Anda di halaman 1dari 4

Kata filsafat berasal dari kata ‘philosophia’ (bahasa Yunani), yang artinya ‘mencintai

kebijaksanaan’. Sedangkan dalam nahasa Inggris kata filsafat disebut dengan istilah
‘philosophy’, dan dalam bahasa Arab disebut dengan istilah ‘falsafah’, yang biasa
diterjemahkan dengan ‘cinta kearifan’.
Istilah philosophia memiliki akar kata philien yang
berarti mencintai dan sophos yang berarti bijaksana. Berdasarkan uraian di atas dapat
dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Sedangkan orang yang berusaha mencari
kebijaksanaan atau pencinta pengetahuan disebut dengan filsuf atau filosof.
Sumber dari filsafat adalah manusia, dalam hal ini akal dan kalbu manusia yang sehat
dan berusaha keras dengan sunguh-sungguh untuk mencari kebenaran dan akhirnya
memperoleh kebenaran.
Proses mencari kebenaran itu melalui beberapa tahap. Tahap pertama, manusia
berspekulasi dengan pemikirannya tentang semua hal. Kedua, dari berbagai spekulasi
disaring menjadi beberapa buah pikiran yang dapat diandalkan. Tahap ketiga, buah pikiran
tadi menjadi titik awal dalam mencari kebenaran (penjelajahan pengetahuan yang didasari
kebenaran), kemudian berkembang sebagai ilmu pengetahuan, seperti matematika, fisika,
hukum, politik, dan lain-lain.

Ada beberapa objek-objek filsafat. Objek filsafat meliputi dua hal, yakni
objek materiil dan objek formal.
Objek materiil dari filsafat adalah suatu kajian penelaahan atau pembentukan
pengetahuan, yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin ada. Objek materiil filsafat ini
mencakup segala hal, baik hal-hal yang konkret maupun yang tidak konkret (hal-hal yang
nyata maupun hal-hal yang abstrak atau tidak nampak). Menurut Poedjawijatma (1980) objek
materiil filsafat ialah yang ada yang mungkin ada. Objek filsafat materiil ini meliputi segala
hal dari keseluruhan ilmu yang mnyelidiki segala sesuatu. Muhammad Noor (1981)
berpendapat bahwa objek filsafat itu dibedakan atas objek materiil dan non materiil. Objek
materiil mencakup segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik materiil konkret,
fisik. Sedangkan objek nonmateriil meliputi hal-hal yang abstrak dan psikis. Termasuk juga
objek non materiil ini adalah pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual, nilai-nilai, dan
lain-lain.
Tentang objek materiil filsafat ini banyak yang sama dengan objek materiil sains,
namun bedanya, satu, sains menyelidiki objek materiil yang empiris, semntara filsafat
menyelidiki bagian objek yang memang tidak dapat diteliti oleh sains, seperti Tuhan, hari
akhir, yaitu objek materiil yang selamanya tidak empiris.
Jadi dengan melihat beberapa pendapat mengenai objek filsafat ini dapat dipahami
bahwa objek filsafat meliputi berbagai hal, atau dengan kata lain, objek filsafat ini tidak
terbatas, yang dalam pandangan Louis O. Kattsoff dalam burhanuddian Salam (1988), bahwa
lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya, yaitu meliputi segala pengetahuan manusia
serta segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui manusia. Begitu luasnyakajian atau objek
filsafat ini menyangkut hal-hal yang tampak fisik maupun psikis. Hal-hal fisik adalah segala
sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun yang dalam
kemungkinan. Meliputi juga lam semesta, semua keberadaan, masalah hidup, dan masalah
manusia. Sedangkan hal-hal yang psikis atau non fisik adalah masalah Tuhan, kepercayaan,
norma-norma, nilai, keyakinan dan lainnya.
Sedangkan objek forma, yaitu sifat penelitian. Objek formal adalah penelitian yang
mendalam. Kata mendalamberarti ingin tahu tentang objek yang tidak empiris. penyelidikan
sains tidak mendalam karena ia hanya ingin tahu sampai batas objek itu dapat diteliti secara
empiris. Objek penelitian sains adalah pada batas dapat diriset, sedangkan objek penelitian
filsafat ada pada daerah tidak dapat diriset, tetapi dapat dipikirkan secara logis.
Menurut Lasiyo dan Yuwono (1985), objek formal filsafat adalah sudut pandang
menyeluruh, yang secara umumdapat mencapai hakikat dan objek materiilnya. Jadi objek
filsafat ini membahas objek materiilnya sampai ke hakikat atau esensi dari yang dibahasnya.
Cabang Cabang Filsafat
• Epistemologi (filsafat pengetahuan)
• Etika (filsafat moral)
• Estetika (filsafat seni)
• Metafisika.
• Politik (filsafat pemerintahan)
• Filsafat Agama.
• Filsafat Ilmu.
• Filsafat Hukum.

Kedudukan filsafat dalam Islam mengalami pasang surut pemuliaan dan kecaman,
yang merupakan sebuah keniscayaan ketika didiskusikan. Persoalan seputar
harmonisasi filsafat dan Islam, mengalami diskursus harmonisasi dalam perdebatan
yang panjang. Sebagian ulama dan ilmuwan berpendapat bahwa Islam dan filsafat
berbeda secara diametral, di mana Islam dan filsafat mempunyai domain yang tidak
bisa disatukan. Namun tidak sedikit pula mencoba mengharmoniskan dan
mensintesakan keduanya, dimulai oleh Al-Kindi, diteruskan oleh Al-Farabi, dan
disempurnakan Ibnu Sina dan Ibnu Rushd. Al-Kindi menganggap bahwa tujuan
filsafat ialah menemukan hakekat sejati benda-benda melalui penjelasan-penjelasan
kausal. Al-Kindi mempertemukan agama (Islam) dengan filsafat, dengan
menyebutkan bahwa filsafat adalah ilmu tentang kebenaran dan agama juga adalah
ilmu tentang kebenaran pula. Sementara Al-Farabi berhasil menyelaraskan filsafat
politik Yunani klasik dengan Islam, yang dimengerti di dalam konteks agama-agama
wahyu. Ibnu Sina berargumen bahwa Allah menciptakan dunia melalui emanasi.
Berdasarkan pendapat para filsuf tersebut, kajian ini menjelaskan bahwa filsafat dan
agama (Islam) memiliki keterkaitan yang erat yang saling berselaras sebagai bagian
dari Ilmu pengetahuan.
Manfaat-manfaat mempelajari filsafat diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Filsafat telah mengajarkan kita untuk lebih mengenal diiri sendiri secara totalitas,
sehingga dengan pemahaman itu dapat dicapai hakikat manusia itu sendiri dan
bagaimana sikap manusia itu seharusnya. Filsafat mengajarkan kita untuk berpikir
serius, berpikir secara radikal, mengkaji sesuatu hingga ke akarnya. Berfilsafat adalah
berusaha menemukan kebanran tentang segala sesuatu dengan menggunakan
pemikiran secara serius. Kemampuan berpikir serius diperlukan oleh orang biasa,
terlebih lagi bagi orang-orang yang memegang posisipenting dalam membangun
dunia, memimpin masyarakat, menjadi penguasa dalam pemerintahan. Kemampuan
berpikir serius itu, mendalam adalah satu cirinya, ini tidak akan dimiliki tanpa melalui
latihan. Belajar berfilsafat merupakan salah satu bentuk latihanuntuk memperoleh
kemampuan berpikir serius. Kemampuan ini akan memberikan bekal berharga dalam
upaya memecahkan masalah secara serius, menemukan akar persoalan yang
mendalam, dan menemukan sebab terakhir suatu penampakan.
2. Filsafat mengajarkan tentang hakikat alam semesta. Pada dasarna berpikir filsafat
ialah berusaha untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional dalam rangka
memahami sesuatu, termasuk diri manusia itu sendiri. Setiap orang tidak perlu
memahami isi filsafat, tetapi setiap orang yang ingin berpartisipasi membangun dunia
perlu mempelajari filsafat. Mengapa? Hal itu dikarenakan dunia dibentuk oleh dua
kekuatan; agama dan atau filsafat. Barangsiapa yang ingin memahami dunia maka ia
harus memahami dunia atau filsafat yang mewarnai dunia tersebut. Dengan
kemampuan berpikir serius, seseorang mungkin saja akan mampu menemukan
rumusan baru dalam mnyelesaikan masalah-masalah dunia dan alam sekitarnya.
Mungkin itu beruppa kritik, mungkin juga berupa usul. Apabila argumentasinya kuat,
maka kritik dan usul tersebut bisa menjadi suatu sistem pemikiran.
3. Filsafat mengajarkan tentang hakikat Tuhan. Studi tentang filsafat seyogyanya dapat
membantu manusia untuk membangun keyakinan keagamaannya secara matang
berdasarkan intelektual, bukan hanya sekedar mengikuti dogma yang ditanamkan
padanya. Dengan pemahaman yang mendalam dan dengan daya nalar yang tajam,
maka manusia akan sampailah kepada kekuasaan yang mutlak, yaitu Tuhan. Maka
dengan filsafat, nash atau ajaran-ajaran agama dapat dijadikan sebagai bukti untuk
membenarkan akal. Atau sebaliknya, dengan filsafat dapat dijadikan untuk
membenarkan nash atau ketentuan agama.

Adapun aliran-aliran filsafat pendidikan ini banyak macamnya, berikut adalah aliran-aliran
dalam filsafat pendidikan:

1. Aliran Idealisme
Aliran idealisme memandang bahwa realitas terdiri dari atas ide-ide, pikiran-pikiran, akal,
ataupun jiwa. Konteksnya dalam pendidikan, pendidikan idealisme ini memandang
bahwa pengetahuan itu sebenarnya sudah ada dalam jiwa manusia (berupa pemikiran).
Artinya manusia sudah memiliki bakat tersendiri dalam dirinya, selanjutnya bagaimana
pendidikan untuk mengembangkannya.

2. Aliran Pragmatisme
Aliran pragmatism esensinya adalah hidup bukan untuk mencari kebenaran melainkan untuk
menemukan arti atau kegunaan. Tujuan pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai
alat untuk menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan masyarakat.
3. Aliran Progresivisme
Aliran ini menyadari bahwa perubahan demi perubahan pasti ada dan terjadi. Progresivisme
menganggap bahwa lembaga pendidikan sebagai wadah pembinaan dan pendidikan dalam
rangka menumbuh kembangkan segenap potensi-potensi yang ada agar lebih maksimal
sehingga dapat dipergunakan untuk masa yang akan dating.

4. Aliran Esensialisme
Aliran Esensialisme ini menganggap bahwa sangat penting untuk memberikan kebebasan
kepada seorang anak atau peserta didik dalam pendidikan. Maksudnya, kebebasan guna
mendapatkan kebenaran untuk dirinya sendirinya dan mendapatkan hak belajar sebaik-
baiknya. Dalam memberikan kebebasan kepada seorang peserta didik tetaplah harus dalam
pengawasan karena seorang anak belum bisa berpikir luas dan benar secara luas.

Anda mungkin juga menyukai