Uraian tentang Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia didahului dengan
peninjauan atas arti, obyek dan tujuan pada filsafat secara umum, dan selanjutnya memasuki
bidang filsafat hidup bangsa Indonesia dan pedoman pengamalannya.
Ditinjau dari arti bahasa/etimologi atau asal usul bahasa, perkataan filsafat merupakan
bentuk kata "Falsafat", yang semula berasal dari kata Yunani Philosophia, yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
Philos/philein berarti suka, cinta, mencintai
Shopia berarti kebijaksanaan, hikmah, kepandaian, ilmu.
Jadi mengandung arti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada ilmu. Falsafah ini dalam
bahasa Belanda digunakan istilah wijsbegeerte yang meliputi dua kata:
Wijs pandai, berilmu
Begeerte keinginan
Jadi mengandung arti keinginan untuk ilmu.
“consisted in knowing that he was ignorant and that he should therefore not be colled
wise, but a lover of wisdom”
(yang ia tahu ialah, bahwa ia tidak tahu, oleh sebab itu jangan lah disebut ia berilmu,
tetapi seorang pencinta ilmu)
Dalam arti praktis filsafat mengandung makna alam berpikir/alam pikiran. Namun
berfilsafat ialah berpikir secara mendalam atau radikal. Radikal berasal dari kata radix, yang
artinya "akar". Maka berpikir secara radikal berarti berpikir sampai keakar-akarnya, dan
sungguh sungguh terhadap hakikat sesuatu.
Hakikat menurut kamus artinya ialah kebenaran, atau kenyataan yang sebenarnya.
Hakikat sesuatu berarti kebenaran dari sesuatu, sedangkan sesuatu itu bisa berupa apa saja,
seperti tentang manusia, benda, hukum, ekonomi, dan sebagainya. Dengan demikian
berfilsafat mengandung arti mencari kebenaran atas sesuatu
Selain daripada pengertian menurut segi bahasa, juga terdapat perumusan atau definisi
tentang filsafat yang diberi oleh para sarjana dan para filsuf seperti.
Mahadi, Falsafah Hukum Suatu Pengantar, (Bandung: Citra Bakti, 1989), hlm. 135-136.
Achmad Fauzi DH, cs. Pancasila, (Malang: Lembaga Penerbitan UNBRAW, 1981), hlm. 9
b. I.R. Pudjowijatno
Filsafat ialah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi
segala sesuatu berdasarkan atas pikiran belaka.
Dari berbagai ragam pengertian tentang filsafat, maka filsafat disebut queen of
knowledge (ibu/induk dari segala ilmu pengetahuan).
Tentang apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan:
Ilmu ialah pengetahuan yang mempunyai obyek, metode dan sistematika tertentu.
Pengetahuan ialah segala sesuatu kebenaran yang diterima oleh manusia, baik yang
telah teruji meniadi ilmu maupun yang belum teruji. Jadi pengetahuan mengandung
pengertian lebih luas daripada ilmu.
Ilmu pengetahuan mempelajari gejala adanya (das sein). Ilmu pengetahuan bersifat
netrali/independen, yakni tak mengharuskan dan melarang sesuatu, demikian halnya, hal itu
masuk dalam bidang politik.
Perkataan Ilmu pengetahuan juga sering dikaitkan deperkataan Teknologi. Hubungan
antara keduanya semacam pengertian: scientists seeks to know, technologists to do. (Ilmu di
gunakan manusia untuk mencari tahu, sedangkan teknologi digunakan sebagai alat untuk
mencapai maksud).
Catatan:
Metafisika berarti hal-hal yang terdapat sesudah fisika.
Metafisika dapat didefinisikan sebagai bagian pengetahuan manusia yang bersangkutan
dengan pertanyaan mengenai hakikat yang ada yang terdalam.
B. OBYEK FILSAFAT
Ditinjau dari segi obyeknya, maka obyek filsafat meliputi hal-hal yang ada dan yang
dianggap atau diyakini ada, seperti manusia, dunia, Tuhan dan lain-lain, sehingga dengan
demikian berfilsafat itu tidak mungkin mengenai hal-hal yang tidak ada.
Sehubungan dengan hal tersebut para ahli membedakan obyek filsafat atas:
a. Obyek materia, yaitu mengenai segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.
b. Obyek forma, yaitu untuk mengerti segala sesuatu yang ada sedalam-dalamnya,
hakikatnya, metafisis.
Dengan ruang lingkup demikian, filsafat mempunyai sistematika yang amat luas, yang
meliputi bidang-bidang/cabang-cabangnya ialah Ontologi, Epistemologi, dan Axiologi.
a. Ontologi ialah bidang/cabang filsafat yang menyelidiki hakikat dari realita yang ada.
Ontologi meliputi masalah apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan
kenyataan yang inheren dengan pengetahuan yang tidak terlepas dari persepsi kita
tentang apa yang "ada" (being, sein, het zijn). Paham-paham seperti
idealisme/spiritualisme, materialisme, pluralisme merupakan asumsi-asumsi dasar
ontologik yang akan menentukan apa hakikat kebenaran atau sebagaimana dicapai
melalui pengetahuan kita.
b. Epistemologi ialah suatu cabang filsafat yang membahas sumber, batas, proses
hakikat dan validitas pengetahuan.
Menurut Runers.
“Epistemologi is the branch of philosophy which investigates the origin, structure,
methods and validity of knowledge”.
(Epistemologi adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki sumber, susunan, metode-
metode dan validitas pengetahuan)
Epistemologi meliputi berbagai sarana dan tata cara menggunakan sarana dan
sumber pengetahuan untuk mencapai keberadaan atau kenyataan, Rasionalisme,
Empirism, kritisisme, fenomenologi, positivisme, merupakan aliran epistemologis
dalam upaya manusia untuk mencapai dan menemukan kebenaran atau kenyataan
ilmiah.
c. Aksiologi ialah cabang filsafat yang menyelidiki nilai
Aksiologi meliputi nilai-nilai normatif, parameter bagi apa yang disebut
kebenaran atau kenyataan dalam konteks dunia material atau non material, dunia
simbolik dan sebagainya.
Aksiologi juga menuntun dengan kaidah-kaidah normatif di dalam kita
menerapkan ilmu ke dalam praksis dalam kerangka pengembangan ilmu yang
menyangkut etik dan heuristik, bahkan sampai dimensi budaya untuk menangkap
tidak saja kemanfaatan ilmu, melainkan juga arti dan maknanya bagi kehidupan umat
manusia.
Adapun yang dimaksud dengan heuristik ialah faktor-faktor non ilmiah yang
memberi pengaruh, bahkan menjadi dasar bagi lahirnya cabang ilmu baru. Misalnya
perkembangan industri di abad ke-18 yang menimbulkan implikasi sosial dan politik,
telah melahirkan cabang ilmu yang disebut fisika sosial atau sosiologi; penggunaan
teknologi canggih untuk meningkatkan produk di berbagai bidang industri yan
banyak membahayakan lingkungan, melahirkan ilmu ekologi. Sedangkan penggunaan
komputer dalam berbagai bidang kehidupan, melahirkan filsafat matematika.
C. TUJUAN FILSAFAT
Berfilsafat mengandung tujuan, dan tujuan filsafat ini dapat dibedakan ke dalam
(dua) macam yaitu:
1. Tujuan yang teoretis
Dalam hal ini filsafat berusaha untuk mencapai kenyataan,atau untuk mencapai hal
yang nyata,
2. Tujuan Praktis
Dalam hal ini mempergunakan hasil daripada filsafat yang teoretis tersebut untuk
memperoleh pedoman-pedoman hidup guna dipraktikkan dan dijadikan pedoman
dalam praktik kehidupan. Tujuan yang praktis inilah yang umumnya dianut oleh dunia
Timur, termasuk oleh negara Indonesia.
D. KEGUNAAN FILSAFAT
Secara singkat kegunan filsafat ialah untuk memberikan dinamika dan
ketekunan dalam mencari kebenaran, arti dan makna hidup.
Sesuatu keputusan dapat mengatakan baik atau salah, religius atau tidak
religius, dan sebagainya yang berkaitan dengan unsur-unsur yang ada pada manusia,
yaitu jasmani, kepercayaan, cipta, rasa, dan karsa.
Maka sesuatu dapat dikatakan mempunyai nilai, yaitu apabila sesuatu itu
berguna/bermanfaat, benar (nilai kebenaran) indah (nilai aestheis), baik (nilai
moral/ethis), religius (nilaiagama)
Nilai Negatif ialah nilai yang merupakan antinomi dari nilai positif. Contoh:
nilai-nilai kejahatan, keburukan, ketidaksusilaan
Nilai Ekstrinsik ialah nilai yang bergantung pada nilai intrinsik dari akibat-
akibatnya.
Nilai Imanen ialah nilai yang terikat dengan pengalaman dan pengetahuan
manusia. Misalnya: melalui pengetahuan inderawi dan rasio manusia
diperoleh rasa asin, manis, luas sempit dan sebagainya.
Nilai Instrumental ialah nilai yang merupakan usaha konkretisasi dari nilai
dasar. Nilai ini biasanya telah dituangkan dalam bentuk norma, dan dijadikan
sebagai dasar bagi perwujudan suatu praksis.