PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Dengan perkataan lain filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum
secara filosofis, jadi objek filsafat hukum adalah hukum, dan objek tersebut dikaji
secara mendalam sampai pada inti atau dasarnya, yang disebut dengan hakikat.
Filsafat hukum mempelajari hukum secara spekulatif dan kritis artinya
filsafat hukum berusaha untuk memeriksa nilai dari pernyataan-pernyataan yang
dapat dikatagorikan sebagai hukum;
1. Secara spekulatif, filsafat hukum terjadi dengan pengajuan pertanyaan-
pertanyaan mengenai hakekat hukum.
2. Secara kritis, filsafat hukum berusaha untuk memeriksa gagasan-gagasan
tentang hukum yang sudah ada,melihat koherensi,korespondensi dan fungsinya.
3
adalah pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-
kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti:
logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.
Menurut Surajiyo (2010:1) secara etimologi kata filsafat, yangg dalam bhs
Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam Bahasa Inggris di kenal dengan
istilah philoshophy adalah dari Bahasa Yunani philoshophia terdiri atas kata
philein yang berarti cinta (love) dan shopia yang berarti kebijaksanaan (wisdom),
sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of
wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf
adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan.
Secara terminologi, menurut Surajiyo (2010: 4) filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan
menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukan mempersoalkan
gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang dicari adalah hakikat dari sesuatu
fenomena. Hakikat adalah suatu prinsip yang menyatakan “sesuatu” adalah
“sesuatu” itu adanya. Filsafat mengkaji sesuatu yang ada dan yang mungkin ada
secara mendalam dan menyeluruh. Jadi filsafat merupakan induk segala ilmu.
Susanto (2011: 6) menyatakan bahwa menurut Istilah, filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang berupaya mengkaji tentang masalah-masalah yang muncul dan
berkenaan dengan segala sesuatu, baik yang sifatnya materi maupun immateri
secara sungguh-sungguh guna menemukan hakikat sesuatu yang sebenarnya,
mencari prinsip-prinsip kebenaran, serta berpikir secara rasional-logis, mendalam
dan bebas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan
masalah-masalah dalam kehidupan manusia.
Kalau menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama
memakai istilah philosophia dan philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.),
yakni seorang ahli matematika yang kini lebih terkenal dengan dalilnya dalam
geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2. Pytagoras menganggap dirinya
“philosophos” (pencinta kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah
dimiliki semata-mata oleh Tuhan. Selanjutnya, orang yang oleh para penulis
sejarah filsafat diakui sebagai Bapak Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia
4
merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau
kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah
suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-
unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The Liang Gie, 1999).
Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud sebagai sikap yang
ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang
mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan
pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan, terus
menerus mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran
(Soeparmo, 1984).
Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada
tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam.
Dalam perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks,
maka tidak semuanya dapat dijawab oleh filsafat secara memuaskan. Jawaban
yang diperoleh menurut Koento Wibisono dkk. (1997), dengan melakukan refleksi
yaitu berpikir tentang pikirannya sendiri. Dengan demikian, tidak semua persoalan
itu harus persoalan filsafat.
2.2.Ciri-Ciri Filsafat
Berfilsafat berarti berfikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena
berfikir secara radikal, ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud
realitas tertentu. Keradikalan berfikirnya itu akan senantiasa mengobarkan
hasratnya untuk menemukan realitas seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri
sebagai suatu realitas telah termasuk ke dalamnya sehingga ia pun berupaya untuk
mencapai akar pengetahuan tentang dirinya sendiri. Telah jelas bahwa artinya
berfikir radikal bisa diartikan berfikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-
tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu tidak
setengah-setengah, tidak berhenti di jalan tetap terus sampai ke ujungnya.
Berfikir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang atau
menjungkirbalikkkan segala sesuatu, melainkan dalam arti sebenarnya, yaitu
5
berfikir secara mendalam. Untuk mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan.
Berfikir radikal justru hendak memperjelas realitas.
1. Integral
Integral yang berarti mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan
yang utuh sebagai suatu keseluruha atau filsafat memandang objeknya secara
integral.
2. Sistematis
Sistematis disini artinya susunan dan urutan (hierarki), juga kaitan suatu masalah
dengan materi atau masalah lain yang terdapat pada filsafat. Lantas, apa yang
dimaksud dengan materi atau permasalahn filsafat dan bagai mana susunan dan
hubungan satu masalah dengan masalah yang terjadi? Menurut Langeveld (1959)
mengajukan tiga masalah pokok dalam filsafat yang melahirkan jenis jenis
filsafat, disebut dengan problematika filsafat. Ketiga masalah tersebut antara lain:
a. Masalah mengenal dan mengetahui atau cognition
b. Masalah segala sesuatu atau metafisika
c. Masalah penilaian dan aksiologi
Menurut Clarence I. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu
sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal. Sedangkan sisi yang
terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan
atau problema kehidupan manusia. Kegiatan atau problem tersebut terdapat
beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran filsafat yaitu:
1. Sangat umum dan universal
Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum dan tingkat
keumumannya sangat tinggi. Karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan
obyek-obyek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep yang
sifatnya umum. Misalnya tentang manusi, tentang keadilan , tentang kebebasan
dan lainnya.
2. Tidak faktual
Pengertian tidak factual kata lainnya adalah spekulatif, yang artinya
filsafat membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak
6
berdasarkan ada bukti. Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui batas dari
fakta-fakta pengetahuan ilmiah.
5.Implikatif
Pemikira filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandun implikasi
(akibat logis), dan dari implikasi tersebut diharapkan akan mampu melahirkan
pemikiran baru, sehingga akan terjadi proses pemikiran yang dinamis: dari tesis
ke anti tesis kemudian sintesis, dan seterusnya
sehingga tiada habishabisnya.Pola pemikiran yang implikatif (dialektis) akan dapa
t menyuburkan intelektual.
7
dibidang itu. Sebagaimana yang di rumuskan para ahli Sebagaimana yang dikutip
A. Susanto dalam Filsafat Ilmu sebagai berikut :
8
terhadap pendapat-pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam
rangka ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat
demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian jelas bukan suatu cabang
ilmu yang bebas dari praktik ilmiah senyatanya.
6. Peter Caw filsafat ilmu adalah suatu bagian filsafat yang mencoba
berbuat bagi ilmu apa yang filsafat umumnya melakukan pada seluruh
pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal di satu pihak,
ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan
menyajikannya landasan bagi keyakinan dan tindakan di pihak lain,
filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan
sebagai suatu landasan bagi tindakan termasuk teori-teori nya sendiri
dengan harapan dan penghapusan tidak ajegan dan kesalahan. Caw
yakin bahwa melalui filsat ilmu seseoang membangun dua hal,
menyajikan teori sebagai landasan bagi keyakinan tindakan dan
memeriksa secara kritis segala sesuatu sebagai landasan bagi sebuah
keyakinan atau tindakan.
7. Alfred Cyril Ewing Filsafat ilmu menurutnya adalah salah satu bagian
filsafat yang membahas tentang logika, di mana di dalamnya
membahas tentang cara yang di khususkan metode-metode dari ilmu-
ilmu yang berlainan . Lebih lanjut menjelaskan tanfa penguasaan filsafat
ilmu, maka akan sulitlah seseorang dalam usahanya untuk memahami
tentang ilmu secara baik dan profesional.
8. The Liang Gie Merumuskan Filsafat ilmu merupakan segenap
pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal
yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan sega
la segi kehidupan manusia. Bagi Gie, filsafat ilmu bukan hanya
di pahami sebagai ilmu untuk mengetahui metode dan analisis ilmu-
ilmu lain, tetapi filsafat ilmu sebagai usaha seseorang dalam mengkaji
persoalan-persoalan yang muncul melalui perenungan yang mendalam
agar dapat diketahui duduk persoalannya secara mendasar sehingga
dapat di manfaatkan dalam kehidupan manusia
9
9. Menurut Beerling, filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri
mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh
pengetahuan tersebut. Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat
pengetahuan atau epistemologi yang secara umum menyelidiki syarat-
syarat serta bentuk bentuk pengalamn manusia juga mengenai logika
dan metodologi.
10. Jujun S, Suriasumantri menjelaskan bahwa filsafat ilmu merupakan
suatu pengetahuan atau epistemologi yang mencoba menjelaskan rahasia
alam agar gejala alamiah tak lagi merupakan misteri, secara garis
besar, Jujun menggolongkan pengetahuan menjadi tiga kategori umum,
yakni
1) pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk yang disebut
juga dengan etika
2) pengetahuan tentang indah dan jelek, yang disebut dengan
estetika atau seni
3) pengetahuan tentang yang benar dan salah, yang disebut
dengan logika.
Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang berwujud, yaitu segala
sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik materi konkret, fisik, maupun yang
material abstrak, psikis. Termasuk pula pengertian abstrak-logis, konsepsional,
spiritual, nilai-nilai. Dengan demikian obyek filsafat tak terbatas, yakni segala
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Objek material filsafat adalah segala
yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak
tampak. Objek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain. Ada yang
tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam
metafisika. Sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga bagian,
yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran dan yang ada dalam
kemungkinan.
10
Objek Material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu
pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu,
sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara umum. Dalam
gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat. Objek
material filsafat (segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat) setidaknya ada 3
persoalan pokok :
1) Hakikat Tuhan
2) Hakikat Alam
3) Hakikat Manusia.
Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam
(kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi – filsafat ketuhanan dalam
konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan).
Antropologi, kosmologi dan teologi sekalipun kelihatan terpisah akan tetapi saling
berkaitan juga, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat
dilepaskan dari yang lain. Ada beberapa pengertian objek material filsafat, yaitu:
1. Segala bentuk pemikiran manusia tentang sesuatu yang ada dan mungkin
ada;
2. Segala persoalan pokok yang dihadapi manusia saat dia berpikir tentang
dirinya dan tempatnya di dunia;
3. Segala pengetahuan manusia serta apa yang ingin diketahui manusia.
Dalam hal ini permasalahan yang dikaji oleh filsafat meliputi:
1. Logika ( benar dan salah )
2. Etika ( baik dan buruk )
3. Estetika ( indah dan jelek )
4. Metafisika (zat dan pikiran )
5. Politik ( organisasi pemerintahan yang ideal).
Objek Formal Filsafat
Sedangkan objek formal filsafat ilmu adalah sudut pandang dari mana
sang subjek menelaah objek materialnya. Misalnya objeknya “manusia” yang
dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, di antaranya psikologi, antropologi,
sosiologi, dan sebagainya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu
11
pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem
mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana
cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia.
Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu
pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis. Objek
formal filsafat ilmu merupakan sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari
penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material
itu di sorot.
12
seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni
tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam
ataupun kebenaran. Kita dapat mengamati juga dengan akal pikiran kita bahwa
analisa atau rancangan teori tersebut masuk akal atau tidak. Jika dalam teori bisa
di terima dengan akal, maka teori tersebut dapat kita nyatakan benar dengan
pengetahuan.
13
3.Problem menurut David Hull
Filsuf biologi ini mengemukakan persoalan yang berikut:
“The overriding question that pervades these latter volumes (The
Foundations of Philosophy Series) is whether the traditional divisions of the
empirical sciences into separate disciplines like geology, astronomy, and
sociology reflect only differences in subject matter or result from basic differences
in methodology. In short, is there a single philosophy of science, that is equally
applicable to all areas of natural science, or are there several philosophies of
science, each appropriate in its own domain?” (Persoalan menyampingkan yang
meliputi jilid-jilid belakangan ini (seri Foundation of Philosophy) ialah apakah
pembagian tradisional dari ilmu-ilmu empiris dalam cabang-cabang pengetahuan
yang terpisah seperti geologi, astronomi, dan sosiologi mencerminkan semata-
mata perbedaan dalam pokok soal ataukah hasil dari yang berlaku merata pada
semua perbedaan pokok dalam metodologi. Secara singkat, adakah suatu filsafat
ilmu tunggal yang berlaku merata pada semua bidang ilmu kealaman, atau adakah
beberapa filsafat ilmu yang masing-masing cocok dalam ruang lingkupnya
sendiri?.
14
2.6. Manfaat Belajar Filsafat Ilmu
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali manfaat belajar filsafat yang
bisa dipetik, beberapa diantaranya adalah:
1. Filsafat akan mengajarkan untuk melihat segala sesuatu secara multi dimensi
Ilmu ini akan membantu kita untuk menilai dan memahami segala sesuatu
tidak hanya dari permukaannya saja, dan tidak hanya dari sesuatu yang
terlihat oleh mata saja, tapi jauh lebih dalam dan lebih luas. Dengan kata
lain,
2. Filsafat mengajarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri sendiri dan
dunia – Manfaat belajar filsafat akan membantu memahami diri dan sekeliling
dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar.
3. Filsafat mengasah hati dan pikiran untuk lebih kritis terhadap fenomena
yang berkembang – Hal ini akan membuat kita tidak begitu saja menerima
segala sesuatu tanpa terlebih dahulu mengetahui maksud dari pemberian yang kita
terima.
5. Belajar dari para filsuf lewat karya-karya besar mereka – Kita akan
semakin tahu betapa besarnya filsafat dalam mempengaruhi perkembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, karya seni, pemerintahan, serta bidang-bidang
yang lain.
6. Filsafat akan membuka cakrawala berpikir yang baru – Ide-ide yang lebih
kreatif dalam memecahkan setiap persoalan, lewat penalaran secara logis,
tindakan dan pemikiran yang koheren, juga penilaian argumen dan asumsi secara
kritis.
15
7. Filsafat membantu kita untuk dapat berpikir dengan lebih rasional –
Membangun cara berpikir yang luas dan mendalam, dengan integral dan koheren,
serta dengan sistematis, metodis, kritis, analitis, dan logis.
10. Memiliki pandangan yang luas – Manfaat belajar filsafat dalam hal ini, akan
mengurangi kecenderungan sifat egoisme dan egosentrisme.
11. filsafat membantu menjadi diri sendiri – Lewat cara berpikir yang
sistematis, holistik dan radikal yang diajarkan tanpa terpengaruh oleh pendapat
dan pandangan umum.
12. Filsafat akan membangun landasan berpikir – Komponen utama baik bagi
kehidupan pribadi terutama dalam hal etika, maupun bagi berbagai macam ilmu
pengetahuan yang kita pelajari.
13. Filsafat dengan sifatnya sebagai pembebas – Manfaat belajar filsafat akan
mendobrak pola pikir yang terbelenggu tradisi, mistis, dan dogma yang menjadi
penjara bagi pikiran manusia.
15. Filsafat dapat menjadi landasan historis-filosofis – Dalam hal ini, berasal
dari berbagai macam kajian disiplin ilmu yang kita tekuni.
16
BAB III
PENUTUP
3.1. SIMPULAN
Keberadaan manusia di dunia sesuunguhnya sebagai mahluk yang diciptakan
Allah SWT yang diberi kemampuan untuk berpikir (akal), sedangkan tujuan akhir
hidup manusia menurut Islam adalah mendapatkan kebahagiaan hakiki. Sebagai
mahluk yang berpikir (memiliki akal)
itulah yang menyebabkan manusia berfilsafat.
Filsafat dapat dimaknai sebagai ilmu pengetahuan yang berupaya mengkaji
tentang masalah-masalah yang muncul dan berkenaan dengan segala sesuatu, baik
yang sifatnya materi maupun immateri secara sungguh-sungguh guna menemukan
hakikat sesuatu yang sebenarnya, mencari prinsip-prinsip kebenaran, serta
berpikir secara rasional-logis, mendalam dan bebas, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan manusia.
Sedangkan ilmu dapat dimaknai sebagai suatu metode berpikir secara obyektif
dalam menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia fuktual dan berprinsip
untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense.
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang membahas tentang ilmu. Tujuan
filsafat ilmu adalah mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara
bagaimana ilmu pengetahuan itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan
tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara memperolehnya. Pokok perhatian
filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.
Tujuan mempelajari filsafat ilmu pada dasarnya adalah untuk memahami
persoalan ilmiah dengan melihat ciri dan cara kerja setiap ilmu atau penelitian
ilmiah dengan cermat dan kritis.
3.2. SARAN
Dengan terselesainya makalah ini, diharapkan manusia mulai berfilsafat,
maksudnya berpikir dengan teliti dan teratur untuk memecahkan problem-problem
dan memandang permasalahannya dari sudut yang hakiki. Maka dari itu pada
hakekatnya, filsafat mengemukakan pandangan-pandangan yang bersifat akar dari
17
ilmu yang lain. Namun disamping itu antara ilmu filsafat dan ilmu-ilmu lain
terdapat kesamaan-kesamaan sifat, yaitu bahwa semuanya tertarik pada
pengetahuan dan masing-masing adalah lapangan yang mengadakan pemeriksaan
dan penemuan, mempunyai objek, metode penelitian dan sistem. Sehingga filsafat
merupakan induk dari pengetahuan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Http://chan22.blogspot.com/2013/10/Pengertian-filsafat-serta-objek-
ruang.html (Selasa, 27 Oktober 2014).
Http://adelaistanto.blogspot.com/2013/01/filsafat-objek-filsafat-ilmu.html, (Selasa,
27 Oktober 2014).
Http://ayinosa31.wordpres.com/2010/03/29/ciri-ciri-sifat-dasar-filsafat.html
(Minggu, 02 November 2014).
Http;//kajed-alhikmahkajen.blogspot.com/2010/07/filsafat.html (Minggu, 02
November 2014).
19