Anda di halaman 1dari 4

ISSN 2622-9439; E-ISSN 2622-9447

Volume 2, Maret 2020


Halaman: 379-382

Prophetic Psychology:
Relevansi Penafsiran Agama dalam Menyikapi Era Society 5.0
Ahmad Mujahid
Program Studi Psikologi Islam, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Surakarta - Indonesia
Email: ahmad.creatoz@gmail.com

Abstrak. Kemajuan dunia semakin lama semakin berkembang - terjadi banyak perubahan - yang artinya menuntut semua pihak
untuk menyesuaikan diri terhadap perkembangan yang ada, khususnya era society 5.0 (human-centered) yang berfokus pada manusia
dan berbasis teknologi, sebagai respon atas era industri 4.0 (artificial intellegent). Relevansi penafsiran agama dalam merespon
perkembangan sosial yang begitu masif dan dinamis menjadi suatu tuntutan. Agama akan tersingkirkan dan kehilangan pengaruh jika
kesulitan atau bahkan gagal mengatasi perkembangan sosial yang ada. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi
pustaka (library research), pengumpulan data dengan menghimpun literatur penelitian profetik yang sudah ada. Tulisan ini
bermaksud untuk menghadirkan konsep profetik dalam kacamata psikologi yang merupakan turunan dari Ilmu Sosial Profetik (ISP)
yang dipelopori oleh Kuntowijoyo, selain itu penulis juga mengontekstualisasikan pada bagaimana menyikapi era society 5.0.
Psikologi profetik ini penting, karena sekarang ini fenomena kehidupan semakin jauh dari spirit kenabian; maraknya tindakan
terorisme, kriminalitas, kemiskinan, kejumudan, dan pemberhalaan duniawi, apalagi konsep psikologi kontemporer yang belum
cukup “memuaskan” untuk konteks manusia yang beragama. Tiga nilai dasar yang menjadi spirit profetik; humanisasi
(memanusiakan manusia), liberasi (mencegah kemungkaran), dan transendensi (beriman kepada Allah SWT).

Kata Kunci: prophetic psychology; penafsiran agama; society 5.0

PENDAHULUAN Umat Islam tidak mungkin mengabaikan Barat yang


jauh lebih unggul di bidang ilmu pengetahuan. Namun,
Tidak bisa dipungkiri kemajuan keilmuan yang masif jika hanya “mengikuti” Barat sepenuhnya, sulit
menuntut semua pihak untuk menyesuaikan diri diharapkan bahwa dari Islam akan lahir sumbangsih
terhadap perkembangan yang ada. Perkembangan besar yang memberikan kemaslahatan bagi umat
masyarakat mulai dari era society 1.0 hingga society 5.0 manusia secara keseluruhan seperti makna Islam yakni
adalah reflek atas cara hidup manusia dalam sebagai agama yang rahmatan lil ‘âlamîn.
menjalankan proses dinamika kehidupan bermasyarakat. Ketertinggalan umat Islam merupakan kerugian besar
Era masyarakat 5.0 ini diperkenalkan Pemerintah bagi umat manusia, karena sangat minimal kontribusi
Jepang yakni melalui Shinzo Abe (Perdana Menteri) yang diharapkan muncul dari Islam untuk turut
dalam ajang World Economic Forum (WEF), inti dari membantu memecahkan pelbagai permasalahan
yang disampaikan oleh Abe adalah merespon atas kemanusiaan modern.
kekurangan era 4.0, yakni kelompok masyarakat yang Di antara problem manusia modern yang menuntut
terhubung dalam jaringan, teknologi, dan informasi jawaban yang mendesak adalah bagaimana mengatasi
(digitalisasi). Kekurangan tersebut salah satunya krisis psikis dan spiritual yang melanda umat manusia.
berdampak pada eksistensi manusia sebagai pelaku Perkembangan kajian di bidang psikologi sendiri
utama di Bumi. juga tidak dapat dilepaskan dari pergulatan antara
Era masyarakat 5.0 digadang-gadang akan warisan (turâts) dan modernitas (hadâtsah). Dalam
menyelesaikan masalah dengan banyak memangkas wacana publik internasional, bidang kajian ini mulai
cara kerja (proses) dengan berbagai teknologi yang bergaung sejak tahun 1978. Pada tahun itu, di
ditawarkan, sehingga tercipta solusi efektif dan efisien. Universitas Riyadh, Arab Saudi berlangsung simposium
Teknologi yang dimaksud adalah sensor, kecerdasan internasional tentang psikologi dan Islam (International
buatan, dan robot. Dalam artikel Mayumi Fukuyama symposium on Psychology and Islam). Setahun
(Japan Economic Forum), tujuan penerapan ini adalah sesudahnya, 1979, di Inggris terbit sebuah buku kecil
untuk mewujudkan tempat di mana masyarakat dapat yang sangat monumental di dunia muslim, yaitu the
menikmati hidupnya dengan teknologi digital (Haryanti, Dilemma of Muslim Psychologist yang ditulis Malik B.
2019). Sehingga era ini diharapkan akan mengubah Badri (Badri, 1986).
kebiasaan dan kehidupan orang dalam berbagai aspek;
kesehatan, finansial, mobilitas-infrastruktur, hingga
aspek ketahanan psikis seseorang.
380 2: 379-382, 2020

METODE PENELITIAN dibantah keberadaannya. Konflik keagamaan bahkan


dengan menggunakan cara-cara kekerasan, banyak kita
Penulis menggunakan metode penelitian pustaka jumpai. Di antara dari mereka menggunakan klaim
(library research), yaitu penelitian yang identik dengan kebenaran kelompoknya masing-masing, mengindahkan
mempelajari buku-buku. Riset pustaka sekaligus kebenaran-kebenaran dalam keyakinan atau agama lain.
memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh Mereka menganggap di luar kelompok mereka sebagai
data penelitian.Tegasnya, riset pustaka membatasi yang lain atau the other. Karena mereka sudah terjebak
kegiatan hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan pada koloni dogma masing-masing, mengakibatkan pola
saja tanpa memerlukan riset lapangan. Dalam penelitian pikir dan tindakannya juga anti keragaman. Mereka
ini, penulis menggunakan dua sumber data yaitu, data saling menutup kemungkinan-kemungkinan yang bisa
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dipertemukan antara kedua belah pihak, sehingga
bersumber dari buku- buku asli karangan Kuntowijoyo polarisasi menjadi tidak sehat (Hendris, 2016).
tentang konsep ilmu sosial profetik. Dan kemudian data Dalam menjawab realitas keagamaan yang ada
sekunder adalah data atau bahan yang diperoleh dari ditengah-tengah masyarakat secara keseluruhan, maka
tangan kedua dan bukan data orisinil dari tangan agama memiliki wajah ganda yang dapat menjadi daya
pertama, atau sumber buku yang penulis anggap tawar dalam menyelesaikan masalah-masalah jiwa
representatif untuk dijadikan sebagai bahan tambahan keagamaan penganut agama. Menurut Walter Houston
dalam kajian ini. Clark dalam bukunya yang berjudul Psychology of
Data penelitian ini diperoleh melalui pengumpulan Religion menyebutkan ciri-ciri keagamaan matang pada
data kepustakaan. Dengan cara mengumpulkan berbagai seseorang adalah sebagai berikut:
literature seperti buku-buku, naskah ataupun dokumen- Pertama, umumnya orang yang matang dalam
dokumen serta informasi lainnya yang memiliki kaitan beragama lebih kritis, kreatif dan otonom. Clark
dengan psikologi profetik. Data yang dikumpul menjelaskan bahwa keagamaan matang lebih kritis
kemudian ditelaah dan diteliti untuk selanjutnya karena menghendaki esensi atau makna dari ajaran
diklasifikasikan sesuai dengan keperluan pembahasan agamanya, sehingga kebenaran yang mereka peroleh
ini. Kemudian data-data yang telah diklasifikasikan lebih mendalam daripada keagamaan anak-anak dan
disusun secara sistematis sehingga menjadi suatu remaja. Kedua, memperluas perhatiannya terhadap hal-
pembahasan yang jelas dan mudah difahami. hal di luar dirinya, dicontohkan Clark dalam berdoa.
Dalam melakukan analisis data, data yang telah orang yang matang berdoa tidak hanya untuk dirinya
diperoleh dan diklasifikasikan sesuai dengan keperluan sendiri, tetapi juga mendoakan untuk orang lain. Bagi
penulisan, untuk selanjutnya meneliti pemikiran dengan Clark, doa seseorang menjadi kriteria penting apakah
menggambarkan secara teratur tentang suatu respon. orang memiliki keagamaan yang matang. Sebagai
Yaitu ide tentang psikologi profetik dan relevansi contoh, anak-anak biasanya berdoa untuk mereka
pemahaman agama menghadapi era society 5.0, untuk sendiri. Sedangkan orang dewasa atau orang yang
kemudian dilakukan analisa, bahkan dari pendapat matang keagamaannya, selain untuk diirinya juga untuk
penulis pribadi yang relevan dengan pembahasan. Maka orang lain, bahkan untuk keselamatan seorang musuh.
dengan analisa seperti ini diharapkan menjaga Ketiga, tidak puas semata-mata dengan ritual dan
orsinalitas sebuah kajian yang utuh dan mudah verbalitas dari ajaran agama itu saja. Tetapi lebih dari
dipahami. pada itu orang-orang matang keagamaannya mencari
esensi atau makna dari ritual dan verbalitas yang ada.
Namun, ritual dan verbalitas tetap menjadi bagian dari
PEMBAHASAN kehidupan mereka dalam menjalankan ajaran agama,
sehingga esensinya melahirkan perilaku yang toleran,
Penafsiran Agama saling menyayangi, hormat menghormati, dan begitu
Dalam bingkai keberagaman agama dan keyakinan, seterusnya. Inilah yang membedakan antara kegamaan
Indonesia menjadi negara-bangsa (nation-state) yang anak-anak dan keagamaan remaja, bagi anak- anak dan
membanggakan sekaligus menjadi ironi. Dibilang remaja keagamaan mereka dibatasi pada aspek verbalis
membanggakan karena banyaknya ragam perbedaan dan ritualis, sementara bagi orang dewasa atau orang
dalam aspek agama merupakan suatu kekayaan yang telah matang keagamaannya verbalis dan ritualis
sekaligus potret pluralisme. Dengan keragaman ini, kita tetap dijalankan, tetapi esensi dan pemaknaannya lebih
bisa lebih bersikap menghargai perbedaan dan dari penting.
mengedepankan toleransi. Karena mustahil, tanpa
menghargai perbedaan dan mengakui bahwa keragaman Psikologi Profetik
tersebut adalah aset bangsa, seperti yang terjadi Psikologi Profetik adalah turunan dari Ilmu Sosial
belakangan ini, Indonesia menjadi negara yang diakui Profetik (ISP) yang digagas oleh Kuntowijoyo.Asal usul
oleh seluruh dunia sebagai kiblat toleransi dalam dari pemikiran ilmu sosial profetik Kuntowijoyo
beragama. Tetapi di sisi yang lain, keberagaman agama mengambil kesimpulan dari tulisan-tulisan Muhammad
dan keyakinan justru menjadi petaka. Konflik sektarian Iqbal dan Roger Jaraudy. Dalam bukunya “Membangun
antar keyakinan maupun agama nyaris tidak dapat Kembali Pikiran Agama Dalam Islam”, Iqbal
MUJAHID – Prophetic Psychology: Relevansi Penafsiran Agama … 381

mengungkapkan kembali kata-kata seorang sufi bahwa martabat kemanusiaan dari segala bentuk penindasan,
Nabi Muhammad SAW telah sampai ke tempat yang diskriminasi, dan memperjuangkan keadilan menuju
paling tinggi yang menjadi dambaan bagi ahli mistik, egalitarianisme sebagaimana yang dilakukan oleh para
tetapi ia kembali ke dunia untuk menunaikan tugas- Nabi. Gerakan Profetik merupakan gerakan moral
tugas kerasulannya. Pengalaman keagamaan yang luar menuju pencerahan umat manusia, sebagaimana dapat
biasa itu tidak mampu menggoda nabi untuk berhenti. kita saksikan dalam sejarah peradaban manusia. Allah
Akan tetapi ia menjadikan sebagai kekuatan psikologis akan mengutus para Nabinya untuk memperbaiki
untuk mengubah kemanusiaan. Dengan kata lain, kehidupan masyarakat (Zulheri, 2012).
pengalaman religius itu justru menjadi dasar
ketertibannya dalam sejarah, sebuah aktivisme sejarah Respon Psikologis Society 5.0
(Zulheri, 2012). Kuntowijoyo sebenarnya hendak merekontruksikan
Kata profetik berasal dari bahasa Inggris “prophet”, seperangkat ilmu pengetahuan dengan jalan reorientasi
yang berarti nabi. Menurut Ox-ford Dictionary epistimologi, yaitu reorientasi terhadap mode of thought
“prophetic” adalah (1) “Of, pertaining or proper to a dan mode of inquiry, dimana sumber ilmu pengetahuan
prophet or prophe-cy”; “having the character or tidak semata-mata didasarkan pada dimensi rasio (idea)
function of a prophet”; (2) “Characterized by, dan realitas empiris an sich, namun juga perlu
containing, or of the nature of prophecy; predictive”. mencakup dimensi intuisi (wahyu). Makanya sambil
Jadi, makna profetik adalah mempunyai sifat atau ciri mendasarkan ilmu sosial profetik ini pada wahyu pada
seperti nabi, atau bersifat prediktif, Allah berupa Al-Qur’an, Kuntowijoyo juga
memprakirakan.Profetik di sini dapat kita terjemahkan menyarankan agar umat Islam perlu mengubah cara
menjadi “kenabian”. Nabi adalah seorang manusia berpikir dan bertindaknya, dari pola ideologi ke pola
pilihan yang sadar sepenuhnya dengan tanggung jawab keilmuan. Jadi secara ringkas dapat dikatakan bahwa
sosial. Ia bekerja kembali dalam lintasan waktu sejarah, ilmu sosial profetik yang diungkapkan oleh
hidup dengan realitas sosial kemanusiaan dan Kuntowijoyo, bahwa seseorang yang bersosialisasi itu
melakukan kerja-kerja transformasi sosial. Seorang nabi harus benar-benar betujuan kepada apa yang dicita-
datang dengan membawa cita-cita perubahan dan citakan oleh masyarakat. Dalam ilmu sosial profetik,
semangat revolusioner. harapan yang diharapkan itu ialah hendaklah
Jika kita perhatikan, sejarah Nabi-Nabi itu memiliki bersosialisasi itu seperti nabi, yang bersandarkan kepada
kadar kedalamaan ilmiah yang tinggi, yaitu bagaimana kitab Al-Qur’an.
cara kerja, pikir, dan sikap mereka dalam memahami
realitas. Para Nabi melakukan “pembebasan sosial” Spirit Kenabian untuk Society 5.0
(liberating) di mana ketidakadilan dan penindasan Dalam ilmu sosial profetik, Kuntowijoyo menghendaki
begitu menghantui kehidupan masyarakat. Nabi adalah bahwa kita harus secara sadar memilih arah, sebab, dan
seorang yang dianugrahkan bakat intelektual luar biasa subyek dari ilmu sosial yang kita bangun. Ilmu sosial
sehingga dengan bakat tersebut, ia mampu mengetahui tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena
sendiri semua hal tanpa bantuan pengajaran oleh sosial, melainkan juga memberi petunjuk ke arah mana
sumber-sumber eksternal. transformasi dilakukan, untuk apa, dan oleh siapa.
Ada tiga unsur yang dikemukakan oleh Al-Farabi Baharuddin dalam Zainal (2005), mengatakan
mengenai wahyu kenabian pada level intelektual. 1. bahwa keinginan para intelektual muslim kontemporer
Nabi berbeda dengan manusia yang berpikir biasa untuk memberikan tawaran baru dalam bidang psikologi
dianugrahi bakat intelektual yang luar biasa. 2. Bahwa tidak dapat dilepaskan dari adanya keprihatian terhadap
akal nabi berbeda dengan pikiran filosofis dan mistis paradigma Barat yang menjadi pandangan dunia
biasa, tidak membutuhkan pengajar eksternal, tetapi (worldview) dalam kajian psikologi modern yang
berkembang dengan sendirinya dengan bantuan bertentangan dengan pandangan dunia Islam (Islamic
kekuatan ilahi, termasuk dalam melewati tahap-tahap worldview). Beberapa karakteristik dasar yang
aktualisasi yang dilalui oleh akal biasa.3. pada akhir umumnya dikembangkan dalam psikologi Barat antara
perkembangan ini, akal kenabian mencapai kontak lain: Pertama, menafikan dimensi Tuhan dalam kajian
dengan akal aktif, yang dirinya menerima fakultas psikologi; kedua, epistemologi yang digunakan terfokus
spesifik kenabian. pada empiris positivistik dan empirisisme humanistik;
Pendasaran Ontologis di sini dimaksudkan bahwa ketiga, tidak mengungkap ruh sebagai struktur utama
gerakan profetik yang dilandasi iman merupakan kepribadian manusia; keempat, berpusat pada
hakikat perjuangan para Nabi sebagaimana dijelaskan anthroposentris. Beberapa tawaran sebagai solusi atas
Al-Qur’an. Sementara pendasaran epistemologisnya psikologi Barat antara lain: pertama theisme atau
bahwa gerakan profetik merupakan panggilan iman desekularisasi; kedua, anthroporeligius; ketiga, dimensi
yang bersumberkan pada perintah Allah yang tidak ruh sebagai struktur psikis (kepribadian) utama manusia
terbatas pada Nabi-Nabi yang diturunkan Allah semata, (Abidin, n.d.).
tetapi juga harus diteruskan sampai saat ini. Sedangkan Ada dua model pengembangan psikologi yang
penekanan axiologis didasarkan atas bahwa misi berbasis Al-Qur’an dan Hadis. Pertama, dengan
gerakan profetik adalah mengangkat harkat dan mengkaji istilah-istilah atau konsep kunci yang
382 2: 379-382, 2020

berkenaan dengan aspek-aspek yang terkait pada diri analisis yang mendalam, pada bagian kedua yang
manusia di dalam Al-Qur’an atau Hadis dan keduanya, memuat kisah-kisah dan metafora, Al-Qur'an menurut
dengan mengkaji pandangan-pandangan Al-Qur’an atau Kuntowijoyo ingin mengajak pembacanya agar
Hadis seputar kehidupan manusia. Terkait dengan melakukan perenungan untuk memperoleh wisdom
penggalian istilah-istilah kunci dalam Alqur‟an, ada (hikmah).
pandangan menarik dari Kuntowijoyo. Menurutnya,
secara umum ada dua pesan utama Al-Qur’an, yakni
pertama, yang memuat konsep-konsep dasar. Banyak KESIMPULAN
sekali konsep-konsep kunci yang disebutkan dalam Al-
Qur’an, baik yang berupa konsep abstrak maupun Melalui kontemplasi terhadap kajian-kajian atau
konsep yang konkret. Sebagai misal, konsep tentang peristiwa-peristiwa historis dan juga melalui metafor-
Allah, malaikat, akhirat, ma'ruf. munkar dan sebagainya metafor yang berisi hikmah tersembunyi, manusia
adalah konsep yang sifatnya abstrak. Sementara konsep diajak merenungkan hakikat dan makna kehidupan.
tentang fuqarâ (orang-orang fakir), dhu'afâ (golongan Banyak sekali ayat-ayat yang berisi ajakan semacam itu,
lemah), mustadh'afîn (kelas tertindas), dzâlimûn (para tersirat maupun tersurat, baik menyangkut hikmah
tiran), aghniyâ (orang kaya), mustakbirûn (penguasa), historis maupun meyangkut simbol-simbol.
mufsidûn (koruptor-koruptor kekuasaan) dan
sebagainya merupakan konsep yang bersifat konkret.
Konsep-konsep di atas, baik yang bersifat abstrak DAFTAR PUSTAKA
maupun konkret, menjadi bermakna bukan saja karena
keunikannya secara semantik, tetapi juga karena Abidin, Z. (n.d.). Psikologi Profetik: Dalam Kacamata
kaitannya dengan matriks struktur normatif dan etika Filsafat Ilmu (Studi Pemikiran K.H. Hamdani Bakran
tertentu yang melaluinya pesan-pesan Alqur'an Adz-Dzakiey). Banjarmasin: IAIN Antasari Press.
dipahami dalam kaitan ini. Menurut Kuntowijoyo, pada Badri, M. B. 1986. Dilema Psikolog Muslim. (P. S. Zainab,
bagian Al-Qur’an yang berisi konsep-konsep dasar ini Ed.). Jakarta: Pustaka Firdaus.
bermaksud membentuk pemahaman komprehensif Haryanti, R. (2019, Januari 25). Jepang Menjelang “5.0
mengenai nilai-nilai ajaran yang diusung oleh Islam. Society.” kompas.com. Diambil dari
Selain memuat istilah-istilah kunci yang memiliki https://properti.kompas.com/read/2019/01/25/213000921/j
kandungan makna yang mendalam, Al-Qur’an juga epang-menjelang-5.0-society-dan-era-menikmati-hidup
memuat hal-hal lain, yang ini bagi Kuntowijoyo Hendris, A. R. 2016. Konflik antar Agama dan Intra Agama di
dikategorikan sebagai bagian kedua dari kandungan Al- Indonesia. Sosiologi Reflektif, 10(2).
Qur'an, yakni bagian yang memuat kisah-kisah historis Zulheri. 2012. Ilmu Sosial Profetik (Tela’ah Pemikiran
dan amtsal (metafora atau perumpamaan). Berbeda Kuntowijoyo). UIN Sultasn Syarif Kasim.
dengan muatan konsep-konsep kunci yang menuntut

Anda mungkin juga menyukai