KONSEP MEDIS
A. Definisi
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut
bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri
juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal
paha. Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan
sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai
sampai kaki.
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan
oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus
pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang.
Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), yang
termasuk dalam low back pain adalah nyeri yang dibatasi daerah superior oleh
garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra
thorakal terakhir ,daerah inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
ujung processus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh garis
vertikal yang ditarik dari batas lateral spina lumbalis.
Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan di daerah
punggung bawah, dapat berupa nyeri lokal (inflamasi), maupun nyeri radikuler
atau keduanya. Nyeri yang berasal dari punggung bawah dapat dirujuk ke
daerah lain, atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di
daerah punggung bawah (referred pain). NPB pada hakekatnya merupakan
keluhan atau gejala dan bukan merupakan penyakit spesifik
B. Klasifikasi
Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya LBP
terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Acute Low Back Pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang
secara tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari
sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute
low back pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan
mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian
tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen
dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah
lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini
penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.
2. Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3
bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini
biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang
lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis,
rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.
C. Etiologi
Beberapa faktor yang menyebabakan terjadinya LBP, antara lain:
1. Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir
Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Menurut
Soeharso (1978) kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat
berupa tulang vertebra hanya setengah bagian karena tidak lengkap pada
saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya low back pain yang
disertai dengan skoliosis ringan.
Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat
menjadi satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat
lubang di tulang vertebra dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina
dan keadaan ini dikenal dengan Spina Bifida. Penyakit spina bifida dapat
menyebabkan gejala-gejala berat sepert club foot, rudimentair foof,
kelayuan pada kaki, dan sebagainya. namun jika lubang tersebut kecil,
tidak akan menimbulkan keluhan.
Beberapa jenis kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir
adalah:
a. Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus
vertebrae, dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus
vertebrae (Bimariotejo, 2009). Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu
bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru menimbulkan nyeri akibat
kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri pinggang ini berkurang atau hilang
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Nurfadhillah Sabir, S.Kep (70900115042)
2
bila penderita duduk atau tidur dan akan bertambah, bila penderita itu
berdiri atau berjalan (Bimariotejo, 2009).
Soeharso (1978) menyebutkan gejala klinis dari penyakit ini
adalah:
1)
Penderita memiliki rongga badan lebih pendek dari semestinya.
2)
3)
4)
bawah.
Pemeriksaan X-ray menunjukan adanya dislokasi, ukuran antara
ujung spina dan garis depan corpus pada vertebra yang mengalami
kelainan lebih panjang dari garis spina corpus vertebrae yang
terletak diatasnya.
b. Penyakit Kissing Spine
Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus spinosus
bersentuhan. Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan tidak. Gejala
yang ditimbulkan adalah low back pain. Penyakit ini hanya bisa
diketahui dengan pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral (Soeharso,
1978).
c. Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V
Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari vertebra
lumbal ke V melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau os ileum.
2. Low Back Pain karena Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP.
Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau
melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri
pinggang bawah yang akut.
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat
menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung,
mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri.
Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka
waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan
pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut.
Secara patologis anatomis, pada low back pain yang disebabkan
karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:
terjadinya
penekanan
pada
tulang
belakang
akibat
para ahli.
Secara
rotasi (memutar), dan ketika mencoba untuk mengangkat benda berat dengan
tangan terentang kedepan. Pembebanan aksial dengan durasi pendek ditahan
oleh serat kolagen annular diskus. Pembebanan aksial dengan durasi yang
lebih lama menciptakan tekanan ke anulus fibrosus lebih lama dan
mengakibatkan tekanan menyebar ke endplates. Jika anulus dan endplate
dalam keadaan baik, kekuatan beban dapat dengan baik ditahan. Namun
tekanan yang dihasilkan dari kontraksi otot lumbal dapat bergabung dengan
tekanan beban dan dapat meningkatkan tekanan intradiskal yang melebihi
kekuatan serat annular diskus intervertbralis.
Beban kompresi pada diskus yang berulang-ulang seperti pada gerakan
fleksi dan torsi lumbal saat mengangkat suatu benda, menempatkan diskus
pada resiko untuk mengalami kerobekan annulus fibrosus. Isi anulus fibrosis
yaitu nukleus pulposus dapat menerobos annulus fibrosus yang robek. Serat
paling dalam dari annulus fibrosus ini tidak mempunyai persarafan sehingga
bila mengalami kerobekan tidak menimbulkan rasa nyeri. Tetapi apabila
nukleus pulposus sudah mencapai tepi luar dari annulus fibrosus,
kemungkinan akan menimbulkan rasa nyeri karena tepi aspek posterior dari
annulus fibrosus mendapat persarafan dari beberapa serabut saraf dari
n.sinuvertebral dan aspek lateral dari diskus disarafi pada bagian tepinya oleh
cabang dari rami anterior dan gray rami communicants.
Penelitian sejak akhir abad ke-20 menunjukkan bahwa penyebab kimia
dapat berperan dalam produksi nyeri punggung bawah. Konsep ini
merumuskan bahwa robeknya serat annular memungkinkan enzim fosfolipase
A2 (Phospholipase A2/PLA2), glutamat dan mungkin senyawa lainnya yang
belum diketahui yang merupakan komponen dari nukleus pulposus, masuk ke
ruang epidural dan menyebar ke Dorsal Root Ganglion (DRG). Komponen
dari nukleus pulposus, yang paling terkenal adalah enzim fosfolipase A2
(PLA2). PLA2 ini dapat berpengaruh secara langsung pada jaringan saraf, atau
mungkin berperanan dalam mengatur respons inflamasi kompleks yang
bermanifestasi sebagai nyeri punggung bawah.
Glutamat, yang merupakan transmitter neuroexcitatory, telah diidentifikasi
berada dalam proteoglikan diskus yang mengalami degenerasi dan telah
ditemukan menyebar ke DRG yang mempengaruhi reseptor glutamat.
tanpa alasan yang jelas, mudah terkejut dengan suara yang cukup lirih,
selalu merasa cemas atau khawatir, dan sebagainya.
6. LBP miogenik dikarenakan oleh:
a. Ketegangan otot:
Sikap tegang yang berulang ulang pada posisi yang sama akan
memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri. Rasa
nyeri timbul karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang
berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang, serta regangan
pada kapsula.
b. Spasme otot atau kejang otot:
Disebabkan oleh gerakan yang tiba tiba dimana jaringan otot
sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang
pemanasan. Gejalanya yaitu adanya kontraksi otot yang disertai
dengan nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri
sekaligus menambah kontraksi.
c. Defisiensi otot, yang dapat disebabkan oleh kurang latihan sebagai
akibat dari mekanisasi yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama
maupun karena imobilisasi.
d. Otot yang hipersensitif dapat menciptakan suatu daerah yang apabila
dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah
tertentu.
Dalam LBP bisa di manifestasikan dengan rasa nyeri yang bermacam
penyebab dan variasi rasanya. Dimana tipe tipe tersebut dibedakan menjadi
empat tipe ras nyeri : nyeri lokal, nyeri alih, nyeri radikuler dan yang timbul
dari spasme muskuler.
1. Nyeri local
Nyeri lokal disebabkan oleh sembarang proses patologis yang menekan
atau merangsang ujung ujung saraf sensorik. Keterlibatan struktur
struktur yang tidak mengandung ujung ujung saraf sensoris adalah tidak
nyeri. Nyeri lokal sering dikemukakan sebagai rasa nyeri yang stabil tetapi
bisa intermiten dengan variasi yang cukup besar menurut posisi atau
aktivitas pasien. Nyeri dapat bersifat tajam atau tumpul dan sekalipun
sering difus, rasa nyeri ini selalu terasa pas atau di dekat tulang belakang
yang sakit.
2. Nyeri Alih
Nyeri alih terdiri atas dua tipe yang diproyeksikan dari tulang belakang ke
regio yang terletak di dalam daerah dematom lumbal serta sakral bagian
atas, dan diproyeksikan dari visera pelvik dan abdomen ke tulang
belakang. Nyeri akibat penyakit penyakit di bagian atas vertebra lumbal
biasanya dialihkan ke permukaan anterior paha dan tungkai; nyeri yang
berasal dari segmen lumbal bawah dan sakral akan dialihkan ke regio
gluteus paha posterior, betis serta kadang kadang kaki. Nyeri jenis ini,
meskipun berkualitas dalam, sakit dan agak difus, cenderung pada
beberapa saat untuk di proyeksi ke superfisial.
3. Nyeri Radikuler
Nyeri radikuler memiliki beberapa ciri khas nyeri alih tetapi berbeda
dalam hal intensitasnya yang lebih besar, distal, keterbatasan pada daerah
radiks saraf dan faktor faktor yang mencetuskannya. Mekanisme
terjadinya terutama berupa distorsi, regangan, iritasi dan kompresi radiks
spinal, yang paling sering terjadi di bagian sentral terhadap foramen
intervertebralis. Meskipun nyerinya sendiri sering tumpul atau sakit terus
berbagai
pergerakan
yang
meningkatkan
iritasi
radiks
atau
atau sakit yang tumpul dan kadang perasaan kram. Pada keadaan ini,
penderita dapat mengalami rasa kencang pada otot otot skarospinalis
serta gluteus dan lewat palpasi memperlihatkan bahwa lokasi nyeri terletak
dalam struktur ini.
F. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1. Pungsi lumbal
Dapat diketahui warna cairan LCS, adanya kesan sumbatan/hambatan
aliran LCS, jumlah sel, kadar protein, NaCl dan glukosa. Untuk
menentukan ada tidaknya sumbatan dilakukan tes Queckenstedt yaitu pada
waktu dilakukan pungsi lumbal diperhatikan kecepatan tetesannya,
kemudian kedua vena jugularis ditekan dan diperhatikan perubahan
kecepatan tetesannya. Bila bertambah cepat dengan segera, dan waktu
tekanan dilepas kecepatan tetesan kembali seperti semula berarti tidak ada
sumbatan. Bila kecepatan bertambah dan kembalinya terjadi secara
perlahan-lahan berarti ada sumbatan tidak total. Bila tidak ada perubahan
makin lambat tetesannya berarti sumbatan total.
2. Foto rontgen
Dapat diidentifikasikan adanya fraktur corpus vertebra, arkus atau
prosesus spinosus, dislokasi vertebra, spondilolistesis, bamboo spine,
destruksi vertebra, osteofit, ruang antar vertebra menyempit, scoliosis,
hiperlordosis, penyempitan foramen antar vertebra, dan sudut ferguson
lebih dari 30.
3. Elektroneuromiografi (ENMG)
Dapat dilihat adanya fibrilasi serta dapat pula dihitung kecepatan hantar
sarf tepi dan latensi distal, juga dapat diketahui adanya serabut otot yang
mengalami kelainan. Tujuan ENMG yaitu untuk mengetahui radiks yang
terkena dan melihat ada tidaknya polineuropati.
4. Scan Tomografik
Dapat dilihat adanya Hernia Nucleus Pulposus, neoplasma, penyempitan
canalis spinalis, penjepitan radiks dan kelainan vertebra.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan.
a. Informasi dan edukasi.
1)
Pada NPB akut: Imobilisasi
(lamanya
tergantung
kasus),
radikuler
NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan
(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker
c. Bedah
HNP, indikasi operasi :
1)
Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu:
2)
3)
4)
5)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Lakukan pengkajian pada identitas klien dan isi identitasnya yang
meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama,
dan tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
1) Diskripsi gejala dan lamanya
2) Dampak gejala terhadap aktifitas harian
3) Respon terhadap pengobatan sebelumnya
4) Riwayat trauma
b. Riwayat Penyakit Sebelumnya
1) Immunosupression (supresis imun)
2) Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas (kanker)
3)
4)
infeksi.
Pemberatan nyeri di kala terbaring (tumor instraspinal atau
5)
6)
sindroma fibromialgia)
Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset sendi, stenosis kanal,
kelahinan
7)
8)
9)
10)
11)
12)
otot
paraspinal,
kelainan
sendi
sakroilikal,
spondilosis/spondilolisis/spondilolistesis, NPB-spesifik)
Adanya demam (infeksi)
Gangguan normal (dismenore, pasca-monopause /andropause)
Keluhan visceral (referred pain)
Gangguan miksi
Saddle anesthesia
Kelemahan motorik ekstremitas bawah (kemungkinan lesi kauda
ekwina).
13) Lokasi dan penjalaran nyeri.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada atau tidaknya keluarga yang pernah mengalami penyakit yang
sama, dengan klien.
4. Pengkajian Fungsi Kesehatan :
a. Pola Persepsi Kesehatan
1) Adanya riwayat infeksi sebelumya.
2) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
3) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu.
4) Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
5) Hygiene personal yang kurang.
6) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
b. Pola Nutrisi Metabolik
1) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa
2)
3)
4)
5)
syaraf vaskuler
Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekakuan
3.
4.
C. Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri akut b/d agen injuri Setelah
(fisik,
kelainan
Tujuan
dilakukan
Intervensi
tindakan Manajemen nyeri (1400)
muskulo keperawatan selama x 24 jam 1. Lakukan pengkajian nyeri secara kom-prehensif (lokasi,
kriteria :
Batasan karakteristik :
a. Verbal
a. Melaporkan
nyeri
ber1) Menarik nafas pankurang/hilang
jang, merintih
b. Frekuensi
nyeri
berku2) Mengeluh nyeri
rang/hilang
b. Motorik
c. Lama nyeri berkurang
1) Menyeringaikan
d. Ekspresi oral berkurang/hilang
wajah.
e. Ketegangan
otot
berku2) Langkah yang terrang/hilang
seok-seok
f. Dapat istirahat
3) Postur
yang g. Skala nyeri berkurang/menurun
kaku/tidak stabil
Kontrol Nyeri (1605)
4) Gerakan yang amat
a. Mengenal
faktor-faktor
farmakologi dan inter-personal)
lambat atau terpaksa
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk me-nentukan
penyebab
c. Respon autonom
b. Mengenal onset nyeri
intervensi.
1) Perubahan vital sign
c. Jarang/tidak pernah melakukan 12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Nurfadhillah Sabir, S.Kep (70900115042)
17
tindakan
pertolongan
non analgetik
d. Jarang/tidak
menggunakan analgetik
e. Jarang/tidak pernah melaporkan
nyeri,
dilakukan
tindakan
Batasan karakteristik :
a.Klien
mobilitas
dapat
melakukan
secara
bertahap
1.
sekala 0-4 :
a. 0 : Klien tidak tergantung pada orang lain
b. 1 : Klien butuh sedikit bantuan
c. 2 : Klien butuh bantuan sederhana
d. 3 : Klien butuh bantuan banyak
e. 4 : Klien sangat tergantung pada pemberian
pelayanan
2. Atur posisi klien
3. Bantu klien melakukan perubahan gerak.
4. Observasi / kaji terus kemampuan gerak motorik,
keseimbangan.
5. Ukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan
latihan.
6. Anjurkan keluarga klien untuk melatih dan memberi
motivasi.
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapi untuk
pemasangan korset)
8. Buat posisi seluruh persendian dalam letak anatomis
dan nyaman dengan memberikan penyangga pada
lekukan lekukan sendi serta pastikan posisi punggung
lurus.
1.
3.
dilakukan
Batasan karakteristik :
a. Pasien
menahan
1.
2.
3.
(merintih, me-nyeringai)
Tidur (0004)
b. Pasien mengungkapkan
a. Jumlah jam tidur cukup
tidak bisa tidur karena b. Pola tidur normal
c. Kualitas tidur cukup
nyeri
d. Tidur secara teratur
e. Tidak sering terbangun
f. Tanda vital dalam batas normal
Rest (0003)
a.
b.
c.
d.
Istirahat Cukup
Kualitas istirahat baik
Istirahat fisik cukup
Istirahat psikis cukup
5.
Batasi pengunjung
Jaga lingkungan dari bising
Tidak melakukan tindakan keperawatan pada saat klien
tidur
d. Mencari
informasi
untuk
mengurangi cemas
e. Menggunakan teknik re-laksasi
untuk mengu-rangi cemas
f. Berinteraksi sosial
4.
mengurangi ketegangan
9. Anjurkan untuk menggunakan teknik re-laksasi
10. Berikan lingkungan yang tenang
11. Batasi pengunjung
Self care assistance ;
1.
2.
3.
yang mandiri
Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu
Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh
4.
DAFTAR PUSTAKA
Aulina S. Anatomi dan Biomekanik Tulang Belakang. Dalam: Meliala L, Nyeri
Punggung Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta, 2003.
Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Buku Ajar
Anatomi Umum. FK UNHAS. 2009.
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002.
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. IX
Nurfadhillah Sabir, S.Kep (70900115042)
22