PENDAHULUAN
1
cedera. Dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan LBP dalam masyarakat
diperlukan kerja sama yang baik antara pasien, dokter dan terapis dari rehab medik,
untuk mengatasi nyeri yang dapat mengganggu perkerjaan dan aktivitas sehari-hari.
Dari aspek rehabilitasi medic, LBP menyebabkan nyeri pada tulang belakang
(impairment), keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (disability), dan
keterbatasan dalam melakukan pekerjaan dan aktivitas sosial (handicap). Sehingga
diperlukan penanganan dari segi rehabilitasi medic dengan tujuan yaitu agar penderita
dapat kembali kepada kondisi semula atau mendekati keadaan sebelum sakit,
menghindari semaksimal mungkin timbulnya cacat sekunder, mengusahakan sedapat
ungkin penderita cepat kembali ke pekerjaan semula, serta psikologis penderita mejadi
lebih baik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
LBP (Low Back pain) adalah suatu sensasi nyeri di daerah lumbosakral dan
sakroiliakal, umumnya pada daerah L4-L5 dan L5-S1, nyeri ini sering disertai penjalaran ke
tungkai sampai kaki (Harsono, 2009). LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah
satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik
(Maher,Salmond&Pellino,2002).
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-
tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa
3
minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat
disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri
dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga
dapat melukai otot, ligamen dan tendon.
Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan
spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri
pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan.
Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya
memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low
back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi
discus intervertebralis dan tumor.
Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Menurut Soeharso
(1978) kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang
vertebra hanya setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya low back pain yang disertai dengan skoliosis ringan.
Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat menjadi satu,
namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat lubang di tulang vertebra
dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina dan keadaan ini dikenal dengan
Spina Bifida. Penyakit spina bifida dapat menyebabkan gejala-gejala berat sepert
4
club foot, rudimentair foof, kelayuan pada kaki, dan sebagainya. namun jika lubang
tersebut kecil, tidak akan menimbulkan keluhan.
a. Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus
vertebrae, dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus
vertebrae (Bimariotejo, 2009). Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu
bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru menimbulkan nyeri akibat
kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri pinggang ini berkurang atau hilang
bila penderita duduk atau tidur dan akan bertambah, bila penderita itu
berdiri atau berjalan (Bimariotejo, 2009).Soeharso (1978) menyebutkan
gejala klinis dari penyakit ini adalah:
5
ditimbulkan adalah low back pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui
dengan pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral (Soeharso, 1978).
6
b. Perubahan pada sendi Lumba Sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan
sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia.
Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra
lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan gerak.
b. Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini ditandai
dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri
memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan (Dieppe,
1995 dalam Idyan, 2008).
7
c. Penyakit Infeksi
Menurut Diepee (1995) dalam Idyan (2008), infeksi pada sendi terbagi atas
dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis,
disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan
pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan.
2.4 Patofisiologi
Patologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai penyakit atau gangguan hidup
(Abrahams, 1992). HNP adalah keluarnya material nukleus dari pembungkus annulus
fibrosis kapsul (Calliet, 1981). Penyebab HNP paling besar adalah trauma (50%) baik
langsung maupun tidak langsung pada diskus invertebralis yang akan menyebabkan
kontraksi hebat dari nukleus pulposus, perobekan serat-serat fibrolastis annulus
8
fibrosis sehingga annulus menjadi pecah-pecah bahkan robek, nukelus pulposus yang
tertekan akan mencari jalan keluar melalui sobekan annulus fibrosis mendorong
ligamentum longitudinal dan terjadilan herniasi. Setelah annulus fibrosis robek,
nukelus pulposus akan mengalami difusi melalui robekan tersebut. Difusi tersebut
menyebabkan penyempitan jarak antara kedua korpus vertebra. Saat terjadi penjebolan
ini akan dirasakan nyeri tajam dan hebat segera atau beberapa saat didaerah punggung.
Nyeri yang terjadi pada HNP L4-5 dapat disebabkan oleh (1) adanya iritasi pada
selaput yang menyertai radiks atau saraf yang masuk ke dalam foramen
intervertebralis; (2) adanya iritasi dari penonjolan nukleus pulposus ke ligamentum
longitudinal posterior karena mendapat innervasi dari syaraf siniferbrais; (3) spasme
otot-otot erector spine yang innervasi olah ramus primasius posterior nevus spinalis
sifat nyeri dapat lokal maupun radikuler (Salfer, 1970). Tingkat atau gradual HNP
dapat dikatakan menjadi (1) protuted intervertebralis discus yaitu penonjolan nukleus
pulposus ke satu arah tanpa disertai ruptur dari annulus fibrosus; (2) protuted
intervertebral discus yaitu nukleus pulposus berpindah tempat tetapi belum keluar dari
lingkaran annulus fibrosus (3) Extruded intervertebral discus yaitu nukleus pulposus
proses yaitu proses jelas keluar menembus ligamen longitudinal posterior (Mugel,
1997). Arah prolaps atau penonjolan hernia nukleus pulposus lumbal biasanya ke arah
postero sentral atau posterior dan postero lateral. Tetapi lebih banyak yang mengarah
ke posterolateral.
9
yang mendapat innervasi dari serabut saraf yang keluar dari tapis lesi.
b. Prolaps ke posterior
Arah ini dapat terjadi pada lumbal 4-5 yang dapat digolongkan menjadi : 1)
Penekanan ringan ke belakang dan terjadi pelan akan menimbulkan gejala dura saja;
2) Penekanan hebat ke arah belakang dan terjadi mendadak akan menimbulkan
gejala dura dan nyeri radikuler; 3) Penonjolan secara masih kearah belakang yang
merobekkan ligamen longitudinal posterior dan terjadi penekanan pada
candaequine. Prolaps ke posterior ini pada keadaan lanjut dapat diikuti gangguan
motoris upper motor neuron.
1. Nyeri punggung bawah yang dapat meluas ke regio gluteal, paha bagian posterior,
regio cruris sampai ke regio pedis.
10
pada distribusi saraf iskhiadikus. Sciatica sering disertai dengan rasa tebal (numbness)
dan rasa kesemutan (tingling).
2.6 Diagnosa
2.6.1 Anamnesa
Gambaran klinis
Nyeri pada regio atau tempat yang tertekan merupakan tanda khas, nyeri
berawal dari punggung, namun nyeri dapat menjalar turun ke bokong, tungkai
bahkan ke kaki. Bila nyeri bertambah berat atau berlangsung dalam waktu
yang lama, maka dapat mengalami kesulitan buang air kecil, kesulitan tidur,
dan depresi.
Inspeksi : lihat posisi tubuh pasien saat duduk, saat berdiri dan saat berjalan.
Menilai Gerakan aktif pasien, perhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan
juga bentuk kolumna vertebralis, Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau
arah,
11
Palpasi : palpasi sepanjang columna vertebralis ( ada tidaknya nyeri, gibus,
spasme otot para vertebra, bentuk tulang vertebra .
a. Pemeriksaan neurologik :
Pemeriksaan saraf bertujuan untuk memastikan apakah nyeri yang dirasakan berasal
dari saraf atau karena penyebab lain.
12
Patrick sign ( FABERE sign ). FABERE merupakan singkatan dari
refleksi, abduksi, external, rotasi, extensi. Pada tes ini penderita barbaring,
tumit dari kaki yang satu diletakkan pada sendi lutut pada tungkai yang lain.
Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar.
Bila timbul rasa nyeri maka hal ini berarti ada sesuatu sebab yang non
neurogik misalnya coxitis
Kontra patrick sign. Cara melakukan tes ini yaitu tungkai dalam
posisi fleksi sendi lutut dan sendi panggul, kemudian lutut didorong ke
medial, bila disendi sakroiliaka ada kelainan maka disitu akan terasa nyeri.
13
2.6.3 Pemeriksan Penunjang
2.7 Terapi
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal,
lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan
otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktivitas biasa.
14
2.8.2 Medikamentosa
a. Traksi pelvis
b. Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme
otot.
c. Korset lumbal
d. Latihan kelenturan
Latihan untuk kelenturan punggung adalah dengan membuat posisi
meringkuk seperti bayi dari posisi terlentang. Tungkai digunakan sebagai
tumpuan tarikan. Untuk menghasilkan posisi knee-chest, panggul
diangkat dari lantai sehingga punggung teregang, dilakukan fleksi bertahap
punggung bawah bersamaan dengan fleksi leher dan membawa dagu ke
dada. Dengan gerakan ini sendi akan mencapai rentang maksimumnya.
Latihan ini dilakukan sebanyak 3 kali gerakan, 2 kali sehari.
e. Latihan penguatan
Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan
belakang dari posisi berbaring.
f. Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan kembali
diluruskan dengan tumit tetap menempel pada lantai (menggeser tumit).
g. Latihan mengangkat panggul:
Pasien dalam posisi telentang, dengan lutut dan punggung fleksi, kaki
bertumpu di lantai. Kemudian punggung ditekankan pada lantai dan panggul
15
diangkat pelan-pelan dari lantai, dibantu dengan tangan yang bertumpu pada
lantai. Latihan ini untuk meningkatkan lordosis vertebra lumbal.
h. Latihan berdiri: Berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm, kemudian
punggung menekan dinding dan panggul direnggangkan dari dinding sehingga
punggung menekan dinding. Latihan ini untuk memperkuat muskulus kuadriseps.
i. Latihan peregangan otot hamstring: Peregangan otot hamstring penting karena otot
hamstring yang kencang menyebabkan beban pada vertebra lumbosakral termasuk
pada anulus diskus posterior, ligamen dan otot erector spinae. Latihan dilakukan
dari posisi duduk, kaki lurus ke depan dan badan dibungkukkan untuk berusaha
menyentuh ujung kaki. Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri.
j. Latihan berjinjit: Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada 2 kaki,
kemudian berjinjit (mengangkat tumit) dan kembali seperti semula. Gerakan ini
dilakukan 10 kali.
k. Latihan mengangkat kaki: Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut,
meluruskan kaki yang lain dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm dan
tahan selama 1-5 detik. Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini diulang 10 kali.
Proper body mechanics: Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap
tubuh yang baik untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.
a. Medikamentosa
- Analgesik
- Transquilizer
- Neuroroborantia
16
Fisioterapi
- Terapi panas
Electrotherapy atau terapi listrik merupakan terapi deengan menggunakan listrik arus
rendah. Beberapa teori tentang mekanisme terapi listrik dalam mengurangi nyeri antara
lain adalah lewat mekanisme menghambat transmisi nyeri ke otak ( gate control
theory ) dan teori kedua adalah lewat mekanisme pengeluaran endorphins ( suatu
hormon didalam otak yang menurunkan kepekaan terhadap nyeri dan mempengaruhi
emosi ). Transcutaneous elektro nerve stimulation (TENS ) yang merupakan alat
portable bertenaga baterai yang dapat menghasilkan arus listrik bertegangan rendah
yang dialirkan ke kulit lewat elektroda yang diletakan diatas area yang mengalami
gangguan. Arus listrik mengeblok saraf sensorik are tersebut dengan menghambat
transmisi nyeri menuju otak.
- Traksi
17
Ostetis Prostetis
Pemakaian korset LSO (Lumbal Sacral Ortose ), fungsinya untuk mengontrol postur
spinal, mengurangi nyeri, mencegah cedera lebih lanjut , menghindarkan gerakan
yang berbahaya bagi spinal.
Psikolog
Evaluasi :
2.8 Prognosis
Prognosis sangat baik, akan mengalami perbaikan pada cedera lumbal strain atau
sprain, dengan melakukan fisiotherapy dan pemberian medikamentosa secara adekuat,
90% pasien mengalami penyembuhan dalam waktu I bulan, tetapi nyeri pinggang strain
dapat menjadi kronik bila tidak dilakukan pengolaan secara benar termasuk perubahan
perilaku yang dapat menyebabkan strain atau sprain lumbal
18
2.9 Pencegahan
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : Tn. P H R
Umur : 38 tahun
Pendidikan : Sarjana
19
Suku Bangsa : Papua
Tanggal Periksa :
3.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama:
Nyeri pada pinggang kanan bawah dan menjalar hingga tungkai bawah
20
bulan Maret pasien kembali atang dengan keluhan nyeri pinggang yang sama,
sehingga pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan MRI untuk mengetahui
sumber nyeri pasien. Sebelum memeriksa MRI pasien melakukan fisioterapi
kembali untuk mengurangi nyeri pinggang tersebut.
3. RiwayatPenyakit Dahulu:
- Riw. Fraktur pada lengan kanan pada usia 12 tahun
- Jantung (-)
- Kolestrol (-)
- Asam Urat (+)
- DM (-)
- Hipertensi (-)
21
- Leher : Trakea letak tengah, Pembesaran KGB (-)
- Thoraks : Simetris, suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
- Abdomen : Datar, Simetris, Bising usus (+) normal
- Hepar : tidak teraba
- Lien : tidak teraba
- Ekstremitas : Akral hangat, Edema (-)
- Posisi berdiri : cara pasien berdiri dalam keadaan normal
- Bagian belakang tubuh: deformitas (-), gibus (-), skoliosis (-), atrofi otot (-)
- Cara pasien berjalan normal
Musculoskeletal Status
Neurological Status
22
b. Berbahasa : Normal
c. Reflex Patologis : Babinski (+)
d. Nervus Cranialis:
e. Status Sensoris :
- SLR (+)
- Patrick dan Kontra Patrick (+)
1. Vertebra Xray
23
2. MRI
3.5 Resume
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada punggung bawah sebelah kanan sejak
1 bulan lalu. Keluhan dirasakan saat berjalan, duduk, maupun berdiri lama. Nyeri
pinggang dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan menjalar hingga tungkai kanan bawah,
hingga menyebabkan kram-kram hingga betis kanan. Menurut pasien sekitar tahun
2016, pasien akan mengangkat sebuah tempat bakaran ikan menggunakan tangan
kanan dengan sedikit memiringkan badan, saat itu pasien langsung mengalami nyeri
hebat di punggung bawah. Pasien mengaku tidak pingsan namun tidak dapat bergerak
hingga setengah jam lebih.
Disaat sudah baikan pasien langsung pulang kerumah karena merasa baikan,
namun seminggu kemudian pinggang pasien terasa nyeri dan menjalah hingga
punggung atas dan kaki bawah. Sehingga pasien memilih berobat pada dokter saraf.
Pasien diberi obat penghilang rasa sakit, dan diedukasi untuk mengompres dengan air
panas untuk mengurangi rasa sakit. Karena merasa nyeri pinggangnya sudah hilang
dan dapat beraktivitas seperti biasa pasien menghentikan pengobatan namun pasa
tahun 2017 nyeri pinggang pasien kembali kambuh sehingga pasien
memutuskankembali berobat dan disarankan untuk melakukan foto x-ray. Hasil foto
menunjukkan tidak ada masalah pada tulang pasien sehingga pasien di rujuk ke Poli
Rehab Medik untuk melakukan fisioterapi. Setelah terapi pasien kembali merasa lebih
baik, namun pada tahun 2018 sekitar bulan Maret pasien kembali atang dengan
keluhan nyeri pinggang yang sama, sehingga pasien disarankan untuk melakukan
pemeriksaan MRI untuk mengetahui sumber nyeri pasien. Sebelum memeriksa MRI
pasien melakukan fisioterapi kembali untuk mengurangi nyeri pinggang tersebut.
Pasien mengaku BAK dan BAB lancer.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien baik, vital sign normal,
pemeriksaan fisik status generalis normal, pemeriksaan status lokalis di daerah region
24
lumbosacral didapatkan nyeri tekan (+) dan spasme (+). Pada pemeriksaan khusus
didapatkan SLR (+), Patrick dan Kontra Patrick (+).
3.6 Diagnosis
- Immediate Goals: mengurangi nyeri pada punggung bawah dan tungkai bawah
- Ultimate goals: beraktivitas kembali tanpa gangguan
3.8 Prognosis
25
Ad vitam : Bonam
Ad fungsional : Bonam
Ad Sanationam : Dubia at Bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan pada daerah punggung awah, dapat
menyerupai nyeri lokal maupun nyeri yang menjalar atau keduanya, menjalar hingga ke
daerah lain. Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara
tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa
minggu. Sedangkan chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa
nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali.
HNP adalah keluarnya material nukleus dari pembungkus annulus fibrosis kapsul.
Penyebab HNP paling besar adalah trauma baik langsung maupun tidak langsung pada
diskus invertebralis yang akan menyebabkan kontraksi hebat dari nukleus pulposus,
perobekan serat-serat fibrolastis annulus fibrosis sehingga annulus menjadi pecah-pecah
bahkan robek, nukelus pulposus yang tertekan akan mencari jalan keluar melalui
26
sobekan annulus fibrosis mendorong ligamentum longitudinal dan terjadilan herniasi.
Setelah annulus fibrosis robek, nukelus pulposus akan mengalami difusi melalui
robekan tersebut. Difusi tersebut menyebabkan penyempitan jarak antara kedua korpus
vertebra. Saat terjadi penjebolan ini akan dirasakan nyeri tajam dan hebat segera atau
beberapa saat didaerah punggung.
Pasien dalam kasus ini, pada anamnesa didapatkan keluhan nyeri pada pinggang
kanan bawah yang sudah dialami pasien sejak 2016 yang lalu. Keluhan sat ini
dirasakan bila pasien berjalan jauh, duduk lama dan berdiri lama. Nyeri dirasakan
seperti di tusuk-tusuk atau ditikam yang menjalar ke tungkai atas hingga betis, dan
menjadi kram-kram pada tungkai hingga betis kanan
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan
dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma
punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh
dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Pada LBP yang disebabka karena
trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan seperti:
27
nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan
keterbatasan gerak.
Pada kasus ini pasien pernah mengalami trauma pada punggung bawah dekat
pinggang sekitar 2,5 tahun lalu, segera membaik setelah nyeri hebat yang dirasakan
saat pertama kali mengalami trauma. Kemudian setelah seminggu pasien merasakan
nyeri pada pinggang bawahnya.
Selain itu HNP kebanyakkan juga disebabkan karena adanya trauma derajat sedang
berulang yang mengenai discusintervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya
annulus fibrosus. Patofisiologi HNP dapat terjadi tiba-tiba ataupun perlahan-lahan.
Arah prolaps atau penonjolan hernia nukleus pulposus lumbal biasanya ke arah postero
sentral atau posterior dan postero lateral. Tetapi lebih banyak yang mengarah ke
posterolateral.
28
candaequine. Prolaps ke posterior ini pada keadaan lanjut dapat diikuti gangguan
motoris upper motor neuron.
Manifestasi klinis yang timbul pada HNP tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP
lumbal dapat bermanifestasi sebagai suatu sindrom yang terdiri dari
kumpulan gejala berikut :
1. Nyeri punggung bawah yang dapat meluas ke regio gluteal, paha bagian posterior,
regio cruris sampai ke regio pedis.
Gejala klinis pada kasus ini yang di temukan terdapat keluhan pasien saat nyeri
pinggang kanan bawah yang menjalar ke betis kanan, kram-kram dan keluhan hilang
timbul seriing pengobatan yang diambil pasien.
Dari pemeriksaan fisik pada pasien dalam kasus ini didapatkan keadaan umum pasien
baik, vital sign normal, pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal.
29
Pemeriksaan status lokalis di daerah lumboskaral didapatkan nyeri tekan (+), dan
spasme (+), pada pemeriksaan khusus SLR (+), Patrick dan Kontra Patrick (+).
Terapi listrik (TENS) atau Electrotherapy atau terapi listrik merupakan terapi deengan
menggunakan listrik arus rendah. Beberapa teori tentang mekanisme terapi listrik dalam
mengurangi nyeri antara lain adalah lewat mekanisme menghambat transmisi nyeri ke
otak ( gate control theory ) dan teori kedua adalah lewat mekanisme pengeluaran
endorphins ( suatu hormon didalam otak yang menurunkan kepekaan terhadap nyeri
dan mempengaruhi emosi ). Transcutaneous elektro nerve stimulation (TENS ) yang
merupakan alat portable bertenaga baterai yang dapat menghasilkan arus listrik
bertegangan rendah yang dialirkan ke kulit lewat elektroda yang diletakan diatas area
30
yang mengalami gangguan. Arus listrik mengeblok saraf sensorik are tersebut dengan
menghambat transmisi nyeri menuju otak.
Ostetis Prostetis, pemakaian korset LSO (Lumbal Sacral Ortose ), fungsinya untuk
mengontrol postur spinal, mengurangi nyeri, mencegah cedera lebih lanjut ,
menghindarkan gerakan yang berbahaya bagi spinal.
Psikolog mengadakan evaluasi dan mengobati gangguan mental akibat penyakit untuk
meningkatkan motivasi serta berusaha mengatasi penyakitnya. Kemudian mengevaluasi
gaya hidup penderita sebelum sakit, respon penderita terhadap penyakit, respon
penderita terhadap stress sehari-hari.
Petugas sosial Medik yang memberikan bantuan kepada penderita demi menghadapi
masalah sosial yang mempengaruhi penderita dalam hubungan penyakit dan
penyembuhan.
Kebanyakkan pasien HNP 80-90%, akan membaik keadaannya pada aktiitas normal
tanpa terapi yang agresif dan dapat sembuh sempurna dalam beberapa bulan. Tetapi
sebagian kecil akan berlanjut menjadi nyeri kronik di punggung bawah walaupun
telah menjalani terapi.
- Ad vitam :
- Ad Functionam :
- Ad sanationam :
31