KONSEP MEDIS
A. Definisi
Low back pain adalah perasaan nyeri di daerah lumba sakral dan sakroiliakal,
nyeri pinggang bawah ini bisa menjalar ke tungkai sampai kaki. Low back pain terjadi di
lumbal bagian bawah, lumbal sacral atau daerah sakroiliaka, biasanya dihubungkan
dengan proses degenerasi dan ketegangan muskulo (Arya, 2014). Herniasi nukleus
pulposus (HNP) merupakan penyebab utama nyeri punggung bawah yang berat, kronik
dan berulang (kambuh), mungkin sebagai dampak trauma atau perubahan degeneratif
yang berhubungan dengan proses penuaan (Black, Joyce M; Hawks, Jane Hokanson;,
2014) ).
Low back pain dipersepsikan sebagai ketidaknyamanan berhubungan dengan
lumbal atau area sakral pada tulang belakang atau sekitar jaringan. Low back pain adalah
suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan medis walaupun sering jika ada trauma
secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik pada masalah kehidupan seperti fisik, mental,
sosial, dan ekonomi. Low back pain dapat terjadi pada siapa saja yang mempunyai
masalah pada muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosakral akut, ketidakmampuan
ligamen lumbosakral, kelemahan otot, osteoartritis, spinal stenosis serta masalah pada
sendi intervertebra dan kaki yang tidak sama panjang(Smeltzer, S. C., & Bare, B. G,
2006).
Low back pain adalah suatu gejala dan bukan suatu diagnosa, dimana pada
beberapa kasus gejalanya sesuai dengan diagnosa patologisnya dengan ketepatan yang
tinggi, namun di sebagian besar kasus, diagnosa tidak pasti dan berlangsung lama.
Dengan demikian maka low back pain yang timbulnya sementara dan hilang timbul
adalah sesuatu yang dianggap biasa. Namun low back pain yang terjadi mendadak dan
berat maka akan membutuhkan pengobatan, walaupun pada sebagian besar kasus akan
sembuh dengan sendirinya. Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan
low back pain adalah nyeri akut atau kronik pada lumbal yang biasanya disebabkan oleh
trauma atau terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nukleus
pulposus, osteoartritis dari lumbal sakral pada tulang belakang (Brunner & Suddarth,
2008).
1
B. Klasifikasi
Low back pain sering terjadi karena adanya gangguan pada muskuloskeletal.
Berdasarkan perjalanan kliniknya Low back pain terbagi menjadi dua jenis, yaitu
(Brunner & Suddarth, 2008):
1. Acute low back pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba dengan rentang waktunya hanya
sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang
atau sembuh. Nyeri pinggang akut dapat disebabkan karena luka traumatik seperti
kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian
tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligament dan tendon.
Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal
masih dapat sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanaan awal nyeri pinggang
akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.
2. Chronic low back pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan.
Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki
onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain
dapat terjadi karena osteoarthritis, reumatoidartritis, proses degenerasi diskus
invertebralis tumor.
Pembagian Low Back Pain menurut Arya (2014) berdasarkan lama nyeri ada 3
yaitu:
1. Acute Back Pain: nyeri yang muncul sejak 6 minggu pertama atau lebih
2. Subacute Back Pain: nyeri yang dirasakan selama 6-12 minggu
3. Chronic Back Pain: nyeri yang dirasakan lebih dari 12 minggu
C. Etiologi
Pada dasarnya timbulnya rasa sakit adalah karena terjadinya tekanan pada
susunan saraf tepi daerah pinggang (saraf terjepit). Jepitan saraf ini dapat terjadi karena
gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya, gangguan pada sarafnya sendiri, kelainan
tulang belakang maupun kelainan di tempat lain, misalnya infeksi atau batu ginjal dan
lain-lain (Black, Joyce M; Hawks, Jane Hokanson;, 2014).
2
1. Kelainan Kongenital
Kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang
vertebra hanya setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya low back pain yang disertai skoliosis ringan. Selain itu
ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat menjadi satu, namun keadaan
ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat lubang di tulang vertebra di bagian bawah
karena tidak melekatnya lamina dan keadaan ini dikenal spina bifida. Penyakit spina
bifida dapat menyebabkan gejala berat seperti club foot, rudimentair foot, kelayuan
pada kaki, dan sebagainya. Namun jika lubang kecil, tidak akan menimbulkan
keluhan.
2. Trauma dan Gangguan Mekanis
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama low back pain.
Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas
dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut. Gerakan
bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan
spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma
punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh
dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat
memerlukan pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut.
Menurut Manek and Macgregor (2005) pada low back pain yang dapat ditemukan
beberapa keadaan, seperti:
a. Perubahan pada sendi sacro-iliaka
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri
pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan
saat posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan
kaki pada hip joint terbatas.
b. Perubahan pada sendi lumba sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan
sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat
menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat
menyebabkan keterbatasan gerak.
3
3. Perubahan kelainan jaringan
F. Pemeriksaan penunjang
Menurut Arya (2014) pemeriksaan penunjang terbagi beberapa antara lain:
1. Pemeriksaan fisik :
a. Observasi : amati cara berjalan penderita pada waktu masuk ruang periksa,
juga cara duduk yang disukainya. Bila pincang, diseret, kaku (merupakan
indikasi untuk pemeriksaan neurologis). Amati juga apakah perilaku penderita
konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan kelebihan psikiatrik).
b. Inspeksi : untuk kolumna vertebralis (thoroko-lumbal dan lumbopsakral)
berikut deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti fleksi kedepan,
ekstensi kebelakang, fleksi kelateral kanan dan kiri.
c. Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otot-otot
disamping tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua prosessus
spinosus menimbulkan rasa nyeri (spurling sign)
d. Perkusi : perhatikan apakah timbul nyeri jika processus spinosus diketuk.
2. Pemeriksaan neurology pada tungkai:
a. Sensibilitas (dermatome), motorik (kekuatan), tonus otot, reflek, tropik.
b. Test provokasi (sensorik)
Laseque Adakah gangguan miksi
Kernig dan defekasi
Bragard dan sicard Adakah tanda-tanda lesi
Patrick (lesi coxae) upper motor neuron
Kontra Patrik (Lesi (UMN) dan lower
Sakroiliakal) motor neuron (LMN)
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Fungsi lumbal : Mengetahui warna cairan serebrospinal (jernih air,
kekuningan/xantokram, keruh), adanya kesan sumbatan/hambatan aliran
cairan serebrospinal secara total atau parsial, jumlah sel, kadar protein, NaCl
dan glukosa.
b. Foto rontgen : Mengidentifikasi adanya fraktur korpus vertebra, arkus atau
prosesus spinosus, juga adanya dislokasi vertebra, spionfilolistesis, bamboo
spine destruksi vertebra, HNP.
c. Electroneuromiografi : Melihat adanya fibrilasi, serta dapat pula dihitung
kecepatan hantar saraf dan letensi distal.
d. Sken tomografi : Dapat melihat gambar vetebra dan jaringan disekitarnya
termasuk diskus intervertebralisi.
G. Penatalaksanaan
1. Tirah baring :Tempat tidur dengan alat yang keras dan rata untuk mengendorkan otot
yang spasme, sehingga terjadi relaksasi otot maksimal. Dibawah lutut diganjal batal
untuk mengurangi hiperlordosis lumbal, lama tirah baring tidak lebih dari 1 minggu.
2. Farmakoterapi : Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat),
injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid)
3. Fisioterapi :Dalam bentuk terapi panas, stimulasi listrik perifer, traksi pinggul, terapi
latihan dan ortesa (kovset).
4. Psikoterapi :Diberikan pada penderita yang pada pemeriksaan didapat peranan
psikopatologi dalam timbulnya persepsi nyeri, pemberian psikoterapi dapat
digabungkan dengan relaksasi, hyprosis maupun biofeedback training.
5. Akupuntur :Kemungkinan bekerja dengan cara pembentukan zat neurohumoral
sebagai neurotras mitter dan bekerja sebagai activator serat intibitor desenden yang
kemudian menutup gerbang nyeri.
6. Terapi operatic :Dikerjakan apabila tindakan konservatif tidak memberikan hasil
yang nyata, atau kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik,
ataupun adanya gangguan spinger.
H. Komplikasi
Skoliosis merupakan salah satu komplikasi yang paling sering ditemukan pada penderita
nyeri punggung bawah (low back pain). Hal ini terjadi karena klien selalu memposisikan
tubuhnya kearah yang lebih nyaman tanpa memperdulikan posisi tubuh.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Data fokus yang perlu dikaji:
1. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Penyakit.
1) Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian).
2) Riwayat Penyakit Sekarang.
Deskripsi gejala dan lamanya.
Dampak gejala terhadap aktifitas harian.
Respon terhadap pengobatan sebelumnya.
Riwayat trauma.
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya.
Immunosupression (supresi imun).
Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas (kanker).
Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan untuk kanker
atau infeksi.
Evaluasi keefektifan
analgetik dengan interval yang
teratur pada setiap setelah
pemberian khususnya setelah
pemberian pertama kali, juga
observasi adanya tanda dan
gejala efek samping
(misalnya: depresi
pernapasan, mual, muntah)
3. Pengaturan posisi
Imobilisasi atau topang
bagian tubuh yang terganggu
dengan tepat
pada bagian
Jangan berikan tekanan
tubuh yang
terganggu
Pertahankan posisi yang
tepat saat mengatur posisi
pasien
tubuh Pertahankan kesejajaran
yang tepat
Minimalkan pergerakan
secara tiba-tiba untuk
mencegah timbulnya nyeri.
Lakukan
perubahan posisi secara
perlahan dan evaluasi respon
pasien ketikan melakukan
pengaturan posisi.
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi
Hambatan mobilitas NOC : NIC :
fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan Imobilisasi:
dengan nyeri, keperawatan selama 3×24 jam, Monitoring vital sign
gangguan hambatan mobilitas fisik sebelm/sesudah latihan dan
lihat respon pasien saat
neuromuskular, pasien berkurang dengan latihan
kekakuan sendi, kriteria hasil: Konsultasikan dengan terapi
kontraktur. 1. Kemampuan fisik tentang rencana
berpindah ambulasi sesuai dengan
meningkat yang ditandai kebutuhan
dengan:
Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
Kemampuan klien Latihpasiendalam
meningkat dalam aktivitas
pemenuhan kebutuhan
fisik: duduk dengan ADLs secara mandiri sesuai
bantuan, miring kiri-miring kemampuan
kanan dengan bantuan
Dampingi dan bantu pasien
Mengerti tujuan dari saat mobilisasi dan bantu
peningkatan miobilitas penuhi kebutuhan ADLs
pasien.
Memverbalisasikan
Berikan alat bantu jika klien
perasaandalam memerlukan.
meningkatkan kekuatan
Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
dan kemampuan berpindah bantuan jika diperlukan
Monitor tingkat nyeri yang
dirasakan pasien saat
memberikan latihan atau
membantu merubah posisi
pasien
2. Pengaturan Posisi
Dorong pasien untuk terlibat
dalam perubahan posisi
Jangan memposisikan
pasien dengan penekanan
pada bagian tubuh yang
terkena dampak
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi
Ansietas berhubungan NOC: NIC :
dengan perubahan Setelah dilakukan tindakan 1. Penurunan kecemasan
besar (status keperawatan selama 2×24 jam yang
Gunakan pendekatan
menenangkan
kesehatan) pasien dapat mengontrol
kecemasan yang diasakan
dengan kriteria hasil:
Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap perilaku
1. Tingkat Kecemasan pasien
berkurang yang ditandai
dengan:
Jelaskan semua prosedur
dan apa yang dirasakan
Klien mampu selama prosedur
mengidentifikasi
mengungkapkan
dan
gejala
Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan
cemas mengurangi takut
Mengidentifikasi, Berikan informasi faktual
mengungkapkan dan mengenai diagnosis,
menunjukkan tehnik untuk tindakan prognosis
mengontol cemas Libatkan keluarga untuk
Vital sign dalam batas mendampingi klien
normal:
Tekanan darah: 100-
Instruksikan pada pasien
untuk menggunakan tehnik
140/60-90 mmHg relaksasi
Nadi: 60-100×/menit
Pernapasan: 12-24×/menit
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Suhu: 36.0-37.5ºC
Postur tubuh, ekspresi
Identifikasi tingkat
kecemasan
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
menunjukkan kecemasan
berkurangnya kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
2. Monitor Tanda-tanda Vital
Monitor tekanan
darah, nadi, pernapasan,
suhu, dan status pernapasan
Monitor tekanan nadi,
irama, dan laju pernapasan
Identifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tanda-tanda vital
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi
Defisit perawatan diri: NOC : NIC
mandi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Memandikan Pasien
dengan
terhadap
adaptasi
disabilitas
keperawatan selama 2×24 jam
perawatan diri pasien
Mandikan pasien di
tempat tidur dengan cara
fisik terpenuhi, dengan kriteria yang tepat dan sesuai
hasil:
1. Perawatan diri: Bersihkan kulit pasien
kebersihan meningkat yang mulai dari ekstremitas atas
ditandai dengan: ke bawah, dari area
proksimal ke distal dengan
Mencuci tangan menggunakan waslap dan
Mengeramas rambut air bersih yang mempunyai
Memperhatikan kuku suhu yang nyaman
jari tangan dan kuku jari kaki
Mempertahankan
Bantu dalam hal
mengeramas rambut sesuai
kebersihan tubuh dengan kebutuhan pasien
Perhatikan dan jaga
kebersihan kuku jari tangan
dan jari kaki
Monitor kondisi kulit saat
memandikan pasien
2. Pengajaran: individu
dan keluarga
Kaji tingkat kemampuan
pasien dan keluarga tentang
kebutuhan perawatan diri
(kebersihan)
Ajarkan kepada keluarga
langkah memandikan klien
di tempat tidur dengan baik
dan benar
Berikan kesempatan bagi
pasien dan keluarga untuk
bertanya
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M; Hawks, Jane Hokanson;. (2014). (P. s. medika, Ed.) Elsevier.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing
Outcomes Classification (NOC) : Measurement of Health Outcomes .
United States of America: Elsevier Mosby .
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : konsep klinis & proses-
proses penyakit. Jakarta: EGC.