(Pengertian filsafat)
Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari akar kata Philos atau
Philen yang berarti cinta, senang atau suka dan Shopos atau Shopia yang berarti bijaksana,
suci atau bersih. Dari arti kata tersebut dapat dikatakan bahwa filsafat berarti cinta
kebijaksanaan, cinta keadilan atau kebersihan. Dan orang yang berfilsafat adalah orang yang
bermaksud mencari kesucian atau kebersihan. Sedangkan secara terminology filsafat berarti
alam berpikir atau alam pikiran. Berfilsafat berarti berfikir secara mendalam (radikal) dan
memikirkan sesuatu secara mendalam untuk mendapatkan atau menemukan hakekat akan
suatu hal. Beberapa ahli memberikan pendapat mereka tentang filsafat sebagai berikut:
Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan
guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu
Aristoteles (382-322 SM). Filsafat ialah ilmu penggetahuan yang meliputi kebenaran
Estetika.
Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi,
merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-usaha
untuk mencapainya.
Harun Nasution. Filsafat adalah berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas
(tak terikat tradisi, dogma atau agama) dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-
dasar persoalan.
Harold Tisus. Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta, suatu
metode berfikir reflektif dan penelitian penalaran, suatu perangkat masalah, filsafat juga bisa
Prof. Drs. Hasbullah Bakry, S.H. Filsafat ialah ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal
manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Prof. Dr. N. Driyarkara S.J. Fisafat adalah pikiran manusia yang radikal artinya
Francis bacon. Filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu dan filsafat
Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan :
Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat
persoalan, yaitu:
apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)
(induk) dari bidang ilmu lainnya merupakan ilmu yang berusaha mengenali dan
dan menafsirkan secara kritis segala sesuatu yang dapat dikaji dengan indera manusia, dan
dijabarkan dalam konsep mendasar yang umumnya terdiri dari logika (pemikiran), etnis,
Arti dari filsafat ilmu tidak terlepas dari kata filsafat dan ilmu. Filsafat merupakan
induk dari semua ilmu yang mengkaji segala sesuatu yang bisa diindra (menjadikan alam
tentang suatu bidang pengetahuan yang disusun secara sistematis menurut metode-metode
tertent, misalnya ilmu hayat (Biologi) yang hanya mengkaji makhluk hidup.
Filsafat mengkaji atau menyelidiki semua kenyataan yang dikaji oleh tiap-tiap
cabang ilmu dan berusaha menyelidiki ada tidaknya keterkaitan antara kenyataan-kenyataan
tersebut. Dengan kata lain, filsafat melihat alam ini sebagai objek pemikiran sedangkan ilmu
cabang hanya mengkaji sebab akibat dan kejadian-kejadian sesuatu. Filsafat selain mengkaji
sebab akibat juga mengkaji hakekat sesuatu. Filsafat senantiasa mencari hakekat sesuatu
mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum-hukum, dan sebagainya dari segala seseuatu yang
filsafat asal Amerika Serikat berpendapat bahwa filsafat ilmu adalah “That philosopic
discipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its
concepts and presupposition, and its place in the general scheme of intellectual discipline”.
Artinya, filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafati yang merupakan studi
sistematis mengenai ilmu, khusunya metode, konsep dan praanggapan, serta letaknya dalam
Filsafat bahasa merupakan bagian dari filsafat yang mengkombinasi antara ilmu
linguistik dan filsafat. Ilmu ini menyelidiki dan mempelajari kodrat dan
kedudukan bahasa dalam kegiatan manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoretis
linguistik. Filsafat bahasa merupakan penyelidikan filsofis untuk mencari hakikat ilmu
pengetahuan bahasa dengan menjelaskan berbagai penggunaan tanda bahasa serta simbol
dasar komunikasi.
Kinayati Djojosuroto (2007 : 452) membagi filsafat bahasa kedalam dua bagian
yakni filsafat bahasa ideal dan filsafat bahasa sehari-hari. Dia berpendapat bahwa filsafat
bahasa merupakan bidang filsafat khusus yang membahas tentang hakikat bahasa, unsur-
unsur pembentuk bahasa, hubungan bahasa dengan pikiran manusia, hakikat bahasa sebagai
Filsafat bahasa adalah teori tentang bahasa yang berhasil dikemukakan oleh para
bahasa ialah usaha para filsuf memahami conceptual knowledge melalui pemahaman
terhadap bahasa.
Dalam upaya mencari pemahaman ini, para filsuf telah juga mencoba mendalami
hal-hal lain, misalnya fisika, matematika, seni, sejarah, dan lain-lain.Cara bagaimana
matematika dan lain-lain itu diyakini oleh para filsuf berhubungan erat dengan hakikat
pengetahuan atau dengan pengetahuan konseptual itu sendiri.Jadi, dengan meneliti berbagai
cabang ilmu itu, termasuk bahasa, para filsuf berharap dapat membuat filsafat tentang
Letak perbedaan antara filsafat bahasa dengan linguistik adalah linguistik bertujuan
bahasa menganggap bahwa kejelasan tentang hakikat bahasa itulah tujuan akhir kegiatannya,
sedangkan filsafat bahasa mencari hakikat ilmu pengetahuan atau hakikat pengetahuan
mempelajari bahasa bukan sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai objek sementara agar
pada akhirnya dapat diperoleh kejelasan tentang hakikat pengetahuan konseptual itu.
Filsafat bahasa merupakan (1) kumpulan hasil pikiran para filosof mengenai hahikat
bahasa yang disusun secara sistematis untuk dipelajari dengan menggunakan metode
tertentu, (2) metode berpikir secara mendalam (radik), logis, dan universal mengenai hakikat
bahasa.Filsafat bahasa bisa dilihat dari dua sudut pandang.Pertama, filsafat bahasa dilihat
sebagai ilmu dan kedua, filsafat bahasa dilihat sebagai suatu metode.Jika dilihat sebagai
ilmu, filsafat bahasa mengacu pada kumpulan hasil pikiran para filsof mengenai bahasa yang
disusun secara sistematis untuk dipelajari dengan menggunakan metode tertentu. Jika dilihat
sebagai metode berpikir, filsafat bahasa mengacu pada metode berpikir secara mendalam,
Kajian filsafat dimanfaatkan oleh ahli bahasa untuk mengembangkan teori bahasa.
Filsafat empirisme, yang salah satu tokohnya John Lock, mempengaruhi ahli bahasa
Ferdinand de Saussure untuk mengkaji bahasa. Teori bahasa yang dikembangkan oleh
Saussure ini terkenal dengan sebutan Linguistik Struktural. Filsafat rasionalisme, yang salah
satu tokohnya Rene Descartes, mempengaruhi kajian bahasa, seperti yang dilakukan oleh
Noam Chomsky. Teori bahasa yang dikembangkan oleh Chomsky disebut Tatabahasa
terus menerus dan kini kita memiliki banyak aliran linguistik: antara lain; aliran tatabahasa
tatabahasa sistemik-fungsional.
Secara umum, objek material filsafat bahasa adalah bahasa itu sendiri. Perbedaan
filsafat bahasa dan ilmu bahasa adalah bahwa (1) filsafat bahasa mengkaji bahasa dari sudut
pandang filsafati; sedang (2) ilmu bahasa mengkaji bahasa dari sudut pandang aspek-aspek
atau unsur-unsur yang membangun bahasa mulai dari tataran fonologis, morfologis,
lain sebagai explanatory function yang bermakna bahwa filsafat ini menjelaskan dan
menguraikan ilmu lain dengan kata-kata yang ada dalam bahasa. Atau dengan kata lain,
filsafat analitik merupakan bahasa yang digunakan untuk menjelaskan ilmu lain.
tajam dan tersusun. Secara terminology, filsafat analitik adalah suatu gerakan
filosof abad ke 24, khususnya di Inggris dan Amerika Serikat yang memusatkan
menemukan bentuk-bentuk yang paling logis dan singkat yang cocok dengan fakta-fakta
berarti tindak memecah sesuatu ke dalam bagian -bagiannya. Tepat bahwa itulah
Didalam kamus popular filsafat, filsafat analitik adalah aliran dalam filsafat yang
berpangkal pada lingkaran Aina. Filsafat analitik menolak setiap bentuk filsafat yang berbau
metafisik. Juga ingin menyerupai ilmu-ilmu alam yang empiric, sehingga criteria yang
berlaku dalam ilmu eksakta juga harus dapat diterapkan pada filsafat (misalnya harus dapat
dibuktikan dengan nyata, istilah-istilah yang dipakai harus berarti tunggal, jadi menolak
analitika bahasa. Peranan rasio, indra, dan intuisi manusia sangat menentukan dalam
pengenalan pengetahuan manusia. Oleh karena itu, aliran rasionalisme yang menekankan
otoritas akal, aliran empirisme yang menekankan peranan pengalaman indera dalam
pengenalan pengetahuan manusia serta aliran materialism dan kritisisme Immanuel Kant
menjadi sangat penting sekali pengaruhnya terhadap tumbuhnya filsafat analitika bahasa
Filsafat Bahasa Biasa (juga dikenal sebagai Filosofi Linguistik atau Filosofi Bahasa
Alami) adalah sekolah filosofis abad ke-20 yang mendekati masalah filosofis tradisional
yang berakar pada kesalahpahaman yang dikembangkan filsuf dengan melupakan arti kata-
kata sebenarnya dalam bahasa, dan membawanya ke dalam abstraksi dan di luar konteks.
Filsafat bahasa biasa adalah penggunaan filsafat dalam ilmu bahasa dimana bahasa
sebagai objek dari filsafat itu sendiri.Filsafat bahasa lebih menekankan pada aspek
pragmatik, yaitu bagaimana penggunaan suatu istilah atau ungkapan dapat mengandung arti..
menyelesaikannya. Untuk lebih jelasnya, lihat bagian tentang doktrin Filem Bahasa Biasa.
filosofis yang kecil, dan bahasa biasa hanya terlalu bingung untuk membantu memecahkan
masalah metafisik dan epistemologis. Filsuf analitik seperti Ludwig Wittgenstein muda,
Bertrand Russell, W.V.O. Quine dan Rudolp Carnap (1891 - 1970), semuanya berusaha
memperbaiki bahasa alami dengan menggunakan sumber daya Logika modern, dalam upaya
membuatnya lebih tidak ambigu dan akurat mewakili dunia, untuk lebih mengatasi masalah
kata tergantung penggunaannya dalam bahasa, dan makna sebuah bahasa tergantung
penggunaannya dalam kehidupan”Ada dua fase pokok dalam masa Wittgenstein II yang
I.Pertama, filsafat bahasa biasa (ordinary language philosophy). Munculnya filsafat bahasa
biasa dipicu oleh kegalauan terhadap kegagalan bahasa logika dalam menjelaskan jubelan
realitas.Fakta bahwa sangat banyak model bahasa dalam kehidupan nyata sehari-hari, yang
menghasilkan makna-makna yang sangat beragam bahkan terhadap satu kata atau proposisi,
memperlihatkan betapa bahasa logika tidak mampu menjawab keinginan dasar filsafat
analitika untuk mengentaskan kerancuan makna bahasa. Batu pondasi filsafat bahasa sehari-
hari ini menganut prinsip bahwa makna kata ditentukan oleh penggunaannya.Jika filsafat
bahasa logika mengidealkan ketunggalkan makna dalam suatu kata dan proposisi
(uniformitas), sementara fakta keseharian memperlihatkan begitu banyak ragam makna yang
muncul secara nyata, maka wajarlah kalau lahirnya filsafat bahasa biasa disambut luas untuk
bahwa kelemahan mendasar bahasa logika ialah tidak mampu menyentuh seluruh realitas
pada keanekaraman bahasa biasa dan cara penggunaannya, yang memproduksi keragaman
makna nyata. Jika dibandingkan dengan masa Wittgenstein I, era Wittgenstein II berubah
Pertama, bahwa bahasa dipakai hanya untuk satu tujuan saja, yakni menetapkan
Kedua, bahwa kalimat mendapatkan maknanya dengan satu cara saja, yakni
Ketiga, setiap jenis bahasa dapat dirumuskan dalam bahasa logika yang sempurna,
meskipun pada pandangan pertama barangkali sukar untuk dilihat.Lepas dari persoalan
perubahan filosofis yang sangat mendasar pada diri Wittgenstein tersebut, yang pasti melalui
6. What are the major topics in philosophy of language? (Topik utama dalam filsafat
bahasa)
o Makna alami (semantic:apa yang dimaksud?) keaslian makna, bagaimana makna itu
bisa diketahui
o Hubungan antara bahasa dan realitas (kebenaran, makna dan realitas dunia)
o Bahasa sebagai sarana dalam logika (kegiatan bernalar manusia itu dapat
dikomunikasikan kepada oraang lain dan dapat mewakili kebenaran isi pikiran
manusia)
Filsafat Bahasa adalah penerapan terhadap filsafat ilmu untuk mempelajari bahasa;
Bahasa sebagai objek penelitian. Atau, filsafat ilmu seperti yang diterapkan pada bahasa.
Filosofi Linguistik adalah pandangan bahwa masalah filosofis adalah masalah yang
dapat dipecahkan atau dibubarkan baik dengan mereformasi bahasa atau lebih memahami
Filsafat Linguistik adalah penerapan filsafat ilmu terhadap linguistik, atau filsafat ilmu
yang diterapkan pada linguistic terutama berkaitan dengan: materi pelajarannya, apa tujuan
teoritisnya, bentuk teori apa yang harus diambil, dan apa yang penting sebagai data.
atau PoS yang diterapkan pada linguistik terutama berkaitan dengan: materi pelajarannya;
Apa tujuan teoritisnya; Bentuk teori apa yang harus diambil; Dan yang penting sebagai data.
Selain itu, Filosofi Bahasa digunakan secara bergantian dengan Filsafat Bahasa.
Philosophy of Linguistics dengan Language Philosophy adalah terletak dari segi cakupannya,
philosophy of language menjadikan bahasa sebagai subjeknya dengan fokus perhatian dari
segi makna, yang menjelaskan apa “makna” itu, apa yang dimaksudkan pada saat
bertujuan mendapatkan kejelasan tentang bahasa atau mencari hakikat bahasa. Jadi, para
peneliti bahasa menganggap bahwa kejelasan tentang hakikat bahasa adalah tujuan akhir
kegiatan, sedangkan filsafat bahasa mencari hakikat ilmu pengetahuan atau hakikat
filsuf mempelajari bahasa bukan sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai objek sementara
8. Who are considered philosophers of language; and what are their major concerns or
ideas?
John Locke merupakan salah satu filsuf Inggris yang paling terkenal di abad ke-17.
Dia memberikan kontribusi besar pada teori modern tentang pemerintahan liberal dan juga
memberikan pengaruh luar biasa pada bidang teologi, toleransi beragama, dan teori
pendidikan. Tak hanya itu, Locke juga dianggap sebagai pendiri aliran Empirisme di
lahir, pikiran manusia seperti kertas kosong yang menunggu untuk ditulisi oleh
pengalaman di dunia selama hidupnya.”. Dari pernyataan itu dia menawarkan teori
tersebut dengan berbagai cara. Pengetahuan terdiri dari jenis hubungan khusus dan gagasan
yang berbeda.
Karya Locke yang paling fenomenal tersebut didedikasikan untuk bahasa. Inti
pemikirannya tentang bahasa sebagai semacam artefak, yang sifatnya ditentukan oleh apa
yang dilakukannya dan apa fungsingnya. Oleh karena itu, Locke menawarkan 8 gagasan
penting tentang sifat bahasa yang saling berkaitan satu dengan yang lain sebagai berikut:
a) (L1) The nature of language is defined by its function yang bermakna bahwa sifat
b) (L2) The function of language is to communicate. Fungsi dari bahasa adalah untuk
c) (L3) What language is meant to communicate is thought. Apa yang ingin diucapkan/
disampaikan adalah apa yang kita pikirkan. Konsepsi fungsional bahasa ini digunakan
oleh Locke yang memberikan penjelasan umum tentang arti kata-kata. Ide dasarnya
d) (L4) Words signify or mean the components of what they are trying to communicate.
Penandaan atau pemaknaan komponen kata adalah upaya untuk menunjukkan apa
yang ingin mereka ungkapkan. Locke berpendapat bahwa words adalah tanda atau
symbol dan signify adalah komponen dari pemikiran dan terkadang dia menggunakan
e) (L5) The components of thought are ideas. Komponen dari pemikiran adalah ide tau
gagasan. Locke berpendapat bahwa buah dari pemikiran adalah gagasan namun tak
f) (L6) One person’s ideas cannot be perceived by another. Gagasan seseorang tidak
dapat dirasakan atau dilihat oleh orang lain. Yang berarti bahwa seseorang tidak akan
mampu mengetahui dan memahami gagasan orang lain tanpa adanya bunyi suara yang
diucapkan si pembicara.
g) (L7) The relation between words and what they signify or mean is arbitrary.
Hubungan antara kata-kata dan apa yang mereka tandai atau maksudkan selalu
itu secara intrinsik tidak bermakna, mereka hanya akan menjadi bermakna jika
h) (L8) Words are not intrinsically meaningful. Kata atau bahasa tidak selalu makna yang
Gottlob Frege merupakan ahli matematika dan filsuf Jerman yang secara luas
dianggap sebagai bapak filsafat analitik. Karyanya telah membentuk segala sesuatu yang
telah ditulis dalam filsafat bahasa dalam tradisi analitik. Morris berpendapat bahwa ada dua
alasan utama untuk hal tersebut. Pertama, filsafat bahasanya menyajikan cara yang
berterima untuk apa yang nampak paling alami dan intuitif tentang jenis pendekatan bahasa
yang ditemukan di Locke, sementara menolak dengan tegas apa yang paling dipertanyakan
mengenai hal tersebut. Dan, kedua, karyanya menawarkan prospek pendekatan yang benar-
Frege memiliki asumsi yang sama dengan Locke tentang bahasa dalam tiga aspek
yakni: (L1) Sifat/ dasar bahasa ditentukan oleh fungsinya, (L2) Fungsi bahasa adalah untuk
berkomunikasi; dan (L3) Apa yang ingin diucapkan/ disampaikan adalah apa yang kita
pikirkan. Namun, Frege memiliki pendapat yang berbeda tentang (L4) Penandaan atau
pemaknaan komponen kata adalah upaya untuk menunjukkan apa yang ingin mereka
ungkapkan dan (L5) Komponen dari pemikiran adalah gagasan yang dikemukakan oleh
Locke.
Karya filsafat pertama Frege (berlawanan dengan matematika atau logika) adalah
The Foundations of Arithmetic. Kata Pengantar untuk karya ini berisi dua prinsip penting
(F1) It’s not true that all words mean or refer to ideas. Tidaklah benar bahwa semua
(F2) the meaning of a word is what is known by someone who understands the word.
Arti sebuah kata adalah apa yang diketahui oleh seseorang yang mengerti kata tersebut.
Dan argumen dari asumsi itu berarti bahwa semua orang ini mengerti sebuah kata
dalam arti yang sama, meskipun mereka menghubungkan Ide yang berbeda dengan
Selain itu, Gottlob Frege's Frege On Sense and Reference (Über Sinn und
berfilsafatnya. Dengan kata lain, filsafat itu sendiri pada intinya adalah logika. Frege
dasar yang kokoh bagi matematika dapat ‘diamankan’ melalui logika dan analisis yang
ketat terhadap logika dasar kalimat-kalimat. Cara itu juga bisa menentukan tingkat
dan yakin bahwa bukti-bukti harus selalu dikemukakan dalam bentuk langkah-langkah
deduktif yang diungkapkan dengan gamblang. Salah satu idenya yang paling berpengaruh
adalah membuat perbedaan antara “arti” (sense) proposisi dan “acuan” (reference)-nya,
dengan mengetengahkan bahwa proposisi memiliki makna hanya apabila mempunyai arti
dan acuan.
Bertrand Russell adalah seorang filsuf dan ahli matematika ternama Britania Raya.
Dia menulis banyak buku dan brosur tentang berbagai masalah, antara lain filsafat, moral,
pendidikan, sejarah, agama dan politik. Sumbangan terbesarnya di bidang ilmiah adalah di
Frege tersebut dengan empirisme yang sebelumnya telah dirumuskan oleh David Hume.
Bagi Russell, dunia terdiri dari fakta-fakta atomis (atomic facts). Dalam konteks ini,
kalimat-kalimat barulah bisa disebut sebagai kalimat bermakna, jika kalimat tersebut
Pola pemikiran Russell ini menawarkan jalan keluar untuk aliran atomisme
mengetengahkan tentang fakta, bentuk logika, dan bahasa ideal. Dia mengetengahkan
prinsip dasarnya, yaitu: ada isomorphism (kesepadanan) antara fakta dengan bahasa, dan
dunia ini merupakan totalitas fakta-fakta, bukan benda. Fakta dalam pemikiran Russell
konsep atomismenya tidak didasarkan pada mefisikanya melainkan lebih didasarkan pada
logikanya karena menurutnya logika adalah yang paling dasar dalam filsafat, oleh karena
dia berpendapat bahwa deskripsi yang pasti dilakukan dengan sangat berbeda, meskipun
mungkin pada awalnya terlihat sama. Artikel Russel ini adalah bagian dari sebuah revolusi
(F3) Ordinary proper names and definite descriptions are singular terms. Nama yang
(F4) Ordinary proper names and definite descriptions all have sense (as well, perhaps,
as reference). Nama yang benar dan deskripsi yang pasti semuanya memiliki arti (juga,
Dan hal-hal krusial tentang gagasan ‘singular terms’ yang digunakan dalam (F3)
o (ST1) The business of a singular term is to refer to an object. Bagian dari istilah
corresponding to that singular term. Kalimat yang mengandung istilah tunggal tidak
memiliki nilai kebenaran jika tidak ada benda yang sesuai atau dirujuk oleh istilah
tunggal itu.
Selain Russell, ada beberapa ahli lain yang memberikan komentar mereka tentang
gambaran nyata. Salah satunya adalah Strawson, dia mengklaim bahwa istilah semantik
yang penting sama sekali tidak diterapkan dengan benar pada kalimat, kata dan frasa
(ungkapan) dan hanya diterapkan pada penggunaan ungkapan. Jadi, kita tidak bisa
mengatakan bahwa sebuah kalimat itu benar atau salah, atau bahwa sebuah kata atau frase
mengacu pada suatu objek: hanya penggunaan kalimat yang benar atau salah, dan hanya
menggunakan kata-kata atau ungkapan rujukan, misalnya kata 'saya' bisa digunakan oleh
siapapun untuk merujuk pada dirinya sendiri. Penggunaannya oleh saya untuk merujuk
pada diri saya adalah satu penggunaan; Penggunaannya oleh Anda untuk merujuk pada diri
Anda adalah hal lain. Tapi kedua kegunaan ini menggunakan kata yang sama; Kata 'saya'
Saul Aaron Kripke (1940-): Nama yang tepat, istilah alami, sematik dari sikap
proporsional
Saul Aaron Kripke adalah seorang filsuf Amerika dan ahli logika. Dia adalah
seorang professor emeritus di Princeton dan menjadi Professor Filsafat di CUNY Graduate
Center Sejak 1960-an. Kripke adalah tokoh sentral dalam sejumlah bidang yang berkaitan
terpenting adalah sebuah deskripsi modalitas metafisika yang sekarang disebut sebagai
Pada bulan Januari 1970, Saul Kripke memberikan tiga kuliah di Princeton, yang
kemudian diterbitkan dalam beberapa koleksi artikel, 4 dan akhirnya menjadi sebuah buku
yang diberi judul ‘Naming and Necessity’. Buku tersebut mencoba untuk menggali lebih
dalam dan berusaha menangani perdebatan nama kata benda yang tepat dalam filsafat
bahasa. Buku tersebut juga dianggap sebagai salah satu karya filosofis terpenting abad ke-
20.
Dalam sebuah pernyataan, baik dalam gramatikal maupun leksikal, makna memiliki
kemungkinan untuk dapat ditangkap melalui logika literal, namun sebenarnya tidak semua
apa yang disampaikan secara literal telah mewakili maksud pernyataan disampaikan.
Menurut Kripke (1940), kebutuhan yang menjadi alasan suatu pernyataan muncul
merupakan gagasan metafisika. Karena makna adalah sesuatu yang tersembunyi dalam
teks, sehingga makna terkadang bisa memiliki arti berbanding terbalik dengan apa yang
termaktub dalam teks. Sebagaimana modalitas dalam suatu bahasa mengandung prasangka
mamahami sebuah teks, bagaimanapun peran prasangka tidak dapat diabaikan, meski
sifatnya yang abstrak, namun dalam prasangka tetap memiliki celah kebenaran nilai (truth
value gap).
Kripke memulai penelusuran makna ialah berawal dari teks.Setelah itu, makna
dasar teks disinambungkan berdasarkan relasinya dengan dunia aktual (actual world).
Makna yang telah teruji dengan realitas disertai dengan pembuktian-pembuktiannya akan
“harimau” adalah penanda yang kaku. Mereka menandakan jenis yang sama di seluruh
perancang yang kaku yang sangat mencolok. Dalam kasus emas, kripke membayangkan
sebuah 'hipotetis' bahwa 'emas adalah substansi yang diinstansikan oleh item-item.
Putnam mengatakan bahwa ia tidak dapat membedakan antara “elms” dan
“beeches” karena ia tidak memiliki konsep mengenai perbedaan kedua pohon itu. Hal ini
sama dengan yang dikatakan oleh Kripke bahwa kebanyakan manusia memiliki
pengetahuan yang sedikit mengenai sesuatu yang berhubungan dengan sejarah penamaan
benda. Contohnya: Kebanyakan dari kita hanya tahu bahwa hewan yang kita lihat adalah
harimau berdasarkan pengetahuan kita bahwa ciri-ciri harimau yaitu kucing berkaki empat
besar seperti penampilan kucing, berwarna kuning kecoklatan dengan garis melintang yang
kehitam-hitaman dan dengan warna putih pada perutnya. Kripke kemudian mengatakan
bahwa mungkin saja terdapat hewan lain dengan ciri-ciri seperti itu dan kemudian kita
mengatakannya sebagai harimau tetapi sebenarnya itu adalah hewan yang jenisnya berbeda
dari harimau.
Quine merupakan salah satu filsuf dan ahli logika Amerika yang terkenal pada
pertengaan abad XX. Dia memberikan pengaruh yang besar pada ajaran dan gaya bahasa di
Amerika Serikat secara khusus. Quine setuju dengan perlakuan Russell dalam gambaran
pasti dan nama yang tepat (proper name). Dia menawarkan bahwa seluruh istilah-istilah
tunggal dapat digantikan atau dikonstruksikan seperti gambaran pasti dan ini dikenal
sama dengan Austere mengenai sifat dunia. Sebagai seorang ahli empiris, dia berpendapat
bahwa sifat dunia hanya dapat ditemukan melalui pengalaman, dan secara khusus di
kebanyakan ilmu sains. Dan sebagai seorang manusia, dia berpendapat bahwa kebutuhan
tidak didapatkan semata—mata dari pengalaman. Kebutuhan adalah karakteristik dari apa
yang kita (manusia) bawa ke dunia, bukan dari apa yang dunia bawa.
bahwa modalitas (kebutuhan dan kemungkinan) adalah sesuatu yang harus didekati dengan
hati-hati. Dia mencatat 3 tahap keterlibatan: Langkah pertama aman, yang kedua bisa
dilakukan dengan aman, tapi yang ketiga, menurutnya, bisa dan harus dihindari.
Teori Quine mengenai tiga tingkatan keterlibatan modal dapat diwakili oleh tiga klaim
- Pertama:
Nec ‘9 > 5’
1e. Kalimat '9 adalah lebih besar dibandingkan 5' mengungkapkan kebenaran yang
diperlukan.
Hal yang harus diperhatikan adalah penggunaan tanda kutip karena disini kita berbicara
- Kedua:
Nec (9 > 5)
Hal yang harus diperhatikan disini bahwa tidak ada tanda kutip yang digunakan karena
Hal yang harus diperhatikan disini ialah bahwa tidak ada tanda petik yang digunakan
dalam 3 atau 3e
Jadi, kesimpulannya ialah tanda kutip membangkitkan semacam nama dari apa
De re:
pada pandangan metafisiknya - pandangan tentang sifat dasar dunia. Menurut konsepsi
Humean tentang kebutuhan, kebutuhan tidak ditemukan di dunia itu sendiri, namun
diperkenalkan oleh konsepsi yang kita bawa ke dunia. Inilah dasar pemikiran bahwa
semua kebutuhan harus benar-benar menjadi dicto, mengenai cara untuk menggambarkan
Donald Herbert Davidson adalah seorang filsuf Amerika Serikat yang menjabat
sebagai Professor Filsafat di University of California, Berkeley dari tahun 1981 hingga
bidang filsafat dari tahun 1960-an, terutama dalam bidang filsafat pikiran, filsafat bahasa,
dan teori tindakan. Meskipun Davidson adalah seorang filsuf analitik dan sebagian besar
karyanya berasal dari tradisi tersebut, karyanya juga menarik perhatian filsuf kontinental,
Davidson berpikir bahwa tugas dalam bidang linguistik bukanlah terjemahan yang
radikal, tetapi interpretasi radikal. Hal ini dikarenakan oleh konsepnya tentang semantik.
makna kalimat bergantung pada arti dari bagian-bagian kalimat itu sendiri.
Arti dari sebuah kalimat bergantung pada arti pada bagian-bagian kalimat itu
sendiri. Hal ini merupakan dasar dari kebenaran tentang bahasa yang juga merupakan inti
dari filsafat bahasa. Dalam beberapa topik yang sejalan, Davidson mengusulkan bahwa
karya dalam semantics memerlukan bentuk khusus. Dia menyarankan agar kita mempunyai
tujuan untuk menetapkan apa yang disebutnya dengan ‘Theories of meaning’ untuk bahasa
tertentu. Sebuah teori tentang makna bahasa tertentu bukanlah laporan umum tentang
makna yang sebenarnya. Sebaliknya, ini adalah usaha untuk menunjukkan, bahwa dengan
cara teoretikal, bagaimana makna kalimat dari bahasa tertentu bergantung pada arti dari
Teori makna untuk bahasa tertentu harus menyertakan pernyataan eksplisit tentang
makna setiao ungkapan dasar dalam bahasa tertentu. Dan dari pernyataan eksplisit tentang
makna pada ungkapan dasar ini, teori makna mencoba untuk mendapatkan pernyataan
eksplisit tentang makna setiap kalimat dalam bahasa tersebut. Inilah bagaimana teori
makna untuk sebuah bahasa menunjukkan bagaimana arti sebuah kalimat bergantung pada
yang memungkinkan untuk menjelaskan bagaimana makna setiap kalimat dalam bahasa
Herbert Paul Grice adalah seorang dosen filsafat bahasa di Inggris. Tujuan utama
Grice adalah menjelaskan pengertian makna yang berlaku untuk ungkapan linguistik
(seperti kalimat, kata-kata, atau frase). Dia ingin mendefinisikan gagasan tentang makna
linguistik ini dalam istilah yang dia anggap lebih mendasar. Definisi itu sendiri cukup
kompleks, dan telah mengalami banyak pertimbangan dan revisi, sehingga apa yang
sekarang ditawarkan mungkin sebagai definisi Gricean yang masuk akal bahkan lebih
banyak lagi. Meskipun demikian, gagasan dasarnya cukup sederhana, dan mungkin tergoda
untuk berpikir bahwa beberapa versi itu harus bertahan dari semua pertimbangan yang
telah diajukan terhadap berbagai proposal terperinci yang dihasilkan dalam program
Gricean. Grice mengambil dirinya untuk mencoba memahami pengertian makna sehari-
hari, yang memiliki aplikasi yang jauh lebih luas daripada hanya pada ungkapan linguistik.
Dia memulai dengan membuat sebuah divisi dalam pengertian umum makna ini, antara apa
yang dia sebut alam dan apa yang dia sebut sebagai makna non-alami. Sebagai contoh
Bintik-bintik itu berarti dia menderita campak. Dan sebagai contoh makna non-
alami, kita mungkin menyarankan ini: (2) Tiga cincin di bel berarti bus sudah penuh.
Terlepas dari kesamaan bentuk kedua pernyataan makna ini, Grice berpikir bahwa ada
sesuatu yang secara mendasar berbeda terjadi di dalamnya. Saya pikir catatan Grice
perbedaan yang ditemukan oleh Grice: (i Dalam kasus makna alami, 'x berarti bahwa p'
Menyiratkan bahwa benar bahwa p (dalam kasus kami, (1) menyiratkan bahwa dia benar-
benar memiliki campak): ini tidak berlaku untuk makna non-alami (jadi, dalam kasus (2),
bel mungkin telah dibunyikan Tiga kali karena kesalahan) (ii) Dalam hal makna tidak
alami, apa yang berikut 'berarti' dapat dimasukkan ke dalam tanda petik (cincin berarti "bus
sudah penuh); ini tidak mungkin dengan makna alami (iii) Arti alami dapat dipahami
sebagai signifikansi fakta-fakta tertentu (seperti fakta bahwa dia memiliki bintik-bintik),
sedangkan makna non-alam berkaitan dengan pentingnya objek atau ciri objek tertentu.
Ketiga tanda perbedaan ini tampaknya berjalan dengan yang lain. (Iv) Pernyataan makna
non-alami dari bentuk 'x berarti tha T p menyiratkan bahwa seseorang bermaksud bahwa p
oleh X (dalam kasus (2), seseorang berarti bahwa bus itu penuh oleh tiga cincin di bel).
sebagai anak bungsu dari delapan anak.Ayahnya berasal dari famili yahudi yang telah
memeluk agama Kristen Protestan dan ibunya beragama katolik.Ayahnya seorang insinyur
yang dalam jangka waktu sepuluh tahun berhasil menjadi pemimpin suatu industri baja
yang besar.
Pada Tahun 1906, Wittgenstein mulai belajar di suatu Sekolah Tinggi Teknik di
Berlin. Setelah itu Ia pindah ke Inggris dan melakukan penyelidikan tentang aeronautical
selama tiga tahun. Karena tertarik kepada buku Principles of Mathematics tulisan Bertrand
Russell, ia pergi ke Cambridge untuk belajar kepada Russell, ia mendapat kemajuan pesat
dalam studi tentang logika. Setelah perang dunia I meletus, ia bergabung dengan tentara
Austria sebagai sukarelawan dan ditawan oleh tentara Italia pada tahun 1918. Setelah
dibebaskan ia mengajar di sekolah, tetapi pada tahun 1929, ia kembali ke Cambridge untuk
berkecimpung dalam filsafat. Karyanya merupakan factor penting dalam timbulnya aliran-
Jacques Derrida adalah seorang filsuf Perancis yang dianggap sebagai pengusung
filsafat bahasa. Yang menarik dari pemikiran Derrida adalah kemampuannya untuk
tentang kematian, kehidupan, budaya, filsafat, sastra, dan tentang politik. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Royle, filsafat Derrida setidaknya berdasarkan pada dua
pendengarnya.
Dekonstruksi tidak hanya menggambarkan teks, baik teks literatur ataupun teks sebagai
realitas, apa adanya, melainkan juga mau mengungkap kontradiksi yang terletak di dalam
detil teks, sehingga pemaknaan dan arti baru yang sebelumnya tidak terungkapkan bisa
tampil dan justru menjadi dominan. Dalam bahasa Derrida dekonstruksi hendak
tulisannya tentang Derrida, dekonstruksi adalah sebuah gempa yang menggetarkan seluruh
teks, dan mengubahnya ke arah yang sama sekali tidak terduga. Kemungkinan untuk
melakukan dekonstruksi sudah selalu terkandung di dalam teks itu sendiri. Kemungkinan
yang tampak seperti hantu, namun sama nyatanya seperti teks itu sendiri. Dekonstruksi itu
John Langshaw Austin adalah ahli filsafat bahasa berkebangsaan Britania Raya. Ia
terutama dikenal dan dikaitkan dengan teori tindak tutur (speech act) dan konsep bahwa
ujaran adalah suatu bentuk tindakan. Karyanya yang paling terkenal adalah How to Do
Secara garis besar, Austin berkeyakinan bahwa dari bahasa biasa sehari-hari akan
ada banyak hal yang dapat dipelajari, mengingat banyaknya distinsi dan nuansa halus yang
dikembangkan oleh para pemakai bahasa dari generasi ke generasi dalam rangka
mengungkap segala realitas. Ia juga meyakini bahwa tidak sedikit masalah filosofis yang
akan tampak menjadi bentuk baru jika didekati dengan alat-alat yang terkandung dalam
bahasa sehari-hari. Oleh karena itu, Austin berprinsip bahwa penggunaan bahasa tidak
boleh dilepaskan dari situasi konkret dan dari fenomena-fenomena yang berkaitan dengan
penggunaan bahasa tersebut. Prinsip inilah yang disebut oleh Austin dalam istilah
(Wibowo, 2011:27)
Dalam karyanya How to Do Things with Words-lah, J.L. Austin sendiri berusaha
untuk memperincikan teori tindak tutur (speech acts) yaitu tindakan bahasa yang berperan
ketika seseorang mengucapkan suatu kalimat atau ucapan. Teori tindak tutur, yang
dilandasi oleh pemikiran mentornya, Wittgenstein, tersebut dibangun oleh Austin melalui
tesis “dalam mengatakan sesuatu, berarti kita melakukan sesuatu pula”. Pada prinsipnya
tindak tutur menggarisbawahi bahwa perkataan dan tindakan adalah sama. Tiap pernyataan
yang dituturkan mencerminkan tindakan si penuturnya itu. Dalam ungkapan lain, tindak
tutur tidak hanya mengungkapkan gaya bicara si penutur, tetapi juga merefleksikan
tanggung jawab si penutur terhadap isi tuturannya, mengingat isi tuturannya itu
membagi tindak tutur ke dalam tiga jenis, yakni (1) tindak lokusi (locutionary acts), (2)
tindak ilokusi (illocutionary acts) dan (3) tindak perlokusi (perlocutionary acts). Berikut
a) Tindak lokusi, yaitu tindak tutur si penutur dalam menyampaikan sesuatu yang pasti,
sekalipun tidak ada keharusan bagi si penutur itu untuk melaksanakan isi tuturannya.
Tindak fatis (phatic acts), yakni tindak tutur mengucapkan kosakata tertentu yang
membentuk suatu gramatika tertentu yang dikenal pula sebagai kalimat langsung.
Tindak retis (rhetic acts), yakni tindak tutur dengan tujuan melaporkan apa yang
b) Tindak ilokusi, yakni tindak tutur si penutur yang hendak menyatakan sesuatu dengan
menggunakan suatu daya yang khas, yang membuat si penutur itu bertindak sesuai
dengan apa yang dituturkannya. Dengan kata lain, dalam tuturan tersebut terkandung
suatu kekuatan yang mewajibkan si penutur melaksanakan apa yang dituturkannya. J.L.
Verdiktif (verdictives acts), yakni tindak tutur yang ditandai oleh adanya keputusan
Komisif (commissives acts), yakni tindak tutur yang ditandai oleh adanya perjanjian
sosial yang bertalian dengan rasa simpati, saling memaafkan atau saling
mendukung.
c) Tindak perlokusi, yakni efek tindak tutur si penutur bagi pendengarnya. Dalam
penegasan lain, bila tindak lokusi dan tindak ilokusi lebih menekankan pada peranan
tindakan si penutur, pada tindak perlokusi yang ditekankan adalah bagaimana respons
pendengarnya. Hal ini, menurut J.L. Austin, berkaitan dengan fungsi bahasa sebagai
Melalui tindak tutur, J.L. Austin memang hendak menegaskan bahwa suatu analisis
terhadap ungkapan bahasa jangan hanya membatasi diri pada makna ujaran saja, tetapi juga
harus meneliti akibat yang dapat ditimbulkan oleh ujaran itu. Dalam kaitan ini, Austin
suatu ungkapan bahasa, sekalipun ungkapan tersebut telah bersubyek dan berpredikat. Hal
ini agaknya amat ditekankan oleh Austin, mengingat di dalam tiap-tiap bahasa tersirat
dalam memberikan informasi kepada objek yang akan diajar. Hal mendasar yang harus
diperhatikan oleh seorang guru untuk menjadi professional adalah pemahaman terhadap
teori-teori. Terdapat beberapa teori yang perlu kita diketahui sebagai berikut:
Teori ide (Locke, Berkeley): makna adalah isi mental yang dipicu oleh tanda-tanda.
kondisi dimana sebuah ungkapan atau kalimat mungkin benar atau salah. Jadi teori ini
menjelaskan kapan suatu kalimat itu benar. Misalnya dalam kalimat “snow is white”,
kalimat ini benar jika salju yang dijelaskan tersebut memang berwarna putih karena arti
Teori konstruktivis (Austin) yang bisa mengubah kenyataan, teori tindak tutur. Teori
ucapan-tindakan adalah bidang pragmatik yang berkaitan dengan cara kata-kata dapat
digunakan tidak hanya untuk menyajikan informasi tetapi juga untuk melakukan
tindakan.Saat kita berbicara, kata-kata kita tidak memiliki makna dalam dan dari diri
mereka sendiri. Mereka sangat dipengaruhi oleh situasi, pembicara dan pendengar.
dengan hal-hal didunia yang benar-benar terhubung dengan tanda. Dalam filsafat bahasa,
eksternalisme semantik adalah pandangan bahwa arti sebuah kata ditentukan secara
keseluruhan atau sebagian oleh faktor-faktor yang ada di luar pembicara. Menurut posisi
eksternalis, seseorang dapat mengklaim tanpa adanya kontradiksi bahwa dua pembicara
bisa berada dalam keadaan otak yang persis sama pada sebuah ucapan, akan tetapi
Teori Verifikasi (logical positivism) (Quine-Duhem), yang berarti sebuah kalimat terdiri
(matematis atau empiris). Sebagian besar teori ini merupakan pandangan epistemologis.
Jika diterapkan pada makna, teori ini berpendapat bahwa ucapan memiliki makna ketika
ucapan tersebut masuk akal atau hal tersebut ditentukan oleh jenis efek yang dimiliki jika
benar. Ucapan yang tidak dapat dikonfirmasi sebagai benar atau salah tidak ada artinya.
Teori pragmatis (CS.Pierce) arti atau pengertian sebuah kalimat ditentukan oleh
konsekuensi aplikasinya.
lebih jelas tentang bahasa dan fungsinya. Bahasa sebagai alat komunikasi dimana didalamnya
mengandung unsure pesan yang ingin disampaikan kepada pendengar. Sehingga, sebagai
seorang guru saya dituntut untuk dapat dan harus menggunakan bahasa secara baik dan benar
agar pesan yang ingin saya sampaikan dapat tersampaikan dengan baik dan berterima kepada
siswa saya, tanpa adanya kesalahpahaman. Selain itu, sebagai seorang yang mempelajari
bahasa hal ini memberikan pemahaman kepada saya dalam memfilsafati bahasa secara benar
dan jelas serta memberikan kajian dan esensi baru dalam memahami dan menggunakan
bahasa.