Anda di halaman 1dari 19

ASSESSMENT PADA PENDERITA STROKE

Assessment atau pemeriksaan merupakan komponen penting dalam segala manajemen


penatalaksanaan fisioterapi, termasuk dalam kasus stroke. Pemeriksaan ini menjadi begitu penting
karena sedikitnya ada 3 alasan pokok, yaitu:
1. Dapat mengidentifikasi masalah pasien yang akan diintervensi oleh fisioterapis, dengan kata
lain menegakkan diagnosis fisioterapi.
2. Dapat mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada pasien dari waktu ke waktu
- Memberikan motivasi pada pasien
- Memberikan informasi tentang efektivitas terapi yang berguna untuk menentukan
manajemen penatalaksanaan fisioterapi selanjutnya
3. Dapat dipakai sebagai alat ukur untuk menentukan biaya atau efisiensi terapi.
Dalam memilih satu alat ukur, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Keluhan utama pasien atau diagnosis medis jika telah ditegakkan.
2. Stadium atau kemampuan pasien saat itu.
3. Kedudukan dalam tim rehabilitasi.
4. Sensitivitas atau responsivitas dari alat ukur
5. Validitas dan reliabilitas alat ukur
6. Ceiling effect dan floor effect dari alat ukur.
7. Dan lain-lain
Sering seorang fisioterapis atau grup fisioterapis dalam satu institusi memakai alat ukur yang mereka
sepakati atau mereka kembangkan sendiri. Banyak pendapat bahwa asal alat ukur tersebut telah
dipahami bersama dan ada keajegan diantara mereka, maka alat ukur tersebut bisa dipakai. Pendapat
ini tidak sepenuhnya benar. Walaupun bisa saja antara satu institusi dengan institusi lain
menggunakan alat ukur yang berbeda untuk kasus yang sama, tetapi alat ukur yang baik tentunya
harus yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya atau dengan kata lain telah terstandarisasi.
Berikut ini adalah beberapa contoh pemeriksaan dan blanko assessment untuk penderita stroke.
4. FGGFFGFGFGFGF Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
BLANKO ASSESSMENT STROKE Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
No RM :

1. Kode pasien:
2. Tanggal stroke:
3. Tanggal mulai program Rehabilitasi:
4. Tanggal assessment:
5. Fisioterapis:
6. Tanggal selesai program Rehabilitasi:
7. Fisioterapis:
8. Tipe stroke: Perdarahan Infark Perdarahan Subaraknoid
9. Lokasi stroke Kortek Subkortek Batang otak Otak kecil Lainnya
Keterangan:
10. Gangguan motorik: Kanan Kiri Bilateral Tak ada
11. AMTS: /10 atau MMSE: /30
12. Riwayat penyakit dahulu: Pernah stroke TIA Lainnya
Keterangan:
13. Riwayat rawat inap yang terkait:
14. Mobilitas sebelum stroke: Terbatas Ya Tidak
Terbatas oleh:
15. Nilai ambulasi fungsional sebelum stroke:
Alat bantu jalan sebelum stroke: Tak ada sps 4ps walker Lainnya:_____
16. Fungsi AGA sebelum stroke: Terbatas Ya Tidak
17. Tindakan medis:
18. Gangguan berbahasa/komunikasi Ekspresif Reseptif Tak ada
19. Defisit lapang pandang: Ya Tidak
Keterangan:
20. Situasi sosial: Rumah sendirian Rumah dgn org lain Mandiri Tergantung Panti jompo Lainnya
Sebelum stroke:
Setelah rehab:
Keterangan:
21. Neglect: Mulai Rehab Selesai rehab
Neglect fungsional Y/T/Tak bisa .
Neglect sensasi AGA Y/T/Tak bisa
Tes “Line bisection” Skor/Tak bisa
22. Fungsional

FIM Mulai Rehab Keterangan Selesai Rehab Keterangan


Bed ke kursi
Transfer ke toilet
Transfer mandi
Ambulasi
Naik/turun tangga

MAS Mulai Rehab Selesai Rehab


Tidur miring 0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6
Tidur ke duduk 0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6
Keseimb. Duduk 0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6
Duduk berdiri 0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6
Jalan 0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6
Fungsi AGA 0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6
Akt. Tangan 0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6
Akt. Tangan lanjut 0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6

23. Keadaan AGA sisi sakit

Mulai Rehab Selesai Rehab


Subluksasi (mm atau jari)
Nyeri (VAS)
LGS – pasif
- Rotasi eks bahu
- Fleksi bahu
- Abduksi bahu
- Lainnya:

Tonus
Skala Ashworth
Keterangan
24. Proprioseptif sisi sakit

Mulai Rehab Selesai Rehab


AGA
Ibu jari /5 /5
Pergel tangan /5 /5
Siku /5 /5
AGB
Ibu jari /5 /5
Pergel kaki /5 /5
Lutut /5 /5

25. Sensasi: Sentuhan ringan normal v Terganggu o Hilang x


Mulai Rehab Selesai Rehab

Lainnya: Lainnya:
26. Keseimbangan

Mulai Rehab Selesai Rehab


Waktu duduk statis
Tes organisasi
Terpisah 10 cm
Kaki rapat
Berdiri satu kaki (sakit)
Berdiri satu kaki (sehat)
Mata terbuka, alas keras
Mata tertutup, alas keras
Mata terbuka, alas empuk (foam)
Mata tertutup, alas empuk (foam)
Memakai penutup kepala (dome), keras
Memakai penutup kepala (dome), foam
Tes meraih , AGA sehat
Tes menapak, tumpuan kaki sisi sakit
Tes menapak, tumpuan kaki sisi sehat
Tes 6 kerucut
27. Ambulasi

Mulai Rehab Selesai Rehab


Alat bantu jalan
Kecepatan
Stride length (m)
Endurance
Skala ambulasi fungsional
Simetri

LIST PROBLEM:

TUJUAN JANGKA PENDEK: (dengan perkiraan waktu pencapaian)

TUJUAN JANGKA PANJANG: (dengan perkiraan waktu pencapaian)

RINGKASAN SAAT SELESAI REHABILITASI (DISCHARGE)

Tanda tangan Pemeriksa


TES KESEIMBANGAN

1. Tes Keseimbangan duduk


Tipe pengukuran mengukur dan menilai kemampuan dalam mempertahankan keseimbangan dalam
posisi duduk
Alat yang dibutuhkan stop watch dan bed
Waktu tes 30 detik
Prosedur tes:
Pasien duduk di tepi bed, kaki tersangga, kedua tangan diletakkan di sisi tubuh dan punggung tak
tersangga, selama 15 detik. Jika mampu menahan posisi ini selama 15 detik, fisioterapis
menggoyang/mendorong pasien ke arah depan, belakang dan samping (dengan tenaga dorongan
yang diperkirakan mampu diterima pasien), hingga waktu 30 detik berakhir.
Skor: 4 (normal) mampu melakukan tanpa ada bantuan fisik
3 (good) membutuhkan bantuan dari sisi tubuh yang lemah
2 (fair) mampu mempertahankan posisi statis, tapi perlu bantuan dalam reaksi tegak
1 (poor) tak mampu mempertahankan posisi statis tegak
Skor normal : 4
Reliabilitas : dipertanyakan
Validitas : signifikan, korelasi indek Barthel pada 1,2 dan 3 minggu pasca stroke (Sandin K, 1990).
Keunggulan dan kelemahan :
- sederhana, cepat dan mudah dilakukan
- banyak digunakan di rumah sakit pada pasien stroke
- standarisasi gangguan dan skor dipertanyakan

2. Tes Keseimbangan berdiri


a. Clinical Test of Sensory Interaction of Balance (CTSIB)
Tipe pengukuran: pengukuran terhadap kemampuan mempertahankan posisi berdiri pada keadaan
berkurang atau berselisihnya-nya petunjuk sensorik.
Alat yang dibutuhkan : stop watch, foam padat, dome
Waktu tes: 6 jenis tes, masing-masing 30 detik
Prosedur tes:
Berdiri tegak tanpa alas kaki dengan kedua kaki terpisah 10 cm atau rapat. Berikan penjelasan atau
contoh kepada pasien tentang tes yang akan dilakukan. Pasien berdiri tegak dan mempertahankan
posisi tersebut dengan kedua tangan di samping tubuh. Fisioterapis memberikan aba-aba “mulai”
bersamaan dengan menghidupkan stopwatch dan “stop” bersamaan dengan mematikan stopwatch
setelah 30 detik atau saat pasien kehilangan keseimbangannya.
Jenis tes :
1. Mata terbuka; berdiri di permukaan yang keras
2. Mata tertutup; berdiri di permukaan yang keras
3. Konflik visual (memakai dome); berdiri di permukaan yang keras
4. Mata terbuka; berdiri di atas foam
5. Mata tertutup; berdiri di atas foam
6. Konflik visual (memakai dome); berdiri di atas foam
Skor normal
Umur 25-44: mampu melakukan semua tes sesuai dengan waktu (30 detik)
Umur 45-64: mampu melakukan semua tes sesuai dengan waktu (30 detik) dengan sedikit penurunan
pada jenis tes nomor 6
Umur 65-84: mampu melakukan/mempertahankan
- 30 detik untuk 3 tes pertama
- 29 detik untuk tes nomor 4
- 17 detik untuk tes nomor 5
- 19 detik untuk tes nomor 6
Reliabilitas : retes bagus pada pasien stroke (DiFabio R, 1990)
Validitas signifikan untuk menilai perkembangan pasien stroke (Hill K, 1997)
Keunggulan dan kelemahan:
- Bermanfaat untuk menentukan jenis kelainan pada sistem sensorik, vestibular dan visual
- Merupakan tes statis dan tidak fungsional.

b. “Functional reach test”


Tipe pengukuran : mengukur kemampuan dalam "meraih" ("reach") dari posisi berdiri tegak
Alat yang diperlukan: penanda dan penggaris
Waktu tes: 15 detik
Prosedur tes
Posisi pasien berdiri tegak rileks dengan sisi yang sehat dekat dengan dinding; kedua kaki renggang
(10 cm). Pasien mengangkat lengan sisi yang sehat (fleksi 90 o). Fisioterapis menandai pada dinding
sejajar ujung jari tangan pasien.
Pasien diberikan instruksi untuk meraih sejauh-jauhnya (dengan membungkukkan badan) dan
ditandai lagi pada dinding sejajar dimana ujung jari pasien mampu meraih. Kemudian diukur jarak
dari penandaan pertama ke penandaan yang kedua.
Skor normal
Umur 20-24; laki-laki 42 cm dan wanita 37 cm
Umur 41-69; laki-laki 38 cm dan wanita 35 cm
Umur 70-87; laki-laki 33 cm dan wanita 27 cm
Reliabilitas interrater 0.98 (bagus) pada orang normal (Duncan P, 1990)
Reliabilitas retes 0.92 (bagus) pada orang normal dan penderita Parkinson (Schenkmen, 1997).
Validitas: Signifikan, termasuk dalam menilai perkembangan pasien stroke (Hill K, 1997).
Keunggulan dan kelemahan:
- Tes sederhana, cepat dan membutuhkan peralatan minimal
- Kurang sensitif untuk menilai gannguan keseimbangan ringan-sedang

c. Timed Up and Go test


Tipe pengukuran: Mengukur kecepatan terhadap aktivitas yang mungkin menyebabkan gangguan
keseimbangan
Alat yang dibuthkan : kursi dengan sandaran dan penyangga lengan, stopwatch, dinding
Waktu tes: 10 detik – 3 menit
Prosedur tes
Posisi awal pasien duduk bersandar pada kursi dengan lengan berada pada penyangga lengan kursi.
Pasien mengenakan alas kaki yang biasa dipakai. Pada saat fisioterapis memberi aba-aba “mulai”
pasien berdiri dari kursi, boleh menggunakan tangan untuk mendorong berdiri jika pasien
menghendaki. Pasien terus berjalan sesuai dengan kemampuannya menempuh jaak 3 meter menuju
ke dinding, kemudian berbalik tanpa menyentuh dinding dan berjalan kembali menuju kursi.
Sesampainya di depan kursi pasien berbalik dan duduk kembali bersandar. Waktu dihitung sejak aba-
aba “mulai” hingga pasien duduk bersandar kembali.
Tidak diperbolehkan mencoba atau berlatih terlebih dahulu.
Skor normal
Umur 75 tahun rata-rata 8,5 detik
Reliabilitas interrater dan retes ICC=0,99 (Podsiadlo, 1991)
Validitas signifikan dan berkorelasi dengan tes-tes lain (Berg, Barthel) (berg K, 1992)
Keunggulan dan kelemahan:
- Cepat, sederhana dan peralatan minimal
- Tidak sensitif terhadap gangguan keseimbangan ringan-sedang

d. Step test
Tipe pengukuran : pengukuran kecepatan saat bergerak dinamis naik turun satu trap dengan satu
kaki
Alat yang dibutuhkan : stopwatch, blok setinggi 7,5 cm
Waktu tes: 30 detik
Prosedur tes :
Pasien berdiri tegak tak tersangga, sepatu dilepas, kedua kaki sejajar berjarak 5 cm di belakang blok.
Fisioterapis berdiri di salah satu sisi pasien dengan satu kaki diletakkan di atas blok untuk stabilisasi
blok. Pasien dipersilahkan memilih kaki yang mana yang menapak ke atas blok dan kaki yang
menyangga berat badan. Pasien diajarkan bahwa kaki harus menapak sempurna pada blok dan
kembali pada tempat semula juga dengan sempurna dan ini dilakukan secepat mungkin. Tes dimulai
saat pasien menyatakan siap dengan aba-aba “mulai” dan stopwatch dihidupakan. Jumlah step
dihitung 1 kali jika pasien menapak pada blok dan kembali ke tempat semula. Tes diakhiri saat
stopwatch menunjukkan waktu 15 detik dengan aba-aba "stop" dan dicatat jumlah step yang
dilakukan pasien. Prosedur yang sama diulangi pada kaki satunya.
Skor normal: Usia 73 tahun rata-rata 17 kali tiap 15 detik.
Reliabilitas Retes ICC>0,90 pada subyek orang tua sehat dan ICC>0,88 pada pasien stroke (Hill K,
1996).
Validitas mempunyai korelasi yang signifikan dengan tes meraih (reach test), kecepatan langkah dan
lebar langkah saat jalan dan menunjukkan perkembangan pasien stroke signifikan (Hill K, 1997).
Keunggulan dan kelemahan:
- Cepat, sederhana dan peralatan minimal
- Terlihat sensitif untuk gangguan keseimbangan ringan-sedang
- Kurang sensitif untuk menilai penyebab gangguan keseimbangan pada penderita Parkinson.

e. Skala keseimbangan dari Berg (Berg Balance Scale)


Tipe pengukuran: pengukuran terhadap satu seri keseimbangan yang terdiri dari 14 jenis tes
keseimbangan statis dan dinamis dengan skala 0-4 (skala didasarkan pada
kualitas dan waktu yang diperlukan dalam melengkapi tes)
Alat yang dibutuhkan : stopwatch, kursi dengan penyangga lengan, meja, obyek untuk dipungut dari
lantai, blok (step stool) dan penanda
Waktu tes: 10 – 15 menit
Prosedur tes
Pasien dinilai waktu melakukan hal-hal di bawah ini, sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh
Berg
1. Duduk ke berdiri
2. Berdiri tak tersangga
3. Duduk tak tersangga
4. Berdiri ke duduk
5. Transfers
6. Berdiri dengan mata tertutup
7. Berdiri dengan kedua kaki rapat
8. Meraih ke depan dengan lengan terulur maksimal
9. Mengambil obyek dari lantai
10. Berbalik untuk melihat ke belakang
11. Berbalik 360 derajad
12. Menempatkan kaki bergantian ke blok (step stool)
13. Berdiri dengan satu kaki didepan kaki yang lain
14. Berdiri satu kaki
Normal skor : 56
Reliabilitas retes dan interrater tinggi pada pasien stroke dan usia lanjut (Berg K, 1995)
Validitas mempunyai korelasi yang signifikan dengan perkembangan pasien stroke (Stevenson T,
1996)
Keunggulan dan kelemahan:
- Meliput banyak tes keseimbangan , khususnya tes fungsional baik statis maupun dinamis.
- Keterbatasan dalam menilai gangguan keseimbangan ringan-sedang

f. Tes Pastor/ tes Marsden


Tipe pengukuran : pengukuran kemampuan untuk mempertahankan posisi terhadap gangguan dari
luar
Alat yang dibuthkan : tidak ada
Waktu tes: 10 detik
Prosedur tes
Fisioterapis berdiri di belakang pasien dan memberikan tarikan secara mengejut pada bahu pasien ke
belakang. Pasien yang kedua matanya tetap terbuka selama tes diinstruksikan untuk bereaksi
melawan tarikan tersebut untuk mecegah agar tidak jatuh ke belakang. Respon pasien tersebut dinilai
dengan skala seperti di bawah ini :
0 tetap berdiri tegak tanpa melangkah ke belakang
1 berdiri tegak dengan mengambil satu langkah ke belakang untuk mempertahankan stabilitas
2 mengambil 2 atau lebih langkah ke belakang tetapi mampu meraih keseimbangan lagi
3 mengambil beberapa langkah ke belakang tetapi tak mampu meraih keseimbangan lagi dan
memerlukan bantuan terapis untuk membantu meraih keseimbangan
4 jatuh ke belakang tanpa mencoba mengambil langkah ke belakang
Skor normal: 0-1
Reliabilitas retes tinggi pada pasien Parkinson (Smithson F, 1996)
Validitas menunjukkan validitas yang signifikan dalam membedakan orang normal dengan pasien
Parkinson (Smithson F, 1998).
Keunggulan dan kelemahan:
- Sederhana, cepat
- Kesulitan dalam menstandarisasi gangguan dari luar
FUNGSI LENGAN DAN TANGAN

Fungsi lengan dan tangan terutama adalah untuk berinteraksi dengan lingkungan (Carr & Shepherd,
1998). Fungsi ini merupakan satu unit koordinasi (Ada etal, 1994) tidak hanya pada lengan itu
sendiri tapi juga melibatkan tubuh (postural) yang membutuhkan integrasi sensorik (visual,
vestibular dan somatosensorik) dan motorik (hogan & Winters, 1990). Bahkan fungsi tangan
dikatakan sebagai membutuhkan koordinasi atau ketrampilan tingkat tinggi (deksteritas).
Pada penderita stroke fungsi lengan dan tangan pada sisi yang lemah sering kali terganggu dan
biasanya merupakan gejala sisa (sequel) yang paling nyata.

TES FUNGSI LENGAN & TANGAN

a. Action research arm test


Tipe pengukuran : menilai kemampuan dalam memegang, menggenggam, menjumput dan gerakan
massal tangan
Alat yang dibutuhkan : potongan kayu (blok), bola tenis, batu, gelas, tabung, mur-baut, kelereng,
korek api
Waktu tes : 8 – 30 menit
Prosedur tes
Ada 4 subtes yang dievaluasi dimana masing-masing terdiri dari satu seri tes, yaitu :
A. Memegang (grasp)
1. Potongan kayu (blok) kubus 10 cm
2. Blok 2,5 cm
3. Blok 5 cm
4. Blok 7,5 cm
5. Bola tennis diameter 7,5 cm
6. Batu 10 x 2,5 x 1 cm
B. Menggenggam (grip)
1. Menuang air dari gelas ke gelas lain
2. Tabung 2,25 cm
3. Tabung 1 cm
4. Memasang mur – baut
C. Menjumput (pinch)
1. Korek api, 6 mm, jari manis dan ibu jari
2. Kelereng, 1,5 cm, jari kelingking dan ibu jari
3. Korek api, jari tengah dan ibu jari
4. Korek api, jari telunjuk dan ibu jari
5. Kelereng, jari tengah dan ibu jari
6. Kelereng, jari telunjuk dan ibu jari
D. Gerakan kasar (gross movement)
1. Menempatkan tangan di belakang kepala
2. Menempatkan tangan di belakang kepala
3. Menempatkan tangan di atas kepala
4. Menggerakkan tangan ke mulut
Jika pasien dapat melakukan tes nomor 1 pada masing-masing sub tes (yang paling sukar) maka
pasien mendapat nilai maksimal untuk sub tes itu (18 untuk A; 12 untuk B; 18 untuk C; dan 9 untuk
D) dan tidak perlu melengkapi dengan komponen tes lain pada subtes itu tetapi pindah pada subtes
berikutnya. Jika pasien tidak mendapat nilai maksimal untuk nomor 1, maka harus dilanjutkan pada
nomor 2 (yang termudah) dan jika nomor 2 mendapat skor 0, maka dianggap skor untuk subtes itu
adalah 0 dan tidak perlu melanjutkan komponen tes pada subtes itu, tetapi pindah pada subtes
berikutnya. Jika nilainya 1 atau lebih maka seluruh komponen pada subtes itu harus dilakukan
Skor normal : 57
Reliabilitas interrater dan retes cukup tinggi pada pasien stroke (Lyle R, 1981)
Validitas menunjukkan korelasi yang signifikan dalam perkembangan pasien stroke (Crow J, 1989)
Keunggulan dan kelemahan :
- Mampu mencakup penilaian gerak tangan yang cukup luas
- Alat yang dibutuhkan tergolong non standar

b. Purdue Peg Board test


Tipe pengukuran : evaluasi fungsi lengan-tangan (deksteritas; ketrampilan)
Alat yang dibutuhkan: pin, mur-baut, papan berlobang-lobang berjajar 2 masing-0masing ada 25
lobang
Waktu tes : 5 menit
Prosedur tes: Ada 4 macam subtes yaitu :
1. Dalam 30 detik, pasien harus memasukkan pin ke lobang sebanyak mungkin dengan tangan
terpilih (skor = jumlah pin yang mampu dimasukkan ke lobang)
2. Dalam 30 detik, pasien harus memasukkan pin ke lobang sebanyak mungkin dengan tangan
tak terpilih (skor = jumlah pin yang mampu dimasukkan ke lobang)
3. Dalam 30 detik, pasien harus memasukkan pin ke lobang sebanyak mungkin dengan
menggunakan kedua tangan secara bergantian (skor = jumlah pasangan pin mampu
dimasukkan)
4. Dalam 60 detik, dengan menggunakan kedua tangan bergantian mampu menyusun pin, mur-
baut (skor jumlah pin, mur-baut yang tersusun sempurna)
Skor normal pada sample 35 orang sehat usia 60-89 tahun
1. 13.0
2. 12,4
3. 10,2
4. 28,3
Reliabilitas retes ICC 0,66-0,90 pada subyek orang tua sehat (Desrosiers J, 1995)
Validitas bagus sebagai salah satu tes untuk penderita Parkinson (Baas H, 1993)
Keunggulan dan kelemahan: tes ini cepat dan sederhana, tetapi fungsi yang dievaluasi terbatas.
PEMERIKSAAN GLOBAL

Pemeriksaan global (global measure) disebut juga pemeriksaan fungsional (functional assessment)
atau pemeriksaan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL evaluation). Tes ini sering dilakukan oleh
OT, tapi dilakukan juga oleh dokter, perawat atau fisioterapis atau oleh team rehabilitasi bersama-
sama, untuk menilai tingkat ketergantungan atau kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
Ini menjadi penting karena tujuan akhir dari rehabililtasi (misalnya stroke) adalah pasien bisa
melakukan AKS-nya, jadi merupakan komponen yang vital terutama dalam "discharge planning"
dari unit rehabilitasi.

Pemeriksaan global yang lazim dipakai diantaranya adalah :

a. Indeks Barthel
Tipe pengukuran : Mengukur kemampuan aktivitas fungsional
Alat yang dibutuhkan: Tidak dibutuhkan peralatan khusus
Waktu tes: 20 menit
Prosedur tes
1. Pemeliharaan kesehatan diri 0-5
2. Mandi 0-5
3. Makan 0 - 10
4. Toilet (BAK & BAB) 0 - 10
5. Naik/turun tangga (trap) 0 - 10
6. Berpakaian 0 - 10
7. Kontrol BAB 0 - 10
8. Kontrol BAK 0 - 10
9. Ambulasi 0 - 15
Kursi roda 0 - 5 (bila pasien ambulasi dengan kursi roda)
10. Transfer kursi/bed 0 - 15
Skor normal 100
Reliabilitas retes tinggi untuk pasien stroke (Shah S, 1989)
Validitas menunjukkan korelasi saat masuk dan keluar RS pada penderita stroke (Shah S, 1989)
Keunggulan dan kelemahan :
- sangat lazim dipakai (meski versinya banyak)
- dipakai secara luas oleh berbagai disiplin ilmu
- nilai kadang tidak menggambarkan kemampuan riil (skor tinggi tapi mempunyai disabilitas atau
handicap sedang)

b. Functional Independent Measure (FIM)


Tipe pengukuran: aktivitas fungsional, FIM sering dipakai sebagai patokan pengukuran di dunia
rehabilitasi dan alat evaluasi efektivitas dan efisiensi program
Alat yang dibutuhkan : tidak diperlukan alat khusus (observasi)
Komponen tes: ada 6 sub tes terdiri dari 18 jenis tes, masing-masing berskala 1-7 (atau 1-4)
Prosedur tes
Pasien dinilai saat melakukan aktivitas di bawah ini:
1. Perawatan diri
- makan
- berdandan
- mandi
- berpakaian (tubuh atas)
- berpakaian (tubuh bawah)
- toileting
2. Kontrol sfingter
- kontrol BAK
- kontrol BAB
3. Mobilitas
- transfer (bed/kursi/kursi roda)
- transfer (toilet)
- transfer (bak/tub/shower)
4. Lokomosi
- jalan atau memakai kursi roda
- naik-turun trap
5. Komunikasi
- komprehensif
- ekspresi
6. Kognisi sosial
- interaksi sosial
- pemecahan masalah
- memori
Skor normal 126 (skala 1-7) atau 72 (skala 1-4)
Validitas dan reliabilitas dilaporkan cukup tinggi (Carr & Shepherd , 1998)
Keunggulan dan kelemahan hampir sama dengan pemeriksaan fungsional lainnya dan harus
memiliki definisi operasional yang jelas untuk tiap-tiap komponen tes dan standar nilainya.

b. Indeks Katz
Tipe pengukuran: aktivitas fungsional
Alat yang dibutuhkan : tidak diperlukan alat khusus (observasi)
Komponen tes: ada 6 sub tes, masing-masing digolongkan sebagai mandiri tergantung
Dengan penggolongan nilai total, A - G.
Prosedur tes
Pasien dinilai saat melakukan aktivitas di bawah ini:
1. Mandi
2. Berpakaian
3. Toileting
4. Transfer
5. Kontrol BAK dan BAB
6. Makan
Penilaian
A. Mandiri
B. Mandiri, kecuali 1 fungsi
C. Mandiri, kecuali mandi dan 1 fungsi lain
D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan 1 fungsi lain
E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, toileting dan 1 fungsi lain
F. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, toileting, transfer dan 1 fungsi lain
G. Tergantung
Skor normal A (mandiri)
Reliabilitas dan validitas dilaporkan bagus dan berkorelasi secara signifikan dengan tes fungsional
lainnya.
Keunggulan dan kelemahan hampir sama dengan tes fungsional lainnya, hanya untuk indeks Katz
dinyatakan kurang sensitif.
Pemeriksaan Tonus: Skala Ashworth yang dimodifikasi

0 Tidak ada peningkatan tonus otot


1 Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan terasanya tahanan minimal (catch and
release) pada akhir ROM pada waktu sendi digerakkan fleksi atau ekstensi
2 Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan adanya pemberhentian gerakan (catch) dan
diikuti dengan adanya tahanan minimal sepanjang sisa ROM, tetapi secara umum sendi tetap
mudah digerakkan
3 Peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjang sebagian besar ROM, tapi sendi masih mudah
digerakkan
4 Peningkatan tonus otot sangat nyata, gerak pasif sulit dilakukan
5 Sendi atau ekstremitas kaku/rigid pada gerakan fleksi atau ekstensi

Pemeriksaan Mental Status

1. Berapa umur Anda saat ini? (+/- 1 tahun)


2. Jam berapakah saat ini? (+/- 1 jam)
3. Tahun berapakah saat ini?
4. Apakah nama tempat ini?
Harap diingat alamat ini
Jl. Kutilang nomor 42
5. Kapan Anda berulang tahun? (tanggal dan bulan)
6. Kapan perang dunia II dimulai?
7. Siapakah nama Presiden Republik Indonesia?
8. Dapatkah Anda mengenali…………dua orang?
9. Hitunglah dari 20 sampai 1
10. Dapatkah Anda mengingat alamat yang saya berikan tadi? Sebutkan.

Skor 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah
Skor maksimal 10.

Anda mungkin juga menyukai