Anda di halaman 1dari 115

PBL 1 DK 2

MODUL PENGINDERAAN
“Menikmati Suasana Liburan”

>
01 Anatomi
Mata
Oleh Nayla Rizka Aprilla
2206817010

< >
1. Struktur Umum Mata & Aksesorinya
● Bola dengan diameter sekitar 2,5 cm ● Kelenjar tarsal: kelenjar sebasea pada tepi palpebra
● ⅙ permukaan mata anterior terlihat, ⅚ dilindungi ● Konjungtiva: selaput halus pelapis kelopak &sebagian
bantalan lemak dan dinding tulang orbita permukaan luar bola mata. Mengeluarkan lendir.

< Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of anatomy and physiology. 16th ed. John Wiley >
and Sons, Inc; 2020.
2. Penyusun Orbita
● Kontribusi 7 tulang: os. maxilla, zygomaticus, frontalis,
ethmoidale, lacrimale, sphenoidale, dan palatinum
● Bentuk seperti piramida: basis terbuka ke anterior ke
wajah dan puncak memanjang ke arah posteromedial
● Atap: bagian orbital dari os. Frontalis, kontribusi kecil
dari tulang sphenoid
● Dinding Medial: os. maxilla, ethmoidale, lacrimale, dan
sphenoidale. Kontributor terbesar: lempeng orbital os.
ethmoideum
● Lantai: permukaan orbital maxilla, kontribusi kecil dari
os. zygomaticus dan palatinum
● Dinding lateral: yakni os. zygomaticus di anterior dan
ala mayor os. sphenoidale di posterior

< Marieb E, Keller S. Essentials of human anatomy & physiology. 12th ed. London: Pearson Education Limited; 2018. >
Richard L Drake, Wayne Vogl, Adam W.M. Mitchell. Gray’s Anatomy for Students.4th. Elsevier. 2020.
3. Apparatus Lacrimalis
● Sekelompok struktur yang memproduksi dan mengalirkan air mata dalam proses yang disebut lakrimasi
● Kel. lakrimal diinervasi serabut parasimpatis N. VII, menghasilkan larutan encer dengan garam, lendir, lisozim, & bakterisida
● Aliran air mata: kel. Lakrimal -> ductus lacrimalis eksretorius -> tersebar secara medial melalui kedipan -> puncta lacrimalis ->
kanalikuli lacrimalis superior & inferior -> saccus lacrimalis -> ductus nasolacrimalis -> bag. Inferior conchae nasalis inferioris
-> cairan bercampur dengan mukus

< >
Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of anatomy and physiology. 16th ed. John Wiley and Sons, Inc; 2020.
4. Lapisan Bola Mata
TUNIKA FIBROSA
-Kornea: memfokuskan cahaya ke retina
-Sklera: menutupi seluruh bola mata kecuali kornea,
memberi bentuk bola mata, membuat lebih kaku,
melindungi bagian dalam, & tempat melekatnya otot-otot
ekstrinsik mata

TUNIKA VASKULARIS / UVEA


-Koroid: sangat tervaskularisasi dan terpigmentasi
-Korpus Siliaris: terdiri atas prosesus siliaris (penghasil
aquoeus humor) dan otot siliaris
-Iris: warnanya ditentukan oleh melanin, mengandung serat
otot polos

RETINA
-Discus opticus (titik buta): tak ada sel batang & kerucut
-Cekungan di makula lutea (titik kuning): fovea sentralis RUANG BOLA MATA
(hanya berisi sel kerucut) -> resolusi penglihatan tertinggi Lensa membagi bagian dalam bola mata menjadi dua rongga:
rongga anterior (kamera okuli anterior & posterior) dan ruang
vitreus (berisi badan vitreous seperti jeli)

< Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of anatomy and physiology. 16th ed. John Wiley and Sons, Inc; 2020. >
4. Lapisan Bola Mata
OTOT-OTOT INTRINSIK BOLA MATA: otot siliaris, m. sphincter pupillae, dan
m. dilator pupillae mengontrol bentuk lensa dan ukuran dari pupil

< Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of anatomy and physiology. 16th ed. John Wiley and Sons, Inc; 2020. >
5. Otot-otot Ekstraokular
● Terdiri atas 7 otot: m. levator palpebrae superioris, empat otot rectus (superior, inferior, medial, dan lateral),
and dua otot oblique (superior dan inferior).
● Berfungsi dalam menggerakkan bola mata atau mengangkat palpebra atas

Keith L. Moore, Arthur F. Dalley & Anne M. Agur. Clinically oriented Anatomy. 7th ed. Lippincott Williams & Wilkins. 2015
>
5. Otot-otot Ekstraokular

Keith L. Moore, Arthur F. Dalley & Anne M. Agur. Clinically oriented Anatomy. 7th ed. Lippincott Williams & Wilkins. 2015
>
6. Vaskularisasi Bola Mata
Arteri Vena
- Vena supra-orbital +
Cabang arteri karotis
vena angularis: Vena
interna -> arteri
oftalmikus superior. Di
oftalmikus, membentuk
bag. posterior, vena
cabang-cabang di orbit
memasuki sinus
seperti
kavernosus
a. Lakrimalis,
- Vena oftalmikus
a. Retinal sentralis,
inferior, di bag.
a. Siliaris posterior,
Posterior bergabung
a. Muscularis,
dengan vena oftalmikus
a. Palpebralis medial
superior, atau
bergabung dengan

< Marieb E, Keller S. Essentials of human anatomy & physiology. 12th ed. London: Pearson Education Limited; 2018.
pleksus pterigoid. >
Richard L Drake, Wayne Vogl, Adam W.M. Mitchell. Gray’s Anatomy for Students.4th. Elsevier. 2020.
02
Visual
Processing dan
Visual Pathway
Talitha Shafa Palupi - 2206815850

< >
Fototransduksi -> perubahan rangsangan cahaya menjadi sinyal saraf
● fototransduksi ini terjadi pada retina

Sinar harus melewati beberapa


lapisan retina sebelum mencapai
fotoreseptor.

1. lapisan paling luar -> sel batang


dan sel kerucut

2. lapisan tengah -> sel bipolar


dan antarneuron-antarneuron yang
terkait.

3. lapisan dalam -> sel ganglion


dan saraf optik.

<
Sherwood L. Human physiology from cells to system. 9th ed. Boston, MA: Cengange Learning; 2016.
>
Bagian Retina

● Fovea : - terdapat banyak sel kerucut, tidak


ada sel ganglion -> titik dengan penglihatan
paling jelas
● Diskus optikus : tempat keluarnya saraf optik
dan berjalannya pembuluh darah -> titik buta
-> tidak adanya sel kerucut atau sel batang

<
Sherwood L. Human physiology from cells to system. 9th ed. Boston, MA: Cengange Learning; 2016.
>
1. Segmen luar-> yang terletak paling
Struktur fotoreseptor dekat dengan eksterior mata, mendeteksi
rangsangan cahaya.

2. Segmen dalam -> mengandung


perangkat metabolik sel.

3. Terminal sinaps -> yang terletak


paling dekat dengan bagian interior mata
dan menghadap ke sel bipolar.

Fotopigmen

● Rhodopsin (pada sel batang)

-> Opsin (Skotopsin) dan retinal

● Iodopsin / color pigment (pada sel


kerucut)

-> Opsin (Fotopsin) dan retinal


<
Sherwood L. Human physiology from cells to system. 9th ed. Boston, MA: Cengange Learning; 2016.
>
Fototransduksi
Aktivitas fotoreseptor dalam kondisi gelap:

1. Rhodopsin mengalami inaktivasi (11-cis retinal) saat gelap.


2. Enzim guanylyl cyclase berperan dalam mempertahankan
cGMP (cyclic guanosine monophosphate) dalam kadar
tinggi pada keadaan gelap.
3. Kadar cGMP yang tinggi menyebabkan kanal Na+ terbuka.
4. Na+ masuk ke dalam sel batang melalui kanalnya dan
menyebabkan terjadinya depolarisasi fotoreseptor.
5. Depolarisasi fotoreseptor menyebabkan pembukaan kanal
Ca2+ di ujung sinaps sehingga meningkatkan pelepasan
neurotransmitter (glutamat).
6. Peningkatan neurotransmitter menyebabkan
hiperpolarisasi (-) pada on center dan depolarisasi (+)
pada off center yang menyebabkan tidak ada potensial
aksi di on center, tetapi ada potensial aksi di off center.
7. Perambatan ke korteks penglihatan.
8. Medan reseptif fotoreseptor dirasakan sebagai kegelapan

<
Sherwood L. Human physiology from cells to system. 9th ed. Boston, MA: Cengange Learning; 2016.
>
Fototransduksi Aktivitas fotoreseptor dalam kondisi terang:

1. Cahaya diabsorpsi sehingga mengaktivasi rhodopsin


all-trans retinal yang kemudian mengaktivasi transducin
(G protein).
2. Transducin kemudian mengaktivasi fosfodiesterase (PDE)
untuk mengurai/mendegradasi cGMP.
3. Kadar cGMP yang rendah menyebabkan kanal Na+ di
segmen luar tertutup
4. Tidak adanya Na+ yang masuk dalam sel batang
menyebabkan terjadinya hiperpolarisasi
5. Hiperpolarisasi menyebabkan penutupan kanal Ca2+ pada
terminal sinaps sehingga menurunkan pelepasan
neurotransmitter (glutamat)
6. Penurunan pelepasan neurotransmitter menyebabkan
depolarisasi (+) pada on center dan hiperpolarisasi (-)
pada off center yang menyebabkan ada potensial aksi di
on center, tetapi tidak ada potensial aksi di off center.
7. Perambatan ke korteks penglihatan.
8. Medan reseptif fotoreseptor yang mendapat cahaya
dirasakan sebagai bagian visual.

<
Sherwood L. Human physiology from cells to system. 9th ed. Boston, MA: Cengange Learning; 2016.
>
Visual Pathway

1. Calabro FJ, Vaina LM. A computerized perimeter for assessing modality-specific visual field loss. Proc Annu Int Conf IEEE Eng Med Biol Soc EMBS. 2011 Jan; 2025–8.

< 2. Newman N, Biousse V. Diagnostic


10.1212/01.CON.0000453317.67637.46.
approach to vision loss. Continuum (Minneap Minn). 2014 Aug;20(4 Neuro-ophthalmology):785-815. doi:
>
03
Fisiologi
Penglihatan
dan Fisika Optik
Hanna Raviqa Varhana - 2206817654

< >
1. Sherwood L. Human physiology from cells to system. 9th ed. Boston, MA: Cengange

Overview anatomi + Learning; 2016.


2. Silverthorn DU. Human physiology (an integrated approach). 8th ed. New York:

fungsi utama bagian pada mata


Pearson; 2019.

< >
Konsep Dasar Fisiologi Masuknya cahaya pada
Penglihatan lapisan retina
1. Cahaya akan masuk ke mata, lalu difokuskan ke
retina
2. Fotoreseptor pada retina akan transduksikan energi
cahaya menjadi sinyal listrik
3. Neural pathways akan dimulai dari retina hingga ke
otak yang akan memproses sinyal listrik tadi
menjadi gambaran visual.

● Sherwood L. Human physiology from cells to system. 9th ed. Boston, MA: Cengange Learning; 2016.
< ● Silverthorn DU. Human physiology (an integrated approach). 8th ed. New York: Pearson; 2019.
>
Fototransduksi
Lapisan Sel fotoreseptor:
1. Segmen luar → paling dekat dengan bagian eksterior mata
dan menghadap ke koroid, merupakan bagian yang bertugas
untuk mendeteksi sinyal.
2. Segmen dalam →di bagian tengah fotoreseptor yang
mengandung perangkat metabolik sel.
3. Terminal Sinaps → paling dekat dengan interior mata
dan menghadap ke sel bipolar.

● Sherwood L. Human physiology from cells to system. 9th ed. Boston, MA: Cengange Learning; 2016.
< ● Silverthorn DU. Human physiology (an integrated approach). 8th ed. New York: Pearson; 2019. >
Determinasi Fisika Optik
Penglihatan Warna

1. Cahaya akan masuk ke mata, lalu difokuskan ke


retina
2. Fotoreseptor pada retina akan transduksikan energi
cahaya menjadi sinyal listrik
3. Neural pathways akan dimulai dari retina hingga ke
otak yang akan memproses sinyal listrik tadi
● Sherwood L. Human physiology from cells to system. 9th ed. Boston, MA: Cengange Learning; 2016.
< menjadi gambaran visual.
● Silverthorn DU. Human physiology (an integrated approach). 8th ed. New York: Pearson; 2019.
>
Refraksi Jalan masuknya cahaya
ke mata
● Cahaya dari suatu benda harus menembus mata dan
melewati 5 media transparan sebelum masuk ke retina.
● cahaya akan meninggalkan objek dan bergerak melalui
udara kemudian masuk ke mata melalui kornea,
menembus aqueous humor, masuk ke lensa, lalu ke
vitreous humor dan akhirnya mencapai retina.
● Tiap media tersebut memiliki indeks refraksi yang
berbeda-beda

1. Udara n = 1,00
2. Kornea n= 1,38
3. Aqueous humor n= 1,33
4. Lensa n=1,40
5. Vitreous humor n = 1,34

● Sherwood L. Human physiology from cells to system. 9th ed. Boston, MA: Cengange Learning; 2016.
<
● Silverthorn DU. Human physiology (an integrated approach). 8th ed. New York: Pearson; 2019.
>
Mekanisme Akomodasi Image Formation

● Sherwood L. Human physiology from cells to system. 9th ed. Boston, MA: Cengange Learning; 2016.

● Martini F. Nath J. L. Bartholomew E. Fundamentals of anatomy & physiology. 9th ed. San Fransisco :
< Pearson; 2018 >
Nearsightedness/Myopia

● Nearsightedness atau myopia adalah kondisi dimana


seseorang tidak mampu melihat benda jarak jauh.
● Refraksi cahaya pada kondisi ini membuat gambar
terbentuk di depan retina sehingga akan menghasilkan
gambaran atau visual yang tidak fokus.
● Kondisi ini dapat terjadi karena bentuk bola mata yang
Artal P. Optics of the eye and its impact in vision: a tutorial in Advances in
terlalu panjang atau lonjong dan kornea terlalu optics and photonics. 6th ed. 2014
melengkung
● Lensa → cekung/konkaf
< >
Farsightedness/Hyperopia

● Farsightedness (hyperopia) atau biasa disebut hypermetropia


adalah kondisi dimana seseorang tidak dapat melihat benda
dalam jarak dekat.
● cahaya tidak dapat direfraksikan secara memadai dan rays
berkonvergen untuk membentuk gambaran di belakang mata
sehingga retina akan memblock cahaya rays ini sebelum mereka
Artal P. Optics of the eye and its impact in vision: a tutorial in
berkonvergen secara sempurna sehingga tidak fokus.
● Kondisi ini muncul ketika bola mata terlalu pendek, korna terlalu Advances in optics and photonics. 6th ed. 2014
datar, atau lensa tidak dapat mencembung dengan baik.
● Lensa → cembung
< >
Kesimpulan (Hubungan dengan pemicu)

● Pada pemicu, Azka bertanya pada kakek “kakek, apa nama burung yang bulunya
indah berwarna merah dan hijau itu?” → Proses fototransduksi → ada pemantulan
cahaya ditangkap oleh fotoreseptor → diubah jadi sinyal listrik → lewat visual
pathway → dikirim ke otak (SSP)
● Determinasi warna merah dan hijau disebabkan karena adanya variasi rasio stimulasi dari

ketiga sel kerucut yaitu merah, hijau, dan biru.

● Pada pemicu juga diungkapkan bahwa kakek kurang jelas melihat burung tersebut
dan penglihatan kakek agak buram sejak 6 bulan terakhir → Myopia (lensa cekung +
refkraksi cahaya di depan retina) dan Hyperopia (Lensa cembung + cahaya jatuh di
belakang retina)

< >
04
Histologi Penglihatan Normal

Kenzi Naufaldi Muhammad - 2106705890

< >
LAPISAN MATA

● Tunika Fibrosa
● Tunika Vaskulosa
● Tunika Nervosa

1. Mescher AL. Histologi dasar junqueira: teks and atlas. Edisi 14. Jakarta: EGC; 2019.
2. Wangko S. Histofisiologi retina. Jurnal Biomedik (JBM) [Internet]. 2013 Nov [cited 2023 Nov 21];5(3):S1-6. Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/viewFile/4342/3871
TUNIKA FIBROSA -SKLERA DAN KORNEA

1. Mescher AL. Histologi dasar junqueira: teks and atlas. Edisi 14. Jakarta: EGC; 2019.
2. Wangko S. Histofisiologi retina. Jurnal Biomedik (JBM) [Internet]. 2013 Nov [cited 2023 Nov 21];5(3):S1-6. Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/viewFile/4342/3871
TUNIKA FIBROSA - LIMBUS

1. Mescher AL. Histologi dasar junqueira: teks and atlas. Edisi 14. Jakarta: EGC; 2019.
2. Wangko S. Histofisiologi retina. Jurnal Biomedik (JBM) [Internet]. 2013 Nov [cited 2023 Nov 21];5(3):S1-6. Available from:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/viewFile/4342/3871
LENSA DAN CORPUS VITREOUS

Lensa
● Kapsul Lensa
● Epitel Lensa
● Serat Lensa

1. Mescher AL. Histologi dasar junqueira: teks and atlas. Edisi 14. Jakarta: EGC; 2019.
2. Wangko S. Histofisiologi retina. Jurnal Biomedik (JBM) [Internet]. 2013 Nov [cited 2023 Nov 21];5(3):S1-6. Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/viewFile/4342/3871
TUNIKA VASKULOSA

1. Mescher AL. Histologi dasar junqueira: teks and atlas. Edisi 14. Jakarta: EGC; 2019.
2. Wangko S. Histofisiologi retina. Jurnal Biomedik (JBM) [Internet]. 2013 Nov [cited 2023 Nov 21];5(3):S1-6. Available from:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/viewFile/4342/3871
TUNIKA NERVOSA - EPITEL PIGMEN DAN NEURAL RETINA

Lensa
● Kapsul Lensa
● Epitel Lensa
● Serat Lensa

1. Mescher AL. Histologi dasar junqueira: teks and atlas. Edisi 14. Jakarta: EGC; 2019.
2. Wangko S. Histofisiologi retina. Jurnal Biomedik (JBM) [Internet]. 2013 Nov [cited 2023 Nov 21];5(3):S1-6. Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/viewFile/4342/3871
TUNIKA NERVOSA - FOTORESEPTOR

Fotoreseptor
● Se; natang
● Sel kerucut

1. Mescher AL. Histologi dasar junqueira: teks and atlas. Edisi 14. Jakarta: EGC; 2019.
2. Wangko S. Histofisiologi retina. Jurnal Biomedik (JBM) [Internet]. 2013 Nov [cited 2023 Nov 21];5(3):S1-6. Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/viewFile/4342/3871
STRUKTUR ACCESSORIA

Acessoria
● Kelopak mata
● Konjungtiva
● Kelenjar Lakrimal

Mescher AL. Histologi dasar junqueira: teks and atlas. Edisi 14. Jakarta: EGC; 2019.
Kesimpulan
Berdasarkan pemicu, buramnya penglihatan
kakek disebabkan oleh lensa matanya yang
mengalami penurunan elastisitas. Adapun
komponen terlibat pada lensa adalah kapsul
lensa. Sementara itu, Azka memiliki penglihatan
yang jernih karena kapsul lensanya masih
sangat transparan dan elastis. Elastisitas kapsul
lensa semakin rendah seiring dengan
bertambahnya usia

< >
Aspek
Biokimia Mata

< >
Hardiany NS. Biochemistry aspect of eye tissue [unpublished lecture notes]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; lecture given 2023 Nov 21.
Pirie A. The biochemistry of the eye. Cambridge Univ Press. 1960;19(1):73–8.

Cairan Okular Antioksidan


Aqueous Humor ● Mata : sering terpapar lingkungan oksidatif: paparan
● Diproduksi oleh badan siliar melalui difusi, ultrafiltrasi, dan sinar UV -> terbentuk ROS
transport aktif ● Antioksidan : detoksifikasi radikal bebas
● Tersusun atas garam, albumin, globulin, dan glukosa ● Antioksidan enzimatik (primer & sekunder) &
● Fungsi : menyalurkan oksigen, nutrisi, dan antioksidan ke antioksidan non-enzimatik
kornea dan antioksidan Antioksidan enzimatik primer
● Membentuk tekanan intraokular yang mempertahankan ● mencegah pembentukan radikal bebas baru dengan
bentuk bola mata dan melindungi mata dari trauma fisik menghilangkan prekursor atau menghambat katalisis
Vitreous Humor ● Contoh : superoksida dismutase (SOD), glutathione
● Massa yang kaya akan kolagen dan gelatin peroxidase (GPX), katalase (CAT), dan
● Fungsi : mempertahankan bentuk bola mata dan menjaga peroksiredoksin (PRDXs)
mata tetap lembut Antioksidan enzimatik sekunder
● Substansinya jernih -> meneruskan cahaya dari lensa ke ● melindungi antioksidan
retina ● Contoh : transketolase (TKT), thioredoxin, dan
Precorneal Tear = Air Mata gliseraldehida-3-fosfat dehydrogenase (GADPH)
● Fungsi : pelumas, menyuplai oksigen, imunitas
< (mengandung antimikroba; lisozym)
Álvarez-Barrios A, Álvarez L, García M, Artime E, Pereiro R, González-Iglesias H. Antioxidant
>
defenses in the human eye: A focus on metallothioneins. Antioxidants. 2021;10(1):1–33.
Kolagen Protein
● Berbagai tipe & bentuk
● Fungsi : struktural, transparansi dan refraksi dari kornea, lensa, dan
vitreous body
● Bentuk kolagen : menyilang parallel dari bagian anterior ke posterior
(vitreous ), lembaran dengan diameter 30 nm (stroma corneal).
sarang laba-laba dengan tipe IV (corneal bowman)
Crystallin
● Didominasi di lensa
● Sifat : stabil, water soluble
● Peran : menjaga kejernihan dan indeks refraksi dari lensa
● α crystallin -> molekul chaperone -> menghindari interaksi yang tidak
diinginkan, agregasi protein, menghambat apoptosis, dan menahan sel
dari stress
● β dan γ crystallin -> perkembangan lensa Hardiany NS. Biochemistry aspect of eye tissue [unpublished lecture
notes]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; lecture
given 2023 Nov 21.
Protein Rhodopsin dan Cone Pigment The Human Protein Atlas. The eye proteome [Internet]. The Human
Protein Atlas. [cited 2023 Nov 21]. Available from:
https://www.proteinatlas.org/humanproteome/tissue/eye
● Protein membran fotoreseptor -> mengubah energi cahaya menjadi Teller DC, Stenkamp RE, Palczewski K. Evolutionary analysis of rhodopsin
< sinyal listrik >
and cone pigments: Connecting the three-dimensional structure with
spectral tuning and signal transfery. FEBS Lett. 2003;555(1):151–9.
Jalur Metabolisme
Glikolisis
● Metabolisme glukosa untuk menghasilkan energi, berlokasi di sitosol
● Kondisi aerob : glukosa -> piruvat -> masuk mitokondria -> dioksidasi menjadi asetil CoA -> atom C
dioksidasi menjadi CO2 (siklus kreb). Elektron dioksidasi -> fosforilasi oksidasi -> produksi air dan ATP
● Kondisi anaerob : penumpukan laktat -> piruvat dengan enzyme lactate dehydrogenase -> sumber
energi untuk fosforilasi oksidatif
HMP Shunt (Pentose Phosphate Pathway)
● Paralel dengan jalur glikolisis
● Peran : memproduksi NADPH, reduktor dalam sel untuk enzyme glutation reductase -> mengubah
glutation teroksidasi menjadi bentuk tereduksi
Polyol Pathway
● Aktivasi jalur ini : menyebabkan diabetes mellitus; cataract diabetic, neuropathy, nephropathy
● Terdapat enzym aldose reductase: mengubah glukosa -> sorbitol (dalam keadaan hiperglikemia) ->
fruktosa -> osmolaritas lensa meningkat, protein akan terdenaturasi -> lensa tidak jernih -> katarak
diabetikum
Hardiany NS. Biochemistry aspect of eye tissue [unpublished lecture notes]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; lecture given 2023 Nov 21.
Wong-Riley M. Energy metabolism of the visual system. Dove Press J [Internet]. 2010;2:99–116. Available from:
< https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3515641/pdf/eb-2-099.pdf >
06
Proses Degenerasi Penuaan Mata
dan Kriteria Fit to Work

Nisa Amrina Rosyada - 2106721830

< >
Proses Degenerasi Penglihatan
● Terjadi saat struktur/fungsi mata menurun seiring bertambah usia
● Menyebabkan masalah penglihatan:
- Kesulitan melihat objek
- Penglihatan kabur
- Menurunnya kemampuan membaca
● Salah satu bentuk degenerasi penglihatan: degenerasi makula

< Salvi SM, Akhtar S, Currie Z. Ageing changes in the eye [Internet]. Postgrad Med J. 2006 Sep [cited 2023 Nov 22]. doi: 10.1136/pgmj.2005.040857 >
Teori Keausan (Dr. August Weismann)

● Seorang ahli biologi di Jerman, pada 1882


● Ia percaya tubuh manusia dan selnya rusak karena penggunaan berlebihan dan
penyalahgunaan
● Organ manusia rusak karena racun dalam makanan dan lingkungan
● Seperti konsumsi banyak gula, kafein, lemak, alkohol, nikotin; sinar ultraviolet matahari,
banyak tekanan fisik dan emosional

< Salvi SM, Akhtar S, Currie Z. Ageing changes in the eye [Internet]. Postgrad Med J. 2006 Sep [cited 2023 Nov 22]. doi: 10.1136/pgmj.2005.040857 >
Proses Degenerasi Penglihatan

● Penuaan disebabkan dua faktor:


- Faktor internal (radikal bebas, proses glikosilasi, apoptosis, hormon berkurang, sistem
kekebalan menurun)
- Faktor eksternal (pola hidup tidak sehat, polusi lingkungan, stes, kebiasaan yang salah)
● Penuaan mata melibatkan otot ekstrakulikuler, retina, konjungtiva, lensa meningkat
seiring usia bertambah

< Lin, J., Tsubota, K. & Apte, R. Sekilas tentang mata yang menua [Internet]. 2016 [cited 2023 Nov 23].Available from: >
https://doi.org/10.1038/npjamd.2016.3
Proses Degenerasi Penglihatan
Proses penuaan terbagi menjadi tiga fase:
● Fase subklinik
- Usia 25-35 tahun
- Penurunan hormon melatonin, growth hormone (GH), testosteron, esterogen
- Belum mengeluh tanda gejala penuaan dan masih terasa normal
● Fase transisi
- Usia 35-45 tahun
- Penurunan hormon sebanyak 25% diikuti berkurangnya masa otot 1 kg setiap beberapa tahun
- Mulai merasakan keluhan tenaga dan kekuatan hilang, komposisi lemak tubuh bertambah
- Penurunan tajam penglihatan mata seperti presbiopia saat memasuki usia 40 tahun
● Fase klinik
- Usia 45 tahun keatas
- Penurunan kadar hormon melatoin, testosteron, dehydroepiandrosterone (DHEA), tiroid, estrogen
- Penurunan dan hilangnya kemampuan tubuh dalam menyerap makanan, mineral, vitamin, penurunan
densitas tulang, dan massa otot berkurang 1 kg setiap tahunnya sehingga tubuh tidak mampu
membakar kalori serta lemak tubuh meningkat dan terjadi peningkatan berat badan

< Permatasari INI. Kajian pustaka: tanda dan proses penuaan pada mata [Internet]. Universitas Pertahanan Republik Indonesia; Jurnal Ilmu Kedokteran >
dan Kesehatan. 2023 Sep [cited 2023 Nov 22]. Available from: https://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan
Proses Degenerasi Penglihatan
Tanda perubahan pada mata:
● Kelopak mata
- Komponen matriks ekstraseluler akan kehilangan organisasi jalinannya
- Disebabkan kapasitas regeneratif serta peningkatan enzim degeneratif sehingga
degradasi kolagen di bagian dermis
- Pada kelopak mata bawah terjadi kelemahan kelopak horizontal
- Dapat ditentukan uji cubit dengan melihat seberapa jauh kelopak mata dapat dicubit
dari bola mata dan tidak ada hentakan kemampuan kelopak mata untuk kembali ke
posisi anatomi normal
- Kelemahan progresif menyebabkan eversi tepat waktu dan eversi tepi kelopak mata
dari bola mata atau ektropion serta gejala lainnya berupa mata berair

< Permatasari INI. Kajian pustaka: tanda dan proses penuaan pada mata [Internet]. Universitas Pertahanan Republik Indonesia; Jurnal Ilmu Kedokteran >
dan Kesehatan. 2023 Sep [cited 2023 Nov 22]. Available from: https://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan
Proses Degenerasi Penglihatan

< Permatasari INI. Kajian pustaka: tanda dan proses penuaan pada mata [Internet]. Universitas Pertahanan Republik Indonesia; Jurnal Ilmu Kedokteran >
dan Kesehatan. 2023 Sep [cited 2023 Nov 22]. Available from: https://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan
Proses Degenerasi Penglihatan
Tanda perubahan pada mata:
● Kelenjar lakrimal
- Terdapat atrofi jaringan bertahap ketika isi mesodermal tubuh menyusut sehingga
selubung ektoderm menjadi besar dan munculnya lipatan kulit dan kerutan berlebihan
- Penurunan kualitas dan kuantitas air mata dihasilkan kelenjar lakrimal sehingga
menyebabkan mata kering atau dry eye
- Kelenjar meibom berkurang jumlahnya, kemudian terjadi perubahan struktur dan
fungsi yang menyebabkan dry eye
- Dapat diobati menggunakan air mata buatan

< Permatasari INI. Kajian pustaka: tanda dan proses penuaan pada mata [Internet]. Universitas Pertahanan Republik Indonesia; Jurnal Ilmu Kedokteran >
dan Kesehatan. 2023 Sep [cited 2023 Nov 22]. Available from: https://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan
Proses Degenerasi Penglihatan
Tanda perubahan pada mata:
● Sklera
- Mengalami penegangan dikarenakan ikatan silang fibril tinggi serta molekul tropocollagen per fibril

● Kornea
- Membentuk 1/6 anterior dari lapisan bola mata, untuk pelindung
- Penurunan kerapuhan serta sensitivitas kornea meningkatkan risiko abrasi dan ulkus
kornea
- Semakin bertambahnya usia, kornea mengalami perubahan dan menghasilkan
hamburan cahaya ekstra dalam mata yang sudah menua, sehingga mempengaruhi
kekuatan fokus kornea

< Permatasari INI. Kajian pustaka: tanda dan proses penuaan pada mata [Internet]. Universitas Pertahanan Republik Indonesia; Jurnal Ilmu Kedokteran >
dan Kesehatan. 2023 Sep [cited 2023 Nov 22]. Available from: https://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan
Kriteria Fit to Work
● Visus / ketajaman penglihatan
- Kriteria minimumnya pada penglihatan jauh berkisar 6/6 atau 20/20 dan pada penglihatan dekat berkisar 6/9 atau
20/30. Namun ada pengecualian yang dapat diberikan bergantung \jenis pekerjaan serta kebutuhan khusus
● Warna penglihatan
- Pilot, operator lintas udara
● Bidang pandang
- Konstruksi, sektor transportasi
- Mengukur kemampuan melihat objek sekitar tanpa gangguan penglihatan perifer
● Penglihatan jarak dekat
- Laboratorium
● Ketajaman penglihatan malam hari
- Pengemudi truk, petugas keamanan
- Membutuhkan kemampuan melihat jelas pada kondisi pencahayaan yang rendah

< Chamidah AN. Ophtalmologi [Internet]. Yogyakarta. [cited 2023 Nov 23]. >
07 Penyakit
Degeneratif
Penglihatan
Muhammad Nabil Rafi Ghaisan-2206046922

< >
Age-related macular degeneration (ARMD)

- Faktor utama yang menyebabkan gangguan penglihatan pada individu yang telah mencapai
usia di atas 50 tahun.
- Memiliki dua varian utama, yakni atrofik (dry) dan neovaskular (wet/exudative).
- Dry ARMD (atropik) adalah varian yang paling umum, memengaruhi sekitar 80-90% individu
dengan AMD.
- Wet ARMD/neovaskular lebih jarang terjadi tetapi menjadi kasus terbesar dalam kehilangan
penglihatan yang parah. degenerasi makula -> retina menghasilkan protein VEGF ->
pembuluh darah baru abnormal -> pecah, berdarah, dan mengeluarkan cairan, menyebabkan
kerusakan pada makula.

< >
Age-related macular degeneration (ARMD)

- Age-related macular degeneration (ARMD) melibatkan berbagai penyebab, termasuk


arteriosklerosis koroid, stres oksidatif, pola makan, peradangan, dan faktor genetika
- Perubahan pada membran Bruch juga menjadi suatu hal yang dapat diidentifikasi pada
ARMD
- Deposisi umum antara membran Bruch dan epitel pigmen retina dalam ARMD mencakup
drusen keras, drusen halus

< >
Age-related macular degeneration (ARMD)

- Deposit ketiga, dikenal sebagai deposit membran dasar linear/basal, sering ditemukan
berhubungan dengan jaringan neovaskular yang tumbuh di bawah makula. Drusen lembut
dan deposit membran dasar merangsang infiltrasi sel antara membran Bruch dan RPE,
dianggap sebagai prekursor ARMD neovaskular.

< >
Epiretinal membrane

- Akibat membran tipis yang dapat berkontraksi yang berasal dari sel glial intraretina ->
menyebabkan distorsi pada membran batas dalam retina
- Peningkatan keparahan kontraktur membran dapat menyebabkan penurunan atau distorsi
penglihatan, terutama ketika makula terlibat

< >
Myopia

- Bidang fokus gambar jatuh di depan retina


- Dua jenis utama yaitu
- indeks, terlihat ketika dimensi bola mata normal
- aksial, terjadi akibat pemanjangan bola mata -> peregangan sklera
- Ciri klinis dari miopia aksial dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan, seperti
pemanjangan bola mata, yang dapat menyebabkan retakan antara chrocoid dengan retina
dari kanal scleral, atrofi peripapiler temporal membentuk bulan sabit putih karena
peregangan posterior sklera, dan gliotic retina (respons terhadap kerusakan atau cedera)

< >
Laice

- Lattice degeneration merupakan sebuah penipisan bertahap pada retina

< >
Cobblestone/pavingstone

< >
Peripheral microcystoid

< >
Retinal breaks (holes/tears/dialysis)

< >
Retinal breaks (holes/tears/dialysis)

- Dialysis merupakan retakan yang terjadi di sepanjang tepi antara retina dan ora serrata dan
biasanya berukuran besar pada saat diagnosis

< >
Retinal detachment

- Rhegmatogenous detachment terjadi akibat robekan penuh ketebalan pada retina,


memungkinkan cairan vitreus masuk ke ruang subretina. Jenis ini sering kali
menunjukkan gejala seperti peningkatan bintik-bintik mengambang dan kilatan cahaya.
Faktor predisposisi meliputi peningkatan usia, miopia, degenerasi lattice, dan trauma.
- Retinal detachment eksudatif terjadi dengan adanya cairan subretina tanpa robekan
retina. Ini dapat terkait dengan berbagai kondisi, termasuk penyebab neoplastik,
inflamasi, vaskular, idiopatik, dan traumatis. Secara klinis, ditandai dengan pergeseran
gravitasi cairan subretina. Dalam pemeriksaan histologis, retinal detachment eksudatif
menunjukkan gumpalan gel protein cokelat di bawah retina.

< >
Retinal detachment

< >
Katarak

- Gangguan mata yang terjadi ketika lensa alami di dalam mata menjadi keruh.
- Gejala katarak meliputi penglihatan kabur, penglihatan ganda, sensitivitas tambahan
terhadap cahaya, kesulitan melihat pada malam hari, dan warna terlihat memudar atau
kuning
- Faktor risiko katarak termasuk penuaan, riwayat keluarga dengan katarak, penyakit
tertentu seperti diabetes, cedera mata, paparan sinar UV, penggunaan obat tertentu,
dan merokok.
- Pengobatan utama untuk katarak adalah melalui operasi

< >
Refrensi

1. Weng Sehu K, Lee WR. Ophthalmic pathology: An illustrated guide for clinicians. BMJ Books; 2012.
2. The difference between wet and dry age-related macular degeneration [Internet]. ConnectCenter. APH ConnectCenter; 2016
[cited 2023 Nov 23]. Available from:
https://aphconnectcenter.org/visionaware/eye-conditions/age-related-macular-degeneration-amd/wet-and-dry-amd/.
3. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: A systematic approach. 7th ed. W.B. Saunders Company; 2014.
4. Porter D. What is lattice degeneration? [Internet]. American Academy of Ophthalmology. 2022 [cited 2023 Nov 23]. Available
from: https://www.aao.org/eye-health/diseases/what-is-lattice-degeneration.
5. Hamrick KE, Helgeson MK. Retinal dialysis. Optom Clin [Internet]. 1992 [cited 2023 Nov 23];2(3). Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/1463917/.
6. Rhegmatogenous Retinal Detachment: Features, Part 1 [Internet]. American Academy of Ophthalmology. 2018 [cited 2023 Nov
23]. Available from: https://www.aao.org/eyenet/article/rhegmatogenous-retinal-detachment-features-part-1.
7. Boyd K. What Are Cataracts? [Internet]. American Academy of Ophthalmology. 2023 [cited 2023 Nov 23]. Available from:
https://www.aao.org/eye-health/diseases/what-are-cataracts.

< >
Telinga

< >
Telinga Luar
1. Aurikel

< >
Telinga Luar
1. Aurikel: Inervasi

< >
Telinga Luar
1. Aurikel: Vaskularisasi

< >
Telinga Luar
2. Meatus Akustikus Eksternus

< >
Telinga Tengah
1. Membran Timpani

< >
Telinga Tengah
2. Kavitas Timpani

< >
Telinga Tengah
3. Tulang pendengaran

< >
Telinga Tengah
3. Tulang pendengaran

< >
Telinga Tengah
4. Otot pada telinga tengah

< >
Telinga Tengah
5. Vaskularisasi

< >
Telinga Dalam
1. Lokasi

< >
Telinga Dalam
1. Labirin tulang dan labirin membran

< >
Telinga Dalam
2. Labirin membran

< >
09
Auditory
Pathway
Theresa Alethia Sharleen - 2206047351

< >
Struktur Auditory Pathway
● sel rambut (organ korti)
● ganglion spiral
● anterior dan posterior nukleus koklear
● superior olivary nucleus
● lemniskus lateral
● inferior collicular nucleus
● nukleus badan genikulatum medial
● primary auditory cortex pada lobus temporal
serebrum

1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 15th ed. United States: John & Wiley; 2017. Chapter 17, Special senses; p. 601-9

< 2. Schuenke M, Schulte E, Schumacher U. Thieme atlas of anatomy. 1st ed. German: Georg Thieme Verlag; 2006. Chapter 12, Functional systems;p. 366-8.
>
Struktur Auditory Pathway

1. Sel rambut (organ korti)


● Struktur pertama yang dilewati oleh
auditory pathway
● Orang korti atau organ spiral terdiri atas
sel epitel berlapis dan sel rambut
● Terdapat dua kelompok sel rambut:
○ Inner hair cells → sebagai reseptor
dan mengkonversi vibrasi mekanik
menjadi sinyal listrik
○ Outer hair cells → meningkatkan
sensitivitas dari sel rambut dalam

1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 15th ed. United States: John & Wiley; 2017. Chapter 17, Special senses; p. 601-9
2. Schuenke M, Schulte E, Schumacher U. Thieme atlas of anatomy. 1st ed. German: Georg Thieme Verlag; 2006. Chapter 12, Functional systems;p. 366-8.
Struktur Auditory Pathway

2. Nukleus koklear
● Struktur auditori pertama yang
memproses input dari koklea
● Nukelus koklear merupakan bagian
dari medula oblongata
● Terdiri atas nukleus koklear ventral dan
dorsal
● Fungsi → menerima informasi auditori
dari koklea → mengirimkan secara
bilateral kepada struktur auditori
selanjutnya

1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 15th ed. United States: John & Wiley; 2017. Chapter 17, Special senses; p. 601-9
2. Schuenke M, Schulte E, Schumacher U. Thieme atlas of anatomy. 1st ed. German: Georg Thieme Verlag; 2006. Chapter 12, Functional systems;p. 366-8.
Struktur Auditory Pathway

3. Superior Olivary Nucleus


● Struktur auditori pertama yang
memproses input dari koklea
● Terdiri atas nukleus koklear ventral dan
dorsal
● Nukelus koklear merupakan bagian dari
medula oblongata yang berfungsi untuk
menerima informasi auditori dari koklea →
mengirimkan secara bilateral kepada
struktur auditori selanjutnya

1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 15th ed. United States: John & Wiley; 2017. Chapter 17, Special senses; p. 601-9
2. Schuenke M, Schulte E, Schumacher U. Thieme atlas of anatomy. 1st ed. German: Georg Thieme Verlag; 2006. Chapter 12, Functional systems;p. 366-8.
Struktur Auditory Pathway

4. Lateral lemniskus
● Lateral lemniskus → traktus batang
otang yang dimulai dari superior
olivary complex dan terminasi
pada inferior colliculus nucleus
● Nukleus lateral lemniskus →
terletak posterior terhadap bagian
anterior periolivary region

1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 15th ed. United States: John & Wiley; 2017. Chapter 17, Special senses; p. 601-9
2. Schuenke M, Schulte E, Schumacher U. Thieme atlas of anatomy. 1st ed. German: Georg Thieme Verlag; 2006. Chapter 12, Functional systems;p. 366-8.
Struktur Auditory Pathway

5. Inferior colliculus
● Inferior colliculus merupakan
struktur berpasangan pada otak
tengah
● Fungsi:
○ tempat relai informasi auditori
○ integrasi lokalisasi suara
○ menghasilkan respon startle
atau mengejutkan
○ membedakan nada (pitch)
dengan ritme

1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 15th ed. United States: John & Wiley; 2017. Chapter 17, Special senses; p. 601-9
2. Schuenke M, Schulte E, Schumacher U. Thieme atlas of anatomy. 1st ed. German: Georg Thieme Verlag; 2006. Chapter 12, Functional systems;p. 366-8.
Struktur Auditory Pathway
6. Nukleus genikulatum medial
● Nukleus badan genikulatum medial merupakan bagian dari talamus yang
menerima informasi visual dari batang otak dan otak tengah
● Setelah bersinaps dengan nukleus badan genikulatum medial → impuls
akan menuju primary auditory cortex

1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 15th ed. United States: John & Wiley; 2017. Chapter 17, Special senses; p. 601-9
2. Schuenke M, Schulte E, Schumacher U. Thieme atlas of anatomy. 1st ed. German: Georg Thieme Verlag; 2006. Chapter 12, Functional systems;p. 366-8.
Struktur Auditory Pathway
7. Primary auditory cortex
● Primary auditory cortex → di dalam
heschl gyrus.
● Heschl gyrus adalah regio yang terletak
secara posterior pada lobus temporal
superior
● Sekitar primary auditory cortex →
secondary auditory cortex yang terletak
pada bagian lateral gyrus temporal superior
○ Primary auditory cortex terdiri atas
area 41 dan 42
○ Secondary auditory cortex terdiri atas
area 22 yang berperan dalam lokalisasi
dan analisis suara

1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 15th ed. United States: John & Wiley; 2017. Chapter 17, Special senses; p. 601-9
2. Schuenke M, Schulte E, Schumacher U. Thieme atlas of anatomy. 1st ed. German: Georg Thieme Verlag; 2006. Chapter 12, Functional systems;p. 366-8.
Aerent Auditory Pathway

Sel rambut dalam ->


nervus vestibulokoklear
-> nukleus koklear ->
batang otak -> talamus
-> primary visual cortex

1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles


of anatomy and physiology. 15th ed.
United States: John & Wiley; 2017.
Chapter 17, Special senses; p. 601-9
2. Schuenke M, Schulte E, Schumacher
U. Thieme atlas of anatomy. 1st ed.
German: Georg Thieme Verlag; 2006.
Chapter 12, Functional systems;p.
366-8.
Aerent Auditory Pathway

1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles


of anatomy and physiology. 15th ed.
United States: John & Wiley; 2017.
Chapter 17, Special senses; p. 601-9
2. Schuenke M, Schulte E, Schumacher
U. Thieme atlas of anatomy. 1st ed.
German: Georg Thieme Verlag; 2006.
Chapter 12, Functional systems;p.
366-8.
Eerent Auditory Pathway

1. Tortora GJ, Derrickson B.


Principles of anatomy and
physiology. 15th ed. United
States: John & Wiley; 2017.
Chapter 17, Special senses; p.
601-9
2. Schuenke M, Schulte E,
Schumacher U. Thieme atlas
of anatomy. 1st ed. German:
Georg Thieme Verlag; 2006.
Chapter 12, Functional
systems;p. 366-8.
Lesi pada auditory pathway

● Lesi pada sel rambut dalam organ korti atau korteks auditori dapat
menyebabkan gangguan pendengaran disebut tinnitus
● Lesi pada nukleus koklear menyebabkan gangguan pemrosesan informasi
auditori
○ dibawah atau pada nukleus koklear → gangguan pendengaran
ipsilateral
○ rostral terhadap nukleus koklear → abnormalitas pendengaran secara
bilateral
● Lesi pada superior olivary complex → abnormalitas ipsilateral, contralateral,
atau bilateral
● Lesi pada lateral lemniskus, inferior kolikulus, dan nukleus badan genikulatum
medial menyebabkan abnormalitas ringan

1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 15th ed. United States: John & Wiley; 2017. Chapter 17, Special senses; p. 601-9
2. Schuenke M, Schulte E, Schumacher U. Thieme atlas of anatomy. 1st ed. German: Georg Thieme Verlag; 2006. Chapter 12, Functional systems;p. 366-8.
Lesi pada auditory pathway

● Lesi pada nukleus inferior inferior kolikulus dapat menyebabkan tinnitus,


hyperacusis, dan gangguan pendengaran pada sisi ipsilateral
○ Salah satu penelitian, seorang laki-laki berusia 32 tahun datang dengan keluhan
mengalami kehilangan pendengaran secara unilateral pada telinga kanan dan
memiliki riwayat tinnitus
○ Hasil MRI menunjukan adanya lesi pada kolikulus inferior dan lesi pada
quadrigeminal cistern kiri
○ Pada pasien tersebut, lesi pada inferior colliculus menyebabkan tinitus secara
kontralateral

1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 15th ed. United States: John & Wiley; 2017. Chapter 17, Special senses; p. 601-9
2. Schuenke M, Schulte E, Schumacher U. Thieme atlas of anatomy. 1st ed. German: Georg Thieme Verlag; 2006. Chapter 12, Functional systems;p. 366-8.
Lesi pada auditory pathway

● Lesi pada primary auditory cortex bilateral menyebabkan kebutaan kortikal (cortical blindness)
● Cortical deafness adalah gangguan pendengaran yang menyebabkan pasien tidak dapat
mempersepsikan suara dan tidak responsif terhadap seuruh jenis suara
● Salah satu penelitian → seseorang berusia 58 tahun mengalami kejang episodik
● Namun, saat pasien diperiksa, terlihat seperti ia mengalami kesulitan untuk mendengar dan berbicara
secara abnormal dimana ia mengulang apa yang ia sudah katakan
● Hasil MRI menunjukan adanya infark pada Heschl gyrus pada kedua lobus temporal

1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 15th ed. United States: John & Wiley; 2017. Chapter 17, Special senses; p. 601-9
2. Schuenke M, Schulte E, Schumacher U. Thieme atlas of anatomy. 1st ed. German: Georg Thieme Verlag; 2006. Chapter 12, Functional systems;p. 366-8.
Lesi pada auditory pathway

● Lesi pada secondary auditory cortex yaitu area Broadmann


22 → verbal auditory agnosia
● Verbal auditory agnosia merupakan gangguan dalam
persepsi dan identifikasi suara dengan kemampuan
pendengaran dan fungsi kognitif (membaca, menulis, dan
berbicara) masih utuh
● Hal ini disebabkan lesi terjadi pada broadmann area 22 →
dalam pemrosesan informasi auditori dan bahasa yang
kompleks sehingga pasien dengan auditory agnosia mampu
mendengar apa yang seseorang katakan, namun tidak
dapat merespon dengan kata-kata

1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 15th ed. United States: John & Wiley; 2017. Chapter 17, Special senses; p. 601-9
2. Schuenke M, Schulte E, Schumacher U. Thieme atlas of anatomy. 1st ed. German: Georg Thieme Verlag; 2006. Chapter 12, Functional systems;p. 366-8.
10 Fisiologi &
Biokimia
Pendengaran
Dhea Y Anastasya - 2206812054

< >
rangsangan suara ditangkap daun
telinga -> dilanjutkan menuju meatus
akustikus eksternus (liang telinga) ->
menggetarkan membrane timpani
yang menempel pada manubrium
malleus.

Pada saat rangsangan suara tersebut


menggetarkan membrane timpani,
rangsangan suara tersebut akan
berubah menjadi rangsangan
mekanik.

1. Nugroho PS, Wiyadi HMS. Anatomi dan fisiologi pendengaran perifer [Internet].
Jurnal THT-KL. 2009 Mei-Agustus [cited 2023 Nov 22];2(2):76-85. Available
from: http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtklada99f6a28full.pdf
2. McCall RP. Physics of The Human Body. Baltimore: John Hopkins University
Press; 2010
os. malleus ditarik oleh m. tensor timpani kearah dalam
& os. stapes yang melekat kearah telinga dalam
dengan foramen ovale akan ditarik kearah luar oleh m.
stapedius.

Setelah membrane timpani bergetar -> diantara scala


vestibuli dan scala media (ductus cochlear) terdapat
membrane reissner dan diantara scala media dan scala
timpani terdapat membrane basilar yang diatasnya
terdapat organ corti.

Getaran mekanik -> menggetarkan cairan perilimfe yang ada


pada scala vestibuli -> menggetarkan membrane reissner ->
melalui rambatan dicairan endolimfe di scala media akan ->
menggetarkan membrane basilar -> menggetarkan organ corti.

1. Barrett KE, Barman SM, Yuan JXJ, Brooks HL. Ganong’s review of medical physiology. 26th ed.
New York: McGraw-Hill Medical; 2019.
2. Hall JE. Guyton and hall textbook of medical physiology. 14th ed. Philadelphia: Saunders
Elsevier; 2021.
Pada saat membrane basilar bergetar -> silia
bergetar beserta stereosilia -> tip link yang ada
pada bagian atas stereosilia -> membuka saluran
mekanoelektrik transduksi -> mengeluarkan K+
dan akan masuk ke dalam membrane silia ->
terjadi pertukaran Ca2+ yang keluar dari membrane
silia.

depolarisasi pada membrane silia -> terbentuk vesikel presinaps yang


berisi neurotransmitter glutamat -> dilepaskan menuju ke nervus
vestibulocochlearis (untuk pendengaran yaitu nervus cochlearis)
mempresentasikan apa yang kita dengar pada saat sampai ke lobus
temporalis.

1. Barrett KE, Barman SM, Yuan JXJ, Brooks HL. Ganong’s review of medical physiology. 26th ed. New York: McGraw-Hill Medical; 2019.
2. Hall JE. Guyton and hall textbook of medical physiology. 14th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2021.
Telinga luar -
Ear Wax

● disekresikan oleh apokrin dan kelenjar


sebasea
● serumen yang dihasilkan -> campuran dari
berbagai komponen sehingga bersifat waxy
atau seperti lilin
● komponen: corneocytes, alcohols,
ceramides, wax esters, long chain
hydrocarbons, cholesterol, dan prekursornya
(lanosterol, squalene).

1. Marks DB, et al. Basic Medical Biochemistry. 4th ed. Baltimore: William Wilkins; 2013.
2. Devlin TM. Textbook of Biochemistry with clinical correlation. 4 th ed. Wiley-Liss, A John Wiley & Sons Inc. Pub; 2010.
3. Murray R, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Harper’s Illustrated Biochemistry. 31 st ed. New York: McGraw-Hill Medical publishing;2018.
4. Mayo Clinic Staff. Earwax blockage [Internet]. Place of publication unknown: Mayo Foundation for Medical Education and Research; 2022 July 12 [cited 2023 Nov
23]. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/earwax-blockage/diagnosis-treatment/drc-20353007
Telinga tengah -
Membran timpani

● membrane timpani mengandung sel epitel,


kolagen, jaringan ikat, disertai saraf, dan
pembuluh darah
● distribusi kolagennya : tipe 1 pada bagian
pars flaccida, tipe 2 pada pars tensa, dan
tipe 3 pada disekitar insersi meleus
● fase akut penyembuhan telinga paling
banyak terdapat kolagen tipe 1 dan tipe 3.

1. Marks DB, et al. Basic Medical Biochemistry. 4th ed. Baltimore: William Wilkins; 2013.
2. Devlin TM. Textbook of Biochemistry with clinical correlation. 4 th ed. Wiley-Liss, A John Wiley & Sons Inc. Pub; 2010.
3. Murray R, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Harper’s Illustrated Biochemistry. 31 st ed. New York: McGraw-Hill Medical publishing;2018.
4. Medicastore staff. Otitis media akut [Internet]. Place of publication unknown: Medicastore; 2023 [cited 2023 Nov 23]. Available from:
https://medicastore.com/penyakit/52/otitis-media-akut
Telinga dalam -
fluid
Pada bagian telinga dalam berisikan fluid yang berada di dalam rongga koklea, yaitu scala vestibuli
dan scala timpani yang berisikan perilimfe serta scala media yang berisikan endolimfe

o Perilimfe o Endolimfe

- komposisinya cairan ekstraseluler - komposisinya cairan intraseluler


- konsentrasi Na+ lebih tinggi dibanding K+ - konsentrasi K+ lebih tinggi dibanding Na+
- kandungan D-glukosa lebih tinggi dan amino - kandungan D-glukosa lebih rendah, aspartate
acid juga lebih tinggi dan glutamat juga lebih tinggi kandungannya.
- memiliki kandungan protein yang rendah. - memiliki kandungan protein yang rendah.

1. Marks DB, et al. Basic Medical Biochemistry. 4th ed. Baltimore: William Wilkins; 2013.
2. Devlin TM. Textbook of Biochemistry with clinical correlation. 4 th ed. Wiley-Liss, A John Wiley & Sons Inc. Pub; 2010.
3. Murray R, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Harper’s Illustrated Biochemistry. 31 st ed. New York: McGraw-Hill Medical publishing;2018.
11
Histologi
Pendengaran
Naufan Hazimi - 2206

< >
< >
Telinga Luar
A. Daun Telinga / Aurikula / Pinna

● Dilapisi kulit tipis


○ Epidermis
■ Epitel berlapis pipih berkreatin
○ Dermis
■ Kelenjar sebasea
■ Folikel rambut
○ Hipodermis
■ Jaringan lemak
■ Otot lurik
● Tulang rawan elastin di bagian tengah

B. Meatus Akustikus Eksternus

● Dilapisi kulit tipis


○ Epidermis
■ Epitel berlapis pipih berkreatin
○ Dermis
■ kelenjar serumen
■ Kelenjar sebasea
■ Folikel rambut
<
● Tulang rawan elastin
>
Telinga Luar
C. Membran Timpani

● Permukaan luar
○ Epitel berlapis gepeng berkeratin
● Permukaan Dalam
○ Epitel selapis gepeng/kuboid
● Stroma : Serat kolagen

< >
Telinga tengah
● Berupa rongga berisi udara di pars
petrosum tulang timpani
● Terdiri dari bagian anterior dan
posterior
○ posterior -> rongga mastoid
○ anterior -> tuba
eustachia/auditiva

Struktur histologis cavum timpani:


● dibatasi rongga tulang
● di bagian luar terdapat periosteum
yang akan menyatu dengan lamina
propria
● lapisan mukosa ditutup oleh
lapisan epitel permukaan berupa
epitel gepeng/kuboid selapis
< >
Telinga tengah

Terdapat tiga tulang pada cavum


timpani
● Malleus
● Incus
● Stapedius

terdapat 2 jenis otot rangka ->


peredam suara
● m. tensor timpani
● m. stapedius

< >
Telinga tengah
2 tingkap yang dilapisi membran yang tipis:
● Tingkap oval (foramen ovale/oval window) →
stapedius.
○ Pembatasnya cavum timpani dengan ruang
perilimf di koklea (skala vestibuli).
● Tingkap bundar (foramen rotundum/round window)
→ membran tipis, sifatnya elastis.
○ Membatasi ruang perilimf di skala timpani
dengan cavum timpani.

Tuba Eustachius

● epitel yang melapisi mukosa bervariasi. Ada


yang bertingkat - selapis silindris bersilia bersel
goblet
● di bawahnya (lamina propria) akan ditemukan
tulang rawan elastis
< >
Telinga dalam

1. Labirin tulang (oseosa)


● berisi cairan perilimf.
● Terdiri atas: vestibulum, kanalis semisirkularis,
koklea.
● Terdapat labirin membranasea.

2. Labirin membranasea
● berisi cairan endolimf.
● rongga di dalam labirin tulang
● Terdiri dari: kanalis semisirkularis
membranasea, utrikulus dan sakulus, duktus
endolimfatikus.

< >
Telinga dalam
Labirin Tulang:

Kanalis Semisirkularis Tulang


● posterior, lateral, anterior (superior)
● bermuara ke vestibulum, ada pelebaran yang disebut ampula
● Bagian tak ber-ampula dari kanalis posterior-anterior → krus
kommune

Vestibulum
● merupakan bagian tengah dari labirin tulang dan juga
merupakan muara
ketiga kanalis semisirkularis tulang
● Berhubungan dengan:
○ tingkap oval dan tingkap bundar
○ koklea

Koklea
● seperti tabung yang berpilin, semakin ke atas semakin kecil
seperti rumah siput
● Bagian tengah → modiolus
● lamina spiralis
< >
Telinga dalam
Labirin Membran

● Bentuk mengikuti labirin tulang, kecuali di vestibulum


● Namanya mengikuti labirin tulang, kecuali di vestibulum
namanya utrikulus dan sakulus
● Ditemukan badan akhir saraf
○ Organ korti → di koklea
○ Krista ampularis → di ampula kanalis semisirkularis
○ Makula → di utrikulus dan sakulus
● Berisi cairan endolimf
● Digantung jaringan ikat ke labirin tulang
● Letaknya di dalam labirin tulang

Cairan
● Endolimf
○ Dihasilkan oleh stria vaskularis pada duktus koklearis di koklea
○ Dikeluarkan melalui ductus endolymphaticus dan saccus endolymphaticus
● Perilimf
○ Dihasilkan oleh jaringan perilimfatikus
○ Strukur mirip dengan cairan serebrospinal (LCS) karena berhubungan dengan LCS
< >
Koklea
x

a. Ruang dalam Koklea


1. Ruangan atas: Skala
vesitbularis / vestibuli
2. Ruangan tengah: Skala
media/ duktus koklearis
3. Ruangan bawah: Skala
timpani

b. Membran dalam Koklea


1. Membran Reissner /
x vestibularis
2. Membran Basilaris

< >
Organ korti
sel modifikasi sel neuron

sel penunjang (sustentakular)

a. Sel Tiang Dalam


b. Sel Tiang Luar
c. Sel Falangs Luar
d. Sel Falangs Dalam
e. Sel Batas
f. Sel Hansen
g. Sel Claudius di atas Sel
Boetcher
x

< >

Anda mungkin juga menyukai