Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Kedudukan Filsafat Ilmu Dan Sejarah Perkembangannya

Mata Kuliah
Filsafat Ilmu
Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan
Universitas Sebelas Maret

Oleh :
Yogi Pinilih : S812208015
Muhamad Faisal Aulia N : S812208010
Aladin : S812208001
BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang

Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran.


Manusia tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan
mencari kebenaran yang sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan
jawaban. Namun setiap jawaban-jawaban tersebut juga selalu memuaskan manusia. Ia
harus mengujinya dengan metode tertentu untuk mengukur apakah yang dimaksud
disini bukanlah kebenaran yang bersifat semu, tetapi kebenaran yang bersifat ilmiah
yaitu kebenaran yang bisa diukur dengan cara-cara ilmiah.

Perkembangan pengetahuan yang semakin pesat sekarang ini, tidaklah


menjadikan manusia berhenti untuk mencari kebenaran. Justru sebaliknya, semakin
menggiatkan manusia untuk terus mencari dan mencari kebenaran yang berlandaskan
teori-teori yang sudah ada sebelumnya untuk menguji sesuatu teori baru atau
menggugurkan teori sebelumnya. Sehingga manusia sekarang lebih giat lagi
melakukan penelitian-penelitian yang bersifat ilmiah untuk mencari solusi dari setiap
permasalahan yang dihadapinya. Karena itu bersifat statis, tidak kaku, artinya ia tidak
akan berhenti pada satu titik, tapi akan terus berlangsung seiring dengan waktu
manusia dalam memenuhi rasa keingintahuannya terhadap dunia.

Untuk itulah setiap manusia harus dapat berfikir filosofis dalam menghadapi
segala realitas kehidupan ini yang menjadkan filsafat harus dipelajari. Filsafat
merupakan sebuah disiplin ilmu yang terkait dengan perihal kebijaksanaan.
Kebijaksanaan merupakan titik ideal dalam kehidupan manusia, karena ia dapat
menjadikan manusia untuk bersikap dan bertindak atas dasar pertimbangan
kemanusiaan yang tinggi (actus humanus), bukan asal bertindak sabagaimana yang
biasa dilakukan manusia (actus homoni). Kebijaksanaan tidaklah dapat dicapai
dengan jalan biasa, ia memerlukan langkah-langkah tertenu, khusus, istimewa.
Beberapa langkah menuju kea rah kebijaksanaan itu antara lain: 1) membiasakan diri
untuk bersikap kritis terhadap kepercayaan dan sikap yang selama ini sangat kita 2
junjung tinggi, 2) Berusaha untuk memadukan (sintesis) hasil bermacam-macam sains
dan pengalaman kemanusian, sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang
alam semesta beserta isinya, 3) mempelajari dan mencermati jalan pemikiran para
filsuf dan meletakkannya sebagai pisau analisis untuk memecahkan masalah
kehidupan yang berkembang dalam kehidupan konkrit, sejauh pemikiran itu memang
relevan dengan situasi yang kita hadapi, 4) menelusuri hikmah yang terkandung
dalam ajaran agama, sebab agama merupakan sumber kebijaksanaan hidup manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah definisi dari filsafat ?
2. Bagaimanakah kedudukan filsafat terhadap ilmu ?
3. Bagaimanakah sejarah perkembangan filsafat ?
BAB II

Pembahasan

A. Definisi Filsafat

Manusia memiliki sifat ingin tahu terhadap segala sesuatu, sesuatu yang diketahui
manusia tersebut disebut pengetahuan. Pengetahuan dibedakan menjadi 4 (empat) ,yaitu
pengetahuan indra, pengetahuan ilmiah, pengetahuan filsafat, pengetahuan agama. Istilah
“pengetahuan” (knowledge) tidak sama dengan “ilmu pengetahuan”(science).Pengetahuan
seorang manusia dapat berasal dari pengalamannya atau dapat juga berasal dari orang lain
sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang memiliki obyek, metode, dan sistematika tertentu
serta ilmu juga bersifat universal.

Istilah “filsafat” ini sebenarnya berasal dari Bahasa Yunani, yakni “philosophia”, yang
mana merupakan gabungan dari kata “philo” dan “sophia”. Philo berarti ‘cinta dalam arti
yang luas’, sementara sophia berarti ‘kebijakan atau pandai’. Jadi, dapat disebut bahwa
filsafat ini adalah keinginan untuk mencapai cita pada kebijakan. Filsafat tidak menyelidiki
salah satu segi dari kenyataan saja, melainkan hal yang menarik perhatian manusia anggapan
ini diperkuat bahwa sejak abad ke 20 filsafat masih sibuk dengan masalah-masalah yang
sama seperti yang sudah dipersoalkan 2.500 tahun yang lalu yang justru membuktikan bahwa
filsafat tetap setia pada “metodenya sendiri”. Perbedaan filsafat dengan ilmu-ilmu yang lain
adalah ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang metodis, sistematis, dan koheren tentang
suatu bidang tertentu dari kenyataan, sedangkan filsafat adalah pengetahuan yang metodis,
sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan.

Secara sederhana Filsafat dan Ilmu dapat didefinisikan sebagai berikut:

 Filsafat adalah suatu kajian yang mendalam mengenai pengertian, asas, metode dan
kesimpulan dari suatu ilmu dengan maksud untuk mengkoordinasikannya dengan
ilmu-ilmu lainnya. Berdasarkan fungsinya yaitu fungsi analitis: usaha filsafat untuk
menjelaskan dan mengkaji metode, hukum, prosedur dan kaidah-kaidah semua
kegiatan teoritis termasuk penelitian serta fungsi sintesis: usaha filsafat untuk
membuat dugaan-dugaan yang rasional dengan melampaui batas fakta-fakta ilmiah
untuk menyatukan semua pengalaman manusia dalam suatu keseluruhan yang bersifat
komprehensif dan bermakna.
 Filsafat ilmu adalah Pengetahuan yang membahas dasar-dasar ujud keilmuan atau
telaah kefilsafatan yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu
seperti: (1). Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud hakiki obyek tersebut?
Bagaimana hubungan antara obyek tadi dan daya tangkap manusia (seperti berpikir,
merasa dan mengindra) yang membuahkan Pengetahuan? (2). Bagaimana proses yang
memungkinkan ditimbanya Pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan Pengetahuan yang benar?
Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa
yang membantu kita mendapatkan Pengetahuan yang berupa ilmu? (3). Untuk apa
Pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara
penggunaan tersebut dan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang
ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana hubungan antara teknik
prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dan norma-norma
moral/profesional?
 Ilmu Filsafat adalah Sebuah kajian yang mendalam mengenai filsafat sebagai sebuah
ilmu dari berbagai sudut pandang: obyek apa yang dipelajari, ruang lingkup Filsafat
tersebut sebagai sebuah ilmu, berbagai masalah apa yang dibahas didalamnya dan
bagaimanakah cara pemecahan masalah-masalah yang ada.

a. Definisi Filsafat Menurut Ahli

 Immanuel Kant
Filsafat adalah dasar dari seluruh ilmu pengetahuan yang meliputi banyak hal. Mulai
dari meliputi isu epistemology atau yang lebih familier dengan sebutan filsafat
pengetahuan dan berperan untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang manusia
pahami.
 Rene Descartes
Makna filsafat diartikan rene Descartes lebih religius, karena filsafat adalah kumpulan
seluruh pengetahuan Allah. Kemudian manusia dan alamlah yang menjadi pokok
penyelidikan untuk menemukan jawaban dan ilmu-ilmu baru.
 Langeveld
filsafat adalah ilmu tentang masalah dan menentukan, yaitu masalah makna
keabadian, makna eksistensi dan ketuhanan.
 Aristoteles
Pengertian filsafat menurut aristoteles adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran. Dimana ilmu pengetahuan tersebut berisi banyak hal, mulai dari ilmu
retorika, ilmu etika, ilmu metafisika, ilmu politik, ilmu logika dan ilmu keindahan.

 Al Farabi
Menurut Al Farabi yang mengartikan filsafat sebagai ilmu tentang sifat yang mencoba
untuk mengetahui sifat sebenarnya dari kebenaran.
 Plato
Plato mendefinisikan lebih sederhana dan singkat tentang filsafat. Dimana ilmu
filsafat adalah upaya untuk mencapai pengetahuan dan mengetahui tentang kebenaran
yang sebenarnya.
 Hasbullah Bakry
Filsafat menurut Hasbullah Bakry adalah ilmu yang secara spesifik mendalami
tentang ilmu alam semesta, mendalami manusia dan mendalami ketuhanan demi
menghasilkan pengetahuan lebih jauh. Memikirkan ilmu tersebut hingga ke esensinya
untuk menemukan makna filosofisnya.
 Ibnu Sina
Ibnu Sina yang mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam
maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
 Ir. Proejawijatna
Ir. Proedjawijatna yang mengartikan bahwa filsafat adalah ilmu yang mencari sebab
akibat untuk ditemukan solusinya.
 Notonogo
Filsafat merupakan sesuatu yang meneliti hal-hal yang menjadi objek inti dari sudut
mutlak, atau ilmu yang sifatnya tetap yang kemudian disebut sebagai ilmu alami.

Istilah filsafat memiliki makna cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada pengetahuan.
Para filsuf alam mengemukakan pandangannya tentang dasar atau asal mula segala sesuatu
atau peristiwa yang terdapat dalam alam ini. Asal atau dasar segala sesuatu ialah air menurut
Thales, udara menurut Anaximenes, api menurut Herakleitos, bilangan atau angka pendapat
Phytagoras, atom-atom dan ruang kosong menurut pendapat Leukippor dan Demokritos, dan
terjadinya percampuran antara empat unsur utama (udara, api, air, dan tanah) yang memiliki
sifat yang berbeda menurut pendapat Empedokles. Pandangan lain dikemukakan oleh tiga
orang filsuf besar, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles. Bagi Socrates yang merupakan asas
hidup manusia adalah jiwa. Plato berpendapat bahwa ide merupakan dasar dari segala realitas
yang tampak, sedangkan Aristoteles mengemukakan pentingnya logika bagi perkembangan
pemikiran manusia menuju kebenaran.

b. Peranan Filsafat

Filsafat memilik peranan melihat dari sebab-sebab kelahiran filsafat dan proses
perkembangannya, sesungguhnya filsafat telah memerankan sedikitnya tiga peranan utama
dalam sejarah pemikiran manusia. Ketiga peranan yang telah diperanakkannya sebagai
pendobrak, pembebas, dan pembimbing (Surijiyo, 2007: 15).

 Pendobrak
Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan
kebiasaan. Dalam penjara itulah, manusia terlena dalam alam mistik yang penuh sesak
dengan hal-hal serba rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos dan mite. Manusia
menerima begitu saja, segala penuturan dongeng dan takhayul tanpa
mempersoalkannya lebih lanjut. Orang beranggapan bahwa karena segala dongeng
dan takhayul itu merupakan bagian yang hakiki dari warisan tradisi nenek moyang,
sedangkan tradisi itu benar dan tidak dapat diganggu gugat maka dongeng dan
takhayul itu pasti benar dan tidak boleh diganggu gugat (Rapar, 2000: 25). Kehadiran
filsafat berhasil mendobrak pintu dan tembok-tembok tradisi yang begitu sakral dan
selama itu tidak boleh diganggu gugat. Dengan demikian pendobrakan membutuhkan
waktu yang cukup panjang, kenyataan sejarah telah membuktikan bahwa filsafat
benar-benar telah berperan selaku pendobrak yang mencengangkan.
 Pembebas
Filsafat bukan sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh
dengan berbagai mitos dan mite itu, melainkan juga merenggut manusia keluar dari
dalam penjara itu sendiri. Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan
kebodohannya. Demikian pula, filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara
berpikir mistis. Sesungguhnya, filsafat telah, sedang dan akan terus berupaya
membebaskan manusia dari kurangnya pengetahuan yang menyebabkan manusia
menjadi picik dan dangkal (Surijiyo, 2007: 16). Secara ringkas dapat dikatakan bahwa
filsafat membebaskan manusia dari segala jenis “penjara” yang mempersempit ruang
gerak akal budi manusia
 Pembimbing
Bagaimana filsafat dapat membebaskan manusia dari berbagai macam “penjara” yang
hendak mempersempit ruang gera akal budi manusia itu? Sesungguhnya, filsafat hanya
sanggup melakukan perannya selaku pembimbing. Filsafat membebaskan manusia dari
cara berpikir mistis dengan membimbing manusia untuk berpikir secara rasional.
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal dengan
membimbing manusia secara luas dan mendalam, yakini berpikir secara universal
sambil berupaya menemukan esensi satu permasalahan (Rapar, 2000: 26). Filsafat juga
telah membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih
dengan membimbing manusia untuk berpikir secara sistematis dan logis.

c. Objek Kajian Filsafat

Apakah yang menjadi objek atau pokok bahasan filsafat? Apakah Anda sudah tahu
apa yang menjadi objek penelitian atau pengkajian filsafat? Filsafat sebagai kegiatan pikir
murni manusia (reflective thinking) menyelidiki objek yang tidak terbatas. Ditinjau dari sudut
isi atau substansi dapat dibedakan menjadi berikut ini.
 Objek material ialah menyelidiki segala sesuatu yang tak terbatas dengan tujuan
memahami hakikat ada (realitas dan wujud). Objek material filsafat kesemestaan, dan
keuniversalan bukan partikular secara mendasar atau sedalam-dalamnya.
 Objek formal ialah metodologi, sudut, atau cara pandang khas filsafat, pendekatan dan
metode untuk meneliti atau mengkaji hakikat yang ada dan mungkin ada —baik yang
konkret fisik dan bukan fisik; abstrak dan spiritual; maupun abstrak logis,
konsepsional, rohaniah, nilai-nilai agama, dan metafisika, bahkan mengenai Tuhan
pencipta dan penguasa alam semesta.
Perkembangan selanjutnya adalah filsafat sebagai hasil upaya pemikiran dan
renungan (contemplation) para ahli pikir (filsuf). Ada juga yang merupakan suatu ajaran atau
sistem nilai, baik berupa pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai cita-cita hidup
atau ideologi. Misalnya, paham-paham individualisme, kapitalisme, sosialisme, ideologi
komunisme, ideologi zionisme, ideologi pan-Islamisme, ideologi nasionalisme, dan
sebagainya.
B. Sejarah perkembangan filsafat

a. Masa Yunani

Periode flsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban
manusia karena saat itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mitosentris menjadi logo-
sentris. Pola pikir mitosentris adalah pola piker masyarakat yang sangat mengenal mitos
untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Namun, ketika flsafat di
perkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi
aktivitas alam yang terjadi secara kausalitas. Penelusuran flsafat Yunani dijelaskan dari asal
kata flsafat.

Sekitar abad IX SM atau paling tidak tahun 700 SM, di Yunani, Softhia diberi arti
kebijaksanaan; Sophia berarti juga kecakapan. Kata philoshopos mulamula dikemukakan dan
dipergunakan oleh Heraklitos (480-540 SM). Sementara pada abad 500-580 SM, kata-kata
tersebut digunakan oleh Pithagoras. Menurut Philosophos (ahli flsafat), harus mempunyai
pengetahuan luas sebagai pengenjawantahan daripada kecintaannya akan kebenaran dan
mulai benar-benar jelas digunakan pada masa kaum sophis dan socrates yang memberi arti
philosophein sebagai penguasaan secara sistematis terhadap pengetahuan teoretis. Philosopia
adalah hasil dari perbuatan yang disebut Philosophein, sedangakan philosophos adalah orang
yang melakukan philosophien. Dari kata philosophia itulah timbul kata-kata philosophie
(Belanda, Jerman, Perancis), philosophy (Inggris). Dalam bahasa Indonesia disebut falsafat
(Soerjabrata 1970 dalam Bakhtiar 2011).

Kehidupan penduduknya sebagai nelayan dan pedagang sebab sebagian besar


penduduknya tinggal di daerah pantai sehingga mereka dapat menguasai jalur perdagangan di
Laut Tengah. Kebiasaan mereka hidup di alam bebas sebagai nelayan itulah mewarnai
kepercayaan yang dianutnya, yaitu berdasarkan kekuatan alam sehingga beranggapan bahwa
hubungan manusia dengan Sang Maha Pencipta bersifat formalitas.

Artinya, kedudukan Tuhan terpisah dengan kehidupan manusia. Kepercayaan yang


bersifat formalitas (natural religion), tidak memberikan kebebasan kepada manusia ini
ditentang oleh Homerus dengan dua buah karyanya yang terkenal, yaitu Ilias dan Odyseus.
Kedua karya Homerus itu memuat nilai-nilai yang tinggi dan bersifat edukatif. Sedemikian
besar peranan karya Homerus, sama kedudukannya seperti wayang purwa di Jawa.
Akibatnya, masyarakat lebih kritis dan rasional. Pada abad ke-6 SM, bermunculan para
pemikir yang memiliki kepercayaan sangat bersifat rasional (cultural religion) menimbulkan
pergeseran. Tuhan tidak lagi terpisah dengan manusia, melainkan menyatu dengan kehidupan

manusia. Sistem kepercayaan yang natural religious berubah menjadi sistem kultural religius.

Dalam sistem kepercayaan natural religius ini manusia terikat oleh tradisionalisme.
Sementara dalam sistem kepercayaan kultural religius, memungkinkan manusia
mengembangkan potensi dan budayanya dengan bebas, sekaligus dapat mengembangkan
pemikirannya untuk menghadapai dan memecahkan berbagai kehidupan alam dengan akal
pikiran. Ahli pikir pertama kali yang muncul adalah Tales (625–545 SM) yang berhasil
mengembangkan geometri dan matematika. Likipos dan Democritos mengembangkan teori
materi, Hipocrates mengembangkan ilmu kedokteran, Euclid mengembangkan geometri
edukatif, Socrates mengembangkan teori tentang moral, Plato mengembangkan teori tentang
ide, Aristoteles mengembangkan teori tentang dunia dan benda serta berhasil mengumpulkan
data 500 jenis binatang (ilmu biologi). Suatu keberhasilan yang luar biasa dari Aristoteles
adalah menemukan sistem pengaturan pemikiran (logika formal) yang sampai sekarang masih
terkenal. Para ahli pikir Yunani Kuno ini mencoba membuat konsep tentang asal mula alam.
Walaupun sebelumnya sudah ada tentang konsep tersebut, tetapi konsepnya bersifat mitos,
yaitu mite kosmogonis (tentang asal-usul alam semesta) dan mite kosmologis (tentang asal-
usul serta sifat kejadian-kejadian dalam alam semesta) sehingga konsep mereka sebagai
mencari asche (asal mula) alam semesta dan mereka disebutnya sebagai flsuf alam. Karena
arah pemikiran flsafat pada alam semesta, corak pemikirannya kosmosentris. Sementara para
ahli pikir seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles yang hidup pada masa Yunani Klasik karena
arah pemikirannya pada manusia maka corak pemikiran flsafatnya antroposentris. Hal ini
disebabkan arah pemikiran para ahli pikir Yunani Klasik tersebut memasukkan manusia
sebagai subjek yang harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya.

b. Masa Abad Pertengahan

Masa ini diawali dengan lahirnya flsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan flsafat
Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan maka flsafat atau pemikiran pada abad
pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen.

Artinya, pemikiran flsafat abad pertengahan didominasi oleh agama. Pemecahan


semua persoalan selalu didasarkan atas agama sehingga corak pemikiran keflsafatannya
bersifat teosentris. Baru pada abad ke-6 Masehi, setelah mendapatkan dukungan dari Karel
Agung, didirikanlah sekolah-sekolah yang memberi pelajaran gramatika, dialektika,
geometri, aritmatika, astronomi, dan musik. Keadaan tersebut akan mendorong
perkembangan pemikiran flsafat pada abad ke-13 yang ditandai berdirinya universitas-
universitas dan ordo-ordo. Dalam ordo inilah mereka mengabdikan dirinya untuk kemajuan
ilmu dan agama, seperti Anselmus (1033–1109), Abaelardus (1079–1143), dan Tomas
Aquinas (1225–1274).

Dikalangan para ahli pikir Islam (periode flsafat Skolastik Islam), muncul al-Kindi,
al-Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd. Periode skolastik
Islam ini berlangsung tahun 850–1200. Pada masa itulah kejayaan Islam berlangsung dan
ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat.Akan tetapi, setelah jatuhnya Kerajaan Islam di
Granada, Spanyol tahun 1492 mulailah kekuasaan politik barat menjarah ke timur. Suatu
prestasi yang paling besar dalam kegiatan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang flsafat.

Di sini mereka merupakan mata rantai yang mentransfer flsafat Yunani, sebagaimana
yang dilakukan oleh sarjana-sarjana Islam di timur terhadap Eropa dengan menambah
pikiran-pikiran Islam sendiri. Para flsuf Islam sendiri sebagian menganggap bahwa flsafat
Aristoteles adalah benar, Plato dan Al-Qur’an adalah benar, mereka mengadakan perpaduan
serta sinkretisme antara agama dan flsafat.

Kemudian pikiran-pikiran ini masuk ke Eropa yang merupakan sumbangan Islam


paling besar, yang besar pengaruhnya terhadap ilmu pengetahuan dan pemikiran flsafat,
terutama dalam bidang teologi dan ilmu pengetahuan alam. Peralihan dari abad pertengahan
ke abad modern dalam sejarah flsafat disebut sebagai masa peralihan (masa transisi), yaitu
munculnya Renaissance dan Humanisme yang berlangsung pada abad 15-16.

Munculnya Renaisance dan Humanisme inilah yang mengawali masa abad modern.
Mulai zaman modern ini peranan ilmu alam kodrat sangat menonjol sehingga akibatnya
pemikiran flsafat semakin dianggap sebagai pelayan dari teologi, yaitu sebagai suatu sarana
untuk menetapkan kebenaran-kebenaran mengenai Tuhan yang dapat dicapai oleh akal
manusia.

c. Masa Abad Modern

Pada masa abad modern ini pemikiran flsafat berhasil menempatkan manusia pada
tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan sehingga corak pemikirannnya
antroposentris, yaitu pemikiran flsafat mendasarkan pada akal pikir dan pengalaman.
Sebelumnya telah dikemukakan bahwa munculnya Renaisance dan Humanisme sebagai awal
masa abad modern, di mana para ahli (flsuf) menjadi pelopor perkembangan flsafat (kalau
pada abad pertengahan yang menjadi pelopor perkembangan flsafat adalah para pemuka
agama).

Pemikiran flsafat masa abad modern ini berusaha meletakkan dasar-dasar bagi metode
logis ilmiah. Pemikiran flsafat diupayakan lebih bersifat praktis, artinya pemikiran flsafat
diarahkan pada upaya manusia agar dapat menguasai lingkungan alam menggunakan
berbagai penemuan ilmiah. Karena semakin pesatnya orang menggunakan metode induksi/
eksperimental dalam berbagai penelitian ilmiah, akibatnya perkembangan pemikiran flsafat
mulai tertinggal oleh perkembangan ilmu-ilmu alam kodrat (natural sciences).

Rene Descartes (1596–1650) sebagai bapak flsafat modern yang berhasil melahirkan
suatu konsep dari perpaduan antara metode ilmu alam dan ilmu pasti ke dalam pemikiran
flsafat. Upaya ini dimaksudkan agar kebenaran dan kenyataan flsafat juga sebagai kebenaran
serta kenyataan yang jelas dan terang.

Pada abad ke-18, perkembangan pemikiran flsafat mengarah pada flsafat ilmu
pengetahuan, di mana pemikiran flsafat diisi dengan upaya manusia, bagaimana cara/sarana
apa yang dipakai untuk mencari kebenaran dan kenyataan. Sebagai tokohnya adalah George
Berkeley (1685–1753), David Hume (1711–1776), dan Rousseau (1722–1778). Di Jerman,
muncul Christian Wolft (1679–1754) dan Immanuel Kant (1724–1804) yang mengupayakan
agar flsafat menjadi ilmu pengetahuan yang pasti dan berguna, yaitu dengan cara membentuk
pengertian pengertian yang jelas dan bukti kuat (Amin 1987).

Abad ke-19, perkembangan pemikiran flsafat terpecah belah. Pemikiran flsafat pada
saat itu telah mampu membentuk suatu kepribadian tiap-tiap bangsa dengan pengertian dan
caranya sendiri. Ada flsafat Amerika, flsafat Perancis,flsafat Inggris, dan flasafat Jerman.
Tokoh-tokohnya adalah Hegel (1770-1831), Karl Marx (1818-1883), August Comte (1798-
1857), JS. Mill (1806–1873), John Dewey (1858–1952). Akhirnya, dengan munculnya
pemikiran flsafat yang bermacam-macam ini berakibat tidak terdapat lagi pemikiran flsafat
yang mendominasi. Giliran selanjutnya lahirlah flsafat kontemporer atau flsafat dewasa ini.

d. Masa Abad kontemporer

Filsafat dewasa ini atau flsafat abad ke-20 juga disebut flsafat kontemporer yang
merupakan ciri khas pemikiran flsafat adalah desentralisasi manusia karena pemikiran flsafat
abad ke-20 ini memberikan perhatian yang khusus pada bidang bahasa dan etika sosial.
Dalam bidang bahasa terdapat pokok-pokok masalah; arti kata-kata dan arti pernyataan-
pernyataan. Masalah ini muncul karena realitas saat ini banyak bermunculan berbagai istilah,
di mana cara pemakainnnya sering tidak dipikirkan secara mendalam sehingga menimbulkan
tafsir yang berbeda-beda (bermakna ganda).

Oleh karena itu, timbulah flsafat analitika yang di dalamnya membahas tentang cara
berpikir untuk mengatur pemakaian kata-kata/istilahistilah yang menimbulkan kerancauan,
sekaligus dapat menunjukkan bahayabahaya yang terdapat di dalamnya. Karena bahasa
sebagai objek terpenting dalam pemikiran flsafat, para ahli pikir menyebut sebagai
logosentris.

Dalam bidang etika sosial memuat pokok-pokok masalah apakah yang hendak kita
perbuat di dalam masyarakat dewasa ini. Kemudian, pada paruh pertama abad ke-20 ini
timbul aliran-aliran keflsafatan seperti Neo-Tomisme, Neo-Kantianisme, Neo-Hegelianisme,
Kritikan Ilmu, Historisme, Irasionalisme, Neo-Vitalisme, Spiritualisme, dan Neo-Positivisme.
Aliran-aliran tersebut sampai sekarang hanya sedikit yang masih bertahan. Sementara pada
awal belahan akhir abad ke-20 muncul aliran keflsafatan yang lebih dapat memberikan corak
pemikiran, seperti Filsafat Analitik, Filsafat Eksistensi, Strukturalisme, dan Kritikan Sosial.

C. Kedudukan Filsafat Terhadap Ilmu

Menurut Prent (1969) sebagaimana dikutip oleh Tim Dosen Filsafat UGM (2003: 149)
Ilmu memiliki makna konotatif dan denotatif, Ilmu dalam makna denotatif : ilmu dapat
diartikan sebagai ”pengetahuan” sebagaimana dimiliki oleh setiap manusia maupun
”pengetahuan ilmiah” yang disusun secara sistematis dan dikembangkan melalui prosedur
tertentu. Ilmu dalam makna konotatif : konotasi ilmu sesungguhnya menyangkut tiga hal
yaitu; proses, prosedur, dan produk. Proses menunjuk pada ”penelitian ilmiah”, prosedur
mengacu pada ”metode ilmiah”, dan ilmu sebagai produk mengandung maksud ”pengetahuan
ilmiah”. 
Konotasi Ilmu merujuk pada serangkaian aktivitas manusia yang berhubungan dengan
kesadaran, dari dimensi sosiologis ilmu dibedakan menjadi 2 sudut pandang yaitu sudut
pandang Internal & eksternal. Internal : lebih mengacu pada akademis, lebih menekankan
pada pengkayaan tubuh pengetahuan ilmiah untuk pengambangan ilmu itu sendiri, tanpa
adanya pemikiran untuk kemungkinan-kemungkinan penerapannya lebih jauh. Eksternal :
lebih mengacu pada industrial, memusatkan diri pada pengkajian efek-efek teknologis dari
pengetahuan ilmiah yang dihasilkan oleh ”ilmu-ilmu murni”. 

 Hubungan ilmu dengan kebudayaan 

Ilmu memiliki peranan yang besar bahkan dominan dalam menciptakan ”dunia kemasuk-
akalan”, sehingga pengetahuan-pengetahuan lainnya (non ilmiah) seperti agama, norma, dan
tata nilai tertentu terkesan termarginalkan. Kategori ilmiah telah menjadi matra pembeda
antara ”dapat dipercaya”, ”dapat dipercaya sebagian”, ”meragukan” dan ”di luar jangkauan”
suatu kebenaran tertentu.

 Hubungan teknologi dengan kebudayaan 

Teknologi lebih berperan dalam membangun ”unsur material” kebudayaan manusia. Bila
pada milenium pertama manusia bergumul antara dua aktivitas yaitu merenung dan berpikir,
setelah itu manusia terlibat dalam pergulatan baru yaitu berpikir dan bertindak. Teknologi
memiliki suatu potensi merubah kesadaran intelektual dan moral dari individu manusia.Pada
tingkat tertentu teknologi mengkondisikan ”kebudayaan baru”

Secara skematis hubungan antara ilmu, teknologi dan kebudayaan adalah keberjalanan
ilmu dan teknologi selalu berbanding lurus tetapi dalam pelaksanaan tetap harus sesuai
dengan kaidah dan ruang lingkup kebudayaan yang ada 

Maka di sini kedudukan filsafat terhadap ilmu adalah, ilmu filsafat merupakan ilmu yang
digunakan secara mendasar sebelum kita melakukan pengembangan  ilmu pengetahuan
karena seperti yang sudah di sampaikan oleh mas faisal bahwa filsafat sendiri memerlukan
dugaan dugaan secara rasional yang kemudian digunakan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Seperti pada filsafat ilmu bahwa filsafat merupakan dasar dasar
wujud keilmuan yang didalamnya membahas tentang pertanyaan pertanyaan tentang hakikat
dari ilmu itu sendiri. 
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-
dalamnya bagi segala Pengetahuan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pendangan
hidup seseorangatau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai
kehidupan yangdicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai sikap seseorang yang
sadar dan dewasadalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin
melihar dari segi yangluas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau
fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial, yang diperoleh manusia melalui pr
oses berfikir. Itu artinya setiap ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang
menjadiobjek kajian dari ilmu terkait. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah
berbagaigejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi .
Dalam halini, kita akan meluruskan paradigma-paradigma tentang ilmu pengetahuan
yangselama ini banyak yang melenceng. Dengan filsafat kita akan mengislamisasi
ilmu pengetahuan. Agar nantinya fungsi ilmu pengetahuan tidak melenceng dari norm
aagama ataupun norma negara.
B. Saran
Dengan mempelajari hubungan antara filsafat, dan Pengetahuan, kita
akanlebih memahami manfaat-manfaat yang terkandung di dalamnya. Kita akan
lebih paham tentang hal-hal positif yang akan kita peroleh melalui filsafat dan
Pengetahuan.Kita akan menjadi manusia yang berwawasan luas, cerdas, percaya diri,
lebih-lebihkita akan menjadi lebih dewasa, bijaksana dan bertanggung jawab
menjalanikehidupan bersama masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Ringkasan Sejarah Filsafat. (Edisi Revisi. Cet. XIII; Yogyakarta: Kanisius

Hamersma, Harry. 1990. Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern, Cet. IV; Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Karim, Ridwan (2021), Pengertian Filsafat : 27 Arti Oleh Para Ahli dan Filsuf. Deepublish

Rapar, Jan Hendrik. 2000. Pengantar Filsafat. Kanisius: Yogyakarta

Suriasumantri, J.S. (1998). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Harapan.

Surajiyo. 2007. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. PT. Bumi Aksara: Jakarta

Verhaak C. dan Imam, R. Haryono. 1991 Filsafat Ilmu Pengetahuan: Telaah Atas Cara Kerja
Ilmu-Ilmu. Cet. II; Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai