PENDAHULUAN
Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) adalah nyeri yang
dirasakan di daerah punggung bawah. Diantara sudut iga paling bawah
sampai sakrum. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat
dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya, nyeri yang berasal dari daerah lain
dirasakan di daerah punggung bawah (referred pain). LBP merupakan jenis
nyeri yang sering dijumpai. Punggung bawah umumnya didefinisikan sebagai
daerah antara bagian bawah tulang rusuk dan lipatan pantat. Beberapa orang
dengan LBP non-spesifik juga mungkin merasa nyeri pada bagian atas kaki
mereka, tapi nyeri punggung bawah biasanya mendominasi 3.
1
non-spesifik, yaitu akibat kelainan pada jaringan lunak, berupa cedera otot,
ligament, spasme atau keletihan otot. Penyebab lain yang serius adalah
spesifik seperti fraktur bertebra, infeksi dan tumor 4.
Nyeri punggung bawah atau low back pain merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh beberapa faktor risiko.
Faktor risiko terjadinya nyeri punggung bawah antara lain: usia, indeks massa
tubuh, masa kerja, kursi kerja, posisi duduk dan kebiasaan olahraga. Nyeri
punggung bawah diderita oleh usia muda maupun tua namun keadaan
semakin parah pada usia 30-60 tahun ke atas 7.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah,
dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini
terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah
lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah
tungkai dan kaki. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah
kesehatan berupa nyeri akut maupun kronik yang dirasakan di daerah
punggung bawah yang dapat disebabkan oleh inflamasi, degeneratif, kelainan
ginekologi, trauma dan gangguan metabolik 6.
3
dua pedikel, satu prosesus spinosus, serta dua prosesus transversus.
Beberapa ruas tulang belakang mempunyai bentuk khusus, misalnya
tulang servikal pertama yang disebut atlas dan ruas servikal kedua yang
disebut odontoid. Kanalis spinalis terbentuk antara korpus di bagian
depan dan arkus neuralis di bagian belakang.
4
Korpus vertebra lumbalis dibedakan dengan korpus vertebra torakalis
dengan tidak adanya faset/ sudut dari tulang iga/ kosta. Antara satu korpus
dengan yang lainnya dihubungkan oleh diskus intervertebralis. Ukurannya
bertambah besar mulai dari L1 sampai L5, yang menunjukkan semakin ke
bawah segmennya, semakin besar beban yang diterima. Dimana vertebra L5
mempunyai korpus terbesar, prosessus spinosus terkecil dan prosessus
transversus paling tebal1.
5
Pada kolumna vertebra terdapat 2 jenis persendian, yaitu persendian
antara 2 korpus vertebra (dihubungkan oleh diskus intervertebralis) disebut
amphiarthrodial dan antara 2 arkus vertebra disebut arthrodial/
zygipofiseal/ faset/ apofiseal. Sendi faset ini dibentuk oleh prosesus
artikularis superior dari 1 vertebra dengan prosesus artikularis inferior
vertebra yang di atasnya dan berfungsi untuk mengarahkan gerakan segmen
vertebra.
6
Gambar 4. Ligamentum pada tulang belakang
Adapun otot-otot paravertebral lumbal dibentuk oleh:
7
2.3. Etiologi 8
a. Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP. Pada
orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan
aktivitas dengan beban yang berat, dapat menderita nyeri pinggang
yang akut.
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat
menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung,
mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan
nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam
jangka waktu tertentu.
Pada LBP yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa
keadaan, seperti:
1) Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa
nyeri pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat
bertambah saat batuk dan saat posisi supine. Pada pemerikasaan,
lassague symptom positif dan pergerakan kaki pada hip joint
terbatas.
2) Perubahan pada sendi Lumba Sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V
dan sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia.
Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra
lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan gerak.
b. Infeksi
Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang
disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri
tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri
berat dan akut, demam serta kelemahan. Artritis rematoid dapat
melibatkan persendian sinovial pada vertebra. Artritis rematoid
merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat mesenkimal.
8
c. Neoplasma atau Tumor
Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas. Tumor
jinak dapat mengenai tulang atau jaringan lunak. Contoh gejala yang
sering dijumpai pada tumor vertebra ialah adanya nyeri yang menetap.
Sifat nyeri lebih hebat dari pada tumor ganas daripada tumor jinak.
Contoh tumor tulang jinak ialah osteoma osteoid, yang menyebabkan
nyeri pinggang terutama waktu malam hari. Tumor ini biasanya sebesar
biji kacang, dapat dijumpai di pedikel atau lamina vertebra.
Hemangioma adalah contoh tumor benigna di kanalis spinal yang dapat
menyebabkan nyeri pinggang. Meningioma adalah tumor intradural dan
ekstramedular yang jinak, namun bila ia tumbuh membesar dapat
mengakibatkan gejala yang besar seperti kelumpuhan.
9
bahu. Rasa nyeri memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang
buruk dan kelelahan.
e. Kongenital
Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang bawah
yang penting.
- Spondilosis lumbal
Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan
discus intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.
- Spondilolisis dan spondilolistesis
Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus
vertebrae (in utero) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus
vertebraenya sendiri. Pada spondilolistesis korpus vertebrae itu
sendiri ( biasanya L5 ) tergeser ke depan. Walaupun kejadian ini
terjadi sewaktu bayi itu masih berada dalam kandungan, namun
(oleh karena timbulnya kelinan-kelainan degeneratif) sesudah
berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan nyeri pinggang.
- Spondilitis
Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang. Ini
merupakan penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui,
terutama mengenai orang muda dan menyebabkan rasa nyeri dan
kekakuan sebagai akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi
dan ankilosing sendi tulang belakang.
10
tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan
kelemahan otot.
11
sendi sakro-iliaka, sendi pelvis sampai sepanjang jalannya n.iskiadikus
(neuritis n. iskiadikus).
2.4. Patofisiologi 8
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis
yang tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset,
berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik
tersebut memungkinkan fleksibelitas sementara disisi lain tetap dapat
memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang
belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertikal
pada saat berlari dan melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan
tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting pada
aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan
struktur pendukung ini. Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk
menyamping menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan posisi
tulang belakang thorakal dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas
dan disertai tarikan dari samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan
facet joint menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebut yang akhirnya
menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang belakang. Obesitas, masalah
postur, masalah struktur, dan perengangan berlebihan pendukung tulang
dapat berakibat nyeri punggung. Diskus intervertebralis akan mengalami
perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus
terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matrik gelatinus. Pada lansia
akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Diskus lumbal
bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling berat dan
perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset akan mengakibatkan
penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang
menyebabkan nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.
12
2.5. Faktor Risiko
13
terutama pada daerah perut tidak mampu menyokong punggung
secara maksimal. Tingkat keluhan otot juga dipengaruhi oleh tingkat
kesegaran jasmani.
- Obesitas
Berat badan yang berlebihan (overweight / obesitas) menyebabkan
tonus otot abdomen lemah, sehingga pusat gravitasi seseorang akan
terdorong ke depan dan menyebabkan lordosis lumbalis, akan
bertambah yang kemudian menimbulkan kelelahan pada otot
paravertebrata, hal ini merupakan resiko terjadinya LBP.3
- Postur tubuh
- Repetisi
Pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama, hal ini bisa
terlihat pada dimana frekuensi pekerjaan yang harus dikerjakan tinggi,
sehingga pekerja harus terus menerus bekerja agar dapat
menyesuaikan diri dengan sistem. Kekuatan beban dapat
menyebabkan peregangan otot dan ligamen serta tekanan pada tulang
dan sendi–sendi sehingga terjadi kerusakan mekanik badan vertebrata,
diskus invertebrate, ligamen, dan bagian belakang vertebrata.
Kerusakan karena beban berat secara tiba–tiba atau kelelahan akibat
mengangkat beban berat yang dilakukan secara berulang–ulang.
Mikrotrauma yang berulang dapat menyebabkan degenerasi tulang
punggung daerah lumbal.
14
Pekerjaan yang menuntut seseorang tetap pada posisinya, perubahan
posisi dalam bekerja akan menyebabkan pekerjaan terhenti. Pekerjaan
dengan postur yang dinamis, memiliki risiko musculoskeletal disolder
(MSDs) lebih rendah dibandingkan dengan pekerjaan yang
mengharuskan postur statis. Hal ini disebabkan karena postur tubuh
yang statis dapat meningkatkan risiko yang berhubungan dengan
menurunnya sirkulasi darah dan nutrisi pada jaringan otot. Begerak
sangat diperlukan untuk pemberian nutrisi kepada diskus, sehingga
pekerjaan statis dapat mengurangi nutrisi tersebut. Selain itu pekerjaan
statis menyebabkan peregangan otot dan ligament daerah punggung,
hal ini merupakan faktor resiko timbulnya LBP.
2.6. Diagnosis 9
Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan tahap awal yang dilakukan dengan
wawancara dan dapat membantu menegakkan diagnosis hingga 80%,
anamnesis ini bersifat subjektif. Tujuannya untuk menegakkan
gambaran kesehatan pasien secara umum dan mengetahui riwayat
penyakit pasien.
Anamnesis dapat dilakukan langsung kepada pasien (autoanamnesis)
dan terhadap keluarga atau kerabat terdekat pasien
(hetero/alloanamnesis).
15
Pada anamnesis yang perlu ditanyakan adalah:
a. Identitas pasien : nama, umur, alamat, pekerjaan dll.
b. Anamnesis penyakit : keluhan utama, riwayat penyakit sekarang
(onset, lokasi, frekuensi, kualitas, kuantitas, waktu), riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga (keturunan/penularan),
keluhan tambahan, dan riwayat sosial ekonomi.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai keadaan umum, tanda vital,
menilai status mental dan cara berfikir, juga menilai langsung sistem
atau organ yang berkaitan dengan keluhan pasien dengan:
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
Pemeriksaan Neurologis
Dilakukan pemeriksaan XII nervus cranialis, pemeriksaan motorik
(gerakan, tonus otot, kekuatan, atrofi, refleks fisiologi, dan refleks
patologi), dan tes provokasi (tas laseque, tes patrick).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu diagnosa ketika anamnesis
dan pemeriksaan fisiknya belum mendapatkan hasil. Dan juga dapat
dilakukan untuk memastikan diagnosa meskipun anamnesis dan
pemeriksaan fisiknya sudah mencapai titik terang.
Contoh dari pemeriksaan penunjang seperti:
a. Pemeriksaan laboratorium: untuk menilai sel-sel darah, urin, feses.
b. Kultur bakteri: untuk mengetahui bakteri penyebab infeksi dan
untuk menentukan antibiotik serta resistensinya.
c. Radioimaging: seperti CT-Scan, MRI, Rontgen untuk mengetahui
langsung bagian dalam tubuh yang terkait dengan penyakit.
16
2.7. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penanganan LBP terdiri dari:
- Obat-obatan: golongan analgetik (analgetik antipiretik dan analgetik
narkotik), NSAID.
- Program Rehabilitasi Medik
2.9. Spondilosis
Bila degenerasi terjadi pada sendi antar ruas-ruas tulang belakang, maka
dapat terjadi penipisan sendi dan ruas tulang merapat satu sama lain,
sehingga tinggi badan bisa berkurang. Selain itu juga jaringan yang terdapat
di dalam sendi antar ruas tersebut bisa menonjol ke luar yang disebut hernia
discus. Bila terjadi seperti ini maka penderita spondylosis akan merasa nyeri
di punggungnya akibat penekanan struktur tersebut ke jaringan sekitarnya.
Proses degenerasi juga dapat menimbulkan penipisan tulang rawan dan
penonjolan tulang yang disebut osteophyte atau biasa disebut pengapuran.
Akibatnya otot dan jaringan penunjang sekitarnya dapat teriritasi oleh
tonjolan tulang tersebut dan penderita akan merasakan nyeri dan kaku.
Gejala klinis Spondilosis dapat ringan sampai berat dan sangat tergantung
17
pada usia penderita. Gejala Spondilosis Punggung Bawah (Lumbar Spine)
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Rasa sakit yang hilang timbul
2. Kaku tulang punggung bagian bawah
3. Rasa sakit yang berkurang dengan istirahat atau setelah berolahraga
4. Mati rasa daerah sekitar pinggang atau punggung bawah
5. Kelemahan pada punggung bawah
6. Sering terjadi kesemutan pada kaki
7. Kesulitan berjalan
8. Masalah usus atau kandung kemih (ini jarang terjadi, tetapi mungkin
terjadi jika sumsum tulang belakang dikompresi)
Gambaran yang mungkin didapatkan pada pemeriksaan Radiologi
adalah sebagai berikut:
1. Penyempitan ruang discus intervertebralis
2. Perubahan kelengkuangan vertebrae dan penekanan saraf
3. Osteofit/Spur formation di anterior ataupun posterior vertebrae
4. Pemadatan Corpus vertebrae
5. Porotik (Lubang) pada tulang
6. Vertebrae tampak seperti bambu (Bamboo Spine)
7. Sendi sacroiliaca tidak tampak atau kabur
8. Celah sendi menghilang
18
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. MN
Umur : 64 Tahun
Agama : Islam
Suku : Biak
No.RM : 37 76 49
.2 Anamnesis
19
(membungkuk) dan saat hendak berdiri setelah duduk yang lama dan
berkurang saat beristirahat atau dikompres dengan handuk hangat.
Pasien tidak mengalami demam saat timbul nyeri.
- Riwayat Trauma :
20
.3 Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
(Normal: 21-25)
distribusi merata
21
Perkusi: Sonor/sonor
1 10
4-5 9-10
Status Lokalis
- Regio lumbosacral
Move : Pada gerakan aktif dan pasif pasien tidak didapatkan keterbatasan
(dalam batas normal).
22
.4 Physiatric Examination
Abduksi-Adduksi
45o-0o-35o 45o-0o-35o 45o-0o-35o
Internal Rotasi-Eksternal
45o-0o-45o 45o-0o-45o 45o-0o-45o
Rotasi
- Nervus Cranialis
N. I Penciuman baik
Tajam penglihatan baik, lapang pandang: Miopia, melihat
N. II
warna baik
Pupil bentuk bulat, posisi sentral, isokor, diameter:
N. III, IV, VI
3mm/3mm, gerak bola mata bebas ke segala arah
N. V Refleks kornea +/+, Refleks m. Masseter +/+
23
- Status Motorik
Ekstremitas Inferior
Status Motorik
Dextra Sinistra
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Atrofi - -
Refleks Fisiologis + +
Refleks Patologis - -
- Tes Provokasi
Laseque: (+)
Patrick: (+)
- Barthel Indeks = 20
24
tidak terkontrol
1 =Kadang Inkontinensia (maks, 1x24
(Bowel)
jam)
2 =Kontinensia (teratur untuk lebih dari
7 hari)
0 =Inkontinensia (tidak teratur atau
perlu enema)
Buang air besar
1 =Kadang Inkontensia (sekali
(Bladder) 2
seminggu)
2 =Kontinensia (teratur)
20 : Mandiri
12 – 19 : Ketergantungan Ringan
25
9 – 11 : KetergantunganS edang
.5 Resume
Pasien laki-laki berusia 64 tahun datang dengan keluhan nyeri punggung
bawah sebelah kanan yang dirasakan sudah 3 tahun yang lalu. Sakit yang
dirasakan tidak menjalar dan rasa sakit hilang timbul, serta rasa ada yang
mengganjal pada punggung bagian bawah. Pasien merasa nyeri bertambah
saat mengangkat barang berat (membungkuk) dan saat hendak berdiri setelah
duduk yang lama.
Pasien mengaku saat muda pernah jatuh (terkoprol ke depan) saat bekerja
mengangkat barang dikapal, kemudian pasien diurut (dipijat) dan sembuh,
juga pasien memiliki riwayat jatuh dari motor dan dada kiri depan terbentur di
stir motor dan sempat pingsan.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi
78x/m, Respirasi 20x/m, Suhu badan 36,20C. Pada pemeriksaan regio
lumbosakral saat dipalpasi tidak ditemukan nyeri dan spasme di regio
paravertebral L3-L5.
26
.6 Pemeriksaan Penunjang
Konsultasi :-
.7 Diagnosis
27
Diagnosis Topis: Paravertebral L3-L5
Diagnosis Fungsi:
-Handicap :-
Evaluasi:
Program:
Ortotik Prostetik
Evaluasi:
Program:
28
.9 Edukasi
Dianjurkan pada saat beraktivitas pasien jangan mengangkat beban berat
Bila berdiri lama, selingi dengan duduk sebentar
Saat duduk dikursi jangan terlalu tinggi, usahakan lutut sejajar dengan
paha
Saat tidur, sebaiknya menggunakan alas yang padat
.10 Prognosis
Ad Vitam : Bonam
29
BAB IV
PEMBAHASAN
30
- Adanya kenaikan temperatur akan menimbulkan vasodilatasi sehingga terjadi
peningkatan suplai darah ke jaringan setempat
Efek terapeutik dari TENS yaitu untuk menurunkan nyeri dengan menggunakan
transmisi listrik. Tujuan pemberian TENS antara lain: memelihara fisiologis otot
dan mencegah atrofi otot.
Korset hanya digunakan saat beraktivitas dan berjalan. Tidak digunakan pada saat
makan, mandi, dan tidur.
Penggunaan korset ini berfungsi untuk:
a. Memberikan proteksi dan support yang maksimal pada pinggang, sehingga
dapat mengurangi nyeri pada punggung.
b. Sebagai alat bantu untuk menjaga kestabilan tulang pinggang pada saat
beraktivitas
c. Melindungi otot-otot pinggang dan mengurangi tekanan pada sendi-sendi
pinggang.
31
BAB V
KESIMPULAN
1. Low back pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya.
2. Diagnosis low back pain di tegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang
3. Penatalaksanaan low back pain berupa terapi non-medikamentosa dan terapi
edukasi
4. Prognosis Low back pain yaitu dubia ad bonam
32
DAFTAR PUSTAKA
33