Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam perjalanan sejarah manusia, pemikiran filosofis senantiasa berkembang. Hal itu
dikarenakan pemikiran merupakan hal yang paling mendasar dalam kehidupan manusia, bahkan
merupakan ciri khas manusia. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari anugerah akal yang
dimiliki oleh manusia. Pemikiran filosofis memungkinkan kelahiran filsafat sebagai induk dari
semua ilmu. Di antara corak pemikiran manusia adalah pengetahuan tentang wujud, awal
bermulanya hingga akhirnya. Oleh karena itu, buah pemikiran dari manusia melahirkan berbagai
macam aliran dalam filsafat yakni, aliran empirisme, rasionalisme, idealisme, pragmatisme,
eksistensialisme, positivisme, vitalisme, strukturalisme, post-strukturalisme dan lain-lain.
Selain itu, permasalahan yang menjadi objek kajian (pembahasan) dalam filsafat
mengalami perkembangan yang signifikan. Filsafat tidak hanya berhenti pada permasalahan
wujud, tetapi juga merambah pada pembahasan berkenaan dengan ilmu. Selain itu, filsafat juga
menyentuh tataran praktis, terutama berkaitan dengan moral. Perkembangan tersebut merupakan
implikasi logis dari perkembangan pola pikir manusia itu sendiri. Hal tersebut tidak lain
merupakan upaya untuk menemukan “kebenaran”.
Pencarian terhadap kebenaran seiring dengan tujuan dari filsafat itu sendiri, yakni untuk
mencari kebenaran yang hakiki. Dengan kata lain, mengetahui segala sesuatu yang ada
sebagaimana adanya (problem ontologis). Kemudian, timbul pertanyaan setelah mencari “Apa
itu kebenaran?” yaitu “Bagaimana kita bisa mendapatkan pengetahuan yang hakiki itu atau
sesuatu yang ada sebagaimana adanya kebenaran?” Persoalan ini merupakan problem
epistemologis.
Selanjutnya, setelah kita mengetahui kebenaran dan cara untuk mendapatkannya, muncul
pertanyaan untuk apa pengetahuan tersebut. Dengan kata lain, pemikiran selanjutnya berkaitan
dengan pengaplikasian ilmu yang telah didapatkan pada tataran praktis. Ini disebut dengan
problem aksiologis, artinya apakah ilmu pengetahuan yang didapat itu bisa diterapkan untuk
kepentingan manusia atau justru sebaliknya, terutama kaitannya dengan moralitas. Singkatnya,
wilayah ontologi bertanya tentang “apa” wilayah epistemologi bertanya tentang “bagaimana”
sedangkan, wilayah aksiologi bertanya tentang “untuk apa”.
Filsafat adalah metode yang mengatur bagaimana kita bijak dalam menggunakan sebuah ilmu.
Menurut Henderson dalam Sadulloh, filsafat diartikan sebagai suatu pandangan kritis yang
sangat mendalam sampai ke akar-akarnya mengenai segala sesuatu yang ada. Maka filsafat
mengajarkan dan memberikan pengertian bahwa dalam penggunaan sebuah ilmu haruslah

diiringi dengan kebijaksanaan. Menurut Sardar ilmu atau sains adalah cara mempelajari
alam secara obyektif dan sistematik serta ilmu merupakan suatu aktifitas manusia.
Ilmu merupakan akumulasi dari pengetahuan yang dibalut dengan sedemikian rupa
sampai terbentuknya menjadi ilmu. Maka bisa dikatakan bahwa pengetahuan bukan berarti ilmu,
tapi ilmu merupakan sebuah pengetahuan. Garapan dalam kefilsafatan keilmuan, dibagi ke dalam
beberapa komponen bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi. Ilmu yang
mempelajari proses, kegiatan dan dinamika kerja sama manusia disebut Ilmu Administrasi. Kerja
sama merupakan gejala yang universal sifatnya, dan sudah ada sejak zaman primitif sampai
zaman modern sekarang ini.
Kerja sama juga merupakan satu gejala yang dapat ditemui dalam semua bidang
kehidupan, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, keagamaan, pemerintahan,
maupun dalam bidang hiburan. Dilihat dari sifat dan kepentingannya, kegiatan kerja sama dapat
dibagi dua, yakni kegiatan yang bersifat privat dan kegiatan yang bersifat publik. Karena itu ilmu
yang mempelajarinya, yakni ilmu administrasi, mempunyai dua cabang pula, ilmu administrasi
privat dan ilmu administrasi publik.
Yang dimaksud dengan ilmu administrasi publik adalah ilmu yang mempelajari kegiatan
kerja sama dalam institusi atau organisasi yang bersifat publik. Sebagai cabang ilmu
administrasi, administrasi publik menggunakan semua teori, konsep, dan analisis yang berlaku
dalam ilmu administrasi.
Kerja sama merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Hasil yang diperoleh dari kerja sama tersebut akan lebih besar, lebih banyak, lebih baik dan lebih
efektif dibandingkan jika pekerjaan dilakukan sendiri-sendiri. Dengan kata lain, banyak kegiatan
yang tidak berhasil tanpa kerja sama, misalnya untuk memindahkan almari yang berat, kita
memerlukan kerja sama dengan orang lain. Tanpa kerja sama, almari tidak dapat dipindahkan.
Begitu pula halnya dengan organisasi. Organisasi tidak akan berhasil mencapai tujuan dan
sasarannya jika orang-orang yang menjadi anggota organisasi tidak saling bekerja sama. Jadi
ukuran keberhasilan kerja sama adalah tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan.
Dengan menggunakan contoh di atas, diletakkannya almari di tempat yang telah ditentukan,
menunjukkan bahwa kerja sama yang dilakukan berhasil dengan baik.
Pada saat yang sama administrasi publik juga memanfaatkan teori dan konsep yang
berlaku dalam beberapa cabang dari ilmu sosial, seperti ilmu politik, ekonomi, psikologi,
antropologi budaya, dan sosiologi. Menyadari bahwa persoalan-persoalan publik makin lama
makin kompleks, terutama dalam era globalisasi, maka diperlukan penguasaan atas pengetahuan
ilmiah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan fungsi dan proses yang berlangsung dalam
institusi atau organisasi publik. Harapannya adalah bahwa dalam bidang administrasi publik
berkembang wawasan yang lebih luas dan tersedia landasan yang lebih berguna bagi tercapainya
tujuan organisasi publik secara lebih efisien dan efektif.
Ontologi diartikan tentang bagaimana mencari hakikat kebenaran dan kenyataan dalam
keilmuan mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita
cari.Ontologi merupakan apa yang akan dikaji dalam ilmu pengetahuan atau hakikat apa yang
dikaji. Apa di sini adalah mengenai objek dari suatu peristiwa.
Dalam pembahasannya, ada metafisika yang membahas mengenai basic atau hal yang dasar.
Faktor panca indera akan sangat berperan dalam mengkaji objek-objek dalam kehidupan. Panca
indera akan membantu mengkaji mengenai teori keberadaan, dimana sesuatu yang ada pasti
nyata dan ada. Ada dua tafsiran utama tentang metafisika, yaitu mengenai pemikiran

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan fungsi dan proses yang berlangsung dalam
institusi atau organisasi publik. Harapannya adalah bahwa dalam bidang administrasi publik
berkembang wawasan yang lebih luas dan tersedia landasan yang lebih berguna bagi tercapainya
tujuan organisasi publik secara lebih efisien dan efektif.
Ontologi diartikan tentang bagaimana mencari hakikat kebenaran dan kenyataan dalam
keilmuan mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita
cari.Ontologi merupakan apa yang akan dikaji dalam ilmu pengetahuan atau hakikat apa yang
dikaji. Apa di sini adalah mengenai objek dari suatu peristiwa.
Dalam pembahasannya, ada metafisika yang membahas mengenai basic atau hal yang
dasar. Faktor panca indera akan sangat berperan dalam mengkaji objek-objek dalam kehidupan.
Panca indera akan membantu mengkaji mengenai teori keberadaan, dimana sesuatu yang ada
pasti nyata dan ada. Ada dua tafsiran utama tentang metafisika, yaitu mengenai pemikiran
supernaturalisme dan naturalisme. Supernaturalisme berarti ada kekuatan yang lebih tinggi
dibandingkan kekuatan manusia yang ada pada dunia nyata. Dalam kehidupan, ada semacam
wujud gaib yang berupa roh yang menjadi kepercayaan.
Kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernaturalisme adalah animisme, dimana terdapat
kepercayaan terhadap roh nenek moyang manusia. Ada juga tempat-tempat yang dianggap
keramat, seperti pohon, jalan, dan air terjun. Sementara itu,

pemikiran yang merupakan lawan dari supernaturalisme adalah pemikiran naturalisme,


dimana orang beranggapan bahwa semua yang ada di alam ini terjadi dengan sendirinya yang
merupakan proses di alam nyata.
Aliran yang mengikuti pemikiran naturalisme ini adalah materialisme. Materialisme
memandang segala sesuatu itu berdasarkan wujud bahwa sesuatu itu dianggap ada jika
mempunyai wujud. Adanya asumsi memungkinkan manusia untuk mengeluakan berbagai
kemungkinan-kemungkinan untuk menjawab persoalan. Persoalan yang ada akan digunakan
sebagai cara untuk memperoleh kesimpulan yang akan menjadi pengetahuan. Dalam
menyelesaikan suatu permasalahan diperlukan adanya hukum, dimana hukum ini akan menjadi
semacam aturan main agar bisa digunakan unuk menjadi pengatur dalam proses pemecahan
masalah.
Di dalam suatu asumsi biasanya terdapat pembatasan-pembatasan mengenai beberapa hal
yang menjadi inti kajian. Sebagai contoh ilmu fisika mengasumsikan bahwa halhal yang
dipelajari adalah mengenai keaadan fisik dan perhitungan di dalam alam semesta. Sedangkan
sosiologi membatasi bahasannya pada perilaku dan tindakan masyarakat di dalam kehidupan.
Di dalam kehidupan, sifat ilmu tidak akan selamanya mutlak. Ketika ada suatu
permasalahan, ilmu akan memunculkan beberapa kemungkinankemungkinan jawaban.
Kemungkinan-kemungkinan inilah yang dinamakan probababilitas. Ada peluang untuk
menyelesaikan permasalahan dengan alternatif jawaban yang lebih dari satu
Hakim dan Saebani menyebutkan bahwa ontologi adalah teori hakikat yang
mempertanyakan setiap eksistensi, yang dimana berperan sebagai basis pondasi bangunan dasar
bagi keilmuan.Tiga problem filosofis inilah —ontologi, epistemologi dan aksiologi— yang
hingga kini masih menimbulkan perdebatan. Hal itu dikarenakan masing-masing aliran filsafat
memiliki sudut pandang tersendiri berkaitan dengan ketiga hal tersebut. Oleh karena itu,
pembahasan mengenai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi merupakan pembahasan penting
dalam dunia Filsafat. Kelompok kami akan mencoba membahas hal tersebut dalam makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai