Anda di halaman 1dari 4

1. Apa itu filsafat?

Filsafat pertama-tama adalah sikap: sikap mempertanyakan, sikap bertanya, yaitu


mempertanyakan segala sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah sebuah metode, yaitu
cara, kecenderungan, sikap bertanya tentang segala sesuatu. Termasuk dengan
mempertanyaka “Apa itu filsafat?” kita sesungguhnya telah berfilsafat. Filsafat dianggap
sebagai sesuatu yang bermula dari sebuah pertanyaan dan berakhir dengan pertanyaan.
Filsafat adalah sebuah sistem pemikiran atau cara berpikir yang terbuka untuk
dipertanyakan dan dipersoalkan kembali. Filsafat – dan ilmu pengetahuan pada umumnya –
tidak menerima kebenaran apapun sebagai sesuatu yang telah selesai. Akan selalu ada
upaya, sebuah proses, sebuah pencarian, quest, sebuah perburuan tanpa henti akan
kebenaran.

Secara etimologis filsafat berarti cinta kebenaran. Dari kata philo yang berarti cinta,
dan sophia yang berarti kebenaran. Dengan sikap mencintai kebenaran ini, maka filsafat
terus berusaha mencari kebenaran yang sesungguhnya. Dengan sikap mencintai ini, di satu
pihak selalu ingin menggenggam dan dekat dengan kebenaran. Namun di pihak lain
sekaligus juga ada kecenderungan untuk mempersoalkan kembali kebenaran itu. Dalam
filsafat dan ilmu pengetahuan, sikap ini muncul dalam suatu sikap kritis yang ingin
meragukan terus kebenaran yang telah ditemukan.

Dapat kita pahami dua hal dari filsafat. Pertama, filsafat dipahami sebagai upaya,
proses, metode, cara, dambaan, untuk terus mencari kebenaran. Dambaan ini muncul
dalam sikap kritis yang selalu mempersoalkan apa saja untuk sampai pada kebenaran yang
paling akhir, yang paling mendalam.

Kedua, filsafat dilihat sebagai upaya untuk memahami konsep atau ide-ide. Dengan
bertanya orang lalu berpikir tentang apa yang dipertanyakan. Dengan bertanya orang
berusaha menemukan jawaban  atas apa yang dipertanyakan. Maka, muncul idea tau
konsep tertentu yang dapat menjawab pertanyaan tadi. Karena filsafat adalah sebuah sikap
yang terus mencari kebenaran, maka akan terjadi proses mempertanyakan konsep atau ide
yang diajukan atas sebuah pertanyaan, dan terus berulang hingga sampai pada jawaban
yang paling final, yang paling mendasar, dianggap paling benar. Tetapi, jawaban yang
paling akhir dan yang paling benar itu tidak pernah ditemukan. Sehingga proses bertaya itu
akan terus menerus berulang sebagaimana hakikat dari filsafat itu sendiri.

Filsafat mengajak kita untuk mempertanyakan, mempersoalkan, mengkaji, dan


mendalami hidup ini dalam segala aspeknya. Sebagaimana dikatan Sokrates, “Hidup yang
tidak dikaji tidak layak dihidupi.” perbedaan sikap bertanya dalam filsafat dengan sikap
bertanya dalm semua ilmu lainnya yaitu, dalam filsafat kita mempertanyakan apa saja dari
berbagai sudut, khususnya dari sudut yang paling umum dan mendasar menyangkut
hakikat, init, pengertian paling dasar. Sedangkan dalam ilmu pengetahuan, yang
dipertanyakan hanya satu saja kenyataan yang digeluti oleh ilmu itu dan dipertanyakan dari
sudut pandang ilmu yang bersangkutan.

Dibutuhkan orang khusus yang belajar filsafat, karena memang telah hilang
kecenderungan berfilsafat dalam diri manusia diakibatkan oleh pembiasaan akan apa yang
ada semenjak kecil. Kemudian dalam rangka itulah filsafat tidak lagi sebuah skap belaka,
melainkan telah menjadi sebuah ilmu khusus yang perlu dipelajari.
Secara umum filsafat dibedakan menjadi lima cabang, yaitu
1) Metafisika, ilmu tentang yang ada sebagai ada (berbicara mengenai realitas
sebagaimana adanya).
2) Epistemologi, filsafat ilmu pengetahuan
3) Etika, filsafat moral yang berbicara mengenai baik buruknya perilaku mnausia.
4) Logika, berbicara mengenai bagaimana berpikir secara tepat
5) Estetika, filsafat seni yang berbicara tentang keindahan.

2. Fenomenologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan

Secara metodologis, dalam gejala terbentuknya pengetahuan manusia, dapat dibedakan


antara dua kutub berbeda dari gejala pengetahuan manusia itu, yaitu antara subjek dan
objek. Supaya bisa terjadi pengetahuan, subjek harus terarah atau mengarahkan diri
kepada objek untuk mengenal dan mengetahuinya sebagaimana adanya, dan objek harus
terbuka dan terarah kepada subjek untuk dikenal sebagaimana adanya. Pengetahuan
adalah peristiwa yang terjadi dalam diri manusia. Maka, manusia sebagai subjek
pengetahuan memegang peranan penting. Keterarahan manusia terhadap objek jadinya
merupakan faktor yang sangat menentukan bagi munculnya pengetahuan manusia.

Berkat unsur jasmaninya manusa mampu menagkap objek yang ada di sekitarnya
karena tubuh manusia adalah bagian dari realitas alam semesta ini. Maka pengetahuan
manusia dianggap bersifat temporal, konkret, jasmai-indrawi. Dengan bantuan jiwa atau
akal budinya, manusia mampu mengangkat pengetahuan ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu
ke tingkat abstrak dank arena itu universal. Melalui kemampuan akal budi untuk
mengadakan perbandingan, untuk membuat abstraksi, melakukan refleksi, menggali lebih
jauh dan lebih mendalam daripada apa yang diketahuinya secara indrawi-jasmani.
Pengetahuan manusia tidak hanya berkaitan dengan objek konkret khusus yang dikenalnya
melalui pengamatan indranya, melainkan juga melalui itu dimungkinkan untuk sampai pada
pengetahuan abstrak tentang berbagai objek lain yang secara teoritis dapat dijangkau oleh
akal budi manusia.

Pengetahuan manusia yang bersifat abstrak umum dan universal memungkinkan untuk
dirumuskan dan dikomunikasikan dalam bahasa yang bersifat umum dan unviversal untuk
bisa dipahami oleh sapa saja dari waktu dan tempat mana saja. Dengan kesadarannya
manusia melakukan refleksi terhadap apa yang diketahuinya. Sehingga, pengetahuan yang
semula bersifat langsung dan spontan kemudian diaur dan dibakukan secara sistematis
sedemikian rupa sehingga isinya dapat dipertaggungjawabkan, atau dapat dikritik dan
dibela. Dengan inilah lahir apa yang kita kenal sebagai ilmu pengetahuan.

3. Filsafat pengetahuan dan filsafat ilmu pengetahuan

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman


yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk mausia dan kehidupannya.
Sedangkan ilmu pengetahuan adalah, keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah
dibakukan secara sistematis. Pengetahuan bersifat lebih spontan, sedangkan ilmu
pengetahuan bersifat lebih sistematis da reflektif. Pengetahuan jauh lebih luas dari ilmu
pengetahuan karen amencakup segala sesuatu yang diketahui manusia. Pengetahuan
mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu. Juga,
mencakup praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup
yang belum dibakukan secara sistematis dan metodis.
Dengan perbedaan ini, maka tidak hanya ada filsafat ilmu pengetahuan, melainkan juga
ada filsafat pengetahuan. Filsafat pengetahuan berkaitan dengan upaya mengkaji segala
sesuatu yang berkaitan dengan pengetahuan manusia pada umumnya, terutama
menyagkut gejala pengetahuan dan sumber pengetahuan manusia. Contohnya, tentang
bagaimana manusa bisa tahu? Apakah manusia bisa sampai pada pengetahuan yang
bersifat pasti? Apakah pengetahuan yang pasti itu mungkin?

Filsafat ilmu pengetahuan adalah cabang filsafat yang mempersoalkan dan mengkaji
segala persoalan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Contohnya, apa itu kebenaran?
Apa metode ilmu pengetahuan itu? Manakah metode yang paling bisa diandalkan? Ilmu
pengetahuan dilihat sebagai upaya untuk menjelaskan hubungan antara berbagai hal dan
peristiwa dalam alam sesmesta ini secara sistematis dan rasonal. Maka ilmu pengetahuan
dipahami sebagai upaya untuk mencari dan menjelaskan secara sistematis dan masuk akal
sebab dan akibat dari berbagai peristiwa di alam semesta ini. Melalui ilmu pengetahuan,
berbagai peristiwa alam semesta lalu dijelaskan secara lain dalam kerangka teori atau
hokum ilmiah yang lebih masuk akal, dan lebih bisa dibuktikan dengan berbagai perangkat
metodis yang berkembang kemudian sejalan dengan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan itu sendiri.

4. Fokus filsafat ilmu pengetahuan

Fokus filsafat ilmu pengetahuan adalah masalah metode ilmu pengetahuan. Metode-
metode ilmu pengetahuan aalah metode-metode yang logis karena ilmu pengetahuan
mempraktekan logika. Namun selain logika, temuan-temuan dalam ilmu pengetahuan
dimungkinkan oleh keterbukaan budi manusia pada realitas yang disebut imajinasi. Filsafat
ilmu pengetahuan membuka pikiran kita untuk mempelajari dnegan serius proses logis dan
imajinatif dalam cara kerja ilmu pengetahuan.

Kemudian filsafat ilmu pengetahuan juga mengarah kepada pembicaraan mengenai


hubungan antara ilmu pengetahuan dan masyarakat. Implikasi sosial dan etis dari ilmu
pengetahuan dengan life-world. Antara ilmu pengetahuan dan politik, bagaimana harus
membangun ilmu pengetahuan dalam amsyarakat, dan masalah moral berupa apakah ilmu
pengetahuan bebas nilai atau tidak.

5. Manfaat belajar filsafat ilmu pengetahuan

Pertama, membantu mahasiswa untuk lebih kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa
diajak untuk kembali menjadi filsuf dengan tetap kritis terhadap berbagai macam teori da
pengetahuan ilmiah yang diperolehnya. Kuliah ini berguna bagi calon ilmuwan dengan
memperkenalkan mereka dengan metode ilmu pengetahuan yang sangat berguna dalam
mencari ilmu pengetahuan, khususnya dalam melakukan penelitian ilmiah. Diharapkan
mahasiswa dapat dibantu untuk mengembangkan kemampuan analisis ilmiahnya dengan
menggunakan metode ilmiah tertentu. Dan diharapkan pula mahasiswa selalu peka dan
tanggap terhadao berbagai persoalan di sekitarnya. Berkaitan dengan itu, kemampuan
ilmiah yang perlu dimiliki oleh seorang ilmuwan yaitu:
a) Mampu melihat sebuah peristiwa (fakta, data, informasi, tindakan, dll) sebagai sebuah
masalah ilmiah
b) Mampu menbuat analisis atas peristiwa tersebut dan kemudian member penjelasan
atas peristiwa itu dalam hubungan sebab-akibat dengan peristiwa lainnya
c) Mampu mengajukan pemecahan atas peristiwa yang menjadi masalah tersebut
d) Mampu membuat prediksi atau ramalan tentang berbagai kemungkinan yang akan
timbul berkaitan dengan peristiwa tersebut serta solusi yang telah diajukan.

Manfaat ketiga, yaitu untuk membantu kerja mahasiswa tersebut kelak di kemudian hari.
Karena setiap pekerjaan membutuhkan ilmu pengetahuan demi memecahkan berbagai
persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut secara lebih rasonal, tuntas, dan
memuaskan. Seorang professional dalam bidang pekerjaannya membutuhkan kemampuan
untuk melihat masalah: di mana masalahnya, seberapa masalahnya, apa dampaknya, dan
bagaimana mengatasinya.

Keempat, ilmu pengetahuan tidak hanya bersifat purita-elitis, melainkan juga pragmatis.
Artinya, ilmu pengetahuan tidak hanya sekedar memuaskan rasa ingin tahu manusia, tetapi
juga bermaksud membantu manusia untuk memcahkan berbagai persoalan yang dihadapi
manusa dalam hidupnya.

Fokus pembicaraan dalam buku ini adalah masalah metode ilmu pengetahuan, hubungan
antara ilmu pengetahuan dan masyarakat, antara ilmu pengetahuan dan life-world, antara ilmu
pengetahuan dan politik. Dibahas juga bagaimana harus membangun ilmu pengetahuan dalam
masyarakat serta apakah ilmu pengetahuan bebas nilai atau tidak. Harapannya, buku ini
menjadi sarana agar orang semakin kritis dalam sikap ilmiahnya:sikap tidak mudah percaya,
sikap tidak mau menerima begitu saja berbagai teori, pendapat, atau pandangan dari mana
saja, termasuk pandangan dan pendapatnya sendiri. atauSelain berguna bagi calon ilmuwan
yang hendak melakukan penelitian ilmiah, buku ini juga bermanfaat bagi siapa saja yang ingin
(a) mampu melihat suatu fakta atau peristiwa sebagai sebuah masalah ilmiah (b) mampu
membuat analisis atas peristiwa tersebut dan kemudian memberi penjelasan atasnya dalam
hubungan sebab-akibat dengan peristiwa lainnya (c) mampu mengajukan pemecahan atas atas
peristiwa yang menjadi masalah tersebut (d) mampu membuat prediksi atau ramalan tentang
berbagai kemungkinan yang akan timbul berkaitan dengan peristiwa tersebut serta solusi yang
telah diajukan. Ini sebuah kemampuan yang perlu dilatih terus menerus.

Anda mungkin juga menyukai