Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nyeri punggung bawah (HNP) atau Low Back Pain (LBP) adalah gejala yang
paling sering timbul di masyarakat kita. Sekitar 60-80% dari seluruh penduduk dunia
pernah mengalami paling tidak satu kali nyeri punggung bawah selama hidupnya tanpa
mengenal perbedaan umur dan jenis kelamin. Di Amerika Serikat, LBP merupakan
penyebab paling sering dalam menghambat aktivitas penduuk pada usia <45 tahun,
tercatat lebih dari 80% penduduk mengeluh nyeri punggung bawah. Lebih dari 80 juta
USD dihabiskan setiap tahun untuk mengatasi LBP di Amerika Serikat. Prevalensi
pertahunnya bervariasi dimulai 15-45 %, dengan nilai rata-rata 30%.
Di Indonesia, nyeri punggung bawah juga merupakan kesehatan yang sering
terjadi. Kira-kira 80% penduduk Indonesia pernah merasakan nyeri punggung bawah.
Nyeri dapat bervariasi dari berat dan berlangsung lama sampai sedang dan berlangsung
singkat. Bagi banyak orang nyeri dapat membaik dalam beberapa minggu. Kelompok
Studi Nyeri (Pokdi Nyeri) melakukan penelitian pada Mei 2002 di 14 RS pendidikan,
menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak 4456 (25% total kunjungan) adalah
penderita nyeri punggung bawah, dimana 1598 (35,86%) merupakan penderita nyeri
kepala dan 819 (18,37) adalah nyeri punggung bawah.
Nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal, dan
akibat mobilisasi yang salah. LBP memnyebabkan timbulnya rasa tidak nyaman pada
daerah lumbal dan sacrum. Walaupun kasus LBP jarang fatal, namun nyeri yang
dirasakan menyebabkan pasien mengalami disabilitas yaitu terbatas fungsional dalam
kehidupan sehari-hari dan banyak kehilangan waktu bekerja terutama pada usia
produktif.
Etiologi LBP dapat bervariasi, trauma merupakan penyebab salah satu penyebab
nyeri punggung bawah yang paling sering ditemukan pada pasien yang mengalami

1
cedera. Dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan LBP dalam masyarakat
diperlukan kerja sama yang baik antara pasien, dokter dan terapis dari rehab medik,
untuk mengatasi nyeri yang dapat mengganggu perkerjaan dan aktivitas sehari-hari.
Dari aspek rehabilitasi medic, LBP menyebabkan nyeri pada tulang belakang
(impairment), keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (disability), dan
keterbatasan dalam melakukan pekerjaan dan aktivitas sosial (handicap). Sehingga
diperlukan penanganan dari segi rehabilitasi medic dengan tujuan yaitu agar penderita
dapat kembali kepada kondisi semula atau mendekati keadaan sebelum sakit,
menghindari semaksimal mungkin timbulnya cacat sekunder, mengusahakan sedapat
ungkin penderita cepat kembali ke pekerjaan semula, serta psikologis penderita mejadi
lebih baik.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

LBP (Low Back pain) adalah suatu sensasi nyeri di daerah lumbosakral dan
sakroiliakal, umumnya pada daerah L4-L5 dan L5-S1, nyeri ini sering disertai penjalaran ke
tungkai sampai kaki (Harsono, 2009). LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah
satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik
(Maher,Salmond&Pellino,2002).

2.2 Klasifikasi Low Back Pain (LBP)

Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya LBP terbagi menjadi


dua jenis, yaitu:

2.2.1. Acute Low Back Pain

Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-
tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa

3
minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat
disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri
dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga
dapat melukai otot, ligamen dan tendon.

Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan
spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri
pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.

2.2.2. Chronic Low Back Pain

Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan.
Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya
memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low
back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi
discus intervertebralis dan tumor.

2.3. Penyebab Low Back Pain (LBP)


Beberapa faktor yang menyebabakan terjadinya LBP, antara lain:

2.3.1. Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir

Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Menurut Soeharso
(1978) kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang
vertebra hanya setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya low back pain yang disertai dengan skoliosis ringan.

Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat menjadi satu,
namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat lubang di tulang vertebra
dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina dan keadaan ini dikenal dengan
Spina Bifida. Penyakit spina bifida dapat menyebabkan gejala-gejala berat sepert

4
club foot, rudimentair foof, kelayuan pada kaki, dan sebagainya. namun jika lubang
tersebut kecil, tidak akan menimbulkan keluhan.

Beberapa jenis kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir adalah:

a. Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus
vertebrae, dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus
vertebrae (Bimariotejo, 2009). Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu
bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru menimbulkan nyeri akibat
kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri pinggang ini berkurang atau hilang
bila penderita duduk atau tidur dan akan bertambah, bila penderita itu
berdiri atau berjalan (Bimariotejo, 2009).Soeharso (1978) menyebutkan
gejala klinis dari penyakit ini adalah:

- Penderita memiliki rongga badan lebih pendek dari semestinya.


Antara dada dan panggul terlihat pendek.
- Pada punggung terdapat penonjolan processus spinosus vertebra
yang menimbulkan skoliosis ringan.
- Nyeri pada bagian punggung dan meluas hingga ke ekstremitas
bawah.
- Pemeriksaan X-ray menunjukan adanya dislokasi, ukuran antara
ujung spina dan garis depan corpus pada vertebra yang mengalami
kelainan lebih panjang dari garis spina corpus vertebrae yang
terletak diatasnya.

b. Penyakit Kissing Spine


Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus spinosus
bersentuhan. Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan tidak. Gejala yang

5
ditimbulkan adalah low back pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui
dengan pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral (Soeharso, 1978).

c. Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V


Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari vertebra
lumbal ke V melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau os ileum
(Soeharso, 1978).

2.3.2. Low Back Pain karena Trauma

Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP


(Bimariotejo, 2009). Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan
pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat
menderita nyeri pinggang bawah yang akut.

Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat


menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung,
mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan
nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam
jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan
pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut
(Idyan, 2008).Menurut Soeharso (1978), secara patologis anatomis, pada
low back pain yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa
keadaan, seperti:

a. Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca


Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa
nyeri pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah
saat batuk dan saat posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague
symptom positif dan pergerakan kaki pada hip joint terbatas.

6
b. Perubahan pada sendi Lumba Sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan
sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia.
Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra
lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan gerak.

2.3.3. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan


Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan
jaringan pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut
tidak hanya pada daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga
disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain (Soeharso, 1978).

Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh


perubahan jaringan antara lain:

a. Osteoartritis (Spondylosis Deformans)


Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot- ototnya juga
menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada
otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang
vetebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti
saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang
hingga ke pinggang (Idyan, 2008).

b. Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini ditandai
dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri
memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan (Dieppe,
1995 dalam Idyan, 2008).

7
c. Penyakit Infeksi
Menurut Diepee (1995) dalam Idyan (2008), infeksi pada sendi terbagi atas
dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis,
disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan
pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan.

2.3.4. Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat

Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan


berjalan dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat
menimbulkan komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu
valgum, genu varum, coxa valgum dan sebagainya (Soeharso, 1987).
Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu
yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP (Klooch, 2006
dalam Shocker, 2008).

Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang


menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini
disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat
penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot
(Bimariotejo, 2009).

2.4 Patofisiologi

Patologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai penyakit atau gangguan hidup
(Abrahams, 1992). HNP adalah keluarnya material nukleus dari pembungkus annulus
fibrosis kapsul (Calliet, 1981). Penyebab HNP paling besar adalah trauma (50%) baik
langsung maupun tidak langsung pada diskus invertebralis yang akan menyebabkan
kontraksi hebat dari nukleus pulposus, perobekan serat-serat fibrolastis annulus

8
fibrosis sehingga annulus menjadi pecah-pecah bahkan robek, nukelus pulposus yang
tertekan akan mencari jalan keluar melalui sobekan annulus fibrosis mendorong
ligamentum longitudinal dan terjadilan herniasi. Setelah annulus fibrosis robek,
nukelus pulposus akan mengalami difusi melalui robekan tersebut. Difusi tersebut
menyebabkan penyempitan jarak antara kedua korpus vertebra. Saat terjadi penjebolan
ini akan dirasakan nyeri tajam dan hebat segera atau beberapa saat didaerah punggung.
Nyeri yang terjadi pada HNP L4-5 dapat disebabkan oleh (1) adanya iritasi pada
selaput yang menyertai radiks atau saraf yang masuk ke dalam foramen
intervertebralis; (2) adanya iritasi dari penonjolan nukleus pulposus ke ligamentum
longitudinal posterior karena mendapat innervasi dari syaraf siniferbrais; (3) spasme
otot-otot erector spine yang innervasi olah ramus primasius posterior nevus spinalis
sifat nyeri dapat lokal maupun radikuler (Salfer, 1970). Tingkat atau gradual HNP
dapat dikatakan menjadi (1) protuted intervertebralis discus yaitu penonjolan nukleus
pulposus ke satu arah tanpa disertai ruptur dari annulus fibrosus; (2) protuted
intervertebral discus yaitu nukleus pulposus berpindah tempat tetapi belum keluar dari
lingkaran annulus fibrosus (3) Extruded intervertebral discus yaitu nukleus pulposus
proses yaitu proses jelas keluar menembus ligamen longitudinal posterior (Mugel,
1997). Arah prolaps atau penonjolan hernia nukleus pulposus lumbal biasanya ke arah
postero sentral atau posterior dan postero lateral. Tetapi lebih banyak yang mengarah
ke posterolateral.

a. Prolaps ke posterolateral Pada vertebra lumbal 4-5 prolaps ke postero


lateral ini sering terjadi karena di daerah postero lateral ini annulus fibrosis paling
lemah dan ligamen longitudinal posterior lebih sempit dibandingkan diatasnya,
sehingga dengan adanya hernia disini dapat menyentuh secara langsung pada akar
syaraf yang akan memberikan gejala pada nerveroot (nerve spinalis) yaitu terjadi
penekanan segmental dan akan menyebabkan nyeri radikuler terhadap akar syaraf
lumbal 5. Kelainan motoris terjadi flaccid LMN (Lower Motor Neuron) pada otot

9
yang mendapat innervasi dari serabut saraf yang keluar dari tapis lesi.
b. Prolaps ke posterior
Arah ini dapat terjadi pada lumbal 4-5 yang dapat digolongkan menjadi : 1)
Penekanan ringan ke belakang dan terjadi pelan akan menimbulkan gejala dura saja;
2) Penekanan hebat ke arah belakang dan terjadi mendadak akan menimbulkan
gejala dura dan nyeri radikuler; 3) Penonjolan secara masih kearah belakang yang
merobekkan ligamen longitudinal posterior dan terjadi penekanan pada
candaequine. Prolaps ke posterior ini pada keadaan lanjut dapat diikuti gangguan
motoris upper motor neuron.

2.5 Manifestasi Klinik


HNP lumbal dapat bermanifestasi sebagai suatu sindrom yang terdiri dari
kumpulan gejala berikut :

1. Nyeri punggung bawah yang dapat meluas ke regio gluteal, paha bagian posterior,
regio cruris sampai ke regio pedis.

2. Kekakuan akibat refleks spasme dari otot-otot paravertebral sehingga mencegah


pasien berdiri tegak dengan sempurna.
3. Dapat timbul gejala berupa parestesia, kelemahan otot-otot sekitar punggung dan
kaki, atau kelemahan refleks tendo Achilles. Bila stres vertikal yang kuat mengenai
kolumna vertebra maka nukleus pulposus dapat menonjol ke luar melalui anulus
fibrosus. Peregangan anulus fibrosus, yang berbentuk cincin dan kaya inervasi
nosiseptor, menyebabkan nyeri yang sangat sebagai nyeri punggung bawah yang
terlokalisir. Sementara itu, karena peregangan yang sangat kuat, anulus fibrosus bisa
ruptur atau pecah sehingga material diskus akan ekstrusi dan dapat menekan radiks
saraf menimbulkan nyeri yang dirasakan sebagai nyeri radikuler, yaitu sciatica.
Sciatica, disebut juga sebagai iskhialgia, adalah nyeri pinggang, yang menjalar ke
bawah pada aspek posterior tungkai bawah. Sciatica juga dapat diartikan sebagai nyeri

10
pada distribusi saraf iskhiadikus. Sciatica sering disertai dengan rasa tebal (numbness)
dan rasa kesemutan (tingling).

2.6 Diagnosa

Diagnosa LBP ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan


penunjang,

2.6.1 Anamnesa

Apa yang dirasakan sekarang? kapan kejadiannya ? bagaimana kejadiannya ?


apakah sakitnya mengganggu aktifitas sehari-hari ? adakah suatu trauma ?
dimana letak nyeri ? apakah nyerinya menjalar ? apakah nyerinya bertambah
ketika beraktifitas atau sedang beristirahat ? apakah dikeluarga dengan riwayat
penyakit serupa ? adakah gangguan pada saat miksi atau defekasi ?

Gambaran klinis

Nyeri pada regio atau tempat yang tertekan merupakan tanda khas, nyeri
berawal dari punggung, namun nyeri dapat menjalar turun ke bokong, tungkai
bahkan ke kaki. Bila nyeri bertambah berat atau berlangsung dalam waktu
yang lama, maka dapat mengalami kesulitan buang air kecil, kesulitan tidur,
dan depresi.

2.6.2 Pemeriksaan fisik

Inspeksi : lihat posisi tubuh pasien saat duduk, saat berdiri dan saat berjalan.
Menilai Gerakan aktif pasien, perhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan
juga bentuk kolumna vertebralis, Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau
arah,

11
Palpasi : palpasi sepanjang columna vertebralis ( ada tidaknya nyeri, gibus,
spasme otot para vertebra, bentuk tulang vertebra .

a. Pemeriksaan neurologik :

Pemeriksaan saraf bertujuan untuk memastikan apakah nyeri yang dirasakan berasal
dari saraf atau karena penyebab lain.

b. Pemeriksaan sensorik : Pemeriksaan sensorik pada LBP untuk menentukan


kualitas nyeri pada regio tubuh yang bermasalah.
c. Pemeriksaan motoric: Pemeriksaan motorik dilakukan dengan seksama dan
membandingkan kedua sisi untuk menemukan ada tidaknya abnormalitas motoris.
Seperti :
- Gerak daerah pinggang ( range of motion )
- Pemeriksaan columna vertebralis ( adakah lordosis, kifosis, skoliosis )
- Pemeriksaan nyeri ketok colimna vertebrae
- Pemeriksaan nyeri tekan lamina
- Pemeriksaan motorik tungkai bawah
- Tes provokasi :
Pada nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh HNP maka reflex tendon dari
segmen yang terkena akan menurun atau menghilang. Tes-tes yang dilakukan
antara lain seperti:
 Tes lasegue ( staight leg raising ). Tungkai difleksikan pada sendi
coxae sedangakan sendi lutut tetap lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik.
Bila nyeri pinggang dikarenakan iritasi pasca saraf inj maka nyeri akan
dirasakan pada swpanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai
ujung kaki
 Crossed lasegue. Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit
menyebabkan rasa nyeri pada tungkai yang sakit maka dikatakan crossed
lasegue positif.

12
 Patrick sign ( FABERE sign ). FABERE merupakan singkatan dari
refleksi, abduksi, external, rotasi, extensi. Pada tes ini penderita barbaring,
tumit dari kaki yang satu diletakkan pada sendi lutut pada tungkai yang lain.
Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar.
Bila timbul rasa nyeri maka hal ini berarti ada sesuatu sebab yang non
neurogik misalnya coxitis
 Kontra patrick sign. Cara melakukan tes ini yaitu tungkai dalam
posisi fleksi sendi lutut dan sendi panggul, kemudian lutut didorong ke
medial, bila disendi sakroiliaka ada kelainan maka disitu akan terasa nyeri.

13
2.6.3 Pemeriksan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan jika nyeri yang dialami menetap dengan


ditandai adanya kelemahan tungkai, terjadi penurunan berat badan secara
signifikan, deman, riwayat keganasan. Dapat dilakukan pemeriksaan seperti
X-ray atau CT-Csan, MRI. foto rontgen.

2.7 Terapi

2.7.1 Terapi konservatif LBP meliputi :

Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal,
lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan
otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktivitas biasa.

Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung,


lutut dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra
lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi
jaringan yang meradang.

14
2.8.2 Medikamentosa

 Analgetik dan NSAID


 relaksan otot : Esperison Hcl, Diazepam, Tizanidin
 analgesic opioid lemah ( Codein )

2.7.3 Terapi fisik

a. Traksi pelvis
b. Diatermi/kompres panas/dingin
 Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme
otot.
c. Korset lumbal
d. Latihan kelenturan
 Latihan untuk kelenturan punggung adalah dengan membuat posisi
meringkuk seperti bayi dari posisi terlentang. Tungkai digunakan sebagai
tumpuan tarikan. Untuk menghasilkan posisi knee-chest, panggul
diangkat dari lantai sehingga punggung teregang, dilakukan fleksi bertahap
punggung bawah bersamaan dengan fleksi leher dan membawa dagu ke
dada. Dengan gerakan ini sendi akan mencapai rentang maksimumnya.
Latihan ini dilakukan sebanyak 3 kali gerakan, 2 kali sehari.
e. Latihan penguatan
 Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan
belakang dari posisi berbaring.
f. Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan kembali
diluruskan dengan tumit tetap menempel pada lantai (menggeser tumit).
g. Latihan mengangkat panggul:
 Pasien dalam posisi telentang, dengan lutut dan punggung fleksi, kaki
bertumpu di lantai. Kemudian punggung ditekankan pada lantai dan panggul

15
diangkat pelan-pelan dari lantai, dibantu dengan tangan yang bertumpu pada
lantai. Latihan ini untuk meningkatkan lordosis vertebra lumbal.
h. Latihan berdiri: Berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm, kemudian
punggung menekan dinding dan panggul direnggangkan dari dinding sehingga
punggung menekan dinding. Latihan ini untuk memperkuat muskulus kuadriseps.
i. Latihan peregangan otot hamstring: Peregangan otot hamstring penting karena otot
hamstring yang kencang menyebabkan beban pada vertebra lumbosakral termasuk
pada anulus diskus posterior, ligamen dan otot erector spinae. Latihan dilakukan
dari posisi duduk, kaki lurus ke depan dan badan dibungkukkan untuk berusaha
menyentuh ujung kaki. Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri.
j. Latihan berjinjit: Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada 2 kaki,
kemudian berjinjit (mengangkat tumit) dan kembali seperti semula. Gerakan ini
dilakukan 10 kali.
k. Latihan mengangkat kaki: Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut,
meluruskan kaki yang lain dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm dan
tahan selama 1-5 detik. Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini diulang 10 kali.
 Proper body mechanics: Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap
tubuh yang baik untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.

2.7.4 Program Rehabilitasi Medik

a. Medikamentosa

- Analgesik

- Transquilizer

- Neuroroborantia

b. Program Rehabilitasi Medik

16
Fisioterapi

- Terapi panas

Thermotherapy merupakan terapi dengan menggunakan suhu panas biasanya


dipergunakan dengan dikombinasi bersama modalitas fisioterapi yang lain seperti
exercise dan manual terapi. Udara lembab yang hangat dapat dipergunakan untuk
mengurangi kekakuan dan nyeri otot. Heat therapy dapat dilakukan dengan
mempergunakan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan kantung panas (hot
packs), handuk hangat, botol yang diisi air panas, alat ultrasound, alat infra-red dan
bak parafin cair. Terapi ini juga dapat dikombinasikan dengan hydrotherapy karena air
yang hangat dapat mengendurkan otot, sendi serta meningkatkan jangkauan sendi.

 Superfisial Head : Infra red/ hot packs


 Diatermi ( Deep Heat ) : MWD , SWD , USD

- Terapi listrik : TENS

Electrotherapy atau terapi listrik merupakan terapi deengan menggunakan listrik arus
rendah. Beberapa teori tentang mekanisme terapi listrik dalam mengurangi nyeri antara
lain adalah lewat mekanisme menghambat transmisi nyeri ke otak ( gate control
theory ) dan teori kedua adalah lewat mekanisme pengeluaran endorphins ( suatu
hormon didalam otak yang menurunkan kepekaan terhadap nyeri dan mempengaruhi
emosi ). Transcutaneous elektro nerve stimulation (TENS ) yang merupakan alat
portable bertenaga baterai yang dapat menghasilkan arus listrik bertegangan rendah
yang dialirkan ke kulit lewat elektroda yang diletakan diatas area yang mengalami
gangguan. Arus listrik mengeblok saraf sensorik are tersebut dengan menghambat
transmisi nyeri menuju otak.

- Traksi

17
Ostetis Prostetis

Pemakaian korset LSO (Lumbal Sacral Ortose ), fungsinya untuk mengontrol postur
spinal, mengurangi nyeri, mencegah cedera lebih lanjut , menghindarkan gerakan
yang berbahaya bagi spinal.

Psikolog

Mengadakan evaluasi dan mengobati gangguan mental akibat penyakit untuk


meningkatkan motivasi serta berusaha mengatasi penyakitnya.

Evaluasi :

- Gaya hidup penderita sebelum sakit


- Respon penderita terhadap penyakit
- Respon penderita terhadap stress sehari-hari

Petugas sosial Medik

Petugas yang memberikan bantuan kepada penderita demi menghadapi masalah


sosial yang mempengaruhi penderita dalam hubungan penyakit dan penyembuhan.

2.8 Prognosis

Prognosis sangat baik, akan mengalami perbaikan pada cedera lumbal strain atau
sprain, dengan melakukan fisiotherapy dan pemberian medikamentosa secara adekuat,
90% pasien mengalami penyembuhan dalam waktu I bulan, tetapi nyeri pinggang strain
dapat menjadi kronik bila tidak dilakukan pengolaan secara benar termasuk perubahan
perilaku yang dapat menyebabkan strain atau sprain lumbal

18
2.9 Pencegahan

Melakukan aktifitas sehari-sehari dengan berhati-hati terutama yang menggunakan


kekuatan otot, mengangkat beban yang melebihi kekuatan tubuh¸melakukan gerakan
mendadak yang menyebabkan nyeri pada punggung bawah, olahraga yang teratur.

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas

Nama : Tn. P H R

Umur : 38 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Dok IX Kali

Agama : Kristen Protestan

No. Rekam Medik : 39 36 92

Rujukan dari : Poli Rehab Medik

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : Pegawai Swasta

19
Suku Bangsa : Papua

Tanggal Periksa :

3.2 Anamnesis

1. Keluhan Utama:
Nyeri pada pinggang kanan bawah dan menjalar hingga tungkai bawah

2. Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang dengan keluhan nyeri pada punggung bawah sebelah kanan sejak 1
bulan lalu. Keluhan dirasakan saat berjalan, duduk, maupun berdiri lama. Nyeri
pinggang dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan menjalar hingga tungkai kanan bawah,
hingga menyebabkan kram-kram hingga betis kanan. Menurut pasien sekitar tahun
2016, pasien akan mengangkat sebuah tempat bakaran ikan menggunakan tangan
kanan dengan sedikit memiringkan badan, saat itu pasien langsung mengalami nyeri
hebat di punggung bawah. Pasien mengaku tidak pingsan namun tidak dapat
bergerak hingga setengah jam lebih. Disaat sudah baikan pasien langsung pulang
kerumah karena merasa baikan, namun seminggu kemudian pinggang pasien terasa
nyeri dan menjalah hingga punggung atas dan kaki bawah. Sehingga pasien memilih
berobat pada dokter saraf. Pasien diberi obat penghilang rasa sakit, dan diedukasi
untuk mengompres dengan air panas untuk mengurangi rasa sakit. Karena merasa
nyeri pinggangnya sudah hilang dan dapat beraktivitas seperti biasa pasien
menghentikan pengobatan namun pasa tahun 2017 nyeri pinggang pasien kembali
kambuh sehingga pasien memutuskankembali berobat dan disarankan untuk
melakukan foto x-ray. Hasil foto menunjukkan tidak ada masalah pada tulang
pasien sehingga pasien di rujuk ke Poli Rehab Medik untuk melakukan fisioterapi.
Setelah terapi pasien kembali merasa lebih baik, namun pada tahun 2018 sekitar

20
bulan Maret pasien kembali atang dengan keluhan nyeri pinggang yang sama,
sehingga pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan MRI untuk mengetahui
sumber nyeri pasien. Sebelum memeriksa MRI pasien melakukan fisioterapi
kembali untuk mengurangi nyeri pinggang tersebut.

3. RiwayatPenyakit Dahulu:
- Riw. Fraktur pada lengan kanan pada usia 12 tahun
- Jantung (-)
- Kolestrol (-)
- Asam Urat (+)
- DM (-)
- Hipertensi (-)

4. Riwayat Social Ekonomi


Pasien seorang pegawai swasta di salah satu bank di Jayapura

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengaku tidak ada le;uarga yang sakit seperti ini dalam keluarga

3.3 Pemeriksaan Fisik

- Keadaan umum : Baik


- Kesadaran : Kompos mentis
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi: 82 kali/menit
- Respirasi : 18 x permenit
- Suhu : 36,50 C
- Kepala : Konjungtiva Anemis (-), Sklera Ikterik (-)

21
- Leher : Trakea letak tengah, Pembesaran KGB (-)
- Thoraks : Simetris, suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
- Abdomen : Datar, Simetris, Bising usus (+) normal
- Hepar : tidak teraba
- Lien : tidak teraba
- Ekstremitas : Akral hangat, Edema (-)
- Posisi berdiri : cara pasien berdiri dalam keadaan normal
- Bagian belakang tubuh: deformitas (-), gibus (-), skoliosis (-), atrofi otot (-)
- Cara pasien berjalan normal

Musculoskeletal Status

HIP ROM MMT


Fleksi F/F 5/5
Elstensi F/F 5/5
Abbduksi F/F 5/5
Adduksi F/F 5/5
Ext. Rotasi F/F 5/5
Int. Rotasi F/F 5/5
KNEE F/F 5/5
Fleksi F/F 5/5
Ekstensi F/F 5/5
ANKLE F/F 5/5
Plantar Fleksi F/F 5/5
Dorso Fleksi F/F 5/5
Inversi F/F 5/5
Enversi F/F 5/5
TOES F/F 5/5
Fleksi F/F 5/5
Eksensi F/F 5/5

Neurological Status

a. Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk (-)

22
b. Berbahasa : Normal
c. Reflex Patologis : Babinski (+)
d. Nervus Cranialis:

N. I (Olfaktorius - Sensoris) DBN


N. II (Optikus – Sensoris) DBN
N. III (Oculomotorius – Motorik ) DBN
N. IV (Trochlearis – Mata : M. Obliq sup) DBN
DBN
Mengunyah dengan baik
N. V (Trigeminus – Sensoris wajah) & dan
Cab 1: Opthalmikus
M. Mastikator
Cab 2 : Maxillaris
Cab. Mandibularis
N. VI (Abdusen – Mata: M. ext, rectus) DBN
N. VII (Facialis – Motorik wajah dan
DBN
Sensoris: Ant. Lidah & Palatum)
N. VIII (Akustikus - Pendengaran) DBN
N. IX (Glosopharingeus) Gangguan Refleks (-)
N. X (Vagus) DBN
N. XII (Assesorius) DBN
N. XII (Hypoglosus) Gerak otot lidah : DBN

e. Status Sensoris :

Eksteroceptive : Suhu, Nyeri (N/N)

3.3.2 Status Lokalis Lumbosakral

- Inspeksi : Bengkak (-), Deformitas (-), Edema (-), Atrofi (-)


- Palpasi : Tender Point (+), pada punggung bawah kanan, Spasme Otot (+)

3.3.3 Pemeriksaan Khusus:

- SLR (+)
- Patrick dan Kontra Patrick (+)

3.4 Pemeriksaan Tambahan:

1. Vertebra Xray

23
2. MRI

3.5 Resume

Pasien datang dengan keluhan nyeri pada punggung bawah sebelah kanan sejak
1 bulan lalu. Keluhan dirasakan saat berjalan, duduk, maupun berdiri lama. Nyeri
pinggang dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan menjalar hingga tungkai kanan bawah,
hingga menyebabkan kram-kram hingga betis kanan. Menurut pasien sekitar tahun
2016, pasien akan mengangkat sebuah tempat bakaran ikan menggunakan tangan
kanan dengan sedikit memiringkan badan, saat itu pasien langsung mengalami nyeri
hebat di punggung bawah. Pasien mengaku tidak pingsan namun tidak dapat bergerak
hingga setengah jam lebih.
Disaat sudah baikan pasien langsung pulang kerumah karena merasa baikan,
namun seminggu kemudian pinggang pasien terasa nyeri dan menjalah hingga
punggung atas dan kaki bawah. Sehingga pasien memilih berobat pada dokter saraf.
Pasien diberi obat penghilang rasa sakit, dan diedukasi untuk mengompres dengan air
panas untuk mengurangi rasa sakit. Karena merasa nyeri pinggangnya sudah hilang
dan dapat beraktivitas seperti biasa pasien menghentikan pengobatan namun pasa
tahun 2017 nyeri pinggang pasien kembali kambuh sehingga pasien
memutuskankembali berobat dan disarankan untuk melakukan foto x-ray. Hasil foto
menunjukkan tidak ada masalah pada tulang pasien sehingga pasien di rujuk ke Poli
Rehab Medik untuk melakukan fisioterapi. Setelah terapi pasien kembali merasa lebih
baik, namun pada tahun 2018 sekitar bulan Maret pasien kembali atang dengan
keluhan nyeri pinggang yang sama, sehingga pasien disarankan untuk melakukan
pemeriksaan MRI untuk mengetahui sumber nyeri pasien. Sebelum memeriksa MRI
pasien melakukan fisioterapi kembali untuk mengurangi nyeri pinggang tersebut.
Pasien mengaku BAK dan BAB lancer.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien baik, vital sign normal,
pemeriksaan fisik status generalis normal, pemeriksaan status lokalis di daerah region

24
lumbosacral didapatkan nyeri tekan (+) dan spasme (+). Pada pemeriksaan khusus
didapatkan SLR (+), Patrick dan Kontra Patrick (+).

3.6 Diagnosis

a. Diagnosis Klinis : Low Back Pain susp. Hernia Nukleus Pulposus


b. Diagnosis Etiologi : Trauma
c. Diagnosis Fungsi:
 Impairment : nyeri punggung kanan bawah menjalar sampai tungkai
 Disability : terganggu saat beraktivitas terutama saat berdiri lama, duduk
lama, dan berjalan jauh.
 Handicap: tidak terganggu

3.7 Tata laksana

3.7.1 Tujuan penatalaksanaan terapi :

- Immediate Goals: mengurangi nyeri pada punggung bawah dan tungkai bawah
- Ultimate goals: beraktivitas kembali tanpa gangguan

3.7.2 Rehabilitasi Medic Problems

- P. Diagnosa : Low Back Pain et cause Hernia Nukleus Pulposus


- P. Terapi
a. Edukasi : menjelaskan pada pasien bagaimana postur tubuh yang
benar, dan menyerankan untuk menggunakan korset agar mengurangi rasa
nyeri.
b. Terapi Modalitas: (1) Untuk mengurangi nyeri menggunakan TENS
dan Analgesik, (2) untuk mengurangi spasme menggunakan IR
- P. Monitoring : Nyeri pada punggung kanan bawah dan tungkai bawah

3.8 Prognosis

25
Ad vitam : Bonam
Ad fungsional : Bonam
Ad Sanationam : Dubia at Bonam

BAB IV
PEMBAHASAN

Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan pada daerah punggung awah, dapat
menyerupai nyeri lokal maupun nyeri yang menjalar atau keduanya, menjalar hingga ke
daerah lain. Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara
tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa
minggu. Sedangkan chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa
nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali.

HNP adalah keluarnya material nukleus dari pembungkus annulus fibrosis kapsul.
Penyebab HNP paling besar adalah trauma baik langsung maupun tidak langsung pada
diskus invertebralis yang akan menyebabkan kontraksi hebat dari nukleus pulposus,
perobekan serat-serat fibrolastis annulus fibrosis sehingga annulus menjadi pecah-pecah
bahkan robek, nukelus pulposus yang tertekan akan mencari jalan keluar melalui

26
sobekan annulus fibrosis mendorong ligamentum longitudinal dan terjadilan herniasi.
Setelah annulus fibrosis robek, nukelus pulposus akan mengalami difusi melalui
robekan tersebut. Difusi tersebut menyebabkan penyempitan jarak antara kedua korpus
vertebra. Saat terjadi penjebolan ini akan dirasakan nyeri tajam dan hebat segera atau
beberapa saat didaerah punggung.

Pasien dalam kasus ini, pada anamnesa didapatkan keluhan nyeri pada pinggang
kanan bawah yang sudah dialami pasien sejak 2016 yang lalu. Keluhan sat ini
dirasakan bila pasien berjalan jauh, duduk lama dan berdiri lama. Nyeri dirasakan
seperti di tusuk-tusuk atau ditikam yang menjalar ke tungkai atas hingga betis, dan
menjadi kram-kram pada tungkai hingga betis kanan

Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP (Bimariotejo,


2009). Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan
aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut.

Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan
dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma
punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh
dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Pada LBP yang disebabka karena
trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan seperti:

- Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca


Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada os
sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan saat posisi
supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan kaki pada hip
joint terbatas.

- Perubahan pada sendi Lumba Sacral


Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum, dan
dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan

27
nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan
keterbatasan gerak.

Pada kasus ini pasien pernah mengalami trauma pada punggung bawah dekat
pinggang sekitar 2,5 tahun lalu, segera membaik setelah nyeri hebat yang dirasakan
saat pertama kali mengalami trauma. Kemudian setelah seminggu pasien merasakan
nyeri pada pinggang bawahnya.

Selain itu HNP kebanyakkan juga disebabkan karena adanya trauma derajat sedang
berulang yang mengenai discusintervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya
annulus fibrosus. Patofisiologi HNP dapat terjadi tiba-tiba ataupun perlahan-lahan.
Arah prolaps atau penonjolan hernia nukleus pulposus lumbal biasanya ke arah postero
sentral atau posterior dan postero lateral. Tetapi lebih banyak yang mengarah ke
posterolateral.

a. Prolaps ke posterolateral Pada vertebra lumbal 4-5 prolaps ke postero


lateral ini sering terjadi karena di daerah postero lateral ini annulus fibrosis paling
lemah dan ligamen longitudinal posterior lebih sempit dibandingkan diatasnya,
sehingga dengan adanya hernia disini dapat menyentuh secara langsung pada akar
syaraf yang akan memberikan gejala pada nerveroot (nerve spinalis) yaitu terjadi
penekanan segmental dan akan menyebabkan nyeri radikuler terhadap akar syaraf
lumbal 5. Kelainan motoris terjadi flaccid LMN (Lower Motor Neuron) pada otot
yang mendapat innervasi dari serabut saraf yang keluar dari tapis lesi.
b. Prolaps ke posterior
Arah ini dapat terjadi pada lumbal 4-5 yang dapat digolongkan menjadi : 1)
Penekanan ringan ke belakang dan terjadi pelan akan menimbulkan gejala dura saja;
2) Penekanan hebat ke arah belakang dan terjadi mendadak akan menimbulkan
gejala dura dan nyeri radikuler; 3) Penonjolan secara masih kearah belakang yang
merobekkan ligamen longitudinal posterior dan terjadi penekanan pada

28
candaequine. Prolaps ke posterior ini pada keadaan lanjut dapat diikuti gangguan
motoris upper motor neuron.

Manifestasi klinis yang timbul pada HNP tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP
lumbal dapat bermanifestasi sebagai suatu sindrom yang terdiri dari
kumpulan gejala berikut :

1. Nyeri punggung bawah yang dapat meluas ke regio gluteal, paha bagian posterior,
regio cruris sampai ke regio pedis.

2. Kekakuan akibat refleks spasme dari otot-otot paravertebral sehingga mencegah


pasien berdiri tegak dengan sempurna.
3. Dapat timbul gejala berupa parestesia, kelemahan otot-otot sekitar punggung dan
kaki, atau kelemahan refleks tendo Achilles. Bila stres vertikal yang kuat mengenai
kolumna vertebra maka nukleus pulposus dapat menonjol ke luar melalui anulus
fibrosus. Peregangan anulus fibrosus, yang berbentuk cincin dan kaya inervasi
nosiseptor, menyebabkan nyeri yang sangat sebagai nyeri punggung bawah yang
terlokalisir. Sementara itu, karena peregangan yang sangat kuat, anulus fibrosus bisa
ruptur atau pecah sehingga material diskus akan ekstrusi dan dapat menekan radiks
saraf menimbulkan nyeri yang dirasakan sebagai nyeri radikuler, yaitu sciatica.
Sciatica, disebut juga sebagai iskhialgia, adalah nyeri pinggang, yang menjalar ke
bawah pada aspek posterior tungkai bawah. Sciatica juga dapat diartikan sebagai nyeri
pada distribusi saraf iskhiadikus. Sciatica sering disertai dengan rasa tebal (numbness)
dan rasa kesemutan (tingling).

Gejala klinis pada kasus ini yang di temukan terdapat keluhan pasien saat nyeri
pinggang kanan bawah yang menjalar ke betis kanan, kram-kram dan keluhan hilang
timbul seriing pengobatan yang diambil pasien.

Dari pemeriksaan fisik pada pasien dalam kasus ini didapatkan keadaan umum pasien
baik, vital sign normal, pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal.

29
Pemeriksaan status lokalis di daerah lumboskaral didapatkan nyeri tekan (+), dan
spasme (+), pada pemeriksaan khusus SLR (+), Patrick dan Kontra Patrick (+).

Sehingga dari anamnesa, pemeriksaan fisik, didapatkan diagnose pasien dengan


Low Back Pain suspect Hernia Nukleus Pulposus.

Penanganan HNP dapat dilakukan dalam beberapa langkah penatalaksanaan


diantaranya, perawatan non-farmakologis, farmakologis, program Rehailitasi Medik.
Terapi Medikamentosa dapat diberikan analgesic, transquilizer. Program Rehabilitasi
Medik terdiri atas:

Fisioterapi, terdapat Terapi panas atau Thermotherapy merupakan terapi dengan


menggunakan suhu panas biasanya dipergunakan dengan dikombinasi bersama
modalitas fisioterapi yang lain seperti exercise dan manual terapi. Udara lembab yang
hangat dapat dipergunakan untuk mengurangi kekakuan dan nyeri otot. Heat therapy
dapat dilakukan dengan mempergunakan berbagai cara, antara lain dengan
menggunakan kantung panas (hot packs), handuk hangat, botol yang diisi air panas, alat
ultrasound, alat infra-red dan bak parafin cair. Terapi ini juga dapat dikombinasikan
dengan hydrotherapy karena air yang hangat dapat mengendurkan otot, sendi serta
meningkatkan jangkauan sendi. Superfisial Head : Infra red/ hot packs dan Diatermi
( Deep Heat ) : MWD , SWD , USD

Terapi listrik (TENS) atau Electrotherapy atau terapi listrik merupakan terapi deengan
menggunakan listrik arus rendah. Beberapa teori tentang mekanisme terapi listrik dalam
mengurangi nyeri antara lain adalah lewat mekanisme menghambat transmisi nyeri ke
otak ( gate control theory ) dan teori kedua adalah lewat mekanisme pengeluaran
endorphins ( suatu hormon didalam otak yang menurunkan kepekaan terhadap nyeri
dan mempengaruhi emosi ). Transcutaneous elektro nerve stimulation (TENS ) yang
merupakan alat portable bertenaga baterai yang dapat menghasilkan arus listrik
bertegangan rendah yang dialirkan ke kulit lewat elektroda yang diletakan diatas area

30
yang mengalami gangguan. Arus listrik mengeblok saraf sensorik are tersebut dengan
menghambat transmisi nyeri menuju otak.

Ostetis Prostetis, pemakaian korset LSO (Lumbal Sacral Ortose ), fungsinya untuk
mengontrol postur spinal, mengurangi nyeri, mencegah cedera lebih lanjut ,
menghindarkan gerakan yang berbahaya bagi spinal.

Psikolog mengadakan evaluasi dan mengobati gangguan mental akibat penyakit untuk
meningkatkan motivasi serta berusaha mengatasi penyakitnya. Kemudian mengevaluasi
gaya hidup penderita sebelum sakit, respon penderita terhadap penyakit, respon
penderita terhadap stress sehari-hari.

Petugas sosial Medik yang memberikan bantuan kepada penderita demi menghadapi
masalah sosial yang mempengaruhi penderita dalam hubungan penyakit dan
penyembuhan.

Kebanyakkan pasien HNP 80-90%, akan membaik keadaannya pada aktiitas normal
tanpa terapi yang agresif dan dapat sembuh sempurna dalam beberapa bulan. Tetapi
sebagian kecil akan berlanjut menjadi nyeri kronik di punggung bawah walaupun
telah menjalani terapi.

Prognosis pada pasien ini adalah

- Ad vitam :
- Ad Functionam :
- Ad sanationam :

31

Anda mungkin juga menyukai