Anda di halaman 1dari 26

PENATALKASAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI

CONGINETAL MUSCULAR TORTICOLLIS


DI RSPAD GATOT SOEBROTO 2020

DISUSUN OLEH :

SEKAR HAPSARI PUTRI H 1710702032


NABILLA FITRIA EMILY 1710702045
YULITA BUDI HAPSARI 1710702053
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI
2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyusun tugas makalah yang berjudul
Penatalaksaan Fisioterapi pada Kondisi Cogenital Muscular Torticollis di
RSPAD Gatot Soebroto 2020, dengan lancar.

Dengan telah selesainya makalah ini, penulis ingin mengucapkan


banyak terima kasih kepada seluruh dosen serta staf pegawai program studi D-
III Fisioterapi UPN Veteran Jakarta dan pembimbing serta fisioterapis RSPAD
Gatot Soebroto. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas


makalah ini. Akhir kata, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan
saran guna melengkapi kekurangan dalam penulisan tugas makalah ini.

Jakarta, 19 Februari 2020

Penulis

Kelompok
P

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

2
BAB I

4
PENDAHULUAN

4
A. Latar Belakang 4
B. Identifikasi Masalah 5
C. Rumusan Masalah 5
D. Tujuan Penulisan 5
E. Manfaat Penulisan 5
BAB 2

6
TINJAUAN PUSTAKA

6
A. Torticollis 6
1. Definisi 6
2. Etiologi 7
3. Klasifikasi torticollis 9
4. Manifestasi Klinis 12
B. Penatalaksanaan Fisioterapi 13
A. Pengumpulan Data Identitas Pasien 13
B. Pengumpulan Data Riwayat Pasien 13
C. Intervensi Fisioterapi 14
C. Prognosis 15
BAB 3

16
PENUTUP
16
A. Kesimpulan 16
B. Saran 16
LAPORAN KASUS ANAK 17
DAFTAR PUSTAKA

23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Torticollis (bahasa Latin: Torquere, tortio = putar, collum = leher),


Anatomi abnormal pada congenital muscular torticollis terjadi karena otot
sternocleidomastoid terletak sangat superfisial pada samping kiri kanan
leher bagian depan. Kedua otot ini akan terlihat berkontraksi bersamaan
pada posisi terlentang dengan mengangkat kepala ke atas. Pemberian
tahanan pada saat gerakan memutar dapat dilakukan untuk mengetahui
gangguan satu sisi. Otot ini berfungsi sebagai fleksor kepala bila bekerja
serentak, sebagai lateral fleksor dan rotator bila bekerja pada satu sisi
(Angliadi, 2013).

Pemendekan atau myosis sering dijumpai sebagai penyebab utama,


terutama pada cevico occypital (atas belakang), otot scalenus, otot
trapezius upper, otot levator scapulae dan otot stenocleidomastoideus,
stabilisasi aktif yang dilakukan pada posisi yang benar akan mengurangi
iritasi pada facets dan uncovertebral maupun discus, karena kontraksi
yang seimbang dan minimal (Paulsen,2013).

Tortikolis juga dapat terjadi tanpa penyebab, kondisi ini disebut


dengan torikolis idiopatik.Torticollis adalah suatu gangguan pada otot
leher yang mengakibatkan kepala terlihat memutar ke samping. Penyebab
penyakit ini bisa karena kelainan gen atau jaringan saraf yang mengalami
gangguan pada leher.

Fisioterapi dalam hal ini memegang peranan untuk mengembalikan


dan mengatasi problematika yang ada pada kasus congenital muscular
torticollis. Modalitas yang digunakan adalah stretching bertujuan untuk
merileksasikan otot, massage bertujuan untuk mengurangi terjadinya
spasme pada otot sternocleidomastoideus.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka terdapat beberapa


identifikasi masalah diantara lain, yaitu :

1. To r t i k o l i s m e r u p a k a n p e m e n d e k a n d a r i o t o t
sternocleidomastoideus.

2. Fasilitasi berguling, Stretching dan Massage menjadi salah satu


intervensi pada penderita tortikolis.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah yang
telah di jabarkan, maka rumusan masalahnya adalah “Penatalaksanaan
Fisioterapi Pada Kondisi Cogenital Muscular Torticolis”

D. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini bertujuan untuk mengkaji hasil intervensi


Fasilitasi Berguling, Stretching, dan massage pada penderita Tortikolis.

E. Manfaat Penulisan

1. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan pengetahuan lebih kepada masyarakat luas


tentang Tortikolis.

2. Bagi Teman Sejawat/Fisioterapi

Untuk dapat memberikan rekomendasi tatalaksana terapi pada


kasus Tortikolis yang rasional sehingga dapat meningkatkan efektivitas
terapi yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup pasien.

3. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan tentan Tortikolis serta untuk


meningkatkan pengetahuan dalam melakukan penatalaksanaan
fisioterapi pada kasus Tortikolis.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
A. Torticollis
Gambar 1 Torticollis

1. Definisi

Torticollis atau nama lainya wryneck adalah sebuah kondisi klinis


mengenai adanya rotasi atau kondisi memutar pada region leher. Kata
torticollis berasal dari bahasa Latin yaitu “tortus” yang berarti
memutar dan “collum” yang berarti leher (Macias, 2019). Wry diambil
dari bahasa inggris kuno yang berarti angina atau putaran. (Kaur,
2020)

Torticollis adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan


suatu kondisi klinis dimana ditemukan kepala dalam kondisi miring
kearah lateral dengan rotasi dari dagu kearah berlawanan dari arah
miringnya kepala. (Frizzell et al., 2018)

Torticollis adalah suatu keadaan yang mengacu pada kondisi


dimana kepala dan leher memutar yang disebabkan oleh otot
sternocleidomastoideus yang memendek, sehingga mengarahkan
kepala kearah otot yang memendek dan memutar dagu kea rah yang
berlawanan.(Tomczak & Rosman, 2013)

2. Etiologi

Penyebab pasti kondisi ini adalah masih belom diketahui, namun


ada beberapa teori yang menyebutkan bahwa penyebab umum dari
torticollis adalah fibromatoma colli dimana terjadi kekakuan bawaan
atau fibrosis pada otot sternocleidomastoideus (SCM) yang
menyebabkan adanya karakteristik berupa kemiringan kepala atau
leher kearah ipsilateral (Frost et al., 2019) Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya torticollis
a. Trauma kelahiran
b. Prenatal atau perinatal compartement syndrome

c. Kelainan saat pembentukan Sternocleidomastoideus

d. Posisi yang salah pada leher

(Sargent et al., 2019)

Etiologi Etiologi tortikolis terbagi menjadi etiologi lokal, etiologi


kompensasi, dan etiologi sentral. Masing-masing akan dijelaskan dibawah
ini :
• Etiologi lokal
Pada orang dewasa, setiap abnormalitas atau trauma tulang
servikal bisa menyebabkan tortikolis termasuk trauma minor
(tegangan/regangan), fraktur, dislokasi, dan subluxasi, sering
menyebabkan spasme dari otot leher. Penyebab lainnya yakni
infeksi, spondylosis, tumor, jaringan parut. Selain itu, infeksi
saluran nafas bagian atas dan infeksi jaringan lunak di leher bisa
menyebabkan tortikolis sekunder terhadap kontraktur otot atau
adenitis. Pada anak usia 2-4 tahun biasanya tortikolis sering
disebabkan oleh abses retrofaringeal. Tortikolis juga bisa terjadi
akibat infeksi yang mengikuti trauma atau infeksi di sekitar
jaringan atau struktur leher termasuk faringitis, tonsillitis,
epiglottitis, sinusitis, otitis media, mastoiditis, abses nasofaring,
dan pneumonia lobus atas.
• Etiologi kompensasi
Tortikolis sering merupakan mekanisme kompensasi dari
penyakit atau symptom lain seperti strabismus dengan parese
nervus IV, nistagmus kongenital, dan tumor fossa posterior.
• Etiologi sentral
Tortikolis sering juga disebabkan oleh reaksi distonia
sekunder terhadap obat-obatan seperti
phenotiazin, metoclopramide, haloperidol, carbamazepine,
phenytoin, and terapi L-dopa. Pada wamita usia 30-60 tahun
idiopatik spasmodic tortikolis meningkat. Sedangkan, pada anak
etiologinya torsion dystonia, drug-induced dystonia, dan cerebral
palsy.   Selain beberapa etiologi di atas juga terdapat penyebab
tortikolis konginetal yang tidak diketahui secara jelas, namun
biasanya bayi dengan tortikolis memiliki riwayat: Persalinan yang
sulit (sungsang) dimana otot leher  -
sternocleidomastoideus (SCM)- teregang, robek dan terjadi
perdarahan. Penyembuhan yang terjadi membentuk jaringan ikat
disertai pemendekan otot.
Posisi dalam rahim dimana aliran pembuluh darah balik
dari SCM terhambat sehingga otot tersebut kurang mendapat suplai
darah yang berakibat otot menjadi rusak dan digantikan oleh
jaringan ikat.

2.1. Anatomi Otot Sternocleidomastoideus

Gambar 1 Otot Sternocleidomatoideus

(Frizzell et al., 2018)

Sternocleidomastoideus merupakan otot besar yang mudah


d i p a l p a s i k a r e n a l o k a s i n y a y a n g s u p e r fi c i a l . O t o t
sternocleidomastoideus terdiri dari 4 bagian yaitu :

a. Sterno-mastoid

b. Sterno- occipital

c. Cleido-mastoid

d. Cleido-occipital

Otot sternocleidomastoideus memiliki origo di daerah manubrium


sterni dan 1/3 bagian medial clavicula. Insersionya berada di
occiput dan processus mastoideus. Fungsinya adalah untuk lateral
fleksi kepala pada sisi yang sama, rotasi kepala kea rah
berlawanan. Selain itu juga sebagai otot yang bekerja sama saat
leher melakukan fleksi dan ekstensi. Inervasi pada otot
sternocleidomastoideus adalah N. Spinal accessory (C1-C5)
(Bordoni, 2018)

3. Klasifikasi torticollis

a. Congenital Muscular Torticollis

Tortikolis kongenital jarang dijumpai (insidensi <2%) dan


diyakini disebabkan oleh trauma lokal pada jaringan lunak
leher sebelum atau selama persalinan. Trauma otot
sternokleidomastoideus saat proses persalinan menyebabkan
fibrosis atau malposisi intrauterine yang menyebabkan
pemendekan dari otot sternokleidomastoideus. Bisa juga terjadi
hematom yang diikuti dengan kontraktur otot. Biasanya anak-
anak seperti ini lahir dengan persalinan sungsang atau
menggunakan forseps. Penyebab lain yang mungkin yakni
herediter dan oklusi arteri atau vena yang menyebabkan
fibrosis jaringan didalam otot sternokleidomastoideus.

Penyebab lain terjadinya torticollis adalah bayi yang


mengalami kondisi persalinan rumit dapat mengalami
congenital muscular torticollis karena adanya tekanan pada
otot sternocleidomastoideus saat bayi melewati jalan lahir.
Dalam kasus ini, kompresi local pada otot
sternocleidomastoideus yang mengalami kompresi atau tekanan
saat proses persalinan mungkin mengalami gangguan pada
aliran vena sehingga menimbulkan iskemik, hemorrhage dan
fibrosis pada otot sternocleidomastoideus.(Frizzell et al., 2018)
Dalam kasus congenital muscular torticollis, sebuah massa
yang berbatas tegas dapat diraba dalam sepertiga bagian
inferior dari otot sternocleidomastoideus yang terkena
torticollis pada usia 2-4 minggu setelah kelahiran. Massa
tersebut akan mencapai ukuran maksimum pada bulan pertama
sebelum kemudian secara bertahap menghilang. Umumnya,
massa muncul tidak lebih dari 6 bulan.(Frizzell et al., 2018)
b. Acquired Torticollis

Acquired Torticollis muncul bersamaan dengan masa


tumbuh kembang anak. Berbeda dengan congenital muscular
torticollis yang muncul dari bayi dilahirkan hingga beberapa
bulan kemudian.(Frizzell et al., 2018) Acquired Torticollis
dapat terjadi karena trauma, inflamasi ataupaun neoplastic.
(Kaur, 2020)

Patofisiologi dari torticollis yang didapat adalah tergantung


dari penyakit yang mendasarinya. Spasme dari otot leher yang
menyebabkan tortikolis merupakan hasil dari injury atau
inflamasi dari otot cervical atau nervus kranialis dari proses
penyakit yang berbeda. Tortikolis akut bisa disebabkan oleh
trauma tumpul pada kepala dan leher atau dari kesalahan posisi
saat tidur. Tortikolis akut biasanya akan sembuh dengan
sendirinya dalam beberapa hari dampai minggu atau setelah
menghentikan obat pada tortikolis akut yang disebabkan oleh
o b a t - o b a t a n s e p e r t i d o p a m i n e r e s e p t o r b l o c k e r,
metoclopramide, phenytoin, carbamazepin.

Atlantoaxial rotary subluxation (AARS) C1 pada C2


memiliki gejala klinis yang sama dengan tortikolis, biasanya
terjadi pada anak-anak dan setelah trauma minor, operasi
faring, proses inflamasi, atau infeksi saluran nafas bagian atas.
Hal ini diduga dipicu oleh edema retropharyngeal
menyebabkan kelemahan ligamen dan struktur di tingkat
atlantoaxial, memungkinkan deformitas rotasi. Berbeda dengan
tortikolis otot kongenital, kepala miring jauh dari otot
sternokleidomastoideus yang terkena.

Dikenal sebagai posisi "cock robin", kepala rotasi ke sisi


yang berlawanan dengan dislokasi dan lateral fleksi ke arah
yang berlawanan. Pasien juga dapat mengeluh sakit oksipital
unilateral. Idiopatik spasmodik tortikolis (IST) adalah bentuk
tortikolis yang dan progresif , diklasifikasikan sebagai dystonia
fokus. Etiologi tidak jelas, meskipun diduga ada lesi thalamus.
Hal ini ditandai dengan etiologi nontraumatic terdiri dari
episodik tonik dan / atau kontraksi involunter klonik otot leher.
Gejala berlangsung lebih dari 6 bulan dan menghasilkan cacat
somatic dan psikologis.Benign paroxysmal tortikolis adalah
kondisi pada bayi yang ditandai dengan episode berulang dari
kepala miring dengan muntah, pucat, irritabilitas, ataksia, atau
mengantuk dan biasanya terjadi dalam beberapa bulan pertama
kehidupan dan akan sembuh dengan sendirinya. 

Sebagai penyakit neurodegeneratif, tortikolis, atau cervical


dystonia idiopatik, diyakini muncul dari kelainan sirkuit
ganglia basalis yang berasal dari kerentanan selektif struktur ini
untuk proses biokimia abnormal yang mengarah ke disfungsi
neuronal. Beberapa indikasi keterlibatan sirkuit dopamine-
secretingberasal dari temuan rendahnya tingkat metabolit
dopamin dalam cairan serebrospinal (CSF).

4. Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinik Manifestasi klinis yang didapat dari


pemeriksaan yaitu kepala miring ke arah yang sakit (setelah
menyingkirkan penyebab lain seperti anomali tulang, diskitis,
limfadenitis), leher menjadi tidak seimbang dan pendek pada bagian
yang fibrosis, di sisi yang fibrosis telinga mendekati bahu, garis mata
dan garis bahu membentuk sudut (normalnya sejajar), perkembangan
muka dapat menjadi asimetris, dan terdapat benjolan berbatas tegas
yang melibatkan satu atau kedua caput sternocledomastoideus.
Benjolan ini bersifat firm, tidak nyeri, terdiri dari jaringan fibrotic
dengan deposit kolagen dan migrasi fibroblast disekitar serat
sternokleidomastoideus yang atrofi. Kelainan ini juga menghambat
perkembangan motorik anak. Bayi menjadi susah telungkup, susah
duduk, cenderung menggunakan satu tangan saja, susah untuk
merangkak dan cenderung malas berjalan.   5. Prognosis Semakin
muda usia pasien tortikolis, semakin baik prognosisnya. Hasil yang
positif didapatkan pada sekitar 90% kasus yang melakukan latihan
peregangan setiap hari dengan cara yang benar. Rekurensinya sekitar
diaras 2%.

Faktor prognostik yang negatif didapati pada kasus yang terdapat


massa pada sternokleidomastoideus, rotasi awal dari posisi netral lebih
dari 15 derajat, serta pengobatannya baru dimulai setelah usia satu

tahun.4,6 Komplikasi dari operasi adalah cedera nervus aksesorius.


Angka relapsnya mencapai 1.2%. Pada suatu studi didapatkan hasil
setelah operasi 88.1% sangat baik, 8.3% baik, dan 3.6% cukup baik
sampai kurang baik. Hasil operasi ini dipengaruhi oleh usia dan jarak
rotasi leher. Waktu yang optimal untuk operasi adalah antara 1-4 tahun,
meskipun hasil yang baik juga didapati pada usia pasien di atas 10
tahun saat operasi.
B. Penatalaksanaan Fisioterapi

A. Pengumpulan Data Identitas Pasien

a. Nama Jelas

b. Tempat tanggal lahir

c. Alamat

d. Agama

e. Pekerjaan orang tua

f. Hobi

g. Diagnose medis

B. Pengumpulan Data Riwayat Pasien

1. Keluhan Utama

Keluhan utama anak mengacu pada keluhan yang dirasa anak


schingga akan menjadi goal dari intervensi yang dilakukan
fisioterapis.

2. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

Berisi penjelasan mengenai riwayat penyakit anak sekarang


yang berhubungan dengan keluhan utama. RPS terdiri dari apa
yang pertama kali dikeluhkan oleh anak, perjalanan penyakit
sejak timbul keluhan sampai tindakan sekarang. pengobatan
yang pernah diberikan sebelumnya, proses perkembangan
penyakit, masa waktu sakit, lokas penyakit atau keluhan yang
menyertainya, apa saja keterbutasan fungsional yang dialami
anak sejak sakit dan aktivitas yang sudah tidak bisa dilakukan
sejak sakit.

3. Riwayat Kelahiran

Berisi penjelasan mengenai riwayat kelahiran anak yang


meliputi : a. Riwayat Prenatal

Mencakup usia ibu saat hamil, kehamilan direncanakan


atau idak, nutin kontrol ke dokter stau bidan, ketika hamil
pernah mengalami trauma perdarahan, dan menderita
penyakit lamnya sampai dirawat atau tidak, mengkonsumsi
obat-obatan atan jamu-jamun tidaknya, dan aktivitas saat
hamil

b. Riwayat Natal

Riwayat Natal Mencakup usia kehamilan, lahir normal atau


caesar, ditolong oleh siapa dan dimana, langsung menangis
atau tidak, berat badan lahir, panjang badan lahir, saat lahir
apakah anak berwana biru atau kuning tidak. Bayi yang
berwana biru adalah bayi yang memiliki semburat biru di
kulit mereka (sianosis) yang disebabkan oleh kekurangan
oksigen dalam darah arteri. Bayi yang berwarna kuning
adalah bayi yang memiliki hiperbilirubin. Riwayat Post
Natal c) Mencakup pernah kejang atau tidak, pernah jatuh
atau tidak dan anak biru atau kuning tidak.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit yang berhubungan tidak langsung ataupun


tidak berhubungan sekali dengan keluhan utama

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit keturunan atau riwayat penyakit yang sama


seperti anak yang diderita oleh keluarganya.

6. Riwayat Psikososial

Riwayat kehidupan anak di keluarga dan lingkungan meliputi


diasuh Riwayat Psikososial olch siapa, jumlah anggota
keluarga, situasi keluarga yang menghambat aktifitas,
pendidikan terakhir orangtua, pekerjaan orangtua, tanggungan
biaya, dan riwayat anggota keluarga lain.

C. Intervensi Fisioterapi

a. Massage

Dapat didefinisikan sebagai terapi manipulasi jaringan lunak untuk


menormalkan jaringan.

• Effleurage : gosokan yang mantab, cukup keras dan dalam


yang bertujuan untuk memperlancar aliran vena dan
lymphe. Arah gerakannya dari distal ke proximal atau dari
insertion ke origo suatu otot (searah dengan serabut otot)

• Adalah tekanan yang lebih keras dan dalam menggunakan


ujung jari/ibu jari pada ujung otot (tendon) atau ligament di
dekat sendi. Bisa dilakukan transversal untuk mobilisasi
dan longitudinal untuk sirkulasi. Tujuannya untuk
menghancurkan perlengketan jaringan serta membuat
inflamasi baru segingga terjadi proses penyembuhan yang
lebih baik.

b. Stretching

Grerakan untuk meregangkan otot atau tendon sehingga otot yang


kaku menjadi fleksibel kembali dan lingkup gerak sendi menjadi
lebih besar.

c. Fasilitasi Berguling

Fasilitasi adalah upaya untuk mempermudah reaksi-reaksi


automatic dan gerak motoric yang sempurna pada tonus otot
normal. Tekniknya disebut key point of control . tujuannya untuk
memperbaiki tonus postural , memelihara dan mengembalikan
kualitas tonus normal, memudahkan gerakan-gerakan yang
disengaja dan diperlukan dalam aktivitas sehari-hari.

C. Prognosis

Pemberian fisioterapi pada saat kondisi awal terdeteksi akan lebih


efektif daripada intervensi fisioterapi yang dimulai terlambat. Jika
dimulai sebelum usia 1 bulan, 98% bayi dengan congenital Muscular
Torticollis dapat mencapai Range of Motion normal pada region
cervical dengan rentang waktu 1,5 bulan.(Menurut Petronic dkk, 2010
yang dikutip dari Sargent et al., 2019)
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Torticollis merupakan suatu kondisi yang mengacu pada kondisi dimana


kepala dan leher memutar yang disebabkan oleh otot
sternocleidomastoideus yang memendek, sehingga mengarahkan kepala
kearah otot yang memendek dan memutar dagu kearah yang berlawanan.
Penyebab terjadinya torticollis bisa karena adanya tekanan pada otot
sternocleidomastoideus saat bayi melewati jalan lahir maupun muncul
bersamaan dengan masa tumbuh kembang anak.

B. Saran

Kami berharap dengan disusunnya makalah ini dapat menambah


pengetahuan pembaca dan penulis mengenai torticollis. Kami menerima
kritik dan saran dari para pembaca agar makalah selanjutnya yang akan
disusun bisa menjadi lebih baik.
LAPORAN KASUS ANAK

A. Identitas Pasien
1. Nama : An.Ab
2. Umur : 10 bulan
3. Jenis Kelamin : laki-laki
4. Agama : Islam
5. Alamat : Waibu, Jayapura
6. Pekerjaan orang tua : TNI
7. Hobi :-
8. Diagnosa Medis : Congenital muscular torticolis
B. Riwayat Kesehatan Anak
1. Keluhan Utama : Gerakan leher ke kiri terbatas dan keterlambatan
tumbuh kembang berupa belum bisa berguling dan duduk mandiri.
2. Riwayat Pre Natal : Tidak ditemukan adanya kelainan saat dalam
kandungan, kehamilan diinginkan.
3. Riwayat Natal : Terjadi penarikan saat proses kelahiran (trauma
persalinan), lahir normal
4. Riwayat Post Natal : Bayi pernah terjatuh. (-) kuning
5. Perkembangan Motorik
a. Motorik Halus : Bayi belum bias merespon rangsangan dan meniru
gerakan
b. Motorik Kasar : Bayi belum bisa berguling, duduk dan merangkak
C. Riwayat Penyakit
1. Riwayat Penyakit Sekarang (Alloanamesa , pada tanggal 5 Februari 2020)
2. Riwayat Penyakit Dahulu : Ada benjolan sebesar kelereng pada leher
sebelah kiri
3. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ditemukan riwayat penyakit keluarga
D. Diagnosa Fisioterapi (ICF)
Impairment : b730 muscle power function
S7104 structure of muscle pf muscle of head and neck
region
Functional Limitation : d429 changing and maintaning body function
Participation Restriction : d9200 play
E. Pemeriksaan Fisik
1. Vital Sign
a. BP : 120x/menit
b. HR :
c. RR : 26x/menit
d. Suhu : 37
e. TB : 71,5 cm
f. BB : 7,3 kg
2. Antropometri
a. Lingkar Ekstremitas
b. Panjang Ekstremitas
3. Lingkup Gerak Sendi

a. S : 25 o-5 o-5o

b. F : … o-…. o-.…o

c. R : … o-…. o-.…o
4. Kekuatan Otot
m. sternocleidomastoideus (sinestra) : 3
m. sternocleidomastoideus (dextra) : 4
5. Nyeri
a. Nyeri Diam :-
b. Nyeri Gerak : -
c. Nyeri Tekan : -
6. Sensibilitas :
7. Tes Khusus :-
F. Pemeriksaan Kognitif dan Psikologis
Status kognitif/mental : Bayi menangis saat dilakukan intervensi oleh
fisioterapi
G. Pemeriksaan Khusus
Inspeksi Statis : Datang dengan cara digendong
Kepala bayi cenderung miring ke kiri saat tidur
terlentang
Inspeksi Dinamis : Bayi belum bisa berguling dan duduk secara mandiri
Palpasi : Adanya spasme pada m.sternocleidomastoideus
sinestra
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pengamatan Posisi :
a. Terlentang
Kepala tidak simetris, leher cenderung lateral fleksi sinistra.
b. Telungkap
Belum bias melakukan secara mandiri, os diposisikan difasilitasi
dengan fleksi pada knee.
Reaksi : Head Control (-)
Hand Lifting (-)
Forearm Support (+)
Hand Support (-)
Trunk : Simetris
Tungkai : Statis

c. Duduk
Belum bias melakukan secara mandiri, os diposisikan duduk
bersiladi matras dengan bantuan fiksasi pada kedua elbow.
Reaksi: Hand Control (-)
Trunk Control (+)
Head Lifting (-)
Hand Support (-)
Sitting Balance (-)

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiografi thorax : tidak tampak kelainan radiologi jantung paru
2. MRI : Congenital muscular torticolis
3. Lab
I. Daftar Masalah Fisioterapi
1. Impairment
a. Spasme sternocleidomastoideus sinistra
b. Pemendekan otot sternocleidomastoideus sinistra
c. Keterbatasan LGS pada neck
2. Fungtional Limitations
a. Dalam kasus ini terdapat kesulitan menoleh kekanan ,
3. Disability
a. Adanya keterbatasan dalam beraktivitas dan keterlambatan tumbuh
kembang

4. Diagnosa Fisioterapi
Adanya gangguan berupa kesulitan menoleh kekanan akibat adanya
pemendekan otot sternocleidomastoideus sinistra sehingga menyebabkan
keterlambatan tumbuh kembang et cause congenital muscular torticollis.
J. Program Pelaksanaan Fisioterapi
1. Tujuan
a. Jangka Pendek
• Menurunkan spasme pada sternocleidomastoideus kiri
• Meningkatkan LGS pada neck
b. Tujuan jangka panjang
• Mengembalikan tumbuh kembang bayi dan beraktivitas
dengan baik
2. Rencana Program Fisioterapi
a. Massage
b. Stretching
c. Fasilitasi berguling

3. Pelaksanaan Fisioterapi
a. Massage
Posisi Os : Tidur terlentang di atas matras
Posisi FT : Di depan Os
Tatalaksana : FT mengoleskan cream massage pada leher Os, lalu
diberikan teknik massage berupa effluerage dan friction. Spesifik otot
SCM kiri.
b. Stretching
Posisi Os : Tidur terlentang di atas matras
Posisi FT : Di depan anak
Tatalaksana :FT melakukan stretching cervical ke arah dextra sebanyak 10
repetisi
c. Fasilitasi berguling
Posisi Os : Tidur terlentang di atas matras
Posisi FT : Di depan anak
Tatalaksana : Handling FT pada ankle anak, tekuk knee dan hip, lalu
fasilitasi berguling dengan mengarahkan ke samping.
d. Fasilitasi dari tiduran ke duduk
Posisi Os : Tidur terlentang di atas matras
Posisi FT : Duduk dibelakang Os
Tatalaksana : FT memberikan fiksasi pada tungkai Os, kemudian
posisikan kedua lengan Os membentuk hand support dengan fiksasi pada
kedua siku (Bisa dengan bantuan orang tua Os). Pada posisi ini FT
memberikan stimulasi pada shoulder untuk bergerak ke posisi dari tiduran
ke duduk.
4. Home Program
Memberikan edukasi agar selalu memposisikan kepala anak ke arah kanan
dengan memberikan stimulasi pada pipi kanan. Tidak membiarkan kepala
anak pada posisi lateral fleksi sinistra terlalu lama.
5. Prognosis
a. Quad of Vitam : Bonam
b. Quad of Sanam : Bonam
c. Quad of Functionam : Dubia ed sanam

6. Evaluasi
S : Pasien sudah mulai bisa berguling meskipun dengan bantuan
O : Spasme m.sternocleidomastoideus kiri berkurang
A : Problematika teratasi sebagian
P : Melanjutkan intervensi atau jadwal fisioterapi
DAFTAR PUSTAKA

http://imfi.or.id/index.php/2017/03/31/tortikolis/

Bordoni, B. (2018). Anatomy, Head and Neck, Sternocleidomastoid Muscle.


Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
books/NBK532881/
Frizzell, K., Malik, A., Herman, M. J., & Pizzutillo, P. (2018). Congenital
muscular torticollis. The Management of Disorders of the Child’s Cervical
Spine, 183–190. https://doi.org/10.1007/978-1-4939-7491-7_11
Frost, J., Demke, J., Idicula, W., & Diab, M. (2019). Surgical Correction of
Torticollis Due to Agenesis of the Sternocleidomastoid: Case Study and
Review. Cleft Palate-Craniofacial Journal, 1–4. https://doi.org/
10.1177/1055665619887315
Kaur, S. (2020). Congenital Torticollis and Its Physiotherapy Management.
10(February), 94–101.
Macias, C. G. (2019). Congenital muscular torticollis: Clinical features and
diagnosis. https://www.uptodate.com/contents/congenital-muscular-
torticollis-clinical-features-and-diagnosis/print#
Sargent, B., Kaplan, S. L., Coulter, C., & Baker, C. (2019). Congenital muscular
torticollis: Bridging the gap between research and clinical practice.
Pediatrics, 144(2). https://doi.org/10.1542/peds.2019-0582
Tomczak, K. K., & Rosman, N. P. (2013). Torticollis. Journal of Child Neurology,
28(3), 365–378. https://doi.org/10.1177/0883073812469294

Anda mungkin juga menyukai