Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DISLOKASI PATELLA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

NURHAWA KAREPESINA SURIJAH MANCA

MARIA KRISTIANI KILU SATRIANI

MUH ALDY EKA PUTRA ROSNENI

MULIANA MASYITAH

PRECEPTOR :

PRECEPTOR INSTITUSI
Fitria, S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )

PRECEPTOR KLINIK

Yusnani, S.ST ( )

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TAHUN 2023
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Dislokasi adalah cedera struktur ligameno di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit
atau memutar / keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan, secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Mansyur arif, 2020).

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.


Dislokasi ini terdapat hanya kepada komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk
sendi

Dislokasi adalah salah satu bentuk cedera pada sendi akibat bergesernya tulang
sehingga keluar dari posisi normalnya. Dislokasi ini bisa dialami oleh semua sendi,
yang salah satunya adalah sendi patella pada lutut. Patella adalah tulang kecil pada
lutut, dan sering disebut tempurung lutut, berbentuk segitiga, yang berfungsi
melindungi sendi lutut Anda (Arif Muttaqin, 2018)

B. Etiologi
Dari beberapa literatur, dislokasi lutut biasanya berhubungan dengan olahraga, dan
biasanya terjadi pada bagian lateral. Perubahan posisi secara tiba-tiba juga bisa
berisiko menyebabkan tempurung lutut bergeser. Menurut studi, olahraga yang
berisiko alami dislokasi sendi patella adalah sepak bola dan basket. Selain itu dapat
juga oleh karena kecelakaan mobil, jatuh dari ketinggian (Arif Muttaqin, 2018).

Dislokasi patella terutama disebabkan oleh kejadian traumatik (seringkali akibat


terputar atau pukulan langsung) ke lutut. Akan tetapi terdapat beberapa faktor yang
dapat menjadi predisposisi terjadinya dislokasi patella. Antara lain:
1. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta
kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30- 40 tahun kekuatan otot akan
relative menurun. Elastisitas tendon dan ligamen menurun pada usia 30 tahun.

1
2. Terjatuh atau kecelakan
Dislokasi dapat terjadi apabila terjadi kecelakan atau terjatuh sehingga lutut
mengalami dislokasi.
3. Pukulan
Dislokasi lutut dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada bagian lututnya dan
menyebabkan dislokasi.
4. Tidak melakukan pemanasan
Pada atlet olahraga sering terjadi keseleo karena kurangnya pemanasan.
5. Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan
dislokasi.
6. Cedera olahraga. Pemain basket dan kiper pemain sepak bola paling sering
mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja
menangkap bola dari pemain lain.
7. Terjatuh. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
8. Kongenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang akan muncul saat mengalami dislokasi patella seperti
(Mansyur arif, 2020).:
1. Adanya bengkak / oedema
2. Mengalami keterbatasan gerak
3. Adanya spasme otot(kekauan otot)
4. Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan sendi)
5. Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
6. Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri
7. Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan sekitarnya
(tampak kemerahan).
8. Perubahan kontur sendi
9. Perubahan panjang ekstremitas
10. Kehilangan mobilitas normal
11. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi

2
D. Patofisiologi
Dislokasi terjadi ketika terdapat tekanan pada tempurung lutut berlebih, ligamen-
ligamen dan tendon penunjangnya melemah sehingga rentan terhadap robekan.
Akibat adanya gaya geser atau gaya puntir/ putar sehingga terjadi dislokasi
tempurung lutut atau bergeser dari tempat semula (Price, Sylvia A. 2018)

Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital
yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan
stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi
dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur
sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan
timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan
panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi
kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi.

Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu masalah yang disebut
dengan dislokasi yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami
kerusakan serabut dari rusaknya serabut yang ringan maupun total ligamen akan
mengalami robek dan ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan
stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh darah akan terputus dan
terjadilah edema. Sendi mengalami nyeri dan gerakan sendi terasa sangat nyeri.
Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2 sampai 3 jam setelah cedera
akibat membengkak dan pendarahan yang terjadi maka menimbulkan masalah yang
disebut dengan dislokasi.

3
PATHWAY
Kongenital
Cedera olahraga/ trauma
Patologis
Ke kekenduran
Gerakan sendi berlebihan Penyakit mempengaruhi sendi ligamen
Penurunan stabilitas
Terlepasnya kompresi sendi
jaringan tulang dari Terjadinya perubahan
Perubahan struktur
mangkuk sendi struktur sendi, trauma
sendi
jarinngan sekitar
Tulang berpindah/ terlepas
Kompresi jaringan Vasokontriksi pada
dari mangkuk sendi
tulang kedepan pembuluh darah

Merobek kapsul

Tepi genoid teravulsi

Tulang berpindah atau


terlepas dari mangkuk DISLOKASI
sendi

Trauma jaringan seluler

Trauma jaringan sekitar Perubahan struktur

Vasodilatasi pembuluh darah sendi


Disfungsi sendi
Deformitas Perubahan panjang
Tulang terlepas dari mangkuk ekstremitas
Kekakuan
sendi
Deformitas
Gangguan Mobilitas Fisik
Nyeri Akut
Resiko Jatuh

Defisit Perawatan Diri


Gangguan Citra
Tubuh
4
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan
a. Penatalaksanaan keperawatan dapat dilakukan dengan RICE (Suratun, 2019) :
Rest : Diistirahatkan adalah  pertolongan pertama yang penting untuk
mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
I : Ice : Terapi dingin, gunanya mengurangi pendarahan dan meredakan rasa
nyeri.
C : Compression : Membalut gunanya membantu mengurangi pembengkakan
jaringan dan pendarahan lebih lanjut.
E : Elevasi : Peninggian daerah cedera gunanya mengurangi oedema
(pembengkakan) dan rasa nyeri.
b. Terapi dingin
Cara pemberian terapi dingin sebagai berikut :
1) Kompres dingin
Teknik : potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak tembus air
lalu kompreskan pada bagian yang cedera. Lamanya : dua puluh – tiga
puluh menit dengan interval kira-kira sepuluh menit.
2) Massage es
Tekniknya dengan menggosok-gosokkan es yang telah dibungkus dengan
lama lima - tujuh menit, dapat diulang dengan tenggang waktu sepuluh
menit.
3) Pencelupan atau perendaman
Tekniknya yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam bak air
dingin yang dicampur dengan es. Lamanya sepuluh – dua puluh menit.
4) Semprot dingin
Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane ke bagian
tubuh yang cedera.

5
c. Latihan ROM
Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan, latihan
pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang sakit.
Penatalaksanaan medis : Farmakologi
d. Analgetik
Analgetik biasanya digunakan untuk klien yang mengalami nyeri. Berikut
contoh obat analgetik :
1) Aspirin:
Kandungan : Asetosal 500mg ; Indikasi : nyeri otot ; Dosis dewasa 1tablet
atau 3tablet perhari, anak > 5tahun setengah sampai 1tablet, maksimum 1 ½
sampai 3tablet perhari.
2) Bimastan :
Kandungan : Asam Mefenamat 250mg perkapsul, 500mg perkaplet ;
Indikasi : nyeri persendian, nyeri otot ; Kontra indikasi : hipersensitif,
tungkak lambung, asma, dan ginjal ; efeksamping : mual muntah,
agranulositosis, aeukopenia ; Dosis: dewasa awal 500mg  lalu 250mg tiap
6jam.
3) Pemberian kodein atau obat analgetik lain (jika cedera berat).

F. Komplikasi
Komplikasi dislokasi meliputi (Arif Muttaqin, 2019):
a. Komplikasi dini
1) Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera. Pasien tidak dapat mengerutkan oto
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tersebut.
2) Cedera pembuluh darah : arteri aksilla dapat rusak
3) Fraktur dislokasi
4) Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak adanya
nadi,CRT(capillary refill time) menurun,sianosis pada bagian
distal,hematoma melebar,dan dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh
tindakan darurat spilinting,perubahan posisi pada yang sakit,tindakan
reduksi,dan pembedahan.

6
b. Sindrome kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Hal ini
disebabkan oleh edema atau perdarahan yang menentukan otot, saraf dan
pembuluh darah, atau karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang
terlalu kuat.
c. Komplikasi lanjut
d. Kekakuan sendi bahu
Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu. Terjadinya
kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.
e. Kelemahan otot.
f. Dislokasi yang berulang
Terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian depan leher
glenoid.

7
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Anamnesis
1. Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa
yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi
golongan darah, nomor registrasi, tanggal dan jam masuk rumah sakit,
(MRS), dan diagnosis medis. Dengan fokus ,meliputi :
1) Umur
pada pasien lansia terjadi pengerasan tendon tulang sehingga
menyebabkan fungsi tubuh bekerja secara kurang normal dan dislokasi
cenderung terjadi pada orang dewasa dari pada anak-anak, biasanya klien
jatuh dengan keras dalam keadaan strecth out
2) Pekerjaan
Pada pasien dislokasi biasanya di akibatkan oleh kecelakaan yang
mengakibatkan trauma atau ruda paksa, biasaya terjadi pada klien yang
mempunyai pekrjaan buruh bangunan. Seperti terjatuh, atupun
kecelakaan di tempat kerja, kecelakaan industri  dan atlit olahraga,
seperti pemain basket , sepak bola dll
3) Jenis kelamin
Dislokasi lebih sering di temukan pada anak laki – laki dari pada
permpuan karna cenderung dari segi aktivitas yang berbeda .
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan
kesehatan adalah nyeri, kelemahan dan kelumpuhan, ekstermitas, nyeri
tekan otot, dan deformitas pada daerah trauma, untuk mendapatkan
pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien dapat menggunakan metode
PQRS.
3. Riwayat penyakit sekarang
Kaji adanya riwayat trauma akibat kecelakaan pada lalu lintas, kecelekaan
industri, dan kecelakaan lain, seperti jatuh dari pohon atau bangunan,
pengkajian yang di dapat meliputi nyeri, paralisis extermitras bawah, syok.

8
4. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit, seperti
osteoporosis, dan osteoaritis yang memungkinkan terjadinya kelainan,
penyakit alinnya seperti hypertensi, riwayat cedera, diabetes milittus,
penyakit jantung, anemia, obat-obat tertentu yang sering di guanakan klien,
perlu ditanyakan pada keluarga klien .
5. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
Kaji bagaimana  pola interaksi klien terhadap orang – orang disekitarnya
seperti hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter, maupun dengan
perawat.

b. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien pemekrisaan
fisik sangat berguna untuk mendukung pengkajian anamnesis sebaiknya
dilakukan persistem B1-B6 dengan fokus pemeriksaan B3( brain ) dan B6
(bone)
1. Keadaan umum
Klien yang yang mengalami cedera pada umumnya tidak mengalami
penurunan kesadaran, periksa adanya perubahan tanda-tanda vital yang
meliputi brikardia, hipotensi dan tanda-tanda neurogenik syok.
2. B3 ( brain)
 Tingkat kesedaran pada pasien yang mengalami dislokasi adalah
kompos mentis
 Pemeriksaan fungsi selebral
Status mental :observasi penampilan ,tingkah laku gaya bicara ,ekspresi
wajah aktivitas motorik klien .
 Pemeriksaan saraf kranial
 Pemeriksaan refleks .pada pemeriksaan refleks dalam ,reflecs achiles
menghilang dan refleks patela biasanya meleamh karna otot hamstring
melemah

9
3. B6 (Bone)
 Paralisis motorik ekstermitas terjadi apabila trauma juga mengompresi
sekrum gejala gangguan motorik juga sesuai dengan distribusi
segmental dan saraf yang terkena
 Look ,pada insfeksi parienum biasanya di dapatkan adanya
pendarahan ,pembengkakakn dan deformitas
 Fell , kaji adanya derajat ketidakstabilan daerah trauma dengan palpasi
pada ramus dan simfisi fubis
 Move , disfungsi motorik yang paling umum adalah kelemahan dan
kelumpuhan pada daerah ekstermitas.

c. Klasifikasi Data
A. Data subjektif
a) Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas
b) Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat
c) Klien mengatakan  terjadi kekauan pada sendi
d) Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi
e) Klien mengatakan sangat lemas
f) Klien bertanya-tanya tentang keadaannya
g) Klien mengatakan susah bergerak

B. Data objektif
a) Klien nampak lemas
b) Wajah nampak meringis
c) Keterbatasan mobilitas
d) Skala nyeri 6 (0-10)
e) Klien nampak cemas

10
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut (D.0077)
b. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
c. Resiko jatuh (D.0143)
d. Defisit perawatan diri (D.0109)
e. Gangguan citra tubuh (D.0083)

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Intervensi Rasional
Nyeri akut Manajemen Nyeri (I.08238) - Mengetahui intensitas
berhubungan dengan Observasi : nyeri.
agen pencendera fisik - Identifikasi skala nyeri - Posisi relaksasi pada
di tandai dengan
- Indentifikasi lokasi, karakeristik, pasien dapat mengalihkan
mngeluh nyeri dan
frekuensi, kualitas focus pikiran pasien pada
tampak meringis
Terapeutik : nyeri.
(D.0077)
- Berikan teknik non-farmakologis - Tehnik relaksasi dan

Gejala dan Tanda - Fasilitasi istirahat dan tidur distraksi dapat

Mayor : Edukasi : mengurangi rasa nyeri.

Subjektif : - Jelaskan strategi meredah nyeri - Meningkatkan relaksasi

1. Mengeluh nyeri - Ajarkan teknik non farmakologis pasien


Objektif : - Jelaskan penyebab, periode dan - Analgesik Mengurangi nyeri
1. Tampak pemicu nyeri
meringis Kolaborasi :
2. Bersikap - Kolaborasi pemberian analgetik
protektif (mis.
waspada, posisi Pengaturan Posisi (I.01019)
- Mengetahui statu
menghindari Observasi :
oksigenasi pasien
nyeri - Monitor status oksigenasi
- Memberikan alat traksi
3. Gelisah sebelum dan sesudah mengubah
yang tepat kepada pasien
4. Frekuensi nadi posisi
- Memberikan posisi
meningkat - Monitor alat traksi agar selalu
terapeutik pada pasien
5. Sulit tidur tepat

11
Terapeutik : dalam mengurangi
Gejala dan Tanda - Tempatkan pada posisi terapeutik nyerinya
Minor : - Atur posisi tidur yang disukai, - Mengatur posisi tidur
Subjektif : jika tidak kontraindikasi untuk mengurangi nyeri
1. (tidak tersedia) - Tinggikan bagian tubuh yang - Agar tidak terjadi
Objektif : sakit dengan tepat pembengkakan di daerah
1. Tekanan darah Edukasi : yang cedera
meningkat - Informasikan saat akan dilakukan - Mengedukasi ketika akan
2. Pola napas perubahan posisi dilakukan perubahan
berubah Kolaborasi : posisi
3. Nafsu makan - Kolaborasi pemberian premedikasi - Premedikasi untuk
berubah sebelum mengubah posisi, jika perlu mengurangi rasa nyeri
4. Proses berpikir
terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada
diri sendiri
7. Diaforesis
Gangguan mobilitas Dukungan Ambulasi (I.06171) - Menunjukkan tingkat
fisik berhungan Observasi : mobilisasi pasien dan
dengan gangguan - Identifikasi adanya nyeri menentukan intervensi
muskuloskletal di selanjutnya.
- Idenifikasi toleransi fisik
tandai dengan - Memberikan latihan ROM
Terapeutik :
mengeluh sulit
- Fasilitasi mobilisasi fisik kepada klien untuk
menggerakkan
mobilisasi
ekstremitas (D.0054) Edukasi :
- Alat bantu memperingan
- Anjurkan melakukan ambulasi
mobilisasi pasien
Gejala dan Tanda - Fasilitasi tindakan ambulasi
- Dapat membantu pasien
Mayor : dengan alat bantu
untuk imobilisasi
Subjektif : - Jelaskan tujuan dan prosedur
1. Mengeluh sulit ambulasi
menggerakkan
ekstremitas Pembidaian (I.05180)

12
Objektif : Observasi :
1. Kekuatan otot - Identifikasi kebutuhan dilakukan - Mengetahui kebutuhan
menurun pembidaian (mis. fraktur, dislokasi) dilakukannya pembidaian

2. Rentang gerak - Monitor adanya perdarahan pada - Menagani perdarahan jika


(ROM) area cedera terdapat
menurun Terapeutik : - Luka terbuka harus segera
Gejala dan Tanda - Tutup luka terbuka dengan di tutup ketika sudah
Minor : balutan dibersihkan untuk
Subjektif : - Atasi perdarahan sebelum bidai di mencegah terjadinya
1. Nyeri saat pasang risiko infeksi
bergerak - Minimalkan pergerakan, terutama - Jika terdapat perdarahan
2. Enggan pada bagian yang cedera harus segera di tangani
melakukan - Pasang bidai pada posisi tubuh terlebih dahulu untuk
pergerakan seperti saat di temukan mencegah terjadinya syok
3. Merasa cemas Edukasi : hipovolemik
saat bergerak - Jelaskan tujuan dan langkah- - Mmemberikan

langkah prosedur sebelum pemasangan bidai sesuai

memasang bidai yang cidera


Objektif : - Mengedukasi kepada
- Anjurkan membatasi gerak pada
1. Sendi kaku pasien dan keluarga proses
area cedera
2. Gerakan tidak pemasangan bidai
terkoordinasi - Mengedukasi agar pasien
3. Gerakan mengurangi pergerakan
terbatas
4. Fisik lemah
Risiko jatuh Pencegahan jatuh (I.14540) - Mengetahui resiko jatuh
berhubungan dengan Observasi : - Mengetahui faktor
kekuatan otot - Identifikasi faktor resiko jatuh meningkatnya resiko jatuh
menurun di tandai
- Identifikasi faktor lingkungan - Menghindari terjadi
dengan kekakuan
meningkatkan resiko jatuh kecelakaan/ terjatuh
sendi akibat dislokasi
- Hitung risiko jatuh - Memudahkan menaiki
(D.0143)
Terapeutik : tempat tidur

13
- Pastikan roda tempat tidur dan - Menghindari insiden
kursi roda dalam keadaan jatuh/ cedera
terkunci
- Atur tempat tidur pada posis
terendah
Edukasi :
- Anjurkan menggunakan alas kaki
yang tidak licin
- Anjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
Defisit perawatan diri Dukungan Perawatan Diri (I.11348) - Mengetahui tingkat
berhubungan dengan Observasi : kemandirian
gangguan - Monitor tingkat kemandirian - Membantu
muskuloskletal di
- Identifikasi alat bantu kebersihan mempersiapkan alat
tandai dengan Tidak
diri kebersihan diri
mampu secara mandiri
Terapeutik : - Memudahkan dalam
(D.0109)
- Siapkan keperluan peribadi perawatan diri
Gejala dan Tanda
- Dampingi dalam melakukan - Memastikan kemampuan
Mayor :
perawatan diri perawatan diri pasien
Subjektif :
Edukasi : - Memastikan kebersihan
1. Menolak
melakukan - Anjurkan melakukan perawatan diri dapat dilakukan secara

perwatan diri diri secara konsisten mandiri

Objektif :
1. Tidak mampu
mandi
/mengenakan
pakaian/makan/
ke toilet/berhias
secara mandiri
2. Minat
melakukan
perawatan diri

14
kurang
Gejala dan Tanda
Minor :
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
(tidak tersedia)
Gangguan citra tubuh Promosi Citra Tubuh (I.09305) - Mengetahui harapan citra
berhubungan dengan Observasi : tubuh sesuai tahap
perubahan struktur / - Identifikasi harapan citra tubuh perkembangan pasien
bentuk tubuh di tandai berdasarkan tahap perkembangan - Mengetahui agar pasien
dengan perubahan
- Monitor apakah pasien bisa tidak merasa malu akan
fungsi tubuh berubah
melihat bagian tubuh yang perubahan bentuk/fungsi
(D.0083)
berubah tubuhnya
Gejala dan Tanda
Terapeutik : - Mengedukasi agar pasien
Mayor :
- Diskusikan perubahan tubuh dan memahami kondisinya
Subjektif :
fungsinya saat ini
1. Mengungkapkan
- Diskusikan persepsi pasien dan - Mendiskusikan kepada
kecacatan/kehilan
keluarga tentang perubahan citra pasien dan keluarga
gan bagian tubuh
tubuh tentang perubahan citra
Objektif :
Edukasi : tubuh
1. Kehilangan
- Jelaskan kepada keluarga tentang - Mengedukasi kepada
bagian tubuh
perawatan perubahan citra tubuh keluarga dalam perawatan
2. Fungsi/struktur
tubuh berubah - Anjurkan menggunakan alat lanjutan perubahan citra

Gejala dan Tanda bantu tubuh

Minor : - Latih fungsi tubuh yang dimiliki - Menganjurkan pasien

Subjektif : untuk menggunakan

1. Mengungkapkan tongkat untuk membantu

perasaan negatif dalam beraktivitasnya

tentang - Melakukan tahapan


perubahan tubuh mobilisasi ringan dalam
2. Mengungkapkan melatih fungsi tubuh

15
kekhawatiran pasien
pada penolakan /
reaksi orang
Objektif :
1. Fokus berlebihan
pada perubahan
tubuh
2. Fokus pada
penampilan dan
kekuatan masa
lalu
3. Hubungan sosial
berubah

16
D. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Evaluasi
Nyeri Akut (D.0077) S : Pasien mengatakan “ Sus, saat ini saya
merasa lebih rileks dan bisa tidur dengan
nyenyak”.
O : Pasien tidak terlihat meringis nyeri.
A : Masalah dapat teratasi.
P : Intervensi dihentikan

Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) S : Pasien berkata bahwa ia sudah bisa


jalan-jalan dengan kruk.
O : Tekanan darah 120/80 mmHg.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.

Resiko Jatuh (D.0143) S : Pasien mengatakan saat berjalan


menggunakan kruk
O : Adanya peningkatan keseimbangan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Defisit Perawatan Diri (D.0109) S : Pasien mengatakan mampu mandi sendiri


menggunakan alat bantu mandi yang sesuaui
O : Pasien tampak rapi, bersih dan wangi
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.

17
Gangguan Citra Tubuh (D.0083) S : Pasien mengungkapkan akan terus
melatih bagian tubuhnya yang penurunan
fungsi tubuh dalam beraktivitas
O : Pasien tampak tenang
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mansyur arif, dkk (2020). Kapita Selekta Kedokteran Edisi III jilid II. Penerbit Buku

Aesculapius Fakultas Kedokteran IV, Jakarta

Price, Sylvia A. 2018. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6.

Volume 2. Jakarta: EGC

Arif Muttaqin (2018). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskululoskeletal.

Jakarta : EGC, 2019

Suratun dkk. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. 2019.

Jakarta : EGC

PPNI, 2017, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta

PPNI, 2017, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai