Anda di halaman 1dari 7

ILMU DAN MORAL

HAKIKAT ILMU
 Secara etimologis, ilmu diterjemahkan menjadi pengetahuan. Sedangkan
secara terminologis, yaitu rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan
kognitif dengan berbagai metode berupa prosedur dan tata langkah
sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis.
 Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat logis, empiris,
metodis dan sistematis.
 Dikatakan ilmu bila memenuhi syarat keilmuwan: Objektif, metodis,
sistematis, universal.
 Landasan ilmu, diantaranya:
 Landasan ontologi : objek apa yang dikaji ilmu.
 Landasan epistemologi : proses yang dilakukan saat mengkaji ilmu atau
disebut juga sebagai metode ilmiah.
 Landasan aksiologi : untuk apa penciptaan ilmu itu sendiri.
HAKIKAT MORAL
 Secara etimologis, kata moral sama dengan kata etika, keduanya berarti adat
kebiasaan. Secara etimologis moral dan etika sama artinya, tetapi dalam
penilaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dan atau moralitas
dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai. Adapun etika dipakai untuk
pengkajian sistem nilai yang ada.
 Menurut W.J.S Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
(2000:654) moral berarti ajaran tentang baik dan buruk perbuatan dan
kelakuan.
 Menurut Frans Magnis Suseno, membedakan ajaran moral dan etika. Ajaran
moral adalah ajaran, wejangan, khutbah peraturan lisan atau tulisan
tentang bagai mana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi
manusia yang baik. Etika bukan sumber tambahan bagi ajaran moral,
tetapi filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan
pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu bukan ajaran.
ILMU DALAM PERSPEKTIF MORAL
 Sejak saat pertumbuhannya, ilmu sudah terkait dengan masalah moral.
 Ketika Copernicus (1473-1543) mengajukan teorinya tentang kesemestaan
alam dan menemukan bahwa “bumi yang berputar mengelilingi
matahari” dan bukan sebaliknya seperti yang dinyatakan dalam ajaran
agama maka timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber
pada ajaran agama) yang berkonotasi metafisik.
 Secara metafisik ilmu ingin mempelajari alam sebagaimana adanya,
sedangkan di pihak lain terdapat keinginan agar ilmu mendasarkan
kepada pernyataan-pernyataan (nilai-nilai) yang terdapat dalam ajaran-
ajaran di luar bidang keilmuan (nilai moral), seperti agama.
 Suatu peradaban yang ditandai dengan masyarakat keilmuan yang maju
secara sungguh-sungguh melaksanakan asas moral ini terutama yang
menyangkut asas kebenaran, kejujuran, bebas kepentingan dan dukungan
berdasarkan kekuatan argumentasi.
 Sosiolog Rene Descartes mengatakan “ilmu tanpa moral adalah buta,
moral tanpa ilmu adalah bodoh”.
 Sedangkan menurut Abdullah ibnu abdul Barr: ilmu mempunyai posisi
kenabian dan wahyu, dan ilmu menurutnya mencakup ilmu dunia dan
agama, maka setiap ilmu yang membawa manfaat dan mengandung kebaikan
bagi pembentukan hidup manusia tegolong pada ilmu yang terpuji.
PERAN MORAL TERHADAP ILMU PENGETAHUAN
 Mengingatkan agar ilmu boleh berkembang secara optimal, tetapi ketika
dihadapkan pada masalah penerapan atau penggunaannya harus
memperhatikan segi kemanusiaan baik pada tataran individu maupun
kelompok.
 Berimplikasi pada signifikansi tanggung jawab, yakni tanggungjawab
moral dan sosial.
 Dari sisi tanggung jawab sosial, ilmuwan memiliki dan memahami secara utuh
tentang kesadaran bahwa ilmuwan adalah manusia yang hidup atau
berada di tengah-tengah manusia lainnya.
 Perlunya ilmu dan moral (bagian dari suatu kebudayaan yang
dikembangkan dan digunakan manusia) seyogyanya berjalan seiring.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai