Anda di halaman 1dari 10

Lembar Tugas Mandiri

Penginderaan (PBL Ke-2)


Semester 3/2023/FKUI 2021
Kenzi Naufaldi Muhammad
2016705890 – KD-18

Patofisiologi dan Tatalaksana Astigmatisma

A. Pendahuluan
Pemicu kedua modul Penginderaan menceritakan seorang wanita
bernama Nona Fira datang ke puskesmas karena dirinya mengeluhkan
mata kiri merah, sakit, dan buram sejak 2 hari yang lalu. Nona Fira
adalah pengguna lensa kontak Lunak Torik sejak 8 tahun yang lalu.
Sejak 6 bulan terakhir, Nona Fira sering merasakan ketidaknyamanan
saat mengenakan lensa kontak dan matanya merah. Pada tiga hari yang
lalu, Nona Fira mencuci mata kiri menggunakan air rebusan daun sirih.
Setelah itu, dia merasakan nyeri yang makin meningkat pada mata
kirinya dan ia juga menyadari bahwa mata kirinya merah. Sejak 2 hari
yang lalu, penglihatan mata kirinya makin buram dan tampak bercak
putih pada bagian hitam matanya. Berdasarkan hasil pemeriksaan
tajam penglihatan mata dengan kaca mata yang ia miliki, mata kanan
6/6 dan mata kiri 6/60. Segmen anterior dan posterior mata kanan
dalam batas normal. Sementara itu, mata kirinya didapatkan
blefarospasme ringan, injeksi konjungtiva dan injeksi silier, serta ulkus
kornea di sentral berdiameter 5 mm dengan tepi berbatas kabur.
Samar-samar bilik mata tampak dalam dan didapatkan hipopion 2 mm.
Bagian lain bola mata kiri sulit diidentifikasi karena tertutup kekeruhan
kornea. Dokter mengambil spesimen kerokan kornea dan melakukan
pemeriksaan pewarnaan Gram dan KOH. Adapun hasil kerokan kornea
pasien ditemukan hifa. Kemudian, dokter meresepkan obat untuk Nona
Fira dan merujuknya ke Dokter Spesialis Mata. Pada LTM ini, saya akan

1
menjelaskan patofisiologi, mekanisme akomodasi, dan tatalaksana
astigmatisma.

B. Isi
Astigmatisma adalah kondisi sinar cahaya parallel yang melewati kornea
tidak bisa menyatu di satu titik fokus di retina karena terjadi perubahan
refraksi pada meridian mata yang berbeda. Sinar cahaya yang melewati
mata tidak bisa menyatu pada titik fokus tertentu, tetapi membentuk
garis fokus. Hal ini mengakibatkan penglihatan kabur atau terdistorsi.
Ini terjadi ketika kornea atau lensa memiliki bentuk yang berbeda dari
biasanya. Astigmatisma terdiri dari dua bentuk, yakni reguler dan
ireguler. Astigmatisma reguler adalah astigmat yang menunjukkan
kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang secara perlahan dan
teratur dari satu meridian ke meridian berikutnya. Astigmatisma ireguler
adalah astigmat yang terjadi karena kelengkungan kornea pada
meridian yang sama berbeda dan tidak memiliki dua meridian yang
saling tegak lurus sehingga bayangannya menjadi ireguler. Berdasarkan
orientasi dari median dengan power tertinggi, astigmatisma reguler
dibagi menjadi 3 jenis, yakni lazim, tidak lazim, dan oblique.
Astigmatisma lazim (with the rule) adalah kelengkungan kornea pada
bidang vertikal bertambah alias jari-jarinya lebih pendek daripada jari-
jari kelengkungan di bidang horizontal. Astigmatisma tidak lazim
(against the rule) adalah kondisi kelainan refraksi berupa koreksi
dengan silinder negative dilakukan dengan sumbu tegak lurus (60o—
120o) atau dengan silinder positif sumbu horizontal (30o—150o) karena
kelengkungan kornea pada meridian horizontal lebih kuat daripada
kelengkungan kornea vertikal. Astigmatisma oblik adalah kondisi ketika
letak meridian utama mendekati 45o atau 135o.1,3
1. Patofisiologi
Pada astigmatisma regular, sinar cahaya parallel tidak terfokus di
titik tertentu, tetapi membentuk dua garis fokus. Konfigurasi sinar

2
yang dibiaskan melalui permukaan torik ditandai sebagai konoid
sturm, sedangkan jarak antara garis disebut interval fokus sturm.
Astigmatisma tingkat lebih tinggi dicatat pada bayi dan neonatus.
Tingkat astigmatisme bahkan lebih tinggi pdaa bayi baru lahir
prematur, korelasi terbalik dicatat dengan usia postconceptional dan
berat lahir. Kisaran 40% bayi baru lahir mengidap astigmatisma 1D
sejak lahir, tetapi penyakit ini berkurang sampai mencapai tingkat
dewasa pada usia satu tahun karena pematangan mata yang normal
dan remodeling bola mata. Seseorang yang telah dinyatakan bahwa
astigmatisma tinggi pada awal kehidupan menginduksi dan memicu
akomodasi. Besaran dan sumbu astigmatisma bisa variatif pada
siang hari. Variasi ini disebabkan oleh ketegangan otot ekstraokular,
tekanan bola mata, akomodasi dan perubahan ukuran pupil.
Kemiringan fisura palpebra memengaruhi torisitas kornea yang pada
gilirannya mengubah astigmatisma. Pasien dengan Down Syndrome
dan Treacher Collins Syndrome menunjukkan astigmatisma oblique
karena kemiringan fissure palpebra ke atas atau ke bawah. Rigiditas
kornea juga memengaruhi astigmatisma yang terjadi karena
tekanan kelopak mata. Pasien yang memiliki defisiensi nutrisi
memengaruhi meridian horizontal sembari memperdalam meridian
vertikal. Ukuran pupil juga memengaruhi astigmatisma karena pupil
berukuran lebih besar berhubungan dengan kekuatan silinder yang
tinggi dan astigmatisma lazim. Ukuran pupil yang lebih besar
berkorelasi dengan penyimpangan tingkat tinggi, seperti koma dan
dapat meningkatkan kekuatan silinder dalam pembiasan nyata.
Koma berkorelasi dengan jumlah astigmatisma yang lebih tinggi.
Selain itu, perubahan film air mata memengaruhi kornea dan
menyebabkan astigmatisma.1,2
2. Mekanisme Akomodasi
Astigmatisma merupakan kondisi mata yang sangat umum dan
menimbulkan dampak hingga 40% pengguna kacamata, bahkan

3
30% di antaranya terlahir dengan itu. Astigmatisma adalah kornea
yang berbentuk seperti bola rugby atau telur, bukan bola sepak.
Kornea bulat adalah bentuk sempurna karena itu memungkinkan
cahaya masuk ke mata sebagai sinar tunggal sehingga
memfokuskan pada retina sebagai titik tunggal yang tajam. Ketika
kornea berbentuk bola rugby, cahaya masuk dengan berbagai titik
fokus di antara lengkungan terjal dan rata. Oleh karena itu, gambar
di retina menjadi terdistorsi.4,5

Astigmatisma bisa dikoreksi tanpa pembedahan dengan cara


menggunakan kacamata atau lensa kontak. Adapun kacamata yang
bisa menolong pengidap astigmatisma adalah kacamata berlensa
silindris alias kacamata toris, yakni kacamata dengan lensa yang
tidak sama kuat dalam segala arah. Ini juga bisa dikoreksi secara
permanen. Ini biasanya dilakukan secara bersamaan dengan operasi
katarak dengan menggunakan tipe IOL khusus yang disebut IOL
torik. IOL Torik memfasilitasi ketajaman dan kualitas penglihatan
yang lebih baik tanpa kacamata daripada IOL biasa atau reguler.
Memaksimalisasi kombinasi IOL Torik dan rencana pembedahan
secara rinci menyediakan pasien dengan penglihatan optimum
pasca operasi katarak. Mayoritas kasus justru tidak perlu kacamata.
Pengidap astigmatisma, myopia dan hipermetropi (hyperopia) juga
dapat diobati dengan menjalani tindakan operasi LASIK selain
mengenakan kacamata.4,5

4
3. Tatalaksana
Pada astigmatisma regular, pengobatan reguler terdiri dari resep
kacamata berlensa silindris yang ditemukan setelah refraksi yang
tepat. Lensa kontak keras adalah opsi alternatif untuk mengoreksi
astigmatisma yang bisa mengoreksi hingga 2—3 dioptri
astigmatisma. Sementara itu, lensa kontak torik menjadi opsi
alternatif untuk astigmatisma yang lebih tinggi.1,2 Tindakan koreksi
astigmatisma memiliki pedoman di bawah ini:
a. Tingkat Astigmatisma Kecil
Astigmatisma minimum hingga 0,5 D harus dikoreksi jika dan
hanya jika terdapat gejala astenopia atau menimbulkan gejala
apapun.1,2 Astigmatisma tingkat rendah harus diperbaiki dengan
refraksi yang cermat dan kehati-hatian sangat penting saat
meresepkan perubahan.
b. Tingkat Astigmatisma Tinggi
Derajat astigmatisma yang lebih tinggi harus dikoreksi
sepenuhnya untuk meminimalisasi gejala astenopia.1,2 Pasien
berkoreksi silinder tinggi mungkin tidak senang dengan koreksi
silinder penuh pada awalnya dan mungkin tidak menerimanya
sehingga koreksi harus dititrasi hingga pasien nyaman. Pasien ini
harus menjalani tindak lanjut serial dan adaptasi serial harus
dilakukan hingga koreksi penuh diterima.
c. Koreksi Sumbu Astigmatisma
Jika pasien masih belum cukup puas dengan koreksi silindris,
sumbu astigmatisma bisa diperiksa kembali dengan
mempertimbangkan sumbu bias lama. Pasien yang memiliki
koreksi baru harus dikomunikasikan untuk mengenakan koreksi
baru dan berjalan selama beberapa menit hingga ia nyaman.1,2
d. Koreksi Astigmatik Baru
Koreksi baru wajib dihindari karena bisa menyebabkan gejala
intoleransi meskipun terdapat peningkatan ketajaman

5
penglihatan yang terbaik dikoreksi.1,2 Jika terjadi perubahan
signifikan, pasien wajib dipastikan adanya peningkatan
ketajaman penglihatan dan adaptasi koreksi baru akan memakan
waktu.
Astigmatisma miring, astigmatisma campuran, dan astigmatisma
tinggi lebih baik ditangani menggunakan lensa kontak daripada
kacamata. Manajemen bedah astigmatisma bisa dilakukan dengan
beberapa cara, yakni sebagai berikut:
a. Implantasi IOL Torik
Astigmatisme kornea dan perubahan katarak bisa ditangani
dengan implantasi IOL torik. Ini mengoreksi lensa intraokular
yang digunakan saat operasi katarak untuk mengurangi
astigmatisma pascaoperasi.2
b. Prosedur Insisi Refraktif – Keratotomi Astigmatik
Keratomi astigmatik adalah teknik pemotongan arkuata di bagian
tengah perifer kornea yang tegak lurus terhadap meridian
kornea tercuram.2 Keratotomi astigmatik bisa dilakukan secara
mandiri untuk koreksi astigmatisma atau bisa dibarengi dengan
operasi katarak. Mekanismenya ialah meridian yang sayatan
menjadi rata, sedangkan meridian yang berjarak 90o menjadi
curam dengan jumlah yag sama. Teknik ini bisa mengoreksi
astigmatisma hingga 4—6 D. Sayatan yang semakin dalam,
panjang, dan sentral menimbulkan efek yang semakin besar.
Namun, hal ini bisa mengakibatkan astigmatisma yang lebih
irregular, perforasi mikro, dan koreksi berlebihan. Tekniknya
adalah membuat sayatan dengan panjang biasanya 5—7 mm
dari pusat pupil. Normogram dibuat untuk menyesuaikan usia
pasien dan jumlah astigmatisma. Ini bisa dilakukan dengan
menggunakan sayatan melintang dan arkuata.
c. Prosedur Insisi Refraktif – Sayatan Relaksasi Limbal

6
Sayatan relaksasi limbal adalah sayatan untuk mengoreksi
astigmatisma ringan (-1D—-2D).2 Prosedur ini memiliki beberapa
keunggulan. Keunggulan utamanya adalah prosedur ini
menghasilkan lebih sedikit silau dan ketidaknyamanan daripada
keratotomi astigmatic. Sayatan juga bisa sembuh lebih cepat dan
kualitas optic kornea dipertahankan dengan membuat sayatan di
limbus. Selain itu, sayatannya lebih aman dan lebih mudah
digabungkan dengan operasi katarak.
d. Bedah Refraktif Kornea Ablasi Laser
Bedah refraktif kornea ablasi laser terdiri dari beberapa
prosedur. Prosedur pertama adalah Keratotomi Refraktif
Fotoastigmatik, yakni menggunakan pola ablasi silinder berbeda
dengan pola bola. Prosedur kedua adalah Epi-LASIK Astigmatik,
yakni prosedur yang lebih disukai daripada keratotomi refraktif
fotoastigmatik karena mengurangi rasa sakit dan kabut
pascaoperasi. Selanjutnya adalah LASIK Astigmatik, yakni
prosedur LASIK yang bisa digunakan untuk mengoreksi
astigmatisma. Prosedur ini bisa mengoreksi astigmatisma hingga
0,5—10 D. Prosedur terakhir ialah C-LASIK, yakni prosedur yang
penyesuaiannya dilakukan dengan panduan muka gelombang.
Prosedur ini terbaik untuk mengoreksi astigmatisma kornea.2
e. Pasca Keratoplasti
Astigmatisme pasca keratoplasti bisa dilakukan dengan beberapa
tatalaksana. Tatalaksana pertama adalah astigmatisma yang
diinduksi jahitan. Astigmatisma karena jahitan pasca keratoplasti
bisa ditangani dengan melepaskan jahitan selektif di meridian
yang lebih curam, lalu memperbaiki iregularitas dan regularitas
pada tingkat yang berbeda-beda. Tatalaksana kedua adalah
sayatan santai karena sayatan arkuata di sepanjang meridian
tercuram di area donor 0,5 mm di tengah persimpangan graft-
host bisa mengoreksi astigmatisma hingga 3,5—8,5 D.

7
Tatalaksana ketiga adalah LASIK Astigmatik, yakni prosedur
yang bisa mengoreksi astigmatisma hingga 6—8 D. Tatalaksana
berikutnya adalah C-LASIK. Tatalaksana selanjutnya adalah
sayatan relaksasi dan jahitan kompresi, yakni teknik yang bisa
mengoreksi astigmatisma hingga 8,5—16 D dengan aplikasi 2—
3 jahitan nilon 10-0 pasca sayatan relaksasi pada persimpangan
host graft yang berjarak 90o dari meridian tercuram di setiap sisi.
Selain itu, ada reseksi baji kornea, yakni prosedur berupa
pengeluaran irisan kornea lebar dasar 1—1,5 mm dan sudut 90o
di bawah blok peribulbar dari kornea penerima yang berdekatan
dengan persimpangan host cangkok di meridian terdatar.
Prosedur ini bisa mengoreksi astigmatisma hingga 10—20 D
sebelum melakukan keratoplasti optik. Prosedur lainnya adalah
prosedur Ruiz, yakni prosedur yang bisa mengoreksi
astigmatisma hingga 10 D berupa sayatan keratotomi horizontal
dalam dibuat dengan pisau berlian yang diproteksi dengan gaya
tangga sepanjang meridian kornea tercuram. Sayatan horizontal
dibantu oleh dua sayatan radial yang berdekatan dan tidak boleh
berpotongan karena bisa memperburuk penyembuhan luka dan
lukanya menganga. Terakhir adalah keratoplasti optik berulang,
yakni diperlukan pada pasien dengan astigmatisma di atas 20 D.2

C. Penutup
Besaran dan sumbu astigmatisma bisa variatif pada siang hari. Variasi
ini disebabkan oleh ketegangan otot ekstraokular, tekanan bola mata,
akomodasi dan perubahan ukuran pupil. Kemiringan fisura palpebra
memengaruhi torisitas kornea yang pada gilirannya mengubah
astigmatisma. Pengidap astigmatisma memiliki kornea yang berbentuk
seperti bola rugby atau telur, bukan bola sepak. Kornea bulat adalah
bentuk sempurna karena ini memungkinkan cahaya masuk ke mata
sebagai sinar tunggal sehingga memfokuskan pada retina sebagai titik

8
tunggal yang tajam. Ketika kornea berbentuk bola rugby, cahaya masuk
dengan berbagai titik fokus di antara lengkungan terjal dan rata
sehingga gambar di retina menjadi terdistorsi. Astigmatisma bisa
dikoreksi tanpa pembedahan dengan cara menggunakan kacamata
berlensa silindris atau mengenakan lensa kontak keras maupun toris
sesuai dengan tingkatan astigmatismanya. Selain itu, ada tatalaksana
manajemen bedah berupa implantasi IOL Torik, prosedur insisi refraktif,
bedah refraktif kornea ablasi laser, dan tindakan pasca keratoplasti.

9
Referensi
1. Panjaitan VC, Vandela SA, Angeline DJ, Elisabeth DR, Himayani R, Ayu
PR. Astigmatisma. Medula [Internet]. 2023 Jul [cited 2023 Nov
27];13(4.1):214-8. Available from:
https://www.journalofmedula.com/index.php/medula/article/download
/719/625/4562
2. Gurnani B, Kaur K. Astigmatism [Internet]. Treasure Island (FL):
Statpearls; 2023 Jan. [updated 2023 Jun 26; cited 2023 Nov 27].
Available from: https://www-ncbi-nlm-nih-
gov.translate.goog/books/NBK582142/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_t
r_hl=id&_x_tr_pto=tc
3. Saminan. Penyimpangan reflaksi cahaya dalam mata pada anak usia
sekolah. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala [Internet]. 2017 Dec [cited
2023 Nov 27];17(3):184-9. Available from:
https://jurnal.usk.ac.id/JKS/article/viewFile/9151/7794
4. Heffington’s. What causes astigmatism? [Internet]. Springfield [MO]:
Heffington’s. 2018 May 22 [cited 2023 Nov 27]. Available from:
https://heffingtons.com/what-causes-astigmatism/
5. Kindsight. Astigmatism [Internet]. Indooroopilly [QLD]: Kindsight;
unknown date [cited 2023 Nov 27]. Available from:
https://kindsight.com.au/eye-conditions/astigmatism/

10

Anda mungkin juga menyukai