Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN AGAMA DENGAN ILMU

PENGETAHUAN SOSIAL
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam
yang Diampu Oleh :
Suryati Dzuluqy, S.H.I., M.H

Disusun Oleh :
Ding Aisyah Fabillah 192001008
M Reza Firdaus 192001014

PROGRAM STUDI S1 EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MANGGALA
BANDUNG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan


kepada Rasulullah SAW Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas  mata kuliah Metodologi
Studi Islam.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


Metodologi Studi Islam“ Hubungan agama dengan ilmu pengetahuan
sosial”.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para Mahasiswa/i
Sekolah Tinggi Agama Islam Manggala.

Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengampu saya meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah saya di  masa  yang  akan  datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Pacet , 7 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3

A. Hubungan Agama Dengan Ilmu Pengetahuan Sosial...........................3


B. Pandangan Ajaran Islam Tentang Ilmu Pengetahuan Sosial..............4
C. Ilmu Pengetahuan Sosial Yang Bernuansa Islam.................................4
D. Ilmu Pengetahuan Sosial Yang Profektif Pada Era Globalisasi..........5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................9
B. Saran.........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia saat ini tengah memasuki era globalisasi dengan dampak
negatif dan positifnya. Diantara dampak negatif tersebut misalnya terjadi
dislokasi, dehumanisasi, sekularisasi, dan sebagainya. Sedangkan dampak
positifnya antara lain terbukanya berbagai kemudahan dan kenyamanan,
baik dalam lingkungan ekonomi (ekonosfer), informasi (infosfer),
teknologi (teknosfer), sosial (sisosfer) maupun fisikologi (fisikosfer).
Agama menjadi sesuatu yang penting baik dalam tatarannya
sebagai sumber moral maupun sebagai way of life bagi setiap manusia.
Pada tataran tersebut agama diposisikan sebagai sesuatu yang sakral
dan tidak mungkin untuk dikaji tetapi cukup diyakini dan diamalkan.
Agama baru bisa dikaji jika diposisikan pada ranah antropologisnya
yakni sebagai sebuah tatanan budaya (meminjam istilah Geertz
religion as a cultural
sistem). Pada posisi ini sesungguhnya agama dapat dikaji, diteliti bahkan
dikritisi sebagai agama yang menyejarah dan lifing dalam kehidupan
manusia.1 (Mastuhu & Deden Ridwan, 1998, hal. 6)
Dalam situasi yang semakin global seperti sekaran ini manusia
dibedakan kepada berbagai tantangan, disamping peluang dan kesempatan
dalam keadaan demikian dijumpai adanya manusia yang berhasil
menyikapi kehidupan global secara lebih bermakna dan berdaya guna,
tetapi malah ada juga yang tidak tahu arah yang harus dituju.
Dan ilmu pengetahuan social diharapkan dapat menjadi salah satu
alternative strategis bagi pengembangan manusia pada situasi global
sekarang ini. Namun, demikian ilmu pengetahuan sosial dinilai sudah
mulai atau hamper gagal dalam memberikan pemecahan masalah sosial

1
Mastuhu & Deden Ridwan, Tradisi baru Penelitian Agama Islam, Tinjauan Antar Disiplin
Ilmu, cet. Ke-1 (Bandung: NuansaPusjarlit, 1998), hal.6.

1
yang muncul dalam era globalisasi, karena dasar-dasar dan prinsip-prinsip
yang
2

dijadikan landasan dalam ilmu pengetahuan sosial tersebut berasal dari


filsafat Barat yang bertumpu pada logika rasional dan cara berpkir empiric.
Dan salah satu upaya mengatasi kebuntuan dari ilmu pengetahuan
sosial yang demikian itu, agam diharapkan dapat memberikan jawaban
terhadap berbagai masalah yang berkaitan dengan masalah social,
ekonomi, politik, keamanan maupun kemakmuran, dan lain sebagainya.
Sehingga kehadiran agam tersebut secara manfaatnya para penganut
agama.1 (Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, 2008, hal. 53)
Dengan uraian diatas maka judul makalah ini dapat dipetik agak
lebih menjadi jelas yang menghubungkan antara ajaran agama islam
dengan ilmu social.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hubungan agama dengan ilmu pengetahuan sosial?
2. Bagaimana pandangan ajaran Islam tentang ilmu pengetahuan sosial?
3. Bagaimana ilmu pengetahuan sosial yang benuansa Islam?
4. Bagaimana ilmu pengetahuan sosial yang profetik pada era globalisasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan ilmu dengan agama;
2. Untuk mengetahui bagaimana pandanagn ajaran Islam tentang ilmu
sosial;
3. Untuk mengetahui bagaimana ilmu sosial yang benuansa Islam;
4. Untuk mengetahui bagaimana ilmu sosial yang profetik pada era
globalisasi.

1
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Metodologi Studi Islam,  (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2008) hal. 53
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Agama Dengan Ilmu Pengetahuan Sosial


Dalam situasi yang semakin global seperti sekaran ini manusia dibedakan
kepada berbagai tantangan, disamping peluang dan kesempatan dalam keadaan
demikian dijumpai adanya manusia yang berhasil menyikapi kehidupan global
secara lebih bermakna dan berdaya guna, tetapi malah ada juga yang tidak tahu
arah yang harus dituju.
Dan ilmu pengetahuan social diharapkan dapat menjadi salah satu
alternative strategis bagi pengembangan manusia pada situasi global sekarang
ini. Namun, demikian ilmu pengetahuan sosial dinilai sudah mulai atau hamper
gagal dalam memberikan pemecahan masalah sosial yang muncul dalam era
globalisasi, karena dasar-dasar dan prinsip-prinsip yang dijadikan landasan
dalam ilmu pengetahuan sosial tersebut berasal dari filsafat Barat yang
bertumpu pada logika rasional dan cara berpkir empiric.
Dan salah satu upaya mengatasi kebuntuan dari ilmu pengetahuan sosial
yang demikian itu, agam diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap
berbagai masalah yang berkaitan dengan masalah social, ekonomi, politik,
keamanan maupun kemakmuran, dan lain sebagainya. Sehingga kehadiran
agam tersebut secara manfaatnya para penganut agama. 1 (Prof. Dr. H. Abuddin
Nata, M.A, 2008, hal. 53)
Dengan uraian diatas maka judul makalah ini dapat dipetik agak lebih
menjadi jelas yang menghubungkan antara ajaran agama islam dengan ilmu
pengetahuan sosial.

1
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2008) hal. 53

3
4

B. Pandangan Ajaran Islam Tentang Ilmu Pengetahuan Sosial


Perbandingan ajaran islam tentang ilmu social dapat dilihat dari ajaran
islam di bidang sosial. Islam ternyata agama yang menekankan urusan
muamalah lebih besar daripada urusan ibadah. Hal demikian dapat kita lihat
misalnya bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan sosial yang
paling penting maka ibadah diperpenek atau ditangguhkan (diqhashar atau di
jama’ dan bukan ditinggalkan).
Keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan menjadi penting jika
dikaitkan dengan situasi kemanusiaan dizaman modern ini. Kita telah
mengetahui bahwa di dalam situasi dunia yang semakin global ini manusia
menghadapi berbagai macam persoalan yang benar-benar membutuhkan
pemecahan segera. Terkadang justru situasi yang penuh problematika di dunia
medren justru disebabkan perkembangan pemikiran manusia sendiri. Dibalik
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknoloi, dunia modern sesungguhnya
menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan martabat manusia.
Sehingga dalam keadaan demikian, tampak bahwa kita harus memiliki
ilmu pengetahuan sosial yang mampu membebaskan manusia dari
problematika tersebut. Ilmu pengetahuan sosial yang dimaksudkan adalah ilmu
pengetahuan yang digali dari nilai-nilai agama. Kuntowijaya menyebutnya
sebagai ilmu sosial propektif.1 (Kuntowijoyo, 1991, hal. 67)
C. Ilmu Pengetahuan Sosial Yang Bernuansa Islam
Kita butuh ilmu sosial propektif, yaitu ilmu social yang tidak hanya
menjelaskan dan mengubah fenomena social, tetapi juga memberi petunjuk
kearah mana transformasi itu dilakukan, untuk siapa dan oleh siapa.
Dengan ilmu social profektik ini, kita dapat melakukan reorientasi
terhadap epistimologi, orientasi terhadap mode of thougt dan mode of inquirity
yaitu suatu pandangan bahwa sumber ilmu bukan hanya berasal dari rasio dan
empiris sebagaimana yang dianut dalam masyarakat barat, tetapi juga dari
wahyu.

1
Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi, Cet.I  (Bandung ; Mizan, 1991), Hal 67
5

Dari defenisi yang dimaksud di atas kesimulan bahwa ada 3 unsur pokok
yang mendasari ilmu pengetahuan yaitu :
1. Rasionalis yang mempergunakan metode deduktif dalam meyusun
pengetahuan, premis yang dipergunakan dalam penalaran diperoleh dari ide
yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima oleh akal.
2. Empiris, bahwa pengetahuan manusia itu di dapatkan melalui pengalaman
yang konkrit.
3. Wahyu, tidak memerlukan penalaran tetapi menggunakan wahyu sebagai
sumber pengetahuan atau sains yang menjadi petunjuk /inspirasi akal untuk
menemukan hukum alam (sunnatullah).

Selain itu ilmu social itu harus di kawal, oleh akhlaqul karimah artinya
oran-oran yang mengembangkan, menciptakan dan ada yang menggunakan
teknologi harus memiliki landasan akhlaqul karimah yang kuat agar teknologi
yang diciptakan berorientasi untuk membangun peradaban yang manusiawi,
sehingga teknologi tidak digunakan untuk hal-hal yan merusak.1 (Tim
Perumus, Fakultas Teknik UMJ, Jakarta, 1998, hal. 155-156)

Seperti tenaga nuklir misalnya disatu pihak dapat menjadi sumber energi
bagi manusia, tetapi juga bisa digunakan untuk menjadi senjata permusuhan
bagi manusia, sebagaimana Nagasaki dan Hirosima yang di bom oleh Amerika
Serikat.

D. Ilmu Pengetahuan Sosial Yang Profektif Pada Era Globalisasi


Dengan ilmu pengetahuan sosial propektif yang telah dibangun maka tidak
perlu takut atau khawatir terhadap dominasi sains Barat dan arus globalisasi
yang terjadi sekarang ini, islam adalah sebuah paradigma terbuka. Misalnya
pada dunia seperti Indonesia, kesenjangan dalam bidang ekonomi
menunjukkan

1
Tim Perumus, Fakultas Teknik UMJ, Jakarta, Al-Islam dan Iptek I, (Jakarta: PT. Raja grafindo
Persada,1998), hal. 155-156
6

bahwa perlunya diterapkan ilmu sosial politik. Islam mengakui adanya


perbedaan kelas sebagai fitrah.
Sejak beberapa abad yang lalu islam mewarisi tradisi sejarah dari seluruh
peradaban manusia. Kita tidak membangun dari ruang yang hampa. Hal
demikian dapat dipahami dari kandungan surat Al-Maidah : 3, yang artinya :
“Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah
kucukupkan kepaadamu nikmatku, dan telah ku-ridhai islam itu jadi agama
bagimu.”
Kata telah Ku-sempurnakan agama-Ku mengandunng arti bukan membuat
yang baru atau membangun dari ruang hampa melainkan dari bahan-bahan
yang sudah ada. Hal demikian dapat dilihat dari kenyataan sejarah. Semua
agama dan peradaban mengalami proses, meminjam dan memberi dalam
interaksi mereka dalam satu sama lain sepanjang sejarah.
Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) Islam bukanlah
agama tertutup. Islam adalah pengabdian terbuka, sebagai mata rantai
peradaban dunia. Islam mewarisi peradaban Yunani dan Timur. Ketika abad
VIII-XV peradaban barat dan timur tenggelam dan menjadi kemerosostan,
Islam bertindak sebagai pewaris utamanya untuk kemudian diambil alih oleh
Barat sekarang memalui renaissans. Islam jadi mata rantai yang penting dalam
sejarah peradaban dunia.
Islam mengembangkan matematika India, Ilmu kedokteran dari Cina,
sistem pertahanan sasanid, logika Yunani, dan sebagianya. Namun dalam
proses peneriamaannya itu terdapat dialektika internal. Misalnya, untuk
bidang-bidang pengkajian tertentu islam menolak bagian logika Yunani yang
sangat rasional diganti dengan caara berfikir institutif yang menekankan rasa
seperti yang dikrnal dalam tasawuf.
Al-Quran sebagai sumber utama ajaran Islam diturunkan bukan dalam
ruang hampa, melainkan dalam setting sosial aktual. Sejak 15 Abad yang lalu
Islam telah tampil sebagai agama terbuka akomodatif, serta berdampingan
dengan agama, kebudayaan dan peradaban lainnya. Tetapi dalam waktu yang
bersamaan Islam juga memberi kritik, perbaikan serta penolakan dengan cara-
7

cara yang amat simpatik dan tidak menumbulkan gejolak sosial yang
membawa korban yang tidak diharapkan. Respon normatifnya
merefleksibelkan kondisi sosial aktual itu, meskipun jelas, bahwa alquran
memiliki cita-cita sosial tertentu.
Kesenjangan dalam bidang ekonomi tersebut menunjukan bahwa ilmu
sosial yang ada sekarang perlu ditinjau kembali, antara lain dengan
menerapkan ilmu sosial profetik. Islam misalnya mengakui adanya perbedaan
kelas sebagai fitrah, dimana Tuhan melebihkan yang satu atas yang lain.
Namun, bersamaan dengan itu islam menyuruh umatnya agar menegakkan
keadilan dan egaliter perbedaan kelas yang ada tidak boleh diartiakn bahwa
islam mentolelir terjadi ketidak adilan sosial. Islam berupaya mengikis
kesenjagan tersebut dengan memalui berbagai upaya seperti melalui institusi
zakat, infak, sadaqah dan sebagianya.
Dalam hubungan ini islam mengakui adanya upaya suatu gerakan
kelompok yang membela kelas tertindas, tetapi gerakan itu tidak bersifat class
for itself, seperti gerakan komunis dan sebagianya, bukan untuk
menghancurkan kelas yang lain. Dalam prespektif Islam, struktur yang adil
tidak akan tercipta hanya dengan menhancurkan kelas yang menguasasi alat-
alat produksi. Dari sini terlihat dengan jelas tentang kepedulian Islam terhadap
upaya mengikis kesenjanagan yang terjadi di masyarakat.
Bukti sejarah tersebut memperlihatkan dengan jelas bahwa dari sejak
kelahirnnya lima belas abad yang lalu islam telah tampil sebagai agama
terbuka, akomodatif serta berdampingan dengan agama, kebudayaan dan
peradaban lainnya. Tetapi dalam waktu bersamaan islam juga tampil
memberikan kritik, perbaikan, bahkan penolakan dengan cara-cara yang amat
simpatik dan tidak menimbulkan gejolak sosial yang membawa korban yang
tidak diharapkan. Dengan sifat dan karakteristik ajaran islam demikian itu,
maka melalui ilmu sosial yang berwawasan profetik sebagaimana disebutkan
diatas, maka Islam siap untuk memasuki era globalisasi. Era globalisasi yang
ditandai dengan adanya perubahan bidang ekonomi, teknologi, sosial,
7

informasi, dan sebagainya akan dapat diambil manfaatnya dengan sebaik-


baiknya, dan dapat dibuang hal-hal yang membahayakannya.
8

Dengan mengikuti uraian diatas, kiranya menjadi jelas bahwa Islam


memiliki perhatian dan kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah
sosial. Karena itu, kehadiran ilmu sosial yang banyak membicarakan tentang
manusia tersebut dapat di akui oleh islam. Namun islam memiliki pandangan
yang khas tentang ilmu sosial yang harus di kembangkan, yaitu ilmu sosial
profetik yang di bangun dari ajaran islam dan di arahkan untuk humanisasi,
liberasi, dan transendesi. Ilmu pengetahuan sosial demikian yang di butuhkan
dalam membangun manusia indonesia seutuhnya pada era globalisasi di abad
XXI mendatang.

Islam berupaya ummatnya agar menegakkan keadilan dan egaliter, islam


berupaya mengikis kesenjangan tersebut dengan melalui berbagai upaya
seperti, melalui institusi zakat, infaq, sadaqah dan sebagainya.
Peran ilmu social propektif di area globalisasi ini sebagai landasan moral
agar dalam mempelajari dan menguasai IPTEK serta mengembangkannya
dapat terhindar dari hal-hal yang merusak peradaban islam dan alam semesta.1
(Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, 2008, hal. 59-60)

1
Prof.Dr.H. Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal 59-
60
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Agama pada umumnya dan islam pada khususnya dewasa ini semakin
dituntun peranannya untuk menjadi pemandu dan pengarah kehidupan manusia
agar tidak terperosok kepada keadaan yang merugikan dan menjatuhkan
martabatnya sebagai mahluk mulia.
Dalam situasi yang semakin global seperti sekarang ini dihadapkan kepada
berbagai tantangan. Dalam keadaan demikian, dijumpai adanya manusia yang
berhasil meyikapi kehidupan global tersebut secara lebih bermakna dan
berguna, tetapi malah ada juga yang tidak tahu arah yang harus dituju.
Agama dapat diharapkan untuk memberikan jawaban terhadap berbagai
masalah baik yang berkaitan dengan masalah social, ekonomi, politik,
keamanan di yakini bahwa agama mendukung nilai-nilai universal dan absolute
yang mampu memberikan resep-resep mujarah yang tidak ada habis-
habisnya.namun diberikan pendekatan-pendekatan baru yang lebih relevan
yang tdak cuku dipahami dari satu pendekatan saja, melainkan dengan
menggunakan penekatan yang komprehensif, actual dan integral sehingga
agama tersebut mampu meresponi berbagai persoalan aktual dalam kehidupan
modern.
Dari penjelasan di atas dapat kami simpulkan bahwa hubungan agama
dengan ilmu pengetahuan sosial sangat erat kaitannya dengan masalah yang
dihadapi manusia pada era globalisasi saat ini. Ilmu pengetahuan sosial sangat
dibutuhkan untuk dipelajari dan dipahami oleh umat muslim agar tidak terjadi
kesalahan dalam beribadah maupun dalam hal kemasyarakatan. Banyak hal
yang harus dilakukan dalam hubungan manusia di lingkungan masyarakat.
B. Saran
Kami menyarankan kepada pembaca supaya lebih memahami dan
mempelajari lagi hubungan agama islam dengan ilmu pengetahuan sosial,

9
karena agama islam sangat berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan
terutama dibidang social.
DAFTAR PUSTAKA

Kuntowijoyo. (1991). Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi Cet. I. Bandung:


Mizan.
Mastuhu & Deden Ridwan. (1998). Tradisi baru Penelitian Agama Islam,
Tinjauan Antar Disiplin Ilmu cet. Ke-1. Bandung: Nuansa Pusjarlit.
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. (2008). Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT.
Grafindo Persada.
Tim Perumus, Fakultas Teknik UMJ, Jakarta. (1998). Al-Islam dan Iptek I.
Jakarta: PT. Raja grafindo Persada.

10

Anda mungkin juga menyukai