Anda di halaman 1dari 9

Lembar Tugas Mandiri

Muskuloskeletal (PBL Ke-2)


Semester 3/2023/FKUI 2021
Kenzi Naufaldi Muhammad
2106705890 – KD-18

Etiologi dan Faktor Risiko Low Back Pain Kronik

A. Pendahuluan
Pemicu kedua modul Muskuloskeletal menceritakan seorang pasien
bernama Tn. N yang berusia 32 tahun datang ke Poliklinik dengan
keluhan nyeri punggung bawah sejak 2 tahun yang lalu dan makin
bertambah sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri yang dialami oleh pasien
muncul tiba-tiba saat pasien mengangkat anaknya yang berusia 5
tahun sambil membungkuk. Pasien merasa nyeri punggung bawahnya
terutama saat berubah posisi dari duduk ke berdiri atau berbaring ke
duduk, serta berdiri lebih dari 15 menit. Nyeri tersebut tidak menjalar,
terasa tumpul, memiliki intensitas VAS 5 (jika diukur dengan skala 1
sampai 10), dan berkurang saat pasien berbaring atau duduk
bersandar. Pasien tidak mengalami kelemahan pada kedua
ekstremitas bawah, baal atau kesemutan. Pasien masih mampu
mengontrol berkemih dan defekasi, tidak memiliki riwayat hematuria,
tidak ada demam, dan tidak memiliki riwayat penurunan berat badan
drastis. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, telah ditemukan otot
paralumbal yang spasme dan nyeri meningkat saat gerakan trunk
fleksi. Mengacu pada hasil pemeriksaan radiologis tulang belakang
(vertebrae), telah ditemukan adanya Spondyloarthrosis lumbal yang
disertai dengan penyempitan intervertebral disc of L4-L5 and L5-S1.
Pada LTM minggu ini, saya akan membahas seputar etiologi dan
faktor risiko low back pain kronik.

1
B. Isi
Nyeri punggung bawah alias low back pain merupakan salah satu
penyakit akibat kerja yang sudah menjadi masalah kesehatan umum
terjadi di dunia dan memengaruhi hampir seluruh populasi. Low back
pain adalah kondisi ketika seseorang mengalami ketidaknyamanan
atau nyeri di bagian bawah tulang belakang maupun daerah
sekitarnya. Low back pain bisa didefinisikan sebagai nyeri lokal,
radikuler, ataupun campuran keduanya di antara batas costae (rusuk)
dan lipatan gluteus inferior yang terjadi selama lebih dari 1 hari. Low
back pain bukan merupakan penyakit maupun diagnosis untuk suatu
penyakit, melainkan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi
yang terkena dengan berbagai variasi durasi terjadinya nyeri. Low
back pain bisa disertai nyeri kaki ataupun mati rasa, tetapi tidak
termasuk rasa sakit yang berkaitan dengan menstruasi dan kehamilan.
Low back pain menjadi penyebab pokok kecacatan yang memengaruhi
kesejahteraan umum dan pekerjaan.1,2,3,4
1. Etiologi Low Back Pain Kronik
Low back pain bisa disebabkan oleh berbagai abnormalitas yang
terjadi pada otot, tulang belakang, diskus intervertebralis, sendi,
maupun struktur lain penyokong tulang belakang. Abnormalitas
tersebut antara lain abnormalitas kongenital atau perkembangan
yang terdiri dari spondilolistesis dan spondylosis, kifoskoliosis,
gangguan korda spinalis, dan spina bifida. Abnormalitasnya juga
bisa berupa trauma minor (regangan dan cedera whiplash);
traumatik atau fraktur (kecelakaan kendaraan bermotor dan
jatuh); atraumatik (osteoporosis, steroid eksogen, infiltrasi
neoplastik, dan herniasi diskus intervertebral); degeneratif
(gangguan diskus internal, kompleks diskus-osteofit, gangguan
sendi vertebral, stenosis spinalis dengan klaudikasio neurogenik,
dan gangguan sendi atlantoaksial); arthritis (arthropati facet atau
sakroiliaka, spondylosis, dan autoimun); neoplasma (tumor tulang

2
primer, metastasis, dan hematologik); inflamasi/infeksi (abses
epidural, osteomyelitis vertebral, meningitis, sepsis diskus, dan
arachnoiditis lumbalis); metabolik (imobilitas, osteoporosis,
hiperparatiroid, dan osteosklerosis); vaskular (diseksi arteri
vertebral dan aneurisma aorta abdominal); serta lainnya.
Berdasarkan etiologinya, low back pain diklasifikasikan menjadi
dua jenis. Adapun jenisnya ialah sebagai berikut: 2,5,6
a. Low Back Pain Spesifik
Low back pain spesifik adalah nyeri yang terjadi karena
penyakit tertentu atau masalah struktural tulang belakang,
ataupun saat nyeri menjalar dari bagian tubuh lain. Contohnya
antara lain kanker, fraktur tulang, aneurisma aorta, dan ginjal. 6
b. Low Back Pain Non-spesifik
Low back pain non-spesifik ialah low back pain yang
pengalaman nyerinya tidak bisa dijelaskan dengan pasti oleh
diagnosis lain, seperti patologi, penyakit yang mendasari,
ataupun kerusakan jaringan. Penyakit ini tidak spesifik pada
kisaran 90% kasus.6

3
Low back pain kronik adalah nyeri punggung bawah yang
berlangsung selama lebih dari 3 bulan. Low back pain kronik
merupakan penyebab primer kehilangan pekerjaan dan limitasi
partisipasi, serta penurunan kualitas hidup di seluruh dunia.
Prevalensinya yang tinggi menyebabkan low back pain turut
memberikan beban ekonomi yang sangat berat bagi masyarakat.
Hal tersebut harus dipandang sebagai masalah kesehatan
masyarakat global yang membutuhkan respons akurat. Low back
pain kronik ditandai dengan rasa nyeri bisa berulang atau kembali
kambuh. Pada fase tersebut, umumnya sembuh pada waktu yang
lama. Seiring bertambahnya usia, episode low back pain berulang
lebih sering terjadi. Low back pain kronik bisa disebabkan oleh
proses degenerasi discus invertebralis, osteoarthritis (OA),
rheumatoid arthritis (RA), dan tumor.3,4,5,6
2. Faktor Risiko Low Back Pain Kronik
Pada dasarnya, faktor risiko low back pain kronik serupa dengan
faktor risiko tipe lainnya. Adapun faktornya adalah sebagai berikut:

4
a. Usia
Low back pain merupakan keluhan yang berkorelasi dengan
usia. Secara teoretis, low back pain bisa dialami oleh siapa pun
dan pada usia berapa pun meskipun keluhan ini jarang
dijumpai pada anak usia 0—10 tahun. Hal ini bisa terjadi karena
etiologi tertentu yang lebih sering dijumpai pada kategori usia
lebih tua. Umumnya keluhan low back pain ini mulai dijumpai
pada dekade kedua dan makin meningkat hingga dekade
kelima (kisaran usia 55 tahun). Bertambahnya usia juga sejalan
dengan adanya degenerasi tulang dan ini dimulai ketika berusia
30 tahun. Adapun degenerasinya berupa kerusakan jaringan,
jaringan berganti menjadi jaringan parut, dan pengurangan
cairan sehingga tulang dan otot menjadi kurang stabil.
Pertambahan usia berbanding lurus dengan peningkatan risiko
penurunan elastisitas tulang yang memicu gejala low back pain
karena diskus invertebralisnya menjadi abnormal pada lansia. 2,4
b. Jenis Kelamin
Low back pain lebih sering terjadi pada perempuan terutama
ketika menstruasi. Hal ini didukung oleh prevalensinya yang
lebih tinggi dan beberapa riset menunjukkan bahwa perempuan
lebih sering izin tidak bekerja karena low back pain. Menopause
bisa menurunkan densitas tulang yang merupakan dampak
penurunan estrogen sehingga low back pain terjadi. 2,4
c. Indeks Massa Tubuh
Indeks massa tubuh alias body mass index adalah kalkulasi
angka dari massa dan tinggi badan seseorang. Indeks massa
tubuh seseorang dibagi menjadi tiga kategori (rentang standard
Asia Pasifik), yakni underweight (IMT <18,5), normal (IMT 18,5
—22,9), dan overweight (≥23,0). Pertambahan massa badan
berbanding lurus dengan beban yang ditopang oleh tulang
belakang sehingga risiko terjadi kerusakan dan bahaya pada

5
struktur tulang belakang meningkat. Salah satu area di tulang
belakang yang paling berisiko adalah vertebrae lumbal. Kasus
low back pain terjadi pada seseorang dengan IMT > 25
kg/m2.2,4
d. Ergonomi
Ergonomi adalah faktor risiko berupa unsur tempat kerja yang
berkorelasi dengan ketidaknyamanan dialami pekerja ketika
bekerja. Jika diabaikan, lambat laun bisa menambah kerusakan
pada tubuh pekerja yang diakibatkan kecelakaan. Adapun
faktor yang dimaksud adalah postur janggal, posisi kerja statis,
pergerakan berulang, dan penggunaan tenaga berlebihan. 4
e. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah suatu kegiatan yang melibatkan aktivitas
otot pada rentang waktu (periode) tertentu. Pola hidup
sedenter (tidak aktif) meningkatkan risiko terjadi berbagai
keluhan dan penyakit, termasuk low back pain. Maka dari itu,
aktivitas fisik dengan intensitas cukup dan dilakukan secara
konsisten bisa membantu mencegah adanya keluhan low back
pain.2
f. Beban Kerja
Setiap pekerja memiliki beban kerja (workload) yang variatif,
tergantung jenis pekerjaannya. Beban kerja bisa berupa beban
fisik, mental, dan sosial yang notabenenya harus dituntaskan
dalam waktu tertentu. Beban fisik ditemukan pada pekerjaan
yang berorientasi pada fisik sebagai alat utama. Besarnya
tenaga yang digunakan berbanding lurus dengan beban
mekanik yang diperoleh otot, tendon, sendi, dan ligament
sehingga beban berlebih memicu inflamasi, kelelahan, dan
kerusakan jaringan.4
g. Masa Kerja

6
Masa kerja adalah faktor yang berhubungan dengan lamanya
seseorang bekerja di suatu tempat. Low back pain kronik
membutuhkan waktu lama agar berkembang dan
bermanifestasi sehingga lamanya waktu bekerja atau terpajan
faktor risiko ini berbanding lurus dengan peningkatan risiko low
back pain. Masa kerja juga berhubungan erat dengan tingkat
pendapatan pekerja dan produktivitas kerja karena penerapan
sistem 5 hari kerja (mayoritas) dan 6 hari kerja dalam
seminggu justru menjadi masalah jika diaplikasikan di
perusahaan yang bertempat di Indonesia. Masalah yang
dimaksud ialah standard pengupahan sangat rendah sehingga
para pekerja tidak mampu mencukupi kebutuhan pokok
keluarganya yang memicu mereka untuk kerja lembur sebagai
jalan pintasnya. Padahal, bisa dilakukan work-life balance alias
efisiensi dan peningkatan produktivitas kerja.2,4
h. Kebiasaan Merokok
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa jumlah
kematian akibat merokok setiap tahunnya sebesar 4,9 juta dan
menjelang 2020 telah mencapai 10 juta orang per tahunnya.
Kebiasaan merokok memiliki hubungan signifikan dengan
keluhan otot pinggang, terutama untuk pekerjaan yang perlu
mengerahkan otot karena nikotin mengakibatkan penurunan
aliran darah ke jaringan dan berkurangnya kandungan mineral
tulang sehingga terjadi nyeri akibat keretakan atau kerusakan
tulang.2,4
i. Riwayat Penyakit Terkait Rangka dan Riwayat Trauma
Postur yang variatif dan dan abnormalitas kelengkungan tulang
belakang merupakan salah satu faktor risiko low back pain.
Penderita spondylolisthesis lebih berisiko mengalami low back
pain pada jenis pekerjaan berat meskipun kondisi ini sangat
langka. Kelainan structural, seperti abnormalitas jumlah ruas

7
tulang belakang dan spina bifida acculta, tidak berkonsekuensi.
Perubahan spondylitic umumnya berisiko lebih rendah. Riwayat
trauma tulang belakang merupakan faktor risiko low back pain
karena trauma bisa merusak tulang belakang secara struktural
sehingga terjadi nyeri secara terus-menerus.2

C. Penutup
Low back pain kronik ialah nyeri punggung bawah yang berlangsung
selama lebih dari 3 bulan serta bisa disebabkan oleh proses
degenerasi discus invertebralis, osteoarthritis (OA), rheumatoid
arthritis (RA), dan tumor. Seseorang lebih berisiko mengalami low
back pain berdasarkan beberapa faktor, yakni usia, jenis kelamin,
indeks massa tubuh, ergonomi, aktivitas fisik, beban kerja, massa
kerja, kebiasaan merokok, serta riwayat penyakit terkait rangka dan
riwayat trauma. Berdasarkan pemicu ini, usia pasien 32 tahun (mulai
berdegenerasi), serta beban fisik dan ergonomi berupa posisi janggal
ketika mengangkat anaknya yang berusia 5 tahun sambil
membungkuk memicu terjadinya low back pain kronik yang sudah
berlangsung selama 2 tahun.

8
Referensi
1. Kementerian kesehatan republik Indonesia. Nyeri punggung bawah
[Internet]. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
unknown date [cited 2023 Oct 16]. Available from:
https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/kelainan-
muskuloskeletal/nyeri-punggung-bawah
2. Andini F. Risk factors of low back pain in workers. J Majority
[Internet]. 2015 Jan [cited 2023 Oct 16];4(1):12-9. Available from:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/
495/496
3. Hermina Balikpapan. Identifikasi kondisi red flag pada low back pain
(nyeri punggung bawah) [Internet]. Balikpapan: Rumah Sakit Hermina
Balikpapan; 2023 Sep 29 [cited 2023 Oct 16]. Available from:
https://herminahospitals.com/id/articles/identifikasi-kondisi-red-flag-
pada-low-back-pain-nyeri-punggung-bawah.html
4. Rahmawati A. Risk factor of low back pain. Jurnal Medika Hutama
[Internet]. 2021 Oct [cited 2023 Oct 16];3(1):1601-7. Available from:
https://jurnalmedikahutama.com/index.php/JMH/article/download/323
/223
5. S AC, Santoso WM, Husna M, Munir B, Kurniawan SN. Low back pain.
Journal of Pain, Headache and Vertigo [Internet]. 2021 Mar 1 [cited
2023 Oct 16];1():13-7. Available from:
https://www.researchgate.net/profile/Badrul-Munir-3/publication/3498
93426_LOW_BACK_PAIN/links/60924149a6fdccaebd093d0e/LOW-
BACK-PAIN.pdf
6. WHO. Low back pain [Internet]. Geneva: World Health Organization;
2023 Jun 19 [cited 2023 Oct 19]. Available from: https://www-who-
int.translate.goog/news-room/fact-sheets/detail/low-back-pain?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Anda mungkin juga menyukai