Anda di halaman 1dari 21

Kedudukan Filsafat Ilmu dalam Islamisasi Pengetahuan {109

KEDUDUKAN FILSAFAT ILMU DALAM ISLAMISASI ILMU


PENGETAHUAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM KRISIS
MASYARAKAT MODERN

Oleh: Aulia Rahmi


(Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh)
Email: auliarahmi@serambimekkah..ac.id

ABSTRAK

Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri mengenai pengetahuan


ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Dalam
kajian filsafat ilmu, ada tiga tiang penyangga atau yang biasa dianggap
sebagai tiga objek pembahasan filsafat ilmu, dan setiap komponen
memiliki fungsi tertentu, yaitu: ontology, epistemologi dan aksiologi.
Sedangkan islamisasi ilmu pengetahuan adalah pembebasan umat Muslim
dari nilai-nilai ilmu pengetahuan yang bertentangan dengan pandangan
hidup Islam. Adapun fungsi filsafat ilmu dalam islamisasi ilmu
pengetahuan adalah: a) Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran
ilmiah, b) filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik
asumsi dan metode keilmuwan. Kehadiran filsafat ilmu ditengah
perkembangan islamisasi ilmu pengetahuan yang ditandai semakin
banyaknya spesialisasi ilmu pengetahuan. Sebab dengan mempelajari
filsafat ilmu, maka para ilmuwan muslim akan menyadari keterbatasan
dirinya dan tidak terperangkap ke dalam sikap arogansi intelektual. Hal
yang di perlukan adalah sikap keterbukaan diri dikalangan ilmuwan
muslim, sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh
potensi keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan umat manusia.

Kata Kunci: Islamisasi, Ilmu Pengetahuan, Modern.


110} Vol. 6, No. 02, Juli 2020

A. PENDAHULUAN
Pembahasan mengenai filsafat ilmu baru mulai merebak di awal abad
ke 20. Namun Francis Bacon dengan metode induksi yang ditampilkannya
pada abad ke 19 dapat dikatakan sebagai peletak dasar filsafat ilmu dalam
“hasanah” bidang filsafat secara umum. Sebagian ahli filsafat berpendapat
bahwa perhatian yang besar terhadap peran dan fungsi filsafat ilmu mulai
mengedepan tatkala ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Dalam hal ini ada semacam kekhawatiran di kalangan para
ilmuwan, dan filosof, termasuk juga kalangan agamawan, khususnya agama
Islam, bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dapat mengancam eksistensi umat
manusia bahkan agama itu sendiri.
Suatu kenyataan yang tampak jelas dalam dunia modern yang telah
maju ini, ialah adanya kontradiksi-kontradiksi yang mengganggu
kebahagiaan orang dalam hidup. Kemajuan industri telah dapat
menghasilkan alat-alat yang memudahkan hidup, memberikan kesenangan
dalam hidup, sehingga kebutuhan-kebutuhan jasmani tidak sukar lagi untuk
memenuhinya. Seharusnya kondisi dan hasil kemajuan itu membawa
kebahagiaan yang lebih banyak kepada manusia dalam hidupnya. Akan
tetapi suatu kenyataan yang menyedihkan ialah bahwa kebahagiaan itu
ternyata semakin jauh, hidup semakin sukar dan kesukaran-kesukaran
meterial berganti dengan kesukaran mental. Beban jiwa semakin berat,
kegelisahan dan ketegangan serta tekanan perasaan lebih sering terasa dan
lebih menekan sehingga mengurangi kebahagiaan.
Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah hidupnya, namun
pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak mampu
menumbuhkan moralitas (akhlak) yang mulia. Dunia modern saat ini, termasuk
Kedudukan Filsafat Ilmu dalam Islamisasi Pengetahuan {111

di indonesia ditandai oleh gejala kemerosotan akhlak yang benar-benar berada


pada taraf yang mengkhawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong
menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan,
penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Untuk memahami gerak
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian itu, maka
kehadiran filsafat ilmu berusaha mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu
agar ilmu tidak menjadi bomerang bagi kehidupan umat manusia. Disamping
itu, salah satu tujuan filsafat ilmu adalah untuk mempertegas bahwa ilmu dan
teknologi adalah instrumen bukan tujuan. Dalam konteks yang demikian
diperlukan suatu pandangan yang komprehensip tentang ilmu dan nilai-nilai
yang berkembang di masyarakat.
Dalam masyarakat beragama (Islam), ilmu adalah bagian yang tak
terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki
adalah dari Tuhan. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling tinggi
derajatnya dibandingkan dengan mahluk yang lain, karena manusia diberi
daya berfikir, daya berfikir inilah yang menemukan teori-teori ilmiah dan
teknologi. Pada waktu yang bersamaan, daya pikir tersebut menjadi bagian
yang tak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia sebagai mahluk
Tuhan. Sehingga dia tidak hanya bertanggung jawab kepada sesama
manusia, tetapi juga kepada pencipta-Nya.
Namun, perlu juga diingat bahwa ikatan agama yang terlalu kaku dan
terstruktur kadangkala dapat menghambat perkembangan ilmu. Karena itu,
perlu kejelian dan kecerdasan memperhatikan sisi kebebasan dalam ilmu dan
sistem nilai dalam agama agar keduanya tidak saling bertolak belakang.
Disinilah perlu rumusan yang jelas tentang ilmu secara filosofis dan akademik
serta agama agar ilmu dan teknologi tidak menjadi bagian yang lepas dari
nilai-nilai agama dan kemanusiaan serta lingkungan.
112} Vol. 6, No. 02, Juli 2020

B. PEMBAHASAN
Sesuai dengan pendapat umum, bahwasanya filsafat adalah
pengetahuan tentang kebijaksanaan, prinsip-prinsip mencari kebenaran,
atau berpikir rasional-logis, mendalam dan bebas (tidak terikat dengan
tradisi, dogma agama) dalam memperoleh kebenaran. sedangkan ilmu
adalah bagian dari pengetahuan, seni dan agama. Dan filsafat ilmu adalah
penyelidikan tentang ciri-ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara
untuk memperoleh pengetahuan tersebut. 1
Dalam kajian filsafat ilmu, ada tiga tiang penyangga atau yang
biasa dianggap sebagai tiga objek pembahasan filsafat ilmu, dan setiap
komponen memiliki fungsi tertentu, diantaranya adalah:
1. Ontology
Komponen filsafat ilmu yang menjelaskan mengenai pertanyaan
apa, artinya tentang apa objek yang akan ditelaah ilmu. Hal ini berarti
tiap ilmu harus mempunyai objek penelaahan yang jelas. Karena
diversivikasi ilmu terjadi atas dasar spesifikasi objek telaahannya maka
tiap disiplin ilmu mempunyai landasan ontologi yang berbeda.
2. Epistemology
Komponen filsafat ilmu yang menjelaskan tentang pertanyaan
bagaimana, yaitu cara yang digunakan untuk mengkaji atau menelaah
sehingga diperolehnya ilmu tersebut. Secara umum, metode ilmiah
pada dasarnya untuk semua disiplin ilmu yaitu berupa proses kegiatan
induksi-deduksi-verivikasi seperti telah diuraikan diatas.
3. Aksiologi

1 Zainuddin, M, Filsafat Ilmu Perspektif Islam, Jakarta: Lintas Pustaka, 2006, hal. 19-21.
Kedudukan Filsafat Ilmu dalam Islamisasi Pengetahuan {113

Komponen filsafat ilmu yang menjelaskan pertanyaan untuk


apa, artinya berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam
rangka memenuhi kebutuhan manusia. Dengan perkataan lain, apa
yang dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu serta
membagi peningkatan kualitas hidup manusia.2
Pada dasarnya ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau
fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial, yang diperoleh
manusia melalui proses berfikir. Itu artinya setiap ilmu merupakan
pengetahuan tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari ilmu terkait.
Dalam pengertian lain,pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui
dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi . Dalam hal ini, kita
akan meluruskan paradigma-paradigma tentang ilmu pengetahuan yang
selama ini banyak yang melenceng. Dengan filsafat kita akan
mengislamisasi ilmu pengetahuan. Agar nantinya fungsi ilmu pengetahuan
tidak melenceng dari norma agama ataupun norma negara.
a. Pengertian Islamisasi ilmu pengetahuan

Ketika mendengar istilah Islamisasi Ilmu pengetahuan, ada


sebuah kesan bahwa ada sebagian ilmu yang tidak Islam sehingga
perlu untuk diislamkan. Dan untuk mengislamkannya maka
diberikanlah kepada ilmu-ilmu tersebut dengan label "Islam" sehingga
kemudian muncullah istilah-istilah ekonomi Islam, kimia Islam, fisika
Islam dan sebagainya. Bahkan ada sebagian orang yang ceroboh
menganggap Islamisasi sebagai suatu proses yang berkaitan dengan
objek-objek eksternal, kemudiannya mengaitkannya dengan
komputer, kereta api, mobil bahkan bom Islam. Pada tingkat yang

2 http://www.perpustakaan-online.blogspot.com/2008/04/filsafat-ilmu.html.
114} Vol. 6, No. 02, Juli 2020

lebih tinggi lagi, ada yang terbelengu oleh pandangan dualistis,


memberikan perhatian yang sedikit sekali pada pengembangan yang
telah dilakukan oleh para cendikiawan dan pemikir muslim, mereka
lebih tertarik melakukan pengembangan institusi-institusi, seolah-olah
institusi-institusi tersebut dapat didirikan dengan baik tanpa para
cendikiawan dan pemikir yang mumpuni di dalamnya. Dengan
berbagai pandangan dan pemaknaan yang muncul secara beragam ini
perlu kiranya untuk diungkap dan agar lebih dipahami apa yang
dimaksud “Islamisasi Ilmu Pengetahuan”.

Sebelum kita menjelaskan pengertian Islamisasi ilmu


pengetahuan. Ada baiknya kita memahami terlebih dahulu arti dari
ilmu dan Islamisasi. Ilmu merupakan sebuah pengetahuan yang
berdasar pada dalil (bukti). Sebagaimana dalam hadits nabi:

‫ﺇﻥ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻣﺎ ﻗﺎﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﻭﺍﻟﻨﺎﻓﻊ ﻣﻨﻪ ﻣﺎ ﺟﺎء ﺑﻪ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﻓﺎﻟﺸﺄﻥ ﻓﻰ ﺃﻥ ﻧﻘﻮﻝ‬
.‫ﻋﻠﻤﺎ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻨﻘﻞ ﺍﻟﻤﺼﺪﻕ ﻭﺍﻟﺒﺤﺚ ﺍﻟﻤﺤﻘﻖ‬
“Sesungguhnya ilmu itu adalah yang bersandar pada dalil,
dan yang bermanfaat darinya adalah apa yang dibawa rasul. Maka
sesuatu yang bias kita katakana ilmu itu adalah penukilan yang
benar dan penelitian yang akurat.3

Seorang ilmuan besar, Albert Enstein mengatakan bahwa “Science


without Religion is blind, and Religion without science is lame”, ilmu tanpa
agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh.

3 Taqiy al-Din Ahmad ibn ‘Abd al-Halim ibn Taimiyyah, Majmu’ fatawa Syaikh al-

Islam Ahmad ibn Taimyyah, editor ‘Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Qasim al-‘Ashimi al-
Nadji al-Hanbali, Bairut: Muassasah al-Risalah, 1418H/1997M, jilid 6, hal. 388.
Kedudukan Filsafat Ilmu dalam Islamisasi Pengetahuan {115

Menurut S.M.N. Al-Attas Islamisasi adalah pembebasan manusia


dari unsur magis, mitologi, animisme, tradisi kebudayann kebangsaan
serta dari penguasa sekular atas akal dan bahasanya.4 Dari pengertian
diatas dapat dipahami bahwa Islamisasi berperan dalam membebaskan
masalah-masalah umat Muslim, antara lain; membebaskan umat Muslim
dari kepercayaan terhadap magis dan mitologi, animisme, seperti cerita
rakyat, dongeng, legenda yang tidak diketahui kebenarannya. Dimana
perkembangannya hanya secara oral-verbal atau dari “mulut ke mulut”.
Keberadaan terhadap mitologi ini, tentunya mempengaruhi pola pikir dan
pola hidup manusia yang masih mempercayainya.

Dari point diatas maka Islamisasi ilmu pengetahuan adalah


pembebasan umat Muslim dari nilai-nilai ilmu pengetahuan yang
bertentangan dengan pandangan hidup Islam. Sedangkan menurut Al-
Attas _sang penggagas awal- memberikan istilah untuk islamisasi ilmu
pengetahuan dengan islamization of contemporary or present day knowledge.
Dalam bahasa arab disebut dengan islamiyyat al-‘ulum al-mu’ashirah.
Menurut Al-Attas yang perlu di islam kan adalah ilmu pengetahuan
kontemporer atau sains Barat sekarang ini. Ilmu-ilmu agama tidak
termasuk dalam proses islamisasi karena ia tidak pernah terpisah dari
tuhan sebagai hakikat yang sebenarnya dan sumber segala ilmu.5

Sedangkan Al-Faruqi menyebut istilah islamisasi ilmu pengetahuan


dengan islamization of knowledge (IOK), dan istilah ini yang paling sering
disebut dengan Islamiyyatul Ma’rifah yang bermakna bahwa segala disiplin

4 Budi Handrianto, Islamisasi Sains Sebuah Upaya Mengislamkan Sains Barat Modern,
cet.1-Jakarta: Al-Qautsar, 2010. hal. 86.
5 Rosnani Hashim, “Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer: Sejarah
Perkembangan, dan Arah Tujuan”, Majalah Islamiah, Th. 6 Vol. 6. Juli-September 2005, hal. 33.
116} Vol. 6, No. 02, Juli 2020

ilmu (baik kontemporer maupun tradisi islam) mesti di islamkan. Namun


istilah ini banyak ditentang terutama oleh Al-Attas karena mengandung arti
semua ilmu, termasuk ilmu-ilmu agama juga harus di islamkan.6

Bagi Al-Faruqi, Islamisasi ilmu pengetahuan adalah: menuangkan


kembali pengetahuan sebagaimana yang dikehendaki oleh islam yaitu
memberikan definisi baru, mengatur data, mengevaluasi kembali
kesimpulan-kesimpulan dan memproyeksikan kembali tujuan-tujuan nya.7

Tetapi sejauh mana gagasan ini dapat dijalankan, dan betul-betul


menjadi solusi terhadap krisis masyarakat modern, barangkali sejarah yang
akan membuktikannya. Apapun hasilnya nanti, gagasan ini saya kira perlu
mendapat sambutan terutama dari mereka yang memiliki kepentingan
dengan kondisi masyarakat modern. Selain itu Islamisasi ilmu pengetahuan
juga muncul sebagai respon seorang intelektual muslim terhadap efek
negative yang ditimbulkan dari ilmu pengetahuan Modern-Barat yang
sekuler.8 Nampaknya telah mengusik kesadaran para pemikir dunia, antara
lain Ismail Raji Al-Faruqi, Sayyed Hossein Nasr dan Syed Muhammad Naquib
Al-Attas dengan ide-ide besarnya ingin membangkitkan kembali gerakan
islamisasi pengetahuan.9 Ide ini disemangati oleh obsesi untuk
mengembalikan ilmu pengetahuan dalam kekuatan islam (muslim)
sebagaimana pada masa klasik.

6 Budi Handrianto, Islamisasi Sains Sebuah Upaya Mengislamkan Sains Barat Modern,
cet.1-Jakarta: Al-Qautsar, 2010. hal. 125.
7 Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, Cet Pertama, Jakarta-Indonesia,
2006. hal. 121.
8 Zainuddin, Filsafat Ilmu…, hal. 121.
9 Muhammad Djakfar, Islamisasi Pengetahuan: Dari Tataran Ide ke Praksis, dalam

Mudjia Rahardjo, Quo Vadis Pendidikan Islam Pembacaan Realitas Pendidikan Islam, Sosial dan
Pengetahuan, Malang: Cendekia Paramulya, 2002. hal. 285.
Kedudukan Filsafat Ilmu dalam Islamisasi Pengetahuan {117

Dalam perkembangan lebih jauh, obsesi yang telah mewujud


sebuah gerakan ini melebar kearah dua sasaran yang berbeda sehingga
melahirkan dua kubu.10 Kubu pertama bermaksud menghasilkan sistem
ilmu yang lebih komprehensifdalam memahami semesta dan isinya ini
agar dapat digunakan oleh seluruh umat manusia, kubu yang di motori
oleh Ismail Raji Al-Faruqi dengan dukungan Syed Muhammad Naquib Al-
Attas ini mendambakan semangat rahmah li al-‘alamin. Sedangkan kubu
yang kedua, dimotori oleh Ziauddin Sardar, berpandangan bahwa
islamisasi ilmu lebih merupakan usaha membangun sistem islam untuk
umat islam.11

b. Strategi Islamisasi Ilmu Pengetahuan


Untuk melakukan islamisasi ilmu Al-Faruqi telah mencoba
menetapkan lima sasaran dari rencana kerja islamisasi ilmu dengan
beberapa tahapan sistematis pencapaiannya12, kelima sasaran tersebut
meliputi :

1) Mengusai disiplin-disiplin modern


2) Mengusai khazanatul islam
3) Menentukan relevansi islam yang spesifik pada setiap ilmu
pengetahuan modern
4) Mencari cara-cara untuk melakukan sintesa kreatif antara
khazanatul islam dengan khazanatul ilmu pengetahuan
modern

10 Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. 1994. hal. 104.


11 Tim Penyusun Buku, Memadu Sains dan Agama Menuju Universitas Islam Masa

Depan, cet kedua, Malang: Bayumedia Publishing. 2004. hal. 77.


12 Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, hal. 118.
118} Vol. 6, No. 02, Juli 2020

5) Mengarahkan pemikiran islam kelintasan-lintasan yang


mengarah pada pemenuhan pola rancangan Allah.
Kemudian menurut Al-Faruqi kelima sasaran di atas bisa
dicapai melalui 12 tahapan sistematis sebagai berikut: Penguasaan
dan kemahiran disiplin ilmu modern: penguraian kategori
(1) pengusaan disiplin ilmu modern: prinsip, metodologi,
masalah, tema dan perkembangannya.
(2) survey disiplin ilmu
(3) penguasaan khazanatul islam: ontologi
(4) pengusaan khazanah ilmiah islam:analisis
(5) penentuan lerevansi islam yang khas terhadap disiplin-
disiplin ilmu
(6) penilaian secara kritis terhadap disiplin keilmuan
modern dan tingkat perkembangannya dimasa kini
(7) penilaian secara kritis terhadap khazanah islam dan
tingkat perkembangannya dewasa ini.
(8) survey permasalahannya dihadapi umat islam
(9) analisis dan sinteksis kreatif
(10) penuangan kembali disiplin ilmu modern ke dalam
kerangka islam
(11) penyebarluasan ilmu yang sudah di islamkan.13

Dua langkah pertama untuk memastikan


pemahaman dan penguasaan umat islam terhadap disiplin
ilmu tersebut sebagaimana yang berkembang di barat. Dua
langkah seterusnya adalah untuk memastikan sarjana islam
yang tidak mengenali warisan ilmu islam karena masalah
akses kepada ilmu tersebut mungkin disebabkan masalah
bahasa akan berpeluang untuk mengenalinya dari ontology
yang disediakan oleh sarjana islam tradisional.

13 Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, hal. 122-123.


Kedudukan Filsafat Ilmu dalam Islamisasi Pengetahuan {119

Analisis warisan ilmu islam adalah untuk memahami


wawasan islam dengan lebih baik dari sudut latar belakang
sejarah, masalah, dan isu yang terlibat. Empat langkah yang
pertama itu seharusnya dapat menjelaskan kepapa
cendikiawan tersebut tentang sumbangan warisan ilmu
islam dan relevansinya kepada bidanh yang dikaji oleh
disiplin ilmu itu dan tujuan kasarnya. Langkah keenam
adalah langkah paling utama dalam proses islamisasi ini
dimana kepatuhan kepada prinsip pertama dan lima
kestuan akan diperiksa sebelum sistesis kreatif dicapai
dalam langkah ke-10.14
Langkah-langkah islamisasi ilmu seperti itu adalah
upaya untuk mempertemukan khazanah pengetahuan
modern ke dalam kerangka Islam.
Sementara Al-Attas menguraikan bahwa semua ilmu
pengetahuan masa kini, secara keseluruhan dibangun,
ditafsirkan dan diproyeksikan melalui pandangan dunia,
visi inteletual dan persepsi psikologi dari kebudayaan dan
peradaban Barat yang saling berkaitan (inter-related
characteristics). Kelima prinsip itu adalah:
(a) Mengandalkan kekuatan akal semata untuk
membimbing manusia mengarungi kehidupan.

(b) Mengikuti dengan setia validitas pandangan dualistis


mengenai realitas dan kebenaran.

14 Rosnani Hashim, “Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan, hal. 37.


120} Vol. 6, No. 02, Juli 2020

(c) Membenarkan aspek temporal untuk yang memproyeksi


sesuatu pandangan dunia sekuler.
(d) Pembelaan terhadap doktrin humanisme.
(e) Peniruan terhadap drama dan tragedi yang dianggap
sebagai realitas universal dalam kehidupan spritual,
atau transedental, atau kehiudpan batin manusia, yaitu
dengan menjadikan drama atau tragedi sebagai elemen
yang riil dan dominan dalam jati diri dan eksistensi
manusia.
Kelima hal di atas, merupakan prinsip-prinsip utama dalam
pengembangan keilmuan di Barat, yang dinilai bertentangan dengan nilai-
nilai Islam. Supaya umat Islam terhindar dari prinsip-prinsip yang menjebak
di atas, maka ada empat poin yang harus diperhatikan seorang muslim dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan, yaitu: Pertama. Prinsip-prinsip utama
Islam sebagai intisari peradaban Islam. Kedua. Pencapain sejarah kebudayaan
Islam sebagai manifestasi ruang dan waktu dari prinsip-prinsip utama Islam.
Ketiga. Bagaimaan kebudayaan Islam dibandingkan dan dibedakan dengan
kebudayaan lain dari sudut manifestasi dan intisari. Keempat. Bagaimaan
kebudayaan Islam menjadi pilihan yang paling bermanfaat berkaitan dengan
masalah-masalah pokok Islam dan non Islam di dunia saat ini. Kelima.
Renungan ini sangat penting, karena apabila kita memperhatikan secara
cermat, pengalaman masa lampau serta rencana masa depan menuju satu
arah perubahan yang diinginkan, maka harus dimulai dari rumusan sistem
pendidikan yang paripurna. Apa yang telah Al-Attas dan Al-Faruqi paparkan,
itu merupakan langkah “dasar” untuk bertahannya peradaban Islam.
Kedudukan Filsafat Ilmu dalam Islamisasi Pengetahuan {121

c. Kedudukan filsafat ilmu dalam Islamisasi ilmu pengetahuan


Setelah mengetahui arti dari filsafat dan ilmu pengetahuan, kali
ini kita akan mencoba meletakkan di mana posisi filsafat ilmu ketika
dihadapkan dengan islamisasi ilmu pengetahuan. Orang yang tidak
berfilsafat tidak akan mengerti bagaimana sebaiknya ilmu pengetahuan
tersebut diperlakukan. Yang mana dalam pemanfaatan tersebut tidak
didasari dengan rasa kerohanian yang taat akan Tuhannya. Maka dari
landasan itulah filsafat ilmu berperan penting dalam islamisasi ilmu
pengetahuan.
Pada dasarnya filsafat ilmu bertugas memberi landasan filosofi
untuk memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu,
sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
Secara subtantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh
pembekalan dan disiplin ilmu masing-masing agar dapat menampilkan
teori subtantif. Selanjutnya secara teknis dihadapkan dengan bentuk
metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoperasionalkan
pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu
masing-masing.
Sedangkan kajiaan yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah
meliputi hakekat (esensi) pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih
menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu
pengetahuan seperti; ontologi ilmu, epistimologi ilmu dan aksiologi
ilmu, yang sudah penulis bahas di atas. Dari ketiga landasan tersebut
menurut hemat penulis, bila dikaitkan dengan Islamisasi ilmu
pengetahuan maka letak filsafat ilmu itu terletak pada ontologi dan
epistimologinya. Ontologi disini titik tolaknya pada penelaahan ilmu
pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang
122} Vol. 6, No. 02, Juli 2020

dimiliki seorang ilmuwan, jadi landasan ontologi ilmu pengetahuan


sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap realitas.
Manakala realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah
pada ilm-ilmu empiris. Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit
atau roh, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu humaniora.15
Sedangkan epistimologi titik tolaknya pada penelaahan ilmu
pengetahuan yang di dasarkan atas cara dan prosedur dalam
memperoleh kebenaran. Upaya untuk menemukan kebenaran yaitu:
koherensi, korespondensi, dan pragmatisme. Koherensi merupakan teori
kebenaran yang mendasarkan diri kepada criteria kebenaran tentang
konsistensi suatu argumentasi. Sekiranya terdapat konsistensi dalam
alur berpikir, maka kesimpulan yang ditariknya adalah benar,
sebaliknya jika terdapat argumentasi yang bersifat tidak konsisten,
maka kesimpulan yang ditariknya adalah salah. Landasan koherensi
inilah yang dipakai sebagai dasar kegiatan ilmuan untuk menyusun
pengetahuan yang bersifat sistematis dan konsisten.
Koresponden merupakan teori kebenaran yang mendasarkan
diri pada criteria tentang kesesuaian antar materi yang terkandung oleh
suatu pernyataan dengan objek yang dikenai pernyataan tersebut. Jika
kita menyatakan “gula itu rasanya manis”, maka pernyataan itu benar
sekiranya dalam kenyataannya gula itu rasanya manis. Sebaliknya, jika
kenyataannya gula itu rasanya tawar, maka pernyataan itu salah. Jadi,
kebenaran harus sesuia dengan kenyataan setelah dibuktikan
(verifikasi).

15 meetabied.wordpress.com. Muhammad Zainal Abidin Personal Blog.


Kedudukan Filsafat Ilmu dalam Islamisasi Pengetahuan {123

Pragmatisme merupakan teori kebenaran yang mendasarkan


diri kepada criteria tentang berfungsi atau tidaknya suatu pernyataan
dalam lingkup ruang dan waktu tertentu.16
d. Fungsi filsafat ilmu dalam Islamisasi ilmu pengetahuan
Fungsi filsafat ilmu dalam Islamisasi ilmu pengetahuan adalah
sebagai pemberi nilai terhadap perkembangan ilmu, dan ini akan
dijelaskan oleh aksiologi ilmu yang bertitik tolak pada pengembangan
ilmu pengetahuan yang merupakan sikap etis yang harus di
kembangkan oleh seorang ilmuwan, terutama dalam kaitannya dengan
nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Sehingga suatu aktivitas ilmiah
senantiasa dikaitkan dengan kepercayaan, idiologi yang di anut oleh
masyarakat atau bangsa tempat ilmu itu di kembangkan. Adapun
fungsi filsafat ilmu dalam islamisasi ilmu pengetahuan adalah:
1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah,
Dalam hal ini, seseorang mampu menjadi kritis
terhadap kegiatan ilmiah, maksudnya seorang ilmuwan
musliam harus memilki sikap kritis terhadap bidang ilmunya
sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap
nsolipsistik, menganggap bahwa hanya pendapatnya yang
paling benar. Adapun kaitannya dengan Islamisasi ilmu
pengetahuan fungsi filsafat ilmu adalah sebagai sikap kritis
terhadap keilmuwan yang dimiliki oleh ilmuwan muslim.

16 Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, cet pertama, perpustakaan


nasional: Jakarta, 2006. hal. 33-34.
124} Vol. 6, No. 02, Juli 2020

2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik


asumsi dan metode keilmuwan.
Hal ini menyebabkan adanya kecenderungan yang
terjadi di kalangan ilmuwan modern yaitu mereka
menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan
struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang
diperlukan disini adalah menerapkan metode ilmiah yang
sesuai atau cocok dengan setruktur ilmu pengetahuan, bukan
sebaliknya. Metode hanya sarana berfikir, bukan merupakan
hakekat ilmu. Dalam Islamisasi ilmu pengetahuan yang
paling pokok adalah terdapat pada bagaimana cara untuk
mempertemukan antara nilai-nilai agama dengan kemajuan
ilmu pengetahuan. Agar keduanya bisa saling mengisi
kekurangan dan kelebihannya.
Kehadiran filsafat ilmu ditengah perkembangan islamisasi
ilmu pengetahuan yang ditandai semakin banyaknya spesialisasi
ilmu pengetahuan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmu, maka
para ilmuwan muslim akan menyadari keterbatasan dirinya dan
tidak terperangkap ke dalam sikap arogansi intelektual. Hal yang di
perlukan adalah sikap keterbukaan diri dikalangan ilmuwan
muslim, sehingga mereka dapat saling menyapa dan mengarahkan
seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan
umat manusia.17

17 http://meetabied.wordpress.com/2009/11/01/kedudukan-filsafat-ilmu-dalam-
islamisasi-ilmu-pengetahuan-dan-kontribusinya-dalam-krisis-masyarakat-modern/".
Kedudukan Filsafat Ilmu dalam Islamisasi Pengetahuan {125

C. PENUTUP

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini adalah sebagai


berikut:

1. Islamisasi ilmu pengetahuan adalah pembebasan umat Muslim


dari nilai-nilai ilmu pengetahuan yang bertentangan dengan
pandangan hidup Islam.

2. Untuk melakukan islamisasi ilmu Al-Faruqi telah mencoba


menetapkan lima sasaran dari rencana kerja islamisasi ilmu
dengan beberapa tahapan sistematis pencapaiannya, kelima
sasaran tersebut meliputi :
a. Mengusai disiplin-disiplin modern
b. Mengusai khazanatul islam
c. Menentukan relevansi islam yang spesifik pada setiap ilmu
pengetahuan modern
d. Mencari cara-cara untuk melakukan sintesa kreatif antara
khazanatul islam dengan khazanatul ilmu pengetahuan
modern
e. Mengarahkan pemikiran islam kelintasan-lintasan yang
mengarah pada pemenuhan pola rancangan Allah.

3. Adapun kedudukan filsafat ilmu dalam islamisasi ilmu


pengetahuan terletak pada ontologi dan epistimologinya.
Ontologi disini titik tolaknya pada penelaahan ilmu pengetahuan
yang didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki
seorang ilmuwan, jadi landasan ontologi ilmu pengetahuan
sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap realitas,
sedangkan epistimologi titik tolaknya pada penelaahan ilmu
126} Vol. 6, No. 02, Juli 2020

pengetahuan yang di dasarkan atas cara dan prosedur dalam


memperoleh kebenaran.

4. Adapun fungsi filsafat ilmu dalam islamisasi ilmu pengetahuan


adalah: filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah,
filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik
asumsi dan metode keilmuwan.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Handrianto, Islamisasi Sains Sebuah Upaya Mengislamkan Sains Barat


Modern, cet.1-Jakarta: Al-Qautsar, 2000.
Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 1994.
meetabied.wordpress.com. Muhammad Zainal Abidin Personal Blog
Muhammad Djakfar, Islamisasi Pengetahuan: Dari Tataran Ide ke Praksis,
dalam Mudjia Rahardjo, Quo Vadis Pendidikan Islam Pembacaan
Realitas Pendidikan Islam, Sosial dan Pengetahuan, Malang: Cendekia
Paramulya, 2002.
Rosnani Hashim, “Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer:Sejarah
Perkembangan, dan Arah Tujuan”, Majalah Islamiah, Th. 6 Vol. 6. Juli-
September 2005.
Taqiy al-Din Ahmad ibn ‘Abd al-Halim ibn Taimiyyah, Majmu’ fatawa
Syaikh al-Islam Ahmad ibn Taimyyah, editor ‘Abd al-Rahman ibn
Muhammad ibn Qasim al-‘Ashimi al-Nadji al-Hanbali, Bairut:
Muassasah al-Risalah, 1418H/1997M, jilid 6.
Tim Penyusun Buku, Memadu Sains dan Agama Menuju Universitas Islam
Masa Depan, cet kedua, Malang: Bayumedia Publishing. 2004.
Zainuddin, Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam, cet pertama,
perpustakaan nasional: Jakarta, 2006. H.
Zainuddin, M, Filsafat Ilmu Perspektif Islam, Jakarta: Lintas Pustaka, 2006.
Kedudukan Filsafat Ilmu dalam Islamisasi Pengetahuan {127

http://meetabied.wordpress.com/2009/11/01/kedudukan-filsafat-ilmu-
dalam-islamisasi-ilmu-pengetahuan-dan-kontribusinya-dalam-
krisis-masyarakat-modern/
http://www.perpustakaan-online.blogspot.com/2008/04/filsafat-ilmu.h

Anda mungkin juga menyukai