Anda di halaman 1dari 7

OBJEK MATERIAL DAN OBJEK FORMAL DALAM

FILSAFAT

Paper Halaqoh
Disajikan pada tanggal 31 Agustus 2019

Pengasuh:
Prof. Dr. Kyai H. Achmad Mudlor, S.H

Oleh:
Faiq Dzihnan
Mahasiswa Semester VII
Prodi Teknik Geofisika
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya

Halaqoh Ilmiah

LEMBAGA TINGGI PESANTREN LUHUR MALANG

Agustus 2019
A. Pendahuluan
Filsafat memiliki usia yang cukup panjang dalam sejarah ilmu
pengetahuan. Filsafat lebih tua usianya daripada semua ilmu dan kebanyakan
agama. Filsafat kadang-kadang dinamakan science of sciences (induk dari
ilmu pengetahuan) karena pada masa sebelum tumbuh dan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi para filsuf kuno telah meletakkan landasan
bagi semua disiplin atau cabang ilmu, baik disiplin ilmu – ilmu kealaman
maupun disiplin ilmu – ilmu sosial dan humaniora .Walaupun demikian, bagi
kebanyakan orang awam, bahkan sebagian ilmuwan beranggapan bahwa
filsafat itu merupakan sesuatu yang kabur atau sesuatu yang sepertinya tidak
ada gunanya karena hasil “lamunan” belaka, tanpa metode, tanpa kemajuan,
dan penuh perbedaan serta perselisihan pendapat (Hamersma, 2008)

Namun sesungguhnya, setiap orang dapat berfilsafat dalam kehidupan


sehari-hari mereka, misalnya pendapat seseorang (point of view) untuk
menyatakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan
mana yang buruk, mana yang indah dan mana yang jelek, mana yang berguna
dan mana yang tidak berguna, suka atau tidak suka, serta cinta atau benci
tanpa perlu berpikir sulit dan rumit. Akan tetapi, bagi seorang filsuf,
berfilsafat itu ialah berpikir dan merenungkan segala sesuatu dengan
sungguh-sungguh secara mendalam dan mendasar untuk menemukan jawaban
segala pertanyaan sampai ke akar-akarnya untuk dapat memahami hakikat
segala sesuatu. Alhasil, filsafat adalah upaya dan hasil dari pemikiran serta
renungan manusia dengan akal (budi) dan kalbunya (hati nurani) tentang
segala sesuatu secara rasional, kritis, sistematis, spekulatif, dan runtut serta
sungguh-sungguh mendasar dan meluas untuk mencari, mencari, dan terus
mencari sampai menemukan kebenaran yang hakiki (Ismaun, tanpa tahun:5).

Aktifitas manusia dalam berfikir dan mencari jawaban (berfilsafat) tentu


tidak terlepas dari objek yang menjadi bahan untuk ditelaah. Berdasarkan segi
isi dan substansinya, objek filsafat terbagi menjadi dua yaitu objek material
dan formal yang akan dibahas lebih lanjut di paper ini.

B. Pembahasan
1. Pengertian Filsafat

Mudhofir (2001:277) menjelaskan pengertian filsafat (philosophy)


berasal dari bahasa Yunani philosophia. Istilah Yunani philein yang berarti
mencintai, sedangkan philos = teman. Istilah Sophos = bijaksana,
sedangkan Sophia = kebijaksanaan. Apabila istilah filsafat mengacu pada
asal kata philen dan sophos, maka berarti mencintai sifat bijaksana
(bijaksana sebagai kata sifat). Apabila filsafat mengacu pada asal kata
philos dan sophia, maka berarti teman kebijaksanaan (kebijaksanaan
sebagai benda).

Definisi tentang filsafat banyak sekali, berbeda-beda rumusan, dan


penekanan tentang esensinya yang diberikan oleh setiap filsuf. Namun
demikian, terdapat kesamaan yang umum. Ada beberapa definisi tentang
filsafat seperti berikut.

a. Plato (427—348 SM)


Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang berupaya mencapai kebenaran
asli.

b. Aristoteles (382—322 SM)


Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di
dalamnya terdapat ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, politika,
dan estetika.

c. AI Farabi (870—950 M)
Filsafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam maujud bagaimana
hakikat yang sebenarnya.

d. Immnuel Kant (1724—1804)


Filsafat ialah segala pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal
segala pengetahuan yang mencakup empat persoalan berikut.
1. Apakah yang dapat kita ketahui? (Jawabannya metafisika).
2. Apa yang seharusnya kita kerjakan? (Jawabannya etika).
3. Sampai di manakah harapan kita? (Jawabannya agama).
4. Apakah yang dinamakan manusia? (Jawabannya antropologi).

Sidi Gazalba (1974:7) mengatakan bahwa filsafat adalah hasil


kegiatan berpikir yang radikal, sistematis dan universal. Kata ―radikal
dalam konteks ini dikaitkan dengan bahasa Latin ―radix yang artinya
akar. Filsafat bersifat radikal, artinya permasalahan yang dikaji,
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diberikan bersifat
mendalam sampai ke akar-akarnya yang bagi orang awam mungkin
dianggap hal biasa yang tidak perlu dibahas lagi, tetapi filsafat ingin
mencari kejelasan makna dan hakikatnya. Filsafat bersifat sistematis
artinya pernyataan-pernyataan atau kajian-kajiannya menunjukkan adanya
hubungan satu sama lain, saling berkait dan bersifat koheren (runtut). Di
dalam tradisi filsafat ada paham-paham atau aliran besar yang menjadi titik
tolak dan inti pandangan terhadap berbagai pertanyaan filsafat. Misal:
aliran empirisme berpandangan bahwa hakikat pengetahuan adalah
pengalaman. Tanpa pengalaman, maka tidak akan ada pengetahuan.
Pengalaman diperoleh karena ada indera manusia yang menangkap objek-
objek di sekelilingnya (sensasi indera) yang kemudian menjadi persepsi
dan diolah oleh akal sehingga menjadi pengetahuan. Filsafat bersifat
universal, artinya pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban filsafat
bersifat umum dan mengenai semua orang. Misalnya: Keadilan adalah
keadaan seimbang antara hak dan kewajiban. Setiap orang selalu berusaha
untuk mendapatkan keadilan. Walaupun ada perbedaan pandangan sebagai
jawaban dari pertanyaan filsafat, tetapi jawaban yang diberikan berlaku
umum, tidak terbatas ruang dan waktu. Dengan kata lain, filsafat mencoba
mengajukan suatu konsep tentang alam semesta (termasuk manusia di
dalamnya) secara sistematis.
2. Objek Filsafat

Bila kita membicarakan tentang pengetahuan yang sistematis, pasti


ada kejelasan mengenai objeknya. Objek dibedakan menjadi dua macam,
yaitu objek material dan objek formal. Setiap ilmu mempunyai objek
material dan objek formal masing-masing. Demikian pula halnya dengan
filsafat (Kattsoff, 1987). Sering orang mengatakan bahwa salah satu
perbedaan antara ilmu empiris dan filsafat adalah karena objeknya ini.

a) Objek Material
Objek material filsafat meliputi segala sesuatu yang ada. Segala
sesuatu itu adalah Tuhan, alam dan manusia. Bandingkanlah dengan
ilmu empiris dan ilmu agama. Objek ilmu empiris hanya manusia dan
alam. Ilmu empiris tidak mempermasalahkan atau mengkaji tentang
Tuhan, tetapi ilmu-ilmu agama (teologi) sebagian besar berisi kajian
tentang ketuhanan ditinjau dari perspektif dan interpretasi manusia
terhadap wahyu atau ajaran para Nabi. Ilmu Filsafat mengkaji tentang
alam, manusia dan Tuhan. Sepanjang sejarah filsafat, kajian tentang
alam menempati urutan pertama, kemudian disusul kajian tentang
manusia dan Tuhan. Pada abad pertengahan di Eropa ketika filsafat
menjadi abdi teologi, banyak kajian-kajian filsafati tentang Tuhan.
Setelah masuk zaman modern, fokus kajian filsafat adalah manusia.

b) Objek Formal

Objek formal (sudut pandang pendekatan) filsafat adalah dari sudut


pandang hakikatnya. Filsafat berusaha untuk membahas hakikat segala
sesuatu. Hakikat artinya kebenaran yang sesungguhnya atau yang sejati,
yang esensial, bukan yang bersifat kebetulan. Sebagai contoh dapat
dikemukakan di sini. Manusia sebagai objek kajian ilmu dan filsafat
dapat dikaji dari berbagai sudut pandang. Manusia dapat dikaji dari
sudut interaksinya dalam hidup bermasyarakat. Inilah sudut pandang
sosiologi. Manusia juga dapat ditinjau dari sisi kejiwaannya. Inilah
sudut pandang psikologi. Manusia dapat ditinjau dari perilakunya dalam
memenuhi kebutuhan hidup yang cenderung tidak terbatas dihadapkan
dengan benda-benda yang terbatas. Inilah sudut pandang ilmu ekonomi.
Tetapi, manusia dapat pula dibahas dari sudut pandang yang hakiki.
Inilah sudut pandang filsafat

C. Kesimpulan

Filsafat adalah hasil kegiatan berpikir yang radikal, sistematis dan


universal untuk mencapai hakikat dan kebenaran sesuatu. Objek kajian
filsafat dibagi menjadi dua yaitu objek material dan formal. Objek material
meliputi segala sesuatu yang ada, dimana secara garis besar membahas tiga
hal yaitu Tuhan, alam dan manusia. Objek formal adalah sudut pandang dari
mana subjek menelaah objek materialnya. Kedua objek ini ada untuk
mencapai tujuan dari berfilsafat yaitu untuk mengetahui hakikat dan
kebenaran sejati
DAFTAR PUSTAKA

Hamersma, Harry. 2008. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Ismaun. Pengertian Filsafat, Objek, dan Kedudukannya dalam Berbagai Ilmu


Pengetahuan. Bandung: Karya Remadja.

Kattsoff, Louis O.1987. Pengantar filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana.


Penerjemah: Soejono Soemargono

Mudhofir, Ali. 2001. Kamus Istilah Filsafat dan Ilmu. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press

Sidi Gazalba. 1973. Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.

Anda mungkin juga menyukai