikel dari vertebra lumbal L4 berada di sisi
lateral dari L5 melindungi fasikel vertebra L5, begitu pula dengan
fasikel L3,L2 dan L1.
2.2.2.3 Iliokostalis
2.2.2.3.1 Iliokostalis Torakal
Iliokostalis torakal terdiri dari fasikel-fasikel yang berorigo
dari tulang iga bawah ketujuh atau tulang iga kedelapan dan
berinsersi pada ilium dan sakrum. Tendon yang paling medial
menempel pada permukaan dosal sakrum, dan semakin lateral
tendon ini akan berinsersi pada postosuperior spina iliaka .
2.2.2.3.2 Iliokostalis Lumbalis
5

Komponen dari iliokostalis lumbal terdiri dari empat fasikel


yang saling melengkapi. Berorigo dari prosesus transversus
vertebra L1 sampai L4 dan fasia torakolumbal. Fasikel Iliokostalis
lumbalis dari L4 terletakm paling dalam dan berinsersi langsung
pada krista iliaka, lateral dari postosuperior spina iliaka. Fasikel ini
dilapisi oleh fasikel iliokostalis lumbalis dari L3 dan begitu
seterusnya.
2.2.2.4 Latissimus Dorsi
Otot latissimus dorsi termasuk otot ekstensor lumbal dan stabiliser.
Origo otot ini pada prosesus spinosus vertebra thorakal 6-12, vertebra
lumbal 1-5, bagian posterior krista iliaka, fasia torakolumbal dan berinsersi
pada sulkus intertubular tulang humerus. Sehingga memberikan lengan
beban yang besar pada gerakan ekstensi. Kontraksi otot ini aktif saat
menarik dan mengangkat beban.

2.1.3 Otot Abdomen


Otot-otot pada dinding abdomen (eksternal oblik, internal oblik dan
transversus abdominis) terlibat pada gerakan fleksi dimana otot ekstrenal oblik
memiliki kerja tidak langsung terhadap sarung otot rektus yang akan
meningkatkan lengan bebannya. Otot-otot oblik terlibat pada gerakan perputaran
batang tubuh dan stabilisasi lumbal saat terjadi peningkatan aktifitas otot tersebut.
Otot-otot oblik dan otot transversus abdominis membentuk hoop disekeliling
abdomen. Hoop bagian anterior dibentuk oleh fasia abdomen dan bagian posterior
dibentuk oleh fasia lumbodorsal. Hoop ini saat tegang akan membentuk stabilisasi
dari tulang belakang.

Gambar 2.1 Hoop yang dibentuk oleh otot abdomen.


Dikutip dari kepustakaan no. 4

2.1.3.1 Otot Superfisial Abdomen


2.1.3.1.1 Otot rektus abdominis
Otot rectus abdominis adalah otot fleksor batang tubuh yang
kuat, bekerja sama dengan otot anterior batang tubuh lainnya
mengkompresi isi dari abdomen. Otot ini berorigo di pubis dan
berinsersi di prosesus xiphoideus dan tulang kartilago costa kelima,
ke-enam dan

tulang iga ketujuh. Otot ini bekerja untuk

memfleksikan batang tubuh dan mengkompresi abdomen.

2.1.3.1.2 Otot eksternal oblik


Otot eksternal oblik ini berorigo tulang iga bagian lateral kedelapan dan insersi di krista iliaka dan linea alba. Ketika kedua otot
berkontraksi batang tubuh akan bergerak ke arah fleksi dan
mengkompresi isi abdomen. Ketika hanya satu bagian otot saja
yang berkontraksi (unilateral) maka hanya akan timbul gerakan

bending dan rotasi dari batang tubuh ke sisi yang sama. Artinya
otot eksternal oblik kanan akan merotasikan batang tubuh kanan
menuju garis tengah.
2.1.3.2 Otot Dalam Abdomen
2.1.3.2.1 Otot internal oblik
Origo dari otot internal oblik pada ligamen inguinal, krista
iliaka dan fasia thorakolumbal.Otot ini berinsersi di tulang iga kesepuluh, ke-sebelas, ke-duabelas dan aponeurosis abdominal. Bila
otot ini berkontraksi bilateral batang tubuh akan fleksi dan
mengkompresi abdomen. Kontraksi unilateral internal oblik akan
membuat tubuh menjadi bending. Otot ini akan membuat batang
tubuh rotasi ke arah yang berlawanan. Artinya otot internal oblik
kanan akan merotasikan batang tubuh menjauhi garis tengah.

Gambar 2.2 Anatomi Otot Abdomen


Dikutip dari kepustakaan no. 6
2.1.3.2.2 Otot transversus abdominis
Otot ini adalah otot terdalam dari otot abdomen, lebih dalam
dari otot internal oblik. Otot ini dinamakan transversus atau
horizontal. Bekerja sebagai stabilisasi lumbal seperti ikat pinggang
pada rongga abdomen dan pembangkit tekanan intra abdomen.
Membentuk lembaran-lembaran otot dalam punggung. Origo otot
transversus abdominis pada ligamen inguinal, krista iliaka, fasia

torakolumbar dan enam iga terbawah. Berinsersi pada aponeurosis


abdominal dan linea alba. Kerja otot-otot ini mengkompresi
abdomen dan tidak efektif dalam pergerakan batang tubuh.
Meskipun begitu otot transversus abdominis bekerja sama dengan
otot-otot abdominal lainnya untuk mengkompresi dan menunjang
isi dari abdominal saat batuk, bersin, tertawa dan mengedan saat
buang air besar dan saat melahirkan.
2.1.3.3 Fasia torakolumbar
Otot-otot abdominal ini terhubung dengan fasia torakolumbal.
Fasia torakolumbal terdiri atas tiga lapisan yang membungkus otot-otot
pada area lumbal, yang terbagi menjadi tiga kompartemen. Lapisan tipis
anterior adalah fasia quadratus lumbal. Lapisan tengah yang berada di
belakang quadratus lumbal, yang menempel pada ujung prosesus
transversus dan dan secara langsung berhubungan dengan ligamen
intertransversus. Lapisan posterior, yang terbentuk dari aponeurosis otot
latissimus dorsi, berasal dari ujung prosesus spinosus lumbal dan
membungkus bagian belakang otot kemudian menyatu dengan lapisanlapisan lain dari fasia torakolumbar sepanjang sisi lateral dari otot
iliokostalis lumbal. Lapisan posterior ini berperan dalam membantu otot
punggung pada saat gerakan mengangkat, tapi kontribusinya belum bisa
diperhitungkan secara jelas dan hanya dianggap kecil peranannya.
Fasia torakolumbal bekerja sebagai abdominal dan lumbal brace.
Mekanisme bracing abdominal ini dihasilkan dari kontraksi otot-otot
dalam abdominal yang meyebabkan tarikan dari torakolumbal fasia
sehingga membentuk extension force dari spina lumbal

tanpa

meningkatkan shear forces. Kelemahan otot ini meyebabkan tidak


stabilnya pelvis, sehingga lumbal menjadi side bending dan rotasi.

Gambar 2.3 Fasia Torakolumbal


Dikutip dari kepustakaan no. 6
2.1.4 Otot Anterior yang Mempengaruhi Batang Tubuh
2.1.4.1 Otot psoas
Otot psoas adalah otot yang melewati batang tubuh dan panggul.
perlekatan otot psoas langsung pada tulang belakang bagian lumbar
menyebabkan lordosis normal dari lumbal.
Ototnya berorigo di korpus vertebra mulai T12 sampai L5 dan berinsersi
pada trohanter minor femur. Otot ini merupakan otot fleksor sendi panggul
yang kuat. Ketika otot iliacus memfleksikan sendi panggul, panggul akan
bergerak ke anterior (anterior pelvic tilt) dan batang tubuh akan ekstensi
karena adanya kontraksi otot psoas.
2.1.4.2 Otot quadratus lumbal

10

Otot quadratus lumbal merupakan otot dalam yang berorigo di


krista iliaka, berinsersi pada prosesus transversus lumbal dan iga ke-12.
Berdasarkan arsitekturnya yang melekat pada setiap tulang lumbal di
kedua sisinya dan melekat juga pada sangkar iga. Otot ini memiliki lengan
beban lateral yang besar, sehingga otot ini sangat efektif dalam menopang
dan menjaga stabilitasi semua pembebanan tulang belakang.
Quadratus lumborum aktif selama aktifitas fleksi, ekstensi, lateral
bending dan sebagai stabilizer tulang lumbal pada berbagai aktifitas.

Gambar 2.4 Otot-otot Batang Tubuh


Dikutip dari kepustakaan no. 6

2.2 Gerak Otot Penunjang Batang Tubuh


2.2.1 Rotatores, Intertransversarii dan Interspinalis

11

Interspinalis terletak antara prosesus spinosus sehingga bekerja


sinergis

dengan multifidus untuk menghasilkan rotasi posterior pada

setiap segmen.
Posisi Intertransversarii lateral

memiliki keuntungan untuk

melakukan gerak bending lateral pada setiap gerakan segmennya. Panjang


dari prosesus spinosus menyebabkan otot ini bisa bekerja sebagai
pengungkit untuk mengeksekusi gerakan lateral bending dan untuk bekerja
sinergis bersama otot-otot lateral bending lainnya.
Posisi intertransversarii medial letaknya lateral dari aksis bending
lateral dan di bagian belakang aksis rotasi. Otot intertransversarii ini
sangat kecil dan posisinya sangat dekat dengan aksis tubuh. Sehingga
banyak sekali penelitian-penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
fungsi dari otot intertransversarii. Hanya otot-otot yang lebih besar yang
dapat menggerakan vertebra, otot intertransversarii bekerja sebagai
transduser propiosepsi. Karena letaknya yang sangat dengan dengan
kolumna vertebtra, intertransversarii dapat mengontrol gerakan dari
kolumna vertebra dan memberikan umpan balik yang bisa mengontrol
otot-otot sekitarnya.
2.2.2 Multifidus, Longissimus dan Iliokostalis
2.2.2.1 Multifidus
Gambaran dari posterior otot multifidus adalah oblik dan
berorientasi kaudolateral, sehingga garis aksi otot ini terdiri dari 2
vektor yaitu vektor lateral yang besar dan vektor horizontal yang
lebih kecil. Vektor horizontal memberikan kesan multifidus bisa
menarik prosesus transversus menyamping menghasilkan gerakan
rotasi. Gerakan rotasi ini dibatasi oleh sendi faset kontralateral.
Vektor horizontal multifidus ini sangat kecil sehingga otot ini tidak
bisa menarik prosesus transversus. Hasil elektromiografi multifidus

12

tidak selalu aktif dalam gerakan rotasi. Sehingga bisa dikatakan


multifidus bekerja sebagai stabilizer pada gerakan rotasi.
Kerja dari multifidus ini secara prinsip digambarkan oleh
vektor vertikal. Setiap fasikel dari multifidus pada setiap level
idealnya memproduksi rotasi posterior dari vertebra, tetapi gerakan
ini diperoleh secara tidak langsung. Rotasi aktif dari lumbal akan
didapat bila torakal berotasi terlebih dahulu. Rotasi torakal
didapatkan bila otot-otot oblik abdomen berkontraksi, tetapi
kontraksi dari otot oblik abdomen pun untuk gerakan fleksi dari
batang tubuh. Multifidus bekerja berlawanan dengan efek fleksi
yang dihasilkan otot abdomen, sehingga gerakan rotasi pun terjadi.

Gambar 2.5 Garis aksi otot multifidus


Dikutip dari kepustakaan no. 4

Garis aksi dari fasikel-fasikel multifidus ini terletak di


belakang kurva lordosis spina lumbal, sehingga fasikel ini memiliki
efek bowstrings yang akan menjaga kurva lumbal untuk lordosis.

13

2.2.2.2 Longissimus
Setiap fasikel longissimus lumbal memiliki vektor vertikal
dan horizontal. Vektor vertikal yang besar terletak sebelah lateral
aksis lateral bending dan di belakang aksis rotasi yang akan
menghasilkan gerakan rotasi posterior. Tetapi gerakan ini kurang
efektif dibandingakan multifidus.
Vektor horizontal longissimus lumbalis bila berkontraksi
bilateral memiliki kemampuan menggerakan lumbal ke arah
ekstensi. Dimana kekuatan terbesar terdapat pada fasikel terbawah.

Gambar 2.6 Garis Aksi Otot Longissimus


Dikutip dari kepustakaan no. 4

Longissimus torakal dirancang untuk bekerja pada


vertebra torakal dan tulang iga. Tetapi bila otot ini berkontraksi
bilateral, fasikel yang berasal dari T6-7 hingga T12 akan
meningkatkan lordosis kurva lumbal.

14

2.2.2.3. Iliokostalis
Posisi fasikel dari iliokostalis kurang lebih sama dengan
longissimus, hanya letak dari iliokostalis lebih lateral dari
longissimus. Kontraksi unilateral iliokostalis akan menyebabkan
bending lateral dan lebih baik dalam rotasinya daripada otot
longissimus. Lebih efektif sebagai otot rotator dan harus bekerja
simultan dengan otot multifidus untuk melawan kerja fleksi dari
otot abdomen sehingga batang tubuh bisa berotasi.
Fasikel iliokostal torakal tidak menempel langsung pada
vertebra lumbal, tetapi karena insersinya pada krista iliaka maka
otot ini melewati vertebra lumbal. Bila otot ini berkontraksi
bilateral akan memberikan efek bowstrings secara tidak langsung
sehingga bisa meningkatkan lordosis dari kurva lumbal.

Gambar 2.7 Garis Aksi Otot Iliokostal


Dikutip dari kepustakaan no. 4

15

2.3 Kinesiologi Gerak Punggung


Fungsi dari punggung bawah ditentukan oleh aktifitas dari sistem
muskuloskeletal dan neuromuskular, dikenal dengan ritme lumbal pelvis. Saat
berdiri tegak, otot-otot penunjang tulang belakang bekerja hanya untuk
menghasilkan tonus dan sistem spindel tidak aktif. Mekanisme otot-otot ekstensor
mulai aktif ketika seseorang mulai melakukan gerakan fleksi. Sistem spindel aktif
dan mengaktivasi fiber otot ekstrafusal. Fiber ekstrafusal memanjang sepanjang
gerakan fleksi yang dilakukan (kontraksi eksentrik). Fleksi dari tulang belakang
akan menginisiasi kontraksi isometrik

otot-otot pelvis seperti gluteus dan

hamstring. Ligamen dan fasia pun akan aktif saat terjadi pemanjangan pasif. Saat
tulang belakang dalam keadaan fleksi sepenuhnya otot ekstensor menjadi diam,
fasia dan ligamen

memanjang penuh. Gerakan fleksi dibatasi oleh ligamen

longitudinal posterior, sarung dari otot erektor spina, ligamen posterior superior
dan kapsul sendi faset.7

Gambar 2.8 Inisiasi Gerakan Fleksi dari Posisi Tegak


Dikutip dari kepustakaan no. 7

16

Gerakan fleksi tulang belakang aktif dilakukan oleh bagian lumbal dan
pelvis. Sendi-sendi di tulang vertebra lumbal memungkinkan gerakan fleksi
sebanyak 9, sehingga gerakan fleksi maksimal dari sendi vertebra lumbal
sebanyak 45. Saat ini gerakan fleksi dilanjutkan oleh rotasi sendi pelvis ke arah
anterior sehingga gerakan fleksi yang dicapai jauh lebih besar. Otot sekitar pelvis
pun berkontraksi eksentrik.
Gerakan reekstensi pun dipengaruhi oleh ritme lumbal pelvis, diawali
dengan pelvis rotasi ke arah posterior diikuti oleh reekstensi lumbal. Gerak
ekstensi dibatasi oleh sendi faset dan ligamen longitudinal anterior.

Gambar 2.9 Gerakan Reekstensi


Dikutip dari kepustakaan no. 7

17

Abnormalitas kontrol yang dinamis dari otot ekstensor akan menyebabkan


gerakan ritme lumbal pelvis menjadi tidak teratur dan dapat menyebabkan nyeri
punggung bawah. Saat otot hamstring kencang rotasi pelvis akan terbatas dan
menyebabkan pemanjangan yang berlebihan dari otot punggung bawah,
menyebabkan

nyeri.

Otot

punggung

bawah

yang

kencang

pun

akan

mempengaruhi ritme lumbal pelvis. Gerakan fleksi lumbal tidak mencapai 45


menyebabkan peregangan hamstring yang berlebihan dan menimbulkan nyeri.

Gambar 2.10 Abnormalitas Otot Punggung Bawah dan Hamstring


Dikutip dari kepustakaan no.4

2.4 Fungsi Otot Penunjang Batang Tubuh


Tidak ada satu otot yang kerja khusus untuk satu gerakan, tetapi beberapa
otot bisa bekerja untuk beberapa gerakan.
2.3.1 Gerakan Aktif Minor
Pada posisi berdiri tegak otot-otot lumbal tidak aktif atau aktif
secara minimal. Untuk melawan gravitasi hanya memerlukan energi yang
minimal. Bila centre of gravity berubah, misalnya saat melakukan
bending lateral otot ipsilateral bending lateral akan bekerja langsung
melakukan gerakan tersebut dan otot kontralateral dibutuhkan untuk

18

menyeimbangkan dan untuk mengontrol ( kontraksi eksentrik). Otot


kontralateral ini akan berkontraksi lebih kuat untuk menyeimbangkan bila
otot ipsilateral melakukan bending lateral dan mengangkat beban.
2.3.2 Mempertahankan Postur
Kolumna vertebra saat posisi tegak akan stabil karena kerja dari
sendi dan ligamen. Centre of gravity

masih mungkin mengalami

perubahan. Otot punggung bawah akan mengkoreksi perubahan CoG


tersebut.
Saat duduk aktifitas otot punggung bawah sama seperti saat posisi
berdiri, tetapi saat duduk siku bisa istirahat di lutut atau istirahat di atas
meja maka tidak ada aktifitas dari otot lumbal. Ketika duduk bersandar
punggung akan menanggung berat beban dari area torakal sehingga
mengurangi kerja otot-otot penunjang postur.
2.3.3 Gerakan Aktif Mayor
Gerakan fleksi dan ekstensi dari batang tubuh adalah fungsi dari
otot punggung bawah yang penting. Saat melakukan gerakan fleksi batang
tubuh terdapat peningkatan aktifitas otot punggung bawah, tetapi saat
posisi ekstensi yang terjadi adalah gerakan kontraksi eksentrik dari otot
punggung bawah.
Pada titik tertentu gerakan fleksi dari batang tubuh aktifitas otot
punggung bawah akan terhenti dan kolumna vertebra akan tertahan oleh
sendi faset dan tegangan dari ligamen posterior. Fenomena ini disebut
sebagai critical point.
Gerakan mengekstensikan batang tubuh dari posisi fleksi
digolongkan sebagai kerja otot punggung bawah yang tinggi. Kontraksi
otot multifidus, longissimus torakal dan iliokostal torakal akan
meningkatkan lordosis lumbal karena efek bowstring tetapi akan
diimbangi oleh kerja dari otot longissimus lumbal dan otot iliokostalis
19

lumbal yang akan menarik vertebra lumbal ke arah posterior untuk


mencegah lordosis lumbal yang berlebihan.
2.3.4 Mengangkat
Gaya pada batang tubuh yang digunakan saat mengangkat barang
harus proporsional, hal ini tergantung pada berat beban itu sendiri dan
jarak beban dari tubuh. Gaya pada setiap vertebra lumbal dihasilkan dari
massa dari beban yang diangkat dan jarak horizontal dari vertebra, yang
dikenal sebagai momentum. Momentum bisa ditingkatkan dengan
meningkatkan berat beban bisa juga didapat dengan meningkatkan jarak
beban dari tubuh.
Yang diingat mengangkat beban tidak semata-mata hanyan
menggerakan batang tubuh ke posisi ekstensi tetapi mengekstensikan pula
pelvis. Otot-otot tersebut yaitu gluteus maksimus, gluteus medius dan
hamstring. Ketiga otot ini memiliki kemampuan menyeimbangkan
momentum karena beban yang besar dan akibat mengangkat beban yang
besar. Masalah yang sering timbul adalah bagaimanakah menyalurkan
gaya tersebut ke bagian torakal. Tentunya harus melibatkan otot punggung
bawah. Otot punggung bawah tidak bisa secara langsung mentransmisikan
daya tersebut, harus dibantu efek balon dari tekanan intra abdominal dan
ligamen posterior.

20

Gambar 2.11 Teori Balon Abdominal


Dikutip dari kepustakaan no. 4
Teori balon abdominal akan meningkatkan tekanan intraabdominal
yang akan meningkatkan diafragma seperti balon dan akan mensupport
torakal sehingga membantu otot punggung bawah saat mengekstensikan
batang tubuh. Tetapi dengan meningkatnya tekanan intraabdominal,
tekanan sistolik pun akan meningkat.

Gambar 2.12 Sokongan Abdominal-Torakal pada Spina


Dikutip dari kepustakaan no. 4

21

Ligamen
supraspinosus),

posterior
kapsula

(ligamen

sendi

faset

interspinosus
dan

lapisan

dan

ligamen

posterior

fasia

torakolumbal disebut sebagai sistem ligamen posterior. Sistem ini


dikatakan mampu untuk mentransmisikan gaya melalui spina lumbal
melalui dua cara. Pertama yaitu mekanisme pasif dimana saat teregang
ligamen posterior dan kapsul sendi cukup kuat untuk menopang gaya yang
sangat besar. Saat spina lumbal dalam kondisi fleksi, ligamen tegang maka
sendi panggul akan ekstensi dan pelvis rotasi ke posterior dan gaya akan
disalurkan melalui spina lumbal melalui sendi lumbosakrum dan ligamen
posterior sehinga spina torakal

rotasi ke posterior sehingga bisa

mengangkat beban. Kelemahan mekanisme ini adalah, lumbal harus selalu


dalam keadaan fleksi dan ligamen harus selalu tegang.
Mekanisme kedua adalah melalui lapisan posterior dari fasia
torakolumbal. Mekanisme ini bisa menstabilkan fleksi dari spina lumbal
saat mengangkat benda. Terhubungnya prosesus spinosus L4 dan L5
secara langsung

dengan ilium oleh fiber dari lapisan terdalam akan

meyebabkan fasia torakolumbal ini teregang saat fleksi lumbal. Fasia


torakolumbal berhubungan dengan otot transversus abdominis sehingga
berfungsi sebagai efek antifleksi spina lumbal.

22

BAB III
POSTUR DAN KESEIMBANGAN

3.1 Postur 4,7,8


Asal mula posisi tegak pada individu dihubungkan dengan perkembangan
kurva anteroposterior dari bagian-bagian vertebra saat baru lahir hingga dewasa.
Bayi baru lahir hanya memiliki 2 kurva dengan arah kelengkungannya ke
posterior.Kiposis thoraks dan saktal disebut kurva primer vertebra. Saat anak
mulai mengangkat kepala, umur 2-3 bulan, sebagai kompensasi pada daerah
cervical menjadi lordosis. Hal yang sama terjadi saat anak belajar berjalan, umur 1
tahun, lumbal menjadi lordosis. Lordosis cervical dan lumbal disebut kurva
sekunder vertebra.
Kurva-kurva inilah yang memebantu keseimbangan vertical dan tanpa
effort sepanjang columna vertebra. Perubahan pada satu kurva akan mengubah
kurva lain. Misal kurva thoraks yang meningkat saat posisi menunduk
dikompensasi dengan kurva lumbal yang meningkat yang mengambil alih realign
tubuh. Perubahan sududt sacral normal akan mempengaruhi sudut lumbal. Sudut
sacral pada wanita lebih besar sehingga mempunyai kurva lumbal lebih besar
daripada pria.
3.2 Keseimbangan12
Saat berdiri sebagian besar manusia hanya membutuhkan sedikit sekali
kerja otot untuk kestabilan. Otot hanya berkontraksi secara intermitten saat
melangkah.Hal ini tampak pada elektromiografi dimana otot ekstensor punggung
sangat aktif saat melakukan gerakan fleksi sampai ekstremitas mencapai titik
dimana firing otot terhenti kemudian ligament mengambil alih kerja ini.
Postur tegak statis tercapai bila ada yang menjaga keseimbangan tubuh.
Keseimbangan ini tergantung dari netralisasi gaya gravitasi oleh gaya internal
yang berlawanan. Menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah kemampuan

23

untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam


keadaan

statik

atau

dinamik,

serta

menggunakanaktivitas

otot

yang

minimal. Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk


mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) ataupusat gravitasi (center of
gravity) terhadap bidang tumpu (base of support).Keseimbangan melibatkan
berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh sistem
muskuloskleletal danbidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa
tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampuuntuk beraktivitas
secara efektif dan efisien.
3.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan
1. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)
Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat
gravitasi terletak tepat di tengah benda tersebut.Pusat gravitasi
menurut Rene Calliet adalah titik imajiner yang terletak 1 inchi di
depan tulang vertebra Sacral 2. Titik ini merupakaan titik imajiner
yang menunjukkan pusat berat suatu objek, titik utama pada tubuh
yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh
selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang.
Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu :
ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran
bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta
berat badan.
2. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)
Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal
melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi.Hubungan antara garis
gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan
derajat stabilitas tubuh.

24

Menurut Kendall garis gravitasi adalah garis yang melalui


sutura coronaria di posterior, melalui meatus acusticus eksterna,
corpus vertebra cervical dan lumbal, promontorium tulang sakrum,
posterior sendi panggul, anerior sendi lutut dan sedikit di depan
malleolus lateralis.
Menurut Hollinshead garis gravitasi adalah garis berada di
belakang korpus vertebra cervical melalui korpus vertebra dari
cervicothorakal junction, didepan vertebra thorakalis dan dekat
dengan pusat korpus vertebra lumbal 4.
Menurut Calliet garis gravitasi adalah garis yang melalui
prosesus odontoid dan corpus vertebra thorakal 1 dan thorakal 12.
3. Bidang tumpu (Base of Support-BOS)

25

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang


berhubungan dengan permukaan tumpuan.Ketika garis gravitasi
tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang.
Stabilitas

yang baik

terbentuk

dari luasnya

area

bidang

tumpu.Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas.


Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding
berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan
pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi.
3.2.2 Fisiologi Keseimbangan
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan
kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor
lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan
keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah
menyangga tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk
mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu
serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak.
3.2.3 Komponen-komponen pengontrol keseimbangan
3.2.3.1 Sistem informasi sensoris
3.2.3.1.1 Visual
Visual

memegang

peran

penting

dalam

sistem

sensoris.Penglihatan akan membantu agar tetap fokus pada titik


utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor
tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. Dengan
informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi
terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga
memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh.
26

3.2.3.1.2 Sistem vestibular


Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang
berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak
bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga.
Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis,
utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut
dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi
perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Nukleus
vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth,
retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus
vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis,
terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal,
kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot
postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga
membantu

mempertahankan

keseimbangan

tubuh

dengan

mengontrol otot-otot postural.


3.2.3.1.3 Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif
serta persepsi-kognitif. Kesadaran akan posisi berbagai bagian
tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang
dari alat indera dalam dan sekitar sendi. Alat indera tersebut adalah
ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamen.
Impuls dari alat indera ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan
lain dan otot. Impuls dari perifer akan diproses di korteks menjadi
kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.
3.2.3.2 Respon otot-otot postural yang sinergis
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan
jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan

27

keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada


ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat
berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan.
Keseimbangan

pada

tubuh

dalam

berbagai

posisi

hanya

akan

dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi


sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan
aligment tubuh.
Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat
(kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam
melakukan fungsi gerak tertentu.
3.2.3.3 Kekuatan otot (Muscle Strength)
Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas.
Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan
tegangan otot sebagai respon motorik. Kekuatan otot dapat digambarkan
sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal
(eksternal force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot
sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar
kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi.
Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin
besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.
Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar.
Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot
untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara
terus menerus mempengaruhi posisi tubuh.
3.2.3.4 Kemampuan Adaptasi
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan
keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan
karakteristik lingkungan.

28

3.2.3.5 Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)


Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan
gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang
tinggi.

29

BAB IV
NYERI OTOT

4.1 Definisi Nyeri


Nyeri adalah sinyal waspada untuk memproteksi tubuh dari kerusakan
jaringan. Sherrington mendefinisikan nyeri sebagai fisiologi tambahan reflek
proteksi. Tujuan reflek proteksi ini adalah agar jaringan sekitar menarik diri dari
stimulus nyeri. Nyeri merupakan suatu pengalaman subyektif tanpa pengukuran
secara obyektif. 10
4.2 Patofisiologi Nyeri Otot7,10
Dasar dari neurofisiologi nyeri otot adalah peningkatan impuls aktifitas
nosireseptors. Peningkatan impuls ini bisa disebabkan oleh peningkatan substansi
kimia yang dihasilkan akibat penggunaan otot yang berlebihan, salah penggunaan,
atau trauma.
Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat
kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian
ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C
ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik
tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri
setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat.
Nociceptor sangat peka tehadap rangsang kimia (chemical
stimuli). Pada tubuh kita terdapat algesic chemical substance
seperti: Bradykinine, potassium ion, sorotonin, prostaglandin dan
lain-lain.Subtansi P, suatu neuropeptide yang dilepas dan ujungujung saraf tepi nosiseptif tipe C, mengakibatkan peningkatan
mikrosirkulasi local, ekstravasasi plasma. Fenomena ini disebut

30

sebagai

inflamasi

neurogenik

yang

pada

keadaan

lanjut

menghasilkan noxious/chemical stimuli, sehingga menimbulkan


rasa sakit.
Hipertonus otot dapat menyebabkan rasa sakit. Pada
umumnya otot-otot yang terlibat adalah otot-otot postural
sistem. Nosiseptif stimulus diterima oleh serabut-serabut afferent
ke spinal cord, menghasilkan kontraksi beberapa otot akibat
refleks motor spinal. Nosiseptif stimuli ini dapat dijumpai di
beberapa tempat seperti kulit visceral organ, bahkan otot sendiri.
Reflek ini sendiri sebenarnya bermanfaat bagi tubuh kita seperti
withdrawal

reflex

merupakan

mekanisme

survival

dari

meningkatkan

rasa

organisme.
Kontraksi-kontraksi

tersebut

dapat

sakit, melalui nosiseptor di dalam otot dan tendon. Makin sering


dan kuat nosiseptor tersebut terstimulasi, makin meningkatkan
rasa sakit, dengan diperburuk lagi dengan adanya iskemia lokal,
sebagai akibat dari kontraksi otot yang kuat dan terus menerus
atau mikrosirkulasi yang tidak adekuat

31

BAB V
ERGONOMIK

Ergonomik adalah disiplin ilmu yang yang mempelajari interaksi antara


manusia dan elemen lainnya dari sebuah system, meggunakan suatu metode yang
dirancang untuk mengoptimalkan kualitas hidup manusia. Ilmu ini digunakan
untuk memenuhi tujuan kesehatan dan keselamatan produktivitas. Hal ini
berhubungan dengan desain dalam furniture yang aman dan mudah digunakan.
Desain ergonomis yang tepat diperlukan untuk mencegah cedera berulang dan
gangguan muskuloskeletal lainnya , yang dapat berlangsung dari waktu ke waktu
dan dapat menyebabkan cacat jangka panjang.13
Ergonomik harus memperhatikan faktor manusia itu sendiri.

Pengguna,

peralatan dan lingkungan harus benar-benar diperhatikan per individu.


Perhitungkan kemampuan pengguna dan keterbatasannya juga lingkungan dalam
mencari dan memastikan tugas-tugas dan fungsi yang sesuai dengan masingmasing pengguna. Pertimbangkan aktivitas yang akan dilakukan pengguna dan
peralatan yang akan dipergunakan ( ukuran, bentuk) agar tujuan tercapai.
Perhatikan akses tempat kerja, ruangan tidak sempit, berat tidaknya pekerjaan,
penempatan peralatan, kenyamanan postur, sifat pekerjaan yang dilakukan, waktu
istirahat dan pembatasan kerja.4,13
Prinsip ergonomik dapat diterapkan pada pengguna untuk kehidupan seharihari. Dalam posisi statis dan dinamis manusia. Kebanyakan ergonomik
dipergunakan dalam dunia kerja, tetapi aplikasi dalam kehidupan sehari-hari

32

prinsip dari ergonomik ini akan bermanfaat. Dengan memperhatikan hal-hal yang
kecil tetapi akan membawa perubahan yang besar dalam kualitas hidup.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan pada
kehidupan

sehari-hari

dimana

nyeri

punggung

bawah

dapat

dicegah

kekambuhannya dengan ergonomik. Selama posisi tegak, diperlukan bantuan


aktivitas kontraksi otot untuk mempertahankan posisi. Setiap pergeseran titik
berat tubuh terhadap garis gaya gravitasi memerlukan tambahan bantuan kontraksi
otot untuk menyeimbangkan kembali. Keadaan akan lebih komplek apabila
dijumpai adanya asimetrisasi bentuk tubuh seperti pada skoliosis. Posisi tegak
yang berkepanjangan menyebabkan lumbal hiperlordosis. Gunakanlah pijakan
pada sebelah kaki untuk mengurangi lordosis dari lumbal.
Saat posisi duduk pelvis akan berputar ke belakang dan vertebra lumbal
berkurang

kelengkungannya

saat

kita

duduk.

Perubahan

rotasi

pelvis

mempengaruhi posisi vertebra lumbal karena sudut horisontal sakral yang


merupakan tempat bertumpunya vertebra lumbal juga berubah. Perlu modifikasi
dari kursi agar perubahan rotasi pelvis dan sudut horizontal sacral tidak berubah
terlalu jauh.
Lumbar support sebagai sandaran punggung, sebagian berat badan
dialihkan ke sandaran ini sehingga mengurangi beban pada vertebra lumbal
merubah posisi vertebra lumbal kearah lordosis sehingga mengurangi deformasi
vertebra lumbal, posisi sandaran punggung lebih horizontal, maka pengalihan
beban ini akan makin besar, penggunaan sandaran lengan akan menahan berat dari
lengan.
Hindari duduk pada kursi yang terlalu lunak dan terlalu rendah sehingga
sulit untuk berdiri. Hindari kursi yang membuat posisi mudah melorot, membuat
punggung melengkung, tidak memiliki bagian tangan dan tidak memiliki sandaran
kepala.
Meja yang digunakan harus disesuaikan, harus tersedia dari ruangan yang
cukup antara permukaan bawah meja dan lutut, tinggi meja sesuai dengan jarak
raihan dan sesuai dengan tinggi dari sandaran kursi.

33

Gambar 5.1 Contoh Ergonomik, ilmu yang merancang interaksi pengguna dengan
peralatan dan tempat kerja agar sesuai pengguna.
Dikutip dari kepustakaan no. 14
Saat membawa beban bagian tubuh yang mengalami penekanan
yang sangat besar saat membawa barang/beban adalah punggung bawah (lumbal).
Posisi tubuh saat mengangkat beban dengan tungkai yang lurus dan pinggang
yang membungkuk (back lifting) akan menimbulkan penekanan yang lebih besar
pada daerah lumbal dibandingkan dengan posisi lumbal yang hampir tegak dan
memanfaatkan tungkai sebagai gaya pengangkat yang utama (leg lifting).
Prinsip yang paling penting saat membawa beban adalah meminimalkan
jarak antara beban dengan kolumna vertebra lumbal. Mengangkat beban berat
dengan posisi beban yang lebih dekat ke batang tubuh akan lebih kecil risikonya
terhadap lumbal dibandingkan bila jaraknya lebih jauh. Tekuklah lutut bukan
punggung saat mengangkat benda. Membagi beban yang akan diangkat menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil. Tetap menjaga posisi punggung dalam keadaan
tegak saat membawa beban. Gunakan alat bantu untuk mengangkat atau
membawa benda.
Kadang adaptasi dari lingkungan diperlukan. Adaptasi ini disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing pengguna dengan lingkungannya.
BAB VI
PENUTUP

34

Nyeri punggung bawah miogenik terjadi karena reflek


spasme dari otot sebagai withdrawal reflex yang merupakan
mekanisme survival dari organisme. Kontraksi otot tersebut
dapat meningkatkan rasa sakit, melalui nosiseptor di dalam otot
dan

tendon.

Makin

sering

dan

kuat

nosiseptor

tersebut

terstimulasi, makin meningkatkan rasa sakit, dengan diperburuk


lagi dengan adanya iskemia lokal, sebagai akibat dari kontraksi
otot yang kuat dan terus menerus atau mikrosirkulasi yang tidak
adekuat.
Otot sistem postur sering menyebabkan nyeri punggung
bawah. Merupakan hal yang sangat kompleks dan rumit untuk
memahami kerja sistem ini. Memahami ritme lumbal pelvis dan
otot yang bekerja pada sistem itu sangat membantu dalam
mengidentifikasi nyeri punggung bawah. Otot sistem postur
dipengaruhi oleh postur tubuh itu sendiri. Abnormalitas dari
postur menyebabkan otot menjadi hipertonus dan menyebabkan
nyeri. Abnormalitas postur bisa disebabkan oleh banyak hal, dan
otot

sistem

postur

bekerja

untuk

mempertahankan

keseimbangan dari postur itu sendiri.


Salah satu penanganan pada nyeri punggung bawah ini
adalah memperbaiki postur dalam segala hal dan dalam segala
bidang.

Ergonomik

dapat

dilakukan

sebagai

salah

satu

pencegahan cedera berulang pada nyeri punggung bawah.


Penggunaan kinesiologi punggung bawah dalam aktivitas seharihari menjadi prinsip ergonomik dalam hal ini.

35

Anda mungkin juga menyukai