Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) adalah nyeri yang
dirasakan di daerah punggung bawah. Diantara sudut iga paling bawah
sampai sakrum. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat
dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya, nyeri yang berasal dari daerah lain
dirasakan di daerah punggung bawah (referred pain). LBP merupakan jenis
nyeri yang sering dijumpai. Punggung bawah umumnya didefinisikan sebagai
daerah antara bagian bawah tulang rusuk dan lipatan pantat. Beberapa orang
dengan LBP non-spesifik juga mungkin merasa nyeri pada bagian atas kaki
mereka, tapi nyeri punggung bawah biasanya mendominasi 3.

Nyeri punggung bawah dapat menurunkan produktivitas manusia, 50-


80% pekerja di seluruh dunia pernah mengalami nyeri punggung bawah
dimana hampir sepertiga dari usianya pernah mengalami beberapa jenis nyeri
punggung bawah yang merupakan penyakit kedua setelah flu yang dapat
membuat seseorang sering berobat ke dokter sehingga memberi dampak
buruk bagi kondisi sosial-ekonomi dengan berkurangnya hari kerja juga
penurunan produktivitas 4.

Prevalensi penyakit muskuloskeletal berdasarkan diagnosa tenaga


kesehatan di Indonesia 11,9 % dan berdasar diagnosis atau gejala sebesar
24,7%. Sebanyak 11 provinsi mempunyai prevalensi penyakit sendi di atas
persentase nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat,
Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, dan Papua. Untuk prevalensi
penyakit muskuloskeletal di Jawa Tengah sendiri mencapai 18,9% 5.

Prevalensi LBP di Indonesia sebesar 18%. Prevalensi LBP meningkat


sesuai dengan bertambahnya usia dan paling sering terjadi pada usia dekade
tengah dan awal dekade empat. Penyebab LBP sebagian besar (85%) adalah

1
non-spesifik, yaitu akibat kelainan pada jaringan lunak, berupa cedera otot,
ligament, spasme atau keletihan otot. Penyebab lain yang serius adalah
spesifik seperti fraktur bertebra, infeksi dan tumor 4.

Berdasarakan onset, LBP dikategorikan atas akut, subakut dan kronis.


LBP akut terjadi dibawah 6 minggu, LBP subakut apabila nyeri menetap
selama 6-12 minggu awitan, sedangkan LBP kronis bila nyeri dalam satu
serangan menetap lebih dari 12 minggu. Pendapat lain menyatakan LBP
didefinisikan sebagai kronis bila kejadian LBP berlanjut lebih dari 3 bulan,
karena sebagian besar jaringan ikat yang normal akan mengalami
penyembuhan dalam 6-12 minggu, kecuali ketidakstabilan patoanatomik
tersebut berlanjut 4.

Nyeri punggung bawah atau low back pain merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh beberapa faktor risiko.
Faktor risiko terjadinya nyeri punggung bawah antara lain: usia, indeks massa
tubuh, masa kerja, kursi kerja, posisi duduk dan kebiasaan olahraga. Nyeri
punggung bawah diderita oleh usia muda maupun tua namun keadaan
semakin parah pada usia 30-60 tahun ke atas 7.

Mengingat bahwa LBP sebenarnya hanya suatu simptom atau gejala,


maka yang terpenting adalah mencari faktor penyebab agar dapat diberikan
pengobatan yang tepat. Kasus ini melaporkan penderita LBP et causa
Spondilitis serta tindakan fisioterapinya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah,
dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini
terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah
lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah
tungkai dan kaki. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah
kesehatan berupa nyeri akut maupun kronik yang dirasakan di daerah
punggung bawah yang dapat disebabkan oleh inflamasi, degeneratif, kelainan
ginekologi, trauma dan gangguan metabolik 6.

2.2. Anatomi dan Fisiologi

Kolumna vertebralis merupakan poros tulang rangka tubuh yang


memungkinkan tubuh untuk bergerak. Tulang vertebra secara keseluruhan
terdapat 33 segmen, yaitu 7 ruas servikal, 12 ruas thorakal, 5 ruas lumbal, 5
ruas sakral dan 4 ruas koksigeal 1.

Kolumna vertebralis terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari 2 :


a. Segmen anterior, sebagian besar fungsi segmen ini adalah sebagai
penyangga tubuh. Segmen ini meliputi korpus vertebrat dan diskus
intervebralis yang diperkuat oleh ligamentum longitudinale anterior di
bagian depan dan ligamentum longitudinale posterior di bagian
belakang. Mulai dari oksiput, ligament ini menutup seluruh bagian
belakang diskus. Mulai L1 ligament ini menyempit, hingga pada daerah
L5-S1 lebar ligament hanya tinggal separuh asalnya.
b. Segmen posterior, dibentuk oleh arkus, prosesus transverses dan
prosesus spinosus. Satu dengan lainnya dihubungkan oleh sepasang
artikulasi dan diperkuat oleh ligament serta otot. Setiap ruas tulang
belakang terdiri atas korpus di depan dan arkus neuralis di belakang
yang disitu terdapat sepasang pedikel kanan dan kiri, sepasang lamina,

3
dua pedikel, satu prosesus spinosus, serta dua prosesus transversus.
Beberapa ruas tulang belakang mempunyai bentuk khusus, misalnya
tulang servikal pertama yang disebut atlas dan ruas servikal kedua yang
disebut odontoid. Kanalis spinalis terbentuk antara korpus di bagian
depan dan arkus neuralis di bagian belakang.

Gambar 1. Anatomi vertebra

Vertebra lumbalis, mulai dari lumbal 1 (L1) sampai dengan lumbal 5


(L5), mempunyai panjang vertebra yang lebih pendek dari diameter
horizontal, sehingga dapat menanggung beban yang lebih berat 1.

Vertebra lumbalis ini dibentuk berdasarkan 3 bagian fungsional:

- Korpus vertebra : berfungsi untuk menampung beban


- Arkus vertebra : berfungsi untuk melindungi elemen neural
- Prosesus/tonjolan tulang : berfungsi untuk meningkatkan efisiensi dari
gerakan otot (terdiri dari prosesus spinosus dan transversus).

4
Korpus vertebra lumbalis dibedakan dengan korpus vertebra torakalis
dengan tidak adanya faset/ sudut dari tulang iga/ kosta. Antara satu korpus
dengan yang lainnya dihubungkan oleh diskus intervertebralis. Ukurannya
bertambah besar mulai dari L1 sampai L5, yang menunjukkan semakin ke
bawah segmennya, semakin besar beban yang diterima. Dimana vertebra L5
mempunyai korpus terbesar, prosessus spinosus terkecil dan prosessus
transversus paling tebal1.

Tiap arkus vertebra terdiri dari 2 pedikel, 7 prosessus (1 prosessus


spinosus, 4 artikularis dan 2 transversus) dan 2 lamina, yang dihubungkan
oleh sendi-sendi faset/apofiseal dan ligament. Pedikel menghubungkan
arkus dengan korpus bagian posterolateral. Pedikel ini berhubungan dengan
bagian kepala dari korpus vertebra dan berfungsi sebagai pelindung kauda
ekuina yang ada didalamnya. Prosesus artikularis memberikan mekanisme
locking yang menahan tergelincirnya ke depan dan terpilinnya korpus
vertebra. Prosesus spinosus dan transversus (termasuk juga prosesus
mamilaris) menjadi tempat melekatnya otot sekaligus menyusun pengungkit
untuk memperbesar kerja otot-otot tersebut. Lamina berfungsi merambatkan
kekuatan dari prosesus spinosus dan artikularis superior ke pedikel sehingga
ia rentan terhadap trauma seperti fraktur pada pars interartikularis1.

Gambar 2. Vertebra lumbal ke-5, tampak dari atas (A) dan


dari samping (B)

5
Pada kolumna vertebra terdapat 2 jenis persendian, yaitu persendian
antara 2 korpus vertebra (dihubungkan oleh diskus intervertebralis) disebut
amphiarthrodial dan antara 2 arkus vertebra disebut arthrodial/
zygipofiseal/ faset/ apofiseal. Sendi faset ini dibentuk oleh prosesus
artikularis superior dari 1 vertebra dengan prosesus artikularis inferior
vertebra yang di atasnya dan berfungsi untuk mengarahkan gerakan segmen
vertebra.

Pada dasarnya sendi faset bukanlah penanggung beban, kecuali bila


vertebra dalam postur ekstensi (lordosis). Sendi ini memiliki kapsul yang
longgar serta lapisan sinovial.

Gambar 3. Sendi amphiarthrodial dan faset.

Ligamen-ligamen yang penting sebagai penunjang/penyokong pada


kolumna vertebralis meliputi: ligamentum interspinosa, flavum,
longitudinalis anterior dan posterior, kapsularis serta lateralis.

6
Gambar 4. Ligamentum pada tulang belakang
Adapun otot-otot paravertebral lumbal dibentuk oleh:

- Latissimus dorsi: Berada pada lapisan terluar, kontraksinya akan


memberi gaya ekstensi terhadap tulang punggung.
- Erektor spinalis: Terdiri dari kelompok superfisial (illiokostalis dan
longissimus) dan kelompok otot profunda.
- Multifidus, interspinalis dan intertransverii

Gambar 5. Otot-otot paravertebral daerah lumbal

7
2.3. Etiologi 8
a. Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP. Pada
orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan
aktivitas dengan beban yang berat, dapat menderita nyeri pinggang
yang akut.
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat
menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung,
mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan
nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam
jangka waktu tertentu.
Pada LBP yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa
keadaan, seperti:
1) Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa
nyeri pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat
bertambah saat batuk dan saat posisi supine. Pada pemerikasaan,
lassague symptom positif dan pergerakan kaki pada hip joint
terbatas.
2) Perubahan pada sendi Lumba Sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V
dan sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia.
Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra
lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan gerak.
b. Infeksi
Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang
disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri
tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri
berat dan akut, demam serta kelemahan. Artritis rematoid dapat
melibatkan persendian sinovial pada vertebra. Artritis rematoid
merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat mesenkimal.

8
c. Neoplasma atau Tumor
Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas. Tumor
jinak dapat mengenai tulang atau jaringan lunak. Contoh gejala yang
sering dijumpai pada tumor vertebra ialah adanya nyeri yang menetap.
Sifat nyeri lebih hebat dari pada tumor ganas daripada tumor jinak.
Contoh tumor tulang jinak ialah osteoma osteoid, yang menyebabkan
nyeri pinggang terutama waktu malam hari. Tumor ini biasanya sebesar
biji kacang, dapat dijumpai di pedikel atau lamina vertebra.
Hemangioma adalah contoh tumor benigna di kanalis spinal yang dapat
menyebabkan nyeri pinggang. Meningioma adalah tumor intradural dan
ekstramedular yang jinak, namun bila ia tumbuh membesar dapat
mengakibatkan gejala yang besar seperti kelumpuhan.

d. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan


Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan
pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak
hanya pada daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga
disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain. Beberapa jenis
penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh perubahan
jaringan antara lain:
- Osteoartritis (Spondylosis Deformans)
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-ototnya
juga menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya
kekakuan pada otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan
dari ruang antar tulang vetebra yang menyebabkan tulang belakang
menjadi tidak fleksibel seperti saat usia muda. Hal ini dapat
menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke pinggang.
- Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini
ditandai dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan

9
bahu. Rasa nyeri memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang
buruk dan kelelahan.

e. Kongenital
Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang bawah
yang penting.
- Spondilosis lumbal
Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan
discus intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.
- Spondilolisis dan spondilolistesis
Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus
vertebrae (in utero) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus
vertebraenya sendiri. Pada spondilolistesis korpus vertebrae itu
sendiri ( biasanya L5 ) tergeser ke depan. Walaupun kejadian ini
terjadi sewaktu bayi itu masih berada dalam kandungan, namun
(oleh karena timbulnya kelinan-kelainan degeneratif) sesudah
berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan nyeri pinggang.
- Spondilitis
Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang. Ini
merupakan penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui,
terutama mengenai orang muda dan menyebabkan rasa nyeri dan
kekakuan sebagai akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi
dan ankilosing sendi tulang belakang.

f. Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat


Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan
dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan
komplikasinpada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu
varum, coxa valgum dan sebagainya. Kehamilan dan obesitas
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat
pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada

10
tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan
kelemahan otot.

Penyebab LBP juga dapat dibagi menjadi:

• Diskogenik (sindroma spinal radikuler).


• Non-diskogenik
a. Diskogenik
Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus
yang merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam
bentuk suatu protrusio atau prolaps dari nukleus pulposus dan keduanya
dapat menyebabkan kompresi pada radiks. Lokalisasinya paling sering di
daerah lumbal atau servikal dan jarang sekali pada daerah torakal. Nukleus
terdiri dari megamolekul proteoglikan yang dapat menyerap air sampai
sekitar 250% dari beratnya. Sampai dekade ke tiga, gel dari nukleus
pulposus hanya mengandung 90% air, dan akan menyusut terus sampai
dekade ke empat menjadi kira-kira 65%. Nutrisi dari anulus fibrosis bagian
dalam tergantung dari difusi air dan molekul-molekul kecil yang melintasi
tepian vertebra. Hanya bagian luar dari anulus yang menerima suplai darah
dari ruang epidural. Pada trauma yang berulang menyebabkan robekan
serat-serat anulus baik secara melingkar maupun radial. Beberapa robekan
anular dapat menyebabkan pemisahan lempengan, yang menyebabkan
berkurangnya nutrisi dan hidrasi nukleus. Perpaduan robekan secara
melingkar dan radial menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari
anulus lingkaran ke ruang epidural dan menyebabkan iritasi ataupun
kompresi akar saraf.
b. Non-diskogenik
Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada serabut
sensorik saraf perifer, yang membentuk n.iskiadikus dan bisa disebabkan
oleh neoplasma, infeksi, proses toksik atau imunologis, yang mengiritasi
n.iskiadikus dalam perjalanannya dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvik,

11
sendi sakro-iliaka, sendi pelvis sampai sepanjang jalannya n.iskiadikus
(neuritis n. iskiadikus).

2.4. Patofisiologi 8
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis
yang tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset,
berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik
tersebut memungkinkan fleksibelitas sementara disisi lain tetap dapat
memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang
belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertikal
pada saat berlari dan melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan
tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting pada
aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan
struktur pendukung ini. Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk
menyamping menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan posisi
tulang belakang thorakal dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas
dan disertai tarikan dari samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan
facet joint menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebut yang akhirnya
menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang belakang. Obesitas, masalah
postur, masalah struktur, dan perengangan berlebihan pendukung tulang
dapat berakibat nyeri punggung. Diskus intervertebralis akan mengalami
perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus
terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matrik gelatinus. Pada lansia
akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Diskus lumbal
bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling berat dan
perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset akan mengakibatkan
penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang
menyebabkan nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.

12
2.5. Faktor Risiko

a. Faktor Individu (Personal factors)


- Jenis Kelamin
Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot
rangka. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot
wanita lebih rendah daripada pria.
- Kebiasaan Merokok
Boshuizen et al (1993) menemukan hubungan yang signifikan antar
kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk
pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada
rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan.
Selain itu, merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya
kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat
terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang. Dalam sebuah
penelitian Finlandia usia 30-64 tahun, nyeri leher ditemukan secara
signifikan berhubungan dengan merokok saat ini. Satu hipotesis
adalah bahwa nyeri punggung disebabkan oleh batuk dari merokok.
Batuk meningkatkan tekanan perut dan tekanan intradiscal dan
meletakkan beban pada tulang belakang. Mekanisme lainnya yang
diusulkan meliputi nikotin yang masuk melalui aliran darah ke
jaringan dan merokok menyebabkan kandungan mineral tulang
berkurang sehingga menyebabkan microfracture.
- Kebiasaan Olahraga
Aerobic fitness meningkatkan kemampuan kontraksi otot. 80 %
kasus nyeri tulang punggung disebabkan karena buruknya tingkat
kelenturan (tonus) otot atau kurang berolah raga. Otot yang lemah

13
terutama pada daerah perut tidak mampu menyokong punggung
secara maksimal. Tingkat keluhan otot juga dipengaruhi oleh tingkat
kesegaran jasmani.
- Obesitas
Berat badan yang berlebihan (overweight / obesitas) menyebabkan
tonus otot abdomen lemah, sehingga pusat gravitasi seseorang akan
terdorong ke depan dan menyebabkan lordosis lumbalis, akan
bertambah yang kemudian menimbulkan kelelahan pada otot
paravertebrata, hal ini merupakan resiko terjadinya LBP.3

b. Faktor Pekerjaan (Work factors)

Berikut ini faktor-faktor pekerjaan yang bisa menyebabkan terjadinya


cedera pada otot atau jaringan tubuh :

- Postur tubuh

Postur tubuh pada saat melakukan pekerjaan yang menyimpang dari


posisi normal ditambah dengan gerakan berulang akan meningkatkan
risiko terjadinya LBP.

- Repetisi

Pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama, hal ini bisa
terlihat pada dimana frekuensi pekerjaan yang harus dikerjakan tinggi,
sehingga pekerja harus terus menerus bekerja agar dapat
menyesuaikan diri dengan sistem. Kekuatan beban dapat
menyebabkan peregangan otot dan ligamen serta tekanan pada tulang
dan sendi–sendi sehingga terjadi kerusakan mekanik badan vertebrata,
diskus invertebrate, ligamen, dan bagian belakang vertebrata.
Kerusakan karena beban berat secara tiba–tiba atau kelelahan akibat
mengangkat beban berat yang dilakukan secara berulang–ulang.
Mikrotrauma yang berulang dapat menyebabkan degenerasi tulang
punggung daerah lumbal.

- Pekerjaan statis (static exertions)

14
Pekerjaan yang menuntut seseorang tetap pada posisinya, perubahan
posisi dalam bekerja akan menyebabkan pekerjaan terhenti. Pekerjaan
dengan postur yang dinamis, memiliki risiko musculoskeletal disolder
(MSDs) lebih rendah dibandingkan dengan pekerjaan yang
mengharuskan postur statis. Hal ini disebabkan karena postur tubuh
yang statis dapat meningkatkan risiko yang berhubungan dengan
menurunnya sirkulasi darah dan nutrisi pada jaringan otot. Begerak
sangat diperlukan untuk pemberian nutrisi kepada diskus, sehingga
pekerjaan statis dapat mengurangi nutrisi tersebut. Selain itu pekerjaan
statis menyebabkan peregangan otot dan ligament daerah punggung,
hal ini merupakan faktor resiko timbulnya LBP.

- Pekerjaan yang membutuhkan tenaga (forceful exertions) atau beban

Force atau tenaga merupakan jumlah usaha fisik yang dibutuhkan


untuk menyelesaikan tugas atau gerakan. Pekerjaan atau gerakan yang
menggunakan tenaga besar akan memberikan beban mekanik yang
besar terhadap otot, tendon, ligament, dan sendi. Beban yang berat
akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot,
tendon, dan jaringan lainnya.

2.6. Diagnosis 9

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan


neurologis serta pemeriksaan penunjang.

 Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan tahap awal yang dilakukan dengan
wawancara dan dapat membantu menegakkan diagnosis hingga 80%,
anamnesis ini bersifat subjektif. Tujuannya untuk menegakkan
gambaran kesehatan pasien secara umum dan mengetahui riwayat
penyakit pasien.
Anamnesis dapat dilakukan langsung kepada pasien (autoanamnesis)
dan terhadap keluarga atau kerabat terdekat pasien
(hetero/alloanamnesis).

15
Pada anamnesis yang perlu ditanyakan adalah:
a. Identitas pasien : nama, umur, alamat, pekerjaan dll.
b. Anamnesis penyakit : keluhan utama, riwayat penyakit sekarang
(onset, lokasi, frekuensi, kualitas, kuantitas, waktu), riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga (keturunan/penularan),
keluhan tambahan, dan riwayat sosial ekonomi.

 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai keadaan umum, tanda vital,
menilai status mental dan cara berfikir, juga menilai langsung sistem
atau organ yang berkaitan dengan keluhan pasien dengan:
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
 Pemeriksaan Neurologis
Dilakukan pemeriksaan XII nervus cranialis, pemeriksaan motorik
(gerakan, tonus otot, kekuatan, atrofi, refleks fisiologi, dan refleks
patologi), dan tes provokasi (tas laseque, tes patrick).
 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu diagnosa ketika anamnesis
dan pemeriksaan fisiknya belum mendapatkan hasil. Dan juga dapat
dilakukan untuk memastikan diagnosa meskipun anamnesis dan
pemeriksaan fisiknya sudah mencapai titik terang.
Contoh dari pemeriksaan penunjang seperti:
a. Pemeriksaan laboratorium: untuk menilai sel-sel darah, urin, feses.
b. Kultur bakteri: untuk mengetahui bakteri penyebab infeksi dan
untuk menentukan antibiotik serta resistensinya.
c. Radioimaging: seperti CT-Scan, MRI, Rontgen untuk mengetahui
langsung bagian dalam tubuh yang terkait dengan penyakit.

16
2.7. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penanganan LBP terdiri dari:
- Obat-obatan: golongan analgetik (analgetik antipiretik dan analgetik
narkotik), NSAID.
- Program Rehabilitasi Medik

2.8. Tindakan Fisioterapi


1. Terapi Dingin (ice packs)
2. Terapi Panas
Cara Radiasi: infrared dan sinar matahari
Cara Konduktif: air panas, pasir panas, Parafin wax, Heated pad.
Cara Konversi: Short Wave Diathermi (SWD), Micro Wave Diathermi
(MWD), Ultra Sound Diathermi (USD)
3. Traksi
4. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
5. Terapi Laser

2.9. Spondilosis
Bila degenerasi terjadi pada sendi antar ruas-ruas tulang belakang, maka
dapat terjadi penipisan sendi dan ruas tulang merapat satu sama lain,
sehingga tinggi badan bisa berkurang. Selain itu juga jaringan yang terdapat
di dalam sendi antar ruas tersebut bisa menonjol ke luar yang disebut hernia
discus. Bila terjadi seperti ini maka penderita spondylosis akan merasa nyeri
di punggungnya akibat penekanan struktur tersebut ke jaringan sekitarnya.
Proses degenerasi juga dapat menimbulkan penipisan tulang rawan dan
penonjolan tulang yang disebut osteophyte atau biasa disebut pengapuran.
Akibatnya otot dan jaringan penunjang sekitarnya dapat teriritasi oleh
tonjolan tulang tersebut dan penderita akan merasakan nyeri dan kaku.
Gejala klinis Spondilosis dapat ringan sampai berat dan sangat tergantung

17
pada usia penderita. Gejala Spondilosis Punggung Bawah (Lumbar Spine)
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Rasa sakit yang hilang timbul
2. Kaku tulang punggung bagian bawah
3. Rasa sakit yang berkurang dengan istirahat atau setelah berolahraga
4. Mati rasa daerah sekitar pinggang atau punggung bawah
5. Kelemahan pada punggung bawah
6. Sering terjadi kesemutan pada kaki
7. Kesulitan berjalan
8. Masalah usus atau kandung kemih (ini jarang terjadi, tetapi mungkin
terjadi jika sumsum tulang belakang dikompresi)
Gambaran yang mungkin didapatkan pada pemeriksaan Radiologi
adalah sebagai berikut:
1. Penyempitan ruang discus intervertebralis
2. Perubahan kelengkuangan vertebrae dan penekanan saraf
3. Osteofit/Spur formation di anterior ataupun posterior vertebrae
4. Pemadatan Corpus vertebrae
5. Porotik (Lubang) pada tulang
6. Vertebrae tampak seperti bambu (Bamboo Spine)
7. Sendi sacroiliaca tidak tampak atau kabur
8. Celah sendi menghilang

18
BAB III

LAPORAN KASUS

.1. Identitas Pasien

Nama : Tn. MN

Umur : 64 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : APO Bukit Barisan

Pekerjaan : Kepala rumah tangga

Agama : Islam

Suku : Biak

No.RM : 37 76 49

Rujukan : dari Ruangan Ortopedi

Jaminan Perawatan : KPS

Tanggal Pemeriksaan : 05 November 2019

.2 Anamnesis

3.2.1. Keluhan Utama

Nyeri pada punggung bawah sebelah kanan


3.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien merupakan konsulan dokter Spesialis dari Ortopedi dengan


keluhan rasa nyeri pada punggung bagian bawah yang dirasakan sudah
3 tahun yang lalu. Sakit yang dirasakan tidak menjalar dan rasa sakit
hilang timbul, serta rasa ada yang mengganjal pada punggung bagian
bawah. Pasien merasa nyeri bertambah saat mengangkat barang berat

19
(membungkuk) dan saat hendak berdiri setelah duduk yang lama dan
berkurang saat beristirahat atau dikompres dengan handuk hangat.
Pasien tidak mengalami demam saat timbul nyeri.

3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat Hipertensi (disangkal)

- Riwayat Diabetes (disangkal)

- Riwayat Asam Urat (disangkal)

- Riawayat Kolestrol (ada) : 335 mg/dL (diperiksa tahun 2018)

- Riwayat Asma (disangkal)

- Riwayat Jantung (disangkal)

- Riwayat Maag (+)

- Riwayat Trauma :

Saat muda pasien mengaku pernah jatuh (terkoprol ke depan) saat


bekerja mengangkat barang dikapal, kemudian pasien diurut (dipijat)
dan sembuh, juga pasien memiliki riwayat jatuh dari motor dan dada
kiri depan terbentur di stir motor dan sempat pingsan.

3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga

Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai keluhan serupa seperti


pasien

3.2.5 Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi

Pasien merupakan seorang pekerja swasta, tetapi sekarang sudah tidak


bekerja dan hanya melakukan aktivitas dirumah, serta berinteraksi
dengan lingkungan sosial. Pasien memiliki kebiasaan merokok (sehari ±
3 batang rokok) dan tidak minum alkohol.

20
.3 Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan

Kesadaran : Kualitatif = Compos Mentis

Kuantitatif = GCS E4V5M6

Tanda Vital : SpO2:


TD: 110/70 mmHg RR: 24x/menit
99%
N: 78x/menit SB: 36,2°C  

BMI : (BB/TB2) = 73 kg / (1,63 m)2 = 27,5

(Normal: 21-25)

Kepala : Bentuk Normocephal, Rambut keriting, beruban, dan

distribusi merata

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-),

refleks pupil (+/+)

Hidung : Sekret (-)

Telinga : Sekret (-), nyeri tekan tragus (-/-)

Mulut : Oral candidiasis (-), bibir sianosis (-)

Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-)

Thoraks : Simetris, retraksi (-/-)

Inspeksi: dinding dada tampak simetris, kanan = kiri

Ikut gerak napas, jejas (-)

Palpasi: Taktil fremitus kanan = kiri, massa (-)

21
Perkusi: Sonor/sonor

Auskultasi: Suara napas vesikuler, Ronkhi (-),

Abdomen : Tampak datar, supel, bising usus (+) normal

Ekstremitas : Akral Hangat, edema (-/-)

Visual Analog Scale (VAS)

1 10
4-5 9-10

Saat menggunakan korset ortesa Sebelum menggunakan korset ortesa

Status Lokalis

- Regio lumbosacral

Inspeksi : Simetris, deformitas (-), kemerahan (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-), spasme (-) di regio paravertebral L3-L5

Look : Gait pasien normal, tapi ketika berjalan sedikit membungkuk.


Tidak didapatkan adanya bekas lesi, bekas trauma dan jaringan
parut pada kulit sekitar tulang belakang area lumbosakral (-),
alignment tulang belakang lumbal lordosis, simetris dan mobilitas
positif kanan kiri.

Feel : Suhu area yang sakit normal

Move : Pada gerakan aktif dan pasif pasien tidak didapatkan keterbatasan
(dalam batas normal).

22
.4 Physiatric Examination

3.4.1 Luas Gerak Sendi

LGS HIP Dextra Sinistra Normal

Fleksi-Ekstensi 120o-0o-30o 120o-0o-30o 120o-0o-30o

Abduksi-Adduksi
45o-0o-35o 45o-0o-35o 45o-0o-35o
Internal Rotasi-Eksternal
45o-0o-45o 45o-0o-45o 45o-0o-45o
Rotasi

3.4.2 Neurological Status

- Nervus Cranialis

Nervus Cranialis Keterangan

N. I Penciuman baik
Tajam penglihatan baik, lapang pandang: Miopia, melihat
N. II
warna baik
Pupil bentuk bulat, posisi sentral, isokor, diameter:
N. III, IV, VI
3mm/3mm, gerak bola mata bebas ke segala arah
N. V Refleks kornea +/+, Refleks m. Masseter +/+

N. VII Raut wajah simetris, plika nasolabialis simetris

N. VIII Pendengaran baik

N. IX Sensasi lidah 1/3 belakang baik, refleks muntah (+)

N. X Arkus faring simetris, uvula di tengah

N. XI Dapat menoleh dan mengangkat bahu ke kanan dan ke kiri

N. XII Gerakan otot lidah normal, tremor (-), atrofi (-)

23
- Status Motorik

Ekstremitas Inferior
Status Motorik
Dextra Sinistra
Gerakan Bebas Bebas

Tonus Otot Normal Normal

Kekuatan  5 5

Atrofi  - -

Refleks Fisiologis  + +

Refleks Patologis - -

- Tes Provokasi

Laseque: (+)

Patrick: (+)

- Barthel Indeks = 20

Item yang dinilai Skor Nilai


0 =Tidak mampu
Makan (Feeding) 1 =Butuh bantuan memotong, mengoles
2
mentega dll.
2 =Mandiri
Mandi (Bathing) 0 =Tergantung orang lain
1
1 =Mandiri
Perawatandiri 0 =Membutuhkan bantuan orang lain
(Grooming) 1 =Mandiri dalam perawatanmuka, 1
rambut, gigi, dan bercukur
0 =Tergantung orang lain
Berpakaian
1 =Sebagian dibantu (misal
(Dressing) 2
mengancing baju)
2 =Mandiri
Buang air kecil 0 =Inkontinensia atau pakai kateter dan 1

24
tidak terkontrol
1 =Kadang Inkontinensia (maks, 1x24
(Bowel)
jam)
2 =Kontinensia (teratur untuk lebih dari
7 hari)
0 =Inkontinensia (tidak teratur atau
perlu enema)
Buang air besar
1 =Kadang Inkontensia (sekali
(Bladder) 2
seminggu)
2 =Kontinensia (teratur)

0 =Tergantung bantuan orang lain


Penggunaan toilet 1 =Membutuhkan bantuan, tapi dapat
2
melakukan beberapa hal sendiri
2 =Mandiri
0 =Tidak mampu
1 =Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
Transfer
orang) 3
2 =Bantuan kecil (1 orang)
3 =Mandiri
0 = Immobile (tidakmampu)
1 =Menggunakan kursi roda
Mobilitas
2 =Berjalan dengan bantuan satu orang 3
3 =Mandiri (meskipun menggunakan
alat bantu seperti, tongkat)
0 =Tidak mampu
Naik turun tangga
1 =Membutuhkan bantuan (alat bantu) 2
2 =Mandiri
19
Total Ketergantungan
Ringan
Interpretasi Hasil :

20 : Mandiri

12 – 19 : Ketergantungan Ringan

25
9 – 11 : KetergantunganS edang

5–8 : Ketergantungan Berat

0–4 : Ketergantungan Total

.5 Resume
Pasien laki-laki berusia 64 tahun datang dengan keluhan nyeri punggung
bawah sebelah kanan yang dirasakan sudah 3 tahun yang lalu. Sakit yang
dirasakan tidak menjalar dan rasa sakit hilang timbul, serta rasa ada yang
mengganjal pada punggung bagian bawah. Pasien merasa nyeri bertambah
saat mengangkat barang berat (membungkuk) dan saat hendak berdiri setelah
duduk yang lama.
Pasien mengaku saat muda pernah jatuh (terkoprol ke depan) saat bekerja
mengangkat barang dikapal, kemudian pasien diurut (dipijat) dan sembuh,
juga pasien memiliki riwayat jatuh dari motor dan dada kiri depan terbentur di
stir motor dan sempat pingsan.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi
78x/m, Respirasi 20x/m, Suhu badan 36,20C. Pada pemeriksaan regio
lumbosakral saat dipalpasi tidak ditemukan nyeri dan spasme di regio
paravertebral L3-L5.

26
.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium : Kolesterol Total: 335 mg/dL (tahun 2018)

Pemeriksaan Radiologi : BNO Lumboskral AP/Lat (26-09-19)

Konsultasi :-

Gambar 6. BNO Lumbosakral (A) Foto AP, (B) Foto Lateral

.7 Diagnosis

Diagnosis Klinis: Low Back Pain

Diagnosis Etiologi: e.c Spondilosis

27
Diagnosis Topis: Paravertebral L3-L5

Diagnosis Fungsi:

-Impairment : Nyeri punggung regio Paravertebral L3-L5

-Disability : Gangguan nyeri pada punggung kanan bawah sehingga


saat berjalan pasien membungkuk

-Handicap :-

.8 Penatalaksanaan Non Medis:

Program Rehabilitasi Medik Fisioterapi

Evaluasi:

 Nyeri punggung bagian bawah sebelah kanan


 Jalan sedikit membungkuk

Program:

 Infra Red Therapy pada regio lumbosakral


 Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Ortotik Prostetik

Evaluasi:

 Nyeri punggung bagian bawah sebelah kanan


 Jalan sedikit membungkuk

Program:

 Penggunaan alat bantu korset

28
.9 Edukasi
 Dianjurkan pada saat beraktivitas pasien jangan mengangkat beban berat
 Bila berdiri lama, selingi dengan duduk sebentar
 Saat duduk dikursi jangan terlalu tinggi, usahakan lutut sejajar dengan
paha
 Saat tidur, sebaiknya menggunakan alas yang padat

.10 Prognosis

Ad Vitam : Bonam

Ad Fungtionam : Dubia ad bonam

Ad Sanationam : Dubia ad bonam

29
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien laki-laki berusia 64 tahun datang dengan keluhan nyeri punggung


bawah sebelah kanan yang dirasakan sudah 3 tahun yang lalu. Sakit yang
dirasakan tidak menjalar dan rasa sakit hilang timbul, serta rasa ada yang
mengganjal pada punggung bagian bawah. Pasien merasa nyeri bertambah saat
mengangkat barang berat (membungkuk) dan saat hendak berdiri setelah duduk
yang lama.
Pasien mengaku saat muda pernah jatuh (terkoprol ke depan) saat bekerja
mengangkat barang dikapal, kemudian pasien diurut (dipijat) dan sembuh, juga
pasien memiliki riwayat jatuh dari motor dan dada kiri depan terbentur di stir
motor dan sempat pingsan.
Pada pemeriksaan regio lumbosakral saat dipalpasi tidak ditemukan nyeri
dan spasme di regio paravertebral L3-L5. Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan
fisik maka diagnoasis klinik pada kasus ini adalah Low Back Pain. Hal ini sesuai
dengan teori definisi dari Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah
kesehatan berupa nyeri akut maupun kronik yang dirasakan di daerah punggung
bawah dan biasanya merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya
di daerah lumbosacral yang dapat disebabkan oleh inflamasi, degeneratif,
kelainan ginekologi, trauma dan gangguan metabolik.
Terapi yang diberikan pada kasus ini adalah program rehabilitasi medik
berupa Infra Red Therapy dan Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
(TENS) pada regio lumbosakral. Selain itu juga pasien menggunakan ortosis
berupa penggunaan alat bantu korset.
Efek terapeutik dari infra red, antara lain:
- Relief of pain (mengurangi rasa sakit) karena adanya efek sedatif pada
superficial sensory nerve ending, selain itu juga dapat memperlancar sirkulasi
darah.
- Muscle relaxation (relaksasi otot)

30
- Adanya kenaikan temperatur akan menimbulkan vasodilatasi sehingga terjadi
peningkatan suplai darah ke jaringan setempat
Efek terapeutik dari TENS yaitu untuk menurunkan nyeri dengan menggunakan
transmisi listrik. Tujuan pemberian TENS antara lain: memelihara fisiologis otot
dan mencegah atrofi otot.
Korset hanya digunakan saat beraktivitas dan berjalan. Tidak digunakan pada saat
makan, mandi, dan tidur.
Penggunaan korset ini berfungsi untuk:
a. Memberikan proteksi dan support yang maksimal pada pinggang, sehingga
dapat mengurangi nyeri pada punggung.
b. Sebagai alat bantu untuk menjaga kestabilan tulang pinggang pada saat
beraktivitas
c. Melindungi otot-otot pinggang dan mengurangi tekanan pada sendi-sendi
pinggang.

31
BAB V
KESIMPULAN

1. Low back pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya.
2. Diagnosis low back pain di tegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang
3. Penatalaksanaan low back pain berupa terapi non-medikamentosa dan terapi
edukasi
4. Prognosis Low back pain yaitu dubia ad bonam

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Amin Chairil (2011). Spondilosis Lumbalis. Medan : Universitas Sumatera


Utara. Hal : 14-17. Diakses dari https://text-
id.123dok.com/document/rz35r8qx-spondilosis-lumbalis.html
2. Putra R, Karnasih A, Mardiah S. (2013). Presentasi Kasus Low Back Pain.
Jakarta : Universitas Indonesia. Hal : 3-5. Diakses dari :
https://docplayer.info/46012302-Presentasi-kasus-low-back-pain.html
3. Fitriani, Ruhaya, 2018. Low Back Pain (LBP). Rumah Sakit Stroke Nasional
Bukittinggi. Diakses dari: http://www.yankes.kemkes.go.id/read-low-back-
pain-lbp-5012.html
4. Tanderi, A.T., Ajoe K., Hendrianingtyas, M. 2017. Hubungan Kemampuan
Fungsional dan Derajat Nyeri pada Pasien Low Back Pain Mekanik di
Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Kariadi Semarang. Jurnal Kedokteran
Diponegoro, 6(1): 63-72.
5. Santosa, A., I Putu E.W. & Purwata, T.E. 2016. Korelasi Lama Duduk
dengan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Hotel The Grand Santhi
Denpasar. E-Jurnal Medika, 5(10): 1-5.
6. Mahadewa, T. G. B., dan Sri Maliawan. (2009): Diagnosis dan Tatalaksana
Kegawatdaruratan Tulang Belakang. CV. Sagung Seto. Jakarta
7. Roffey, D.M., Wai, E., Paul, Brian, Kwon & Simon, D. 2010. Causal
Assesment of Occupational Sitting and Low Back Pain: Result of A
Systematic Review. The Spine Journal, 10(3): 219-225.
8. Rahayu, Meiustia, 2013. Low Back Pain et Causa Spondilosis. Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas, Padang.
9. Puji, Rizki. Pengertian, Prinsip, dan Metode Pemeriksaan Fisik Umum.
Diakses dari: https://www.softilmu.com/2015/11/pengertian-prinsip-dan-
metode-pemeriksaan-fisik-umum.html?m=1

33

Anda mungkin juga menyukai