Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN ASTIGMATISMA

DIRUANG POLI MATA RS IDAMAN BANJARBARU


STASE KMB (KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH)

Disusun Oleh:
Tina Lestari, S.Kep
NPM 2014901110090

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASTIGMATISMA

A. Pengertian
Definisi astigmatisme adalah cacat mata dengan gejala jika melihat
sebuah titik (bintik cahaya) akan terlihat garis terang menyebar. Hal ini
terjadi karena lensa mata (kornea) tidak mempunyai permukaan yang bulat
benar. Kelainan kornea ini mengakibatkan pembiasan sinar pada satu
meridian berlainan dengan meridian lain. Mata astigmat dapat ditolong
dengan kacamata berlensa silindrik negative, yang berfungsi melemahkan
pembiasan terkuat pada satu meridian, atau dapat juga dengan lensa
silindris positif untuk memperkuat pembiasan terlemah pada satu meridian
Astigmatisme adalah keadaan dimana terdapat variasi pada kurvatur
kornea atau lensa pada meridian yang berbeda yang mengakibatkan berkas
cahaya tidak difokuskan pada satu titik.
Astigmatisme adalah sebuah gejala penyimpangan dalam
pembentukkan bayangan pada lensa, hal ini disebabkan oleh cacat lensa
yang tidak dapat memberikan gambaran/ bayangan garis vertikal dengan
horizotal secara bersamaan.cacat mata ini dering di sebut juga mata
silinder.
Mata astigmat atau mata silindris adalah suatu keadaan dimana
sinar yang masuk ke dalam mata tidak terpusat pada satu titik saja tetapi
sinar tersebut tersebar menjadi sebuah garis. Astigmatisma merupakan
kelainan pembiasan mata yang menyebabkan bayangan penglihatan pada
satu bidang fokus pada jarak yang berbeda dari bidang sudut. Pada
astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan ke retina di dua garis titik api
yang saling tegak lurus.

B. Etiologi
Astigmatisma terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan
kornea.Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau
sferis yang di dalam perkembangannya terjadi keadaan apa yang disebut
astigmatisme with the rule (astigmat lazim) yang berarti kelengkungan
kornea pada bidang vertikal bertambah atau lebih kuat atau jari-jarinya
lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horizontal.
Astigmatisme juga sering disebabkan oleh adanya selaput bening
yang tidak teratur dan lengkung kornea yang terlalu besar pada salah satu
bidangnya. Permukaan lensa yang berbentuk bulat telur pada sisi
datangnya cahaya, merupakan contoh dari lensa astigmatis.
Selain itu daya akomodasi mata tidak dapat mengkompensasi kelainan
astigmatisma karena pada akomodasi, lengkung lensa mata tidak berubah
sama kuatnya di semua bidang. Dengan kata lain, kedua bidang
memerlukan koreksi derajat akomodasi yang berbeda, sehingga tidak
dapat dikoreksi pada saat bersamaan tanpa dibantu kacamata. Adapaun
bentuk-bentuk astigmat adalah sebagai berikut:
1. Astigmat Reguler yaitu astigmat yang memperlihatkan kekuatan
pembiasan bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari
satu meridian meridian berikutnya.
2. Astigmat ireguler : astigmat yang terjadi tidak mempunyai dua
meridian yang saling tegak lurus. Astigmat ireguler dapat terjadi akibat
kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga
bayangan menjadi ireguler. Astigmatisma ireguler terjadi akibat infeksi
kornea,trauma dan distrofi atau akibat selaput bening.

C. Tanda dan gejala


a. Gangguan penglihatan/ketajaman penglihatan
b. Ketegangan pada mata
c. Kelelahan pada mata
d. Pandangan berbayang serta kabur
e. Mata berair
f. Fotofobia
D. Patofisiologi
Mata seseorang secara alami berbentuk bulat. Dalam keadaan normal,
ketika cahaya memasuki mata, itu dibiaskan merata, menciptakan
pandangan yang jelas objek. Astigmatisma terjadi akibat kelainan
kelengkungan permukaan kornea.Bayi yang baru lahir biasanya
mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di dalam perkembangannya
terjadi keadaan apa yang disebut astigmatisme with the rule (astigmat
lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah
atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari
kelengkungan kornea di bidang horizontal. Mata seseorang dengan
Silindris berbentuk lebih mirip sepak bola atau bagian belakang sendok..
Untuk orang ini, ketika cahaya memasuki mata itu dibiaskan lebih dalam
satu arah daripada yang lain, sehingga hanya bagian dari obyek yang akan
fokus pada satu waktu.. Objek pada jarak pun dapat muncul buram dan
bergelombang.
Pada kelainan mata astigmatisma, bola mata berbentuk ellips atau
lonjong, seperti bola rugby, sehingga sinar yang masuk ke dalam mata
tidak akan bertemu di satu titik retina. Sinar akan dibiaskan tersebar di
retina. Hal ini akan menyebabkan pandangan menjadi kabur, tidak jelas,
berbayang, baik pada saat untuk melihat jarak jauh maupun dekat.
PATHWAY

Kelainan Refraksi

Astigmatismus

Kelainan kornea

Perubahan lengkungan kornea

Berkas cahaya masuk pada berbagai bidang

Sinar masuk dibiaskan pada tempat yang berbeda

Diplopia

Gangguan sensori preseptual( visual )

Hambatan mobilitas fisik Gangguan rasa nyaman

E. Penatalaksanaan Medis
Astigmatisme dapat dikoreksi dengan memberikan lensa silinder. Seseorang
dapat mengalami kombinasi kelainan astrigmatisma dengan rabun jauh
(myopia) atau rabun dekat (hypermetropia).

F. PEMERIKSAAN
Astigmatisma bisa diperiksa dengan cara pengaburan (fogging technique of
refraction) yang menggunakan kartu snellen, bingkai percobaan, sebuah set
lensa coba, dan kipas astigmat. Pemeriksaan astigmat ini menggunakan
teknik sebagai berikut yaitu:
1.Pasien duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter,
2.Pada mata dipasang bingkai percobaan,
3.Satu mata ditutup,
4.Dengan mata yang terbuka pada pasien dilakukan terlebih dahulu
pemeriksaan dengan lensa (+) atau (-) sampai tercapai ketajaman
penglihatan terbaik,
5.Pada mata tersebut dipasang lensa (+) yang cukup besar (misal S + 3.00)
untuk membuat pasien mempunyai kelainan refreksi astigmat miopikus,
6.Pasien diminta melihat kartu kipas astigmat,
7.Pasien ditanya tentang garis pada kipas yang paling jelas terlihat,
8.Bila belum terlihat perbedaan tebal garis kipas astigmat maka lensa S( +
3.00) diperlemah sedikit demi sedikit hingga pasien dapat menentukan garis
mana yang terjelas dan terkabur,
9.Lensa silinder (-) diperkuat sedikit demi sedikit dengan sumbu tersebut
hingga tampak garis yang tadi mula-mula terkabur menjadi sama jelasnya
dengan garis yang terjelas sebelumnya,
10.Bila sudah dapat melihat garis-garis pada kipas astigmat dengan
jelas,lakukan tes dengan kartu Snellen,
11.Bila penglihatan belum 6/6 sesuai kartu Snellen, maka mungkin lensa
(+) yang diberikan terlalu berat,sehingga perlu mengurangi lensa (+) atau
menambah lensa (-),
12.Pasien diminta membaca kartu Snellen pada saat lensa (-) ditambah
perlahan-lahan hingga ketajaman penglihatan menjadi 6/6. (3)
Sedangkan nilainya : Derajat astigmat sama dengan ukuran lensa silinder (-)
yang dipakai sehingga gambar kipas astigmat tampak sama jelas. (3)
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan sensori preseptual
(visual)
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan usaha menfokuskan mata

H. INTERVENSI
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan sensori preseptual
(visual)
Tujuan :
 Ketajaman Penglihatan klien meningkat dengan bantuan alat.
 Klien mengenal gangguan sensori yang terjadi dan melakukan
kompensasi terhadap perubahan.
Kriteria hasil :
 Ketajaman penglihatan normal
 Hambatan mobilitas fisis teratasi
Intervensi :
 Kaji tingkat mobilitas fisik klien . Rasional : mengetahui tingkat mobilitas
fisik yang dapat di lakukan klien
 Jelaskan penyebab terjadinya gangguan penglihatan. Rasional :
Pengetahuan tentang penyebab mengurangi kecemasan dan dalam
tindakan keperawatan.
 Lakukan uji ketajaman penglihatan. Rasional : mengetahui visus dasar
klien dan perkembangannya setelah diberikan tindakan.
 Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian lensa kontak / kacamata
bantu.

2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan usaha memfokuskan mata


Tujuan : Rasa nyaman klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Keluhan klien gelisah dan takut berkurang / hilang.
- Klien mengenal gejala gangguan sensori dan dapat berkompensasi terhadap
perubahan yang terjadi.
Intervensi :
- Jelaskan kepada klien tentang penyakit yang di alami . Rasional : mengurangi
kecemasan dan meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam
tindakan keperawatan.
- Anjurkan agar klien cukup istirahat dan tidak melakukan aktivitas membaca
terus menerus. Rasional : mengurangi kelelahan mata .
- Gunakan lampu/ penerangan yang cukup (dari atas dan belakang) saat membaca.
Rasional : untuk mengurangi silau dan akomodasi mata yang berlebihan.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian kacamata
Rasional : untuk meningkatkan tajam penglihatan klien.

DAFTAR PUSTAKA

Perdami. 2005. Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan


Kebutaan (PGPK) Untuk Mencapai Vision 2020. Jakarta: DEPKES RI
American Academy Of Ophthalmology. Fundamentals and Principles of
Ophthalmology. Basic and Clinical Science Course. Section 2. 2009-2010:
97- 99
Ilyas Sidarta. 2009. Kedaruratan Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Cetakan
ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.hal 81-83.
Khurana, 2009. Diseases of the Conjunctiva. In:, Khurana KA, editors.
Comprehensive Ophthalmology 4th ed. New Delhi: New Age.
Price, Sylvia A, Lorraine. Patofiiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Edisi : 6, volume :2. 2005. Jakarta : EGC. 1311-22.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi :2. Jakarta : EGC. 2008. 795-800
Banjarmasin, 01 April 2021

Ners Muda

Tina Lestari, S. Kep

Preseptor akademik Preseptor klinik

(Anita Agustina, Ns., M.Kep) (Rina, AMK)

Anda mungkin juga menyukai