PENDAHULUAN
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung belakang adalah suatu
sindroma nyeri yang terjadi pada regio punggung bagian bawah yang
merupakan keluhan yang sering kita dengar dari orang usia lanjut, namun
pada mereka yang beraktivitas dengan postur tubuh yang salah. LBP
gangguan psikologis dan mobilisasi yang salah. Saat ini, 90% kasus nyeri
kepala dan 18,37% (819 orang) adalah penderita LBP. Studi populasi di
1
daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria
minggu), sub akut (6-12 minggu) dan kronik (lebih dari 12 minggu).
Faktor resiko untuk mengalami LBP adalah berat badan berlebih, memiliki
postur dan memiliki kekuatan otot perut yang buruk. Maka di dalam
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung
bagian atas dan pangkal paha.5 LBP atau nyeri punggung bawah
terbakar, menusuk, tajam atau tumpul, yang dirasakan jelas atau samar.
Intensitas yang dirasakan bisa ringan sampai parah dan mungkin juga
berfluktuasi. Rasa sakit dapat menjalar ke satu atau kedua bokong atau
B. Epidemiologi
LBP serius (terjadi lebih dari 2 minggu) adalah 14%. Prevalensi nyeri
LBP di negara-negara industri lebih dari 70%, kejadian dalam satu tahun
3
Dari semua kasus LBP di Amerika 70% disebabkan oleh
dengan prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden
C. Anatomi Lumbosacral
4
2) The vertebral (neural) arch, berfungsi untuk melindungi elemen
saraf.
struktur tulang belakang yang paling berat. L5 menjadi tulang yang paling
tebal.10
5
Batas atas lumbar vertebrae, L1, berbatasan dengan thoracalis
dan berlari.11
sebagai bantalan atau peredam kejut terbuat dari jaringan ikat tulang
b. Sacrum
Tulang sacrum adalah sebuah irisan tulang yang paling besar dan
terdiri dari lima tulang dan bergabung pada akhir masa remaja dan
terbentuk solid sebagai satu tulang saat usia sekitar tiga puluh tahun.12
6
Sendi lumboscral fibrocartilaginous dibentuk Sacrum dengan
Banyak ligamen yang berikatan pada sendi tersebut yang berfungsi untuk
sacrum berbentuk cekung untuk memberikan ruang yang luas bagi rongga
kanal tersebut saraf bercabang dan keluar dari sacrum melalui empat
sacralis. Beberapa otot kunci dari panggul juga melekat pada sacrum
D. Patofisiologi
yaitu:13
7
a. Acute Low Back Pain
Rasa nyeri pada LBP akut menyerang secara tiba-tiba dan rentang
Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. LBP akut dapat disebabkan
tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen
dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah
lumbal dan spinal dapat masih sembuh. Sampai saat ini penatalaksanan
awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.
13
Rasa nyeri pada LBP kronik bisa menyerang lebih dari 3 bulan.
Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini
biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang
Low Back Pain degeneratif lebih sering terjadi karena faktor usia
8
autoimun, inflamasi, infeksi, induksi racun, dan faktor-faktor lain. Satu
belakang :13
1) Fase Disfungsional
Fase ini ditandai dengan adanya celah pada cincin anulus. Selain
3) Fase Stabilisasi
9
b. Non Degenerative Low Back Pain
anatomi dan elemen dari tulang belakang seperti tulang, ligamen, tendon,
discus dan otot memiliki peran dalam LBP. Banyak persarafan sensorik
1) Trauma
khususnya pekerja yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi seperti kuli
Trauma pada DIV sangat rawan terjadi dan dapat menyebabkan LBP.
Tekanan yang diterima oleh DIV secara terus menerus atau suatu
hantaman yang diterima oleh tulang belakang akan membuat discus keluar
10
Selain menyerang susunan tulang, LBP karena trauma juga bisa
terjadi pada lapisan otot. Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan
pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat
2) Kongenital
berupa tulang vertebra hanya setengah bagian karena tidak lengkap pada
saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya LBP yang disertai dengan
skoliosis ringan. Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang
kongenital yang lain adalah skoliosis, kifosis, lordosis, dan agenesis pada
lumbosacral.18
11
Skoliosis kongenital adalah melengkungnya tulang belakang yang
faktor kongenital, namun kelainan klinis baru akan terasa saat usia kanak-
Kifosis kongenital ada dua jenis, yaitu cacat segmentasi dan cacat
pada satu ruas tulang, tetapi cacat di beberapa ruas yang juga mungkin
terjadi.18
12
ini jarang terjadi, hanya terdapat 1 dari 25.000 kelahiran hidup. Pasien
sensoriknya. 18
3) Infeksi
terapi antibiotik dapat digunakan untuk pasien LBP kronis tetapi dengan
4) Metabolik
berkurang, menjadi mudah rapuh dan dapat terjadi fraktur kompresi atau
13
Keadaan tersebut membuat pasien menjadi bongkok dan pendek dengan
E. Penegakkan Diagnosis
a. Anamnesis
pemeriksaan selanjutnya. 15
berat dan biasanya menjalar pada salah satu tungkai atau muncul rasa baal
pada punggung bawah. Sedangkan gejala berat pada pasien LBP adalah
14
seperti kelemahan kaki bilateral, depresi refleks tendon kaki, mati rasa,
seksual. 15
dengan gejala sedang biasanya muncul saat bangun tidur di pagi hari
(morning stiffness), bangun dari tempat duduk saat berkerja atau menyetir,
kepada pasien apa saja faktor yang dapat memperberat atau memperingan
memperingan seperti istirahat, diberi usapan pada daerah yang nyeri atau
15
riwayat penyakit batu ginjal, kelainan kongenital, riwayat operasi, tumor
sama atau kelainan kongenital pada tulang vertebra. Kasus LBP khususnya
LBP non degeneratif banyak dialami oleh pekerja yang menuntut aktivitas
fisik yang berat. Oleh karena itu dalam anamnesis juga perlu ditanyakan
hari.15
b. Vital Sign
1) Tekanan darah
16
2) Denyut nadi
dan irama jantung per menit. Denyut nadi normal pada orang dewasa
3) Suhu
berkisar antara 97,8 derajat Fahrenheit, atau setara dengan 36,5 derajat
4) Tingkat respirasi
napas selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada meningkat.
repirasi normal orang dewasa adalah sekita 16-24 kali per menit. 21
17
c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
diamati dari tiga posisi yaitu depan, samping dan belakang. Pada posisi ini
atau kifosis. Selain itu perlu diperhatikan juga adanya deformitas atau
lekukan kulit yang abnormal, atrofi otot, atau pola rambut tubuh yang
berbaring dengan kaki lurus untuk menilai simetrisitas panjang kaki kanan
dan kiri. 22
untuk menekuk, memutar atau memiringkan badan mulai dari bagian leher
hingga punggung bawah lalu pemeriksa amati apakah ada tahanan atau
rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien. Untuk memastikan letak nyeri
18
3) Kekuatan Otot
pemeriksa pada bahu pasien dan menahan gerakan pasien untuk miring
paha pasien lalu menahan gerakan paha pasien yang fleksi. Selanjutnya
posisi berbaring dan lutut ditekuk. Pada posisi ini pasien diarahkan untuk
Amati apakah ada tahanan gerak dari setiap perlakuan untuk melihat
4) Palpasi
19
5) Tes persarafan
kedua kaki secara bergantian dengan cara mengangkat kaki dalam keadaan
lurus. Jika terasa nyeri yang menjalar ke daerah lutut pada sudut 30-70
derajat bisa disimpulkan bahwa terdapat kelainan persaraf pada L4-S1. Tes
kedua disebut patrick test, pada tes ini pasien berbaring, tumit dari kaki
yang satu diletakkan pada sendi lutut pada tungkai yang lain. Setelah ini
dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila
timbul rasa nyeri maka hal ini berarti ada suatu sebab yang non neurologik
misalnya coxitis. Yang terakhir adalah chin chest maneuver, tes ini
naik ke atas dalam canalis spinalis. Akibatnya maka akarakar saraf akan
ikut tertarik ke atas juga, terutama yang berada di bagian thorakal bawah
dan lumbal atas. Jika terasa nyeri berarti ada gangguan pada akar-akat
saraf tersebut.
d. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan radiologi seperti foto polos, CT scan dan MRI untuk melihat
apakah ada kelainan pada struktur tulang belakang, otot dan persarafan. 23
20
1) Foto Polos Lumbosacral
akan terlihat susunan tulang belakang yang terdiri dari lima ruas tulang
sering dilakukan pada pasien LBP karena mudah dilakukan dan relatif
mungkin terlihat pada pasien LBP ringan antara lain spondylolisthesis < 3
21
mm, osteophyte < 2 mm, subcondral sclerosis ringan dan penyempitan
DIV 25-50%. Pada kasus LBP sedang gambaran yang mungkin terlihat
sclerosis sedang, fraktur pada satu tulang dan penyempitan DIV 50-75%.
berat akan terlihat spondylolisthesis > 5 mm, osteophyte > 4 mm, adanya
Gambar 5 : Osteoporosis23
seperti lamina, pedicle, the facet joints, dan intervertebral foramina dapat
dilakukan meski tidak terlalu penting. Foto oblique biasa digunakan untuk
memvisualisasikan foramina L5 sisi kanan dan kiri karena pada foto lateral
tidak terlihat dengan baik. Pasien dengan posisi miring 30-45 derajat
articular process dan facet joints akan tampak seperti “Scottie dogs”.24
22
Kelemahan pada pemeriksaan radiologi foto polos adalah pada
dan penonjolan dari DIV (herniated disc). Untuk mengamati lebih jelas
Scan (CT scan) direkomendasikan pada pasien dengan kondisi yang serius
atau defisit neurologis yang progresif, seperti infeksi tulang, cauda equina
hasil gambaran yang lebih akurat pada jaringan lunak, kanal tulang
belakang dan pada keluhan neurologi, oleh karena itu MRI lebih disukai
kortikal yang lebih baik dibandingkan MRI. Jadi ketika pemeriksaan pada
scan. Pada pasien dengan nyeri punggung akut dengan tandatanda atau
gejala herniated disc atau penyakit sistemik lain, CT scan dan MRI jarang
23
Pemeriksaan EMG dan NCS sangat membantu dalam
selama pemeriksaan fisik. Pada pasien LBP dengan gejala atau tanda
F. Penatalaksanaan
24
kegiatan sosial pasien terganggu (seperti pergi pengajian
rutin di masjid).
arus bolak balik frekuensi 2450 MHz dengan panjang gelombang 12,25
cm.25
Efek hangat yang dihasilkan oleh energi listrik oleh arus bolak
aliran darah ke otot maka suplai oksigen dan nutrisi akan semakin banyak
menggunakan MWD. 25
25
Dalam penggunaan MWD terdapat efek fisiologis dan efek
berkurangnya spasme otot ini maka akan lebih mudah untuk melakukan
kekuatan dan frekuensi denyut listrik yang dihasilkan oleh mesin. Denyut
ini menghambat pesan nyeri yang dikirim ke otak dari rahim dan leher
meredakan nyeri.26
26
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah
penerapan arus listrik melalui kulit untuk kontrol rasa sakit, dihubungkan
TENS, dan Acupuntur Like TENS. Dari tipe TENS yang beragam, maka
Indikasi dari penggunaan TENS antara lain: (a) pada kondisi akut: nyeri
berhubungan dengan penanganan kasus gigi, (c) pada kondisi kronik: nyeri
pasca herpetic, neuralgia trigeminal, (d) injuri saraf tepi, (e) angina
pectoris, (f) nyeri fascial, (g) nyeri tulang akibat metastase. Sedangkan
yang diterapi, (d) pasien beralat pacu jantung, (e) kehamilan, apabila terapi
diberikan pada area pungggung dan abdomen, (f) luka terbuka yang sangat
lebar, (g) kondisi infeksi, (h) pasien yang mengalami gangguan hambatan
27
yang merupakan analgesik alami dalam tubuh dan penghambat langsung
merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit. Pada kasus LBP karena
28
3. Terapi Latihan
ditujukan pd laki-laki dibawah usia 50-an & wanita dibawah usia 40- an
latihan ini digunakan ketika penyebab gangguan berasal dari facet joint
menigkatkan fleksibilitas atau elastisitas pada group otot fleksor hip dan
29
pinggang bawah. Kontraindikasi dari William Flexion Exercise adalah
gangguan pada diskus seperti disc. bulging, herniasi diskus, atau protrusi
diskus. 32
G. Faktor Resiko
Adapun faktor risiko terjadinya Low back pain (LBP) yaitu usia,
jasmani dan posisi tubuh dalam bekerja atau cara kerja yang salah juga
dapat berakibat pada Low back pain (LBP). Pekerjaan yang rentan terkena
H. Komplikasi
1. Depresi
depresi sehingga akan berdampak pada gangguan pola tidur, pola makan,
pain. 32
2. Berat Badan
Pasien low back pain biasanya akan mengalami nyeri yang hebat
30
pasien terhambat. Akibat terhambatnya aktivitas dan gerakan pasien dapat
menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas. Selain itu, low back pain
banyak. 32
3. Kerusakan Saraf
masalah pada vesika urinaria sehingga pasien dengan low back pain akan
menderita inkontinensia. 32
I. Prognosis
31
BAB III
KESIMPULAN
stenosis serta masalah pada sendi inter vertebra dan kaki yang tidak sama
panjang.
adanya nyeri tekan dan nyeri gerak pada pinggang bawah, adanya spasma
32
membungkuk, gangguan saat jongkok dan gangguan saat jalan. Untuk
fisioterapi yang dapat diberikan berupa IR, massage, dan terapi latihan
33
DAFTAR PUSTAKA
2. Maher, S., and Pellino. 2002. Low Back Pain Syndroma. FA Davis
Company 4(3):113. Philadelpia.
5. Rakel D. 2002. Back Pain-low. Diakses pada tanggal 4 januari 2020 dari
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003108.htm.
9. Mathis, Robert L & John H. Jackson ( Terjemahan Jimmy Sadeli dan Bayu
Prawira), 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, jilid 1, Penerbit
Salemba, Jakarta.
10. Kishner, Stephen MD. MHA. (2014, 27 Januari). Lumbar Spine Anatomy.
Medscape. Diakses 14 April 2014, dari
http://emedicine.medscape.com/article/1899031-overview#aw2aab6b3.
34
12. Taylor L, La Mone. (1997). Fundamentals of nursing: the art and science
of nursing care B. Third Edition. Philadhelpia: Lippincott.
15. Hills, Everett C. MD. MS. (2014, 9 april). Mechanical Low Back Pain.
Medscape. Diakses 9 April 2014, dari
http://emedicine.medscape.com/article/310353-overview#a0156.
17. Idyan Z. 2008. Hubungan Lama Duduk Saat Perkuliahan dengan Keluhan
Low Back Pain. http://inna-ppni.or.id./. Diakses 16 Februari 2016.
18. Letts, Robert Mervyn MD. FRCS(C). FACS. (2014, 28 Maret). Congenital
Spinal Deformity. Medscape. Diakses 16 April 2014, dari
http://emedicine.medscape.com/article/1260442-overview#aw2aab6b6.
19. Anderson, J.L. & Barnett, M.(2013).Learning Physics with Digital Game
Simulations in Middle School Science.J Sci Educ Technol, 22(6), 914-
926.
21. AKPER PPNI Surakarta (2010, 2 Agustus). Vital Sign atau Tanda Vital.
Surakarta.
35
23. Patel, Rajeev K. MD. (2012, 13 november). Lumbar Degenerative Disk
Disease. Medscape. Diakses 13 April 2014, dari
http://emedicine.medscape.com/article/309767-clinical#a0218.
24. Ahmad, Affan., dan Farid Budiman. 2014. Hubungan Posisi Duduk
Dengan Nyeri Punggung Bawah Pada Penjahit Vermak Levis Di Pasar
Tanah Pasir Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara Tahun 2014. Forum
Ilmiah. Vol 11 no 3.
27. Pearce II, John A. dan Robinson Richard B.Jr. (2008). Manajemen
Strategis 10. Salemba Empat : Jakarta.
28. Parjoto, Slamet, 2005, Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri, IFI Cabang
Semarang.
29. Susilo, Wahyu Agung. 2010. Pengaruh terapi modalitas dan terapi latihan
terhadap penurunan rasa nyeri pada Pasien cervical root syndrome di rsud
dr. Moewardi Surakarta. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
30. Parjoto, S. 2006. Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri. Semarang: Ikatan
Fisioterapi Indonesia Cabang Semarang.
31. Suma, Ade Putra. 2013. William Flexion Exercise. Diakses 24 Oktober
2014. http://terapilatihan.com/2013/07/william-flexion-exercise.html.
33. Wirawan, R.B. 2004. Diagnosa dan Management Nyeri Pinggang; Pain
Simposium : Towards Mechanism Based Treatment. Jogjakarta, hal.105-8.
34. Mirawati T, et al. 2004. Etiologi dan resistensi LBP hernia nucleus
pulposus (HNP).
36