PENDAHULUAN
“FILSAFAT” tentu kita pernah mendengar kata itu ataupun sebagian dari kita pernah belajar
tentang filsafat. Tetapi tidak dapat dipungkiri kita sebelumnya pasti pernah mendengar kata
filsafat baik langsung maupun tidak langsung. Namun,Setelah mempelajarinya tentunya kita
pasti memiliki anggapan ataupun sudut pandang yang berbeda mengenai filsafat. Perbedaan
mengenai pengetahuan yang kita miliki sebelum ataupun sesudah belajar filsafat.
Anggapan pertama kita terutama saya tentang filsafat tentu saja hal yang
tinggi,sulit,abstrak,tidak mudah dimengerti dan tidak terkait dengan kehidupan sehari – hari.
Namun setelah kita mempelajari kita akan lebih mengerti inti dan maksud filsafat itu
sendiri,mengetahui lebih dalam mengenai definisi dan makna kita mempelajari filsafat.
Banyak filosof menyampaikan hal yang berbeda dalam mendefinisikan filsafat tetapi yang
saya mengerti tentang filsafat setelah mempelajarinya adalah suatu pembahasan atau suatu
pemikiran yang mengkaji suatu masalah sampai ke akar – akarnya. Dengan kata lain filsafat
ialah pencarian kebijaksanaan dan pengetahuan tanpa henti dan menyeluruh.
BAB II
Bagi manusia, berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsaf – insafnya dengan
prersaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam –
dalamnya, baik tuhan,alam, atau kebenaran. Filsafat tidak ada artinya sama sekali apa tidak
universal baik dalam ruang lingkup atau pun semngatnya. Filsafat dapat mendukung
kepercayaan seseorang , asal saja kepercayaan tersebut tidak berkonsepsi prailmiah yang
usang dan sempit.
Istilah “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu “episteme” yang berarti
pengetahuan dan ‘logos” berarti perkataan, pikiran, atau ilmu.Beberapa ahli yang mencoba
mengungkapkan definisi dari pada epistimologi adalah P. Hardono Hadi. Menurut beliau
epistimologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan
skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Tokoh lain yang mencoba mendefinisikan epistimologi adalah D.W Hamlyin, beliau
mengatakan bahwa epistimologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaian – pengandaian serta secara umum hal itu dapat
diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
BAB III
1
Ahmad tafsir, filsafat umum akal dan hati sejak thales sampai capra, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2009),h.23.
Metafisika, Aksiologi,Epistimologi dan Ontologi dalam ilmu filsafat
Metafisika merupakan cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat
objek (fisik) di dunia. Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Dimana metafisika
mempersoalkan realitas dan dunia dengan segala struktur dan dimensinya. Kajian mengenai
metafisika umumnya berporos pada pertanyaan mendasar mengenai keberadaan dan sifat –
sifat yang dikaji. Istilah lain metafisika yang meliputi ketuhanan (teologi metafisik), alam
semesta (kosmologi) dan manusia (antropologi metafisik).
Ontologi filsafat membicarakan hakikat filsafat, yaitu apa pengetahuan filsafat itu
sebenarnya. menurut istilah ontologi hakekat yang menyelidiki alam nyata dan keadaan
sebenarnya.2 jadi, Ontologi adalah bagian metafisika yang mempersoalkan tentang hal-hal
yang berkenaan dengan segala sesuatu yang ada atau the existence khususnya esensinya.
Ontologi mencakup banyak sekali filsafat, mungkin semua filsafat masuk disini, misalnya
Logika, Metafisika, Kosmologi, Teologi, Antropologi, Etika, Estetika, Filsafat Pendidikan,
Filsafat Hukum dan lain-lain.
Ontologi adalah salah satu bagian penting dalam filsafat yang membahas atau
mempermasalahkan hakikat-hakikat semua yang ada baik abstrak maupun real.Ontologi di
sini membahas semua yang ada secara universal,berusaha mencari inti yang dimuat setiap
kenyataan meliputi semua realitas dalam segala bentuknya.Jadi objek dari ontology adalah
segala yang ada dan tidak terikat pada satu perwujudan tertentu(hakikat).
Selain itu epistimologi ialah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba
menentukan kodrat dan skope pengetahuan. Epistimologi hanya mencakup satu bidang saja
yang disebut epistimologi yang membicarakan cara memperoleh pengetahuan filsafat. Ini
berlaku bagi setiap cabang filsafat.
2
Tim penulis rosdakarya, kamus filsafat,( cet I : Bandung : remaja rosdakarya,1995),h.15.
3
Lihat , jujun suariasumantri, filsafat ilmu, op.cit,h.105
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu
sendiri. Jadi,Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang
sebenarnya dari pengetahuan. Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan
ilmu.Ilmu tidak bebas nilai.Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan
dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut
dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama,
bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
BAB IV
Objek Material dan Formal
Objek Material filsafat adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis
dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara
umum. Objek material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret ataupun hal yang abstrak4.
Objek material mencakup segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik materiil konkret,
fisik. Sedangkan objek nonmaterial meliputi hal-hal yang abstrak, dan psikis, termasuk juga
abstrak logis, konsepsional, spiritual, nilai-nilai dan lain-lain.
Jadi, dengan melihat dari beberapa pendapat mengenai objek filsafat ini dapat
dipahami bahwa objek filsafat meliputi berbagai hal, dengan kata lain, objek filsafat materiil
ini tak terbatas, Objek filsafat ini tak terbatas, yang dalam pandangan Louis O. Katsoo dalam
Burhanudin salam (1988;39 ) bahwa lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya yaitu
meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui
manusia. Baik hal-hal yang fisik atau tampak maupun yang psikis atau yang tidak tampak.
Hal-hal yang fisik adalah segala sesuatu yang ada baik yang ada dalam pikiran, ada dalam
kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Sedangkan hal-hal yang psikis atau nonfisik
adalah masalah Tuhan, kepercayaan, norma-norma, nilai, keyakinan,dan lainnya
Objek formal filsafat adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek
materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu
lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat
ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu bagi
manusia.5 Dengan kata lain Objek formal yaitu sifat penelitian, penyelidikan yang mendalam.
Kata mendalam berarti ingin tahu tentang objek yang tidak empiris. Menurut Lasiyo dan
Yuwono (1985:6), objek formal adalah sudut pandang yang menyeluruh, umum, sehingga
dapat mencapai hakikat dari objek materiilnya.
Jadi objek formal filsafat ini membahas objek materiilnya sampai ke hakikat atau esensi
dari yang dibahasnya. Objek formal merupakan sudut pandang atau cara memandang
terhadap objek materiil, termasuk prinsip-prinsip yang digunakan, dalam artian objek formal
filsafat bersifat mengasaskan atau berprinsip maka filsafat itu mengonstatir prinsip-prinsip
kebenaran dan ketidak-benaran. Hal ini berarti bahwa dengan objek formal ruang lingkup
ilmu pengetahuan bisa ditentukan.
Obyek material filsafat ilmu itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang
ada (realita) sedangkan objek formal filsafat ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus
dan empiris.
BAB V
4
Suhartono, Suparlan. Dasar-dasar Filsafat. (Yogyakarta: Ar-Ruzz,2004),h.10.
5
Mustansyir, R dan Munir M.. Filsafat Ilmu. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.,2003)
Hubungan Ilmu,Filsafat dan Agama
a. Ilmu pengetahuan
Ilmu pengethuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu
system mengenai hukum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan
juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu
penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental.
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek atau
lapangannya), yang merupakan kesatuan yang sistematis, dan memberikan penjelasan yang
dapat dipertanggung jawabkan dengan menunujukkan sebab-sebab hal itu.6
b. Filsafat
Filsafat ialah “ilmu istimewa” yang mecoba menjawab massalah-masalah yang tidak
dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa. Karena masalah-masalah tersebut diluar atau
diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami secara radikal
dan integral sarwa-yang-ada Hakikat tuhan,Hakikat alam semesta dan Hakikaat manusia.
Serta sikap manusia bermaksud sebagai konsejuensi dari pada faham ( pemahamnanya)
tersebut. Dalam buku filsafat agama karangan Dr. H Rosdjidi, filsafat adalah berfikir,
menurut William temple filsafat adalah menuntut pengetahuan untuk memehami.7
c. Agama
Baik ilmu, filsafat dan agama bertujuan sekurang-kurangnya berusaha berurusan dengan
hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari
kebenaran tentang alam dan manusia.Filsafat dengan wataknya sendiri yang menghampiri
kebenaran, baik tentang alam maupun tentang manusia (yang belum atau tidak dapat dijawab
oleh ilmu, karena diluar atau di atas batas jangkauannya), ataupun tentang tuhan. Agama
dengan karakteristiknya memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan
manusia ataupun tentang tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
6
Poerwantana, ahmadi, rosali..seluk-beluk filsafat islam.rosda,(bandung : 1998),h.20.
7
Ahmad syadali, mudzakir.2004.filsafat umum,pustaka setia. (Bandung : 2004),h.15.
Ahmad tafsir, filsafat umum akal dan hati sejak thales sampai capra, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2009)