NAMA KELOMPOK: 1. MAULIDYAH NUR AZIZZAH W. (220602110068) 2. ZALFAH SHAFIRA SOFYAN (220602110069) 3. SHOFIA AZZAHRA (220602110126) 4. FIRDA DINDA PUTRI OKTA Y. (220602110071)
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2022 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Yang mucul pada awal adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus yang merupakan bagian dari filsafat. Sehingga dapat dikatakan bahwa filsafat adalah induk dari semua ilmi (materscientiarum). Karena filsafat bersifat umum . seiring berkembangnya ilmu, filsat tidak hanya dipandang sebagai induk dari semua ilmu. Namun sudah menjadi bagian ilmu itu sendiri.. filsafat sudah tidak lagi mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi beberapa sektoral yaitu filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu. Filsafat ilmu adalah bentuk perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan menjadi bagian dari satu bidang tertentu. Dan karena hal ini ilmu sebagai kajian silsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami. Dengan ciri kekhususan yang dimiliki oleh setiap ilmu, hal ini menyebabkan batas- batasan yang jelas diantara masing-masing bidang ilmu. Dengan kata lain tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Disinilah peran filsafat untuk berusaha menyatukan dan mempadukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah merumuskan pandangan hidup yang didasarkan dari pengalaman kemanusiaan yang sangat luas. Banyak masalah dari filsafat yang membutuhkan landasan pada pengetahuan ilmiah agar pembahasannya dapat dikatakan dangkal dan keliru. Berfilsafat sesungguhnya dilakukan dalam bermasyarakat. Ini membuktikan bahwa pada dasarnya filsafat pun membantu masyarakat dalam memecahkan bermacam-macam masalah kehidupan. Salah satu tujuan tulisan ini adalah menunjukkan apa yang dapat diberikan filsafat dalam hal Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan yang dapat diberikan dalam kehidupan. Selain dari filsafat, ilmu pengetahuan pada hakekatnya mambantu manusia dalam menjalani kehidupan. Namun secara hakiki terbatas sifatnya, untuk menghasilkan pengetahuan yang setepat mungkin, semua ilmu membatasi diri pada tujuan atau bidang tertentu. untuk meneliti bidang tersebut secara maksimal, ilmu-ilmu semakin mengkhususkan metode-metode mereka. Dengan demikian, ilmu-ilmu tersebut tidak membahas pertanyaan yang menyangkut manusia secara keseluruhan dan sebagai kesatuan yang utuh. Pertanyaan yang mendasar tentang apa arti dan tujuan dari kehidupan apa kewajiban dan tujuan dari kehidupan manusia, atau pun pertanyaan tentang pengetahuan dasar dari manusia. Sebenarnya jawaban yang diberikan dapat mempengaruhi penentu dasar kehidupan manusia. Di sinilah filsafat memainkan perannya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan hasil pemabahasan pada latar belakang, dapat disimpulkan rumusan masalahnya adalah: 1. Apa pengertian filsafat ilmu dan integrasi islam? 2. Bagaimana peran penting filsafat ilmu dalam berintegrasi islam? 3. Bagaiman hubungan antara filsifat ilmu dengan ilmu pengetahaun?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengertian filsafat ilmu dan integrasi islam. 2. Untuk peran penting filsafat ilmu dalam berintegrasi islam. 3. Untuk mengetahui hubungan antara filsafat ilmu dengan ilmu pengetahuan. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Filsafat Ilmu dan Integrasi Islam Pengertian filsafat sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan antara satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda serta hamper sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi yakni etimologi dan terminology. Kata filsafat dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah Falsafah dan dalam Bahasa Inggris dikenal dengan Phylosophia terdiri atas kata Philein yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom) sehingga secara etimologis filsafat berarti cinta kebijaksaan dalam arti yang sedalam-dalamnya. Plato berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mecoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli karena kebenaran itu mutlak di tangan Tuhan. Aristoles, berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, dan estetika. Kata ilmu berasal dari Bahasa Arab “alima” dan berarti pengetahuan. Pemakain kata ini dalam Bahasa Indonesia kita sebanding dengan istilah “science”. Science berasal dari Bahasa latin. Ilmu adalah pengetahuan. Namun ada berbagai macam pengetahuan. Dengan “pengetahuan ilmu” dimaksud pengetahuan yang pasti, dan betul-betul terorganisasi, jadi berdasarkan kenyataan dan tersusun baik. Setelah umat Islam mengalami kemunduran sekitar abad 13-20 M, pihak Barat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya dari Islam, sehingga ia mencapai masa renaissance, ilmu pengetahuan umum (sains) berkembang pesat di Barat, sedangkan ilmu pengetahuan Islam mengalami kemunduran, yang pada akhirnya muncullah dikotomi antara dua bidang ilmu tersebut. Tidak hanya sampai di sini, tetapi muncul pula sekularisasi ilmu pengetahuan di Barat yang mendapat tantangan dari kaum Gereja. Galileo (L. 1564 M) yang dipandang sebagai pahlawan sekularisasi ilmu pengetahuan mendapat hukuman mati pada tahun 1633 M, karena mengeluarkan pendapat yang bertentangan dengan pandangan Gereja. Galileo memperkokoh pandangan Copernicus bahwa matahari adalah pusat jagat raya berdasarkan fakta empiris melalui observasi dan eksperimen. Sedangkan Gereja memandang bahwa bumi adalah pusat juga raya (Geosentrisme) yang didasarkan pada informaasi Bibel. Kondisi inilah yang memotivasi para cendekiawan muslim berusaha keras dalam mengintegrasikan Kembali ilmu dan agama. Pendekatan integrative-interkonektif merupakan usaha yang menjadikan sebuah keterhubungan antara keilmuan agama dan keilmuan umum. Muara dari pendekatan integrative-interkonektif menjadikan ilmuan mengalami proses obyektivikasi dimana keilmuan tersebut dirasakan oleh orang non Islam sebagai sesuatu yang natural, tidak sebagai perbuatan keagamaan. Sekalipun demikian, dari sisi yang mempunyai perbuatan, bisa tetap menganggapnya sebagai perbuatan keagamaan, termasuk amal, sehingga Islam dapat menjadi rahmat bagi semua orang. Perbedaan pendekatan integrasi dengan islamisasi ilmu adalah dalam hubungan antara keilmuan umum dengan keilmuan agaman. 2.2 Peran Penting Filsafat dalam Berintegrasi Islam Tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia berkaitan erat dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Keduanya saling melengkapi, menemukan, dan memperbaharui konsep masing-masing dalam rangka mewujudkan tujuan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi ilmu tidak selalu membawa nilai positif terhadap kehidupan manusia, mengingat selalu ada sisi negatif yang menciptakan kehancuran bagi manusia itu sendiri.Perkambangan ilmu dan teknologi juga membawa manusia itu sendiri melanggar berbagai hakikat ilmu yang telah ada. Dehumanisasi merupakan contoh nyata akses teknologi yang memiliki sifat negatif. Adapun dehumanisasi merupakan suatu proses yang menyebabkan manusia keluar dari jalur kodratnya sebagai manusia seutuhnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dampak keberadaan ilmu bagi kehidupan manusia bergantung pada operasional ilmu dan kontribusinya pada pemenuhan kebutuhan setiap orang. Filsafat ilmu mengalami perkembangan pesat sejak tahun 1960 seiring dengan perkembangan pesat pada ilmu dan teknologi akibat hadirnya dukungan positivismeempirik pada penelaahan dan pengukuran kuantitatif atas suatu gagasan atau kajian ilmiah. Munculnya berbagai penemuan teori atas eksplorasi suatu ilmu dan teknologi berlangsung dengan mengesankan, sebab dahulu keberadaan ilmu dan teknologi yang kini digunakan manusia merupakan suatu kemustahilan. Berkat kemajuan ilmu dan teknologi semakin meyakinkan manusia bahwa keterbatasan yang dihadapi dalam rangka pemenuhan kebutuhan dapat diatasi dengan baik lewat revolusi ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, keberadaan sifat positivisme-empirik yang serba ilmiah telah membuktikan kehebatan ilmu dalam rangka membangun kejayaan peradaban manusia. Kontribusi ilmu tidak dipungkiri memiliki peran kuat dalam tatanan kehidupan manusia. Selain itu, timbul persoalan-persoalan baru yang juga hampir menjadi krisis di berbagai belahan dunia. Ilmu yang seharusnya menjadikan manusia lebih memiliki sifat manusiawi justru membuatnya semakin serakah sehingga menyebabkan alam marah akibat perlakuan manusia yang semakin hari semakin bertindak mengeksploitasi tanpa memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Selain itu, terjadi benturan kebuadayaan yang muncul dari nilai dan pemaknaaan yang berbeda sehingga menciptakan konflik yang tidak terkendali. Bahkan kemjauan teknologi-teknologi akibat munculnya teori- teori terbarukan dari berbagai disiplin ilmu telah membawa dampak pada perubahan pola aktivitas manusia, namun juga membawa petaka bagi manusia itu sendiri. Raksasaraksasa teknologi justru berbalik menghantam manusia dengan menggantikan peran manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Berbagai persoalan tersebut merupakan dampak nyata yang dihadapi oleh manusia akibat adanya perkembangan ilmu dan pergeseran paradigma pembangunan. Ilmu pengetahuan merupakan segala hal yang diketahui manusia yang sudah teruji secara ilmiah sebagai suatu disiplin ilmu. Ilmu pengetahuan uncul dari kemampuan berpikir manusia akibat pengalaman yang telah dilewati. Adapun kemampuan berpikir ini ditransformasikan dalam bentuk lambang untuk kemudian dikomunikasikan sebagai simbol ataupun formula tertentu. Keberadaan ilmu yang dikomunikasikan satu sama lain ini menjadi wujud bahwa ilmu merupakan bentuk pemikiran yang diharapkan dapat membawa kesejahteraan bagi umat manusia. Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan manusia maka hakikat ilmu berorientasi pada produk, proses, serta paradigma etika. Integritas ilmu dalam aspek kehidupan manusia secara harafiah menggambarkan peran ilmu dalam setiap dimensi kehidupan. Kehadiran ilmu pengetahuan dapat membantu dan mempermudah pemahaman manusia atas setiap proses alam sehingga manusia secara utuh dapat menjalankan fungsi kekhalifahan. Ilmu pengetahuan dengan segala perkembangannya akan selalu dinantikan oleh umat manusia mengingat manfaatnya yang dapat memenuhi tuntutan perkembangan zaman. Perusakan nilai-nilai akibat perilaku manusia yang melanggar tatanan ilmu harus diminimalisir dengan perwujudan pendidikan karakter. Adapun karakter memegang peranan penting agar jati diri manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dan berdaya pikir tidak kehilangan esensinya. Manusia harus berilmu dan berkarakter sehingga perkembangan ilmu tidak membawa petaka bahkan menjadikan krisis identitas diri di masyarakat. Integritas ilmu yang berlandaskan nilai-nilai atas norma sosial yang berlaku di masyarakat ataupun norma agama akan membawa kemaslahatan bagi setiap manusia itu sendiri. Hal ini terbukti dari kenyataan bahwa manusia berkedudukan sebagai pelaku (homo faber), artinya manusia digambarkan sebagai makhluk yang membuat alat, adapun keterampilan membuat alat dimungkinkan diperoleh manusia dari pengetahuan yang dimiliki. Perpaduan antara ilmu dan pengetahuan memungkinkan manusia mendyagunakan pemikirannya agar menciptakan suatu produk baru yang bermanfaat. Dengan kata lain ilmu dan pengetahuan merupakan dua sisi yang saling melengkapi. Revolusi ilmu pengetahuan dari wkatu ke waktu harus disikapi dengan moralitas yang baik sehingga mampu memberikan arah bagi pengembangan ilmu, pengetahuan, teknologi, dan segala aspek pendukung lainnya sehingga dapat membawa kemaslahatan bagi seluruh umat manusia. Perkembangan ilmu juga harus tidak melunturkan nilai-nilai yang berkembang utamanya nilai agama, sebab ilmu tanpa agama akan menjadi buta, sebaliknya agama tanpa ilmu akan menjadi rapuh. Oleh karena itu, dua hal antara ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral merupakan satu kesatuan yang terikat dalam penyelenggaraan pendidikan. Ilmu pengetahuan yang ditransfer terhadap manusia lain dalam hal ini peserta didik harus memuat pendidikan nilai karakter. Tujuan pendidikan nilai adalah membantu mengembangkan kemahiran berinteraksi pada tatanan yang lebih tinggi serta meningkatkan kebersamaan dan kekompakan interaksi yang terjalin antar umat mnausia. Keseluruhan tujuan pendidikan nilai tersebut tidak akan terlaksana tanpa adanya pertimbangan pinsipprinsip belajar. Keterlaksanaan pendidikan nilai sama halnya dengan mewujudkan integritas ilmu dalam kehiddupan manusia. Nilai-nilai moral yang terbentuk di dalamnya akan menjadi bekal bagi manusia yang bersangkutan ketika bertingkah laku di masyarakat. Oleh karena itu, tidak heran jika bangsa Indonesia mengharapkan perwujudan konsep manusia Indonesia seutuhnya dalam tujuan pendidikan nasionalnya. Konsep manusia seutuhnya pada dasarnya memuat makna bahwa pendidikan memiliki tujuan untuk membentuk manusia yang baik. Setiap negara memiliki konsep ideal terhadap sosok manusia yang baik dengan menerapkan dimensi dalam segala aspek kehidupannya. Bagi negara-negara dengan paham sosialis maka konsep ideal manusia baik berlandaskan pada dimensi sosial, manusia ideal dalam konsep ini cenderung tidak memiliki kebebasan karena kepentingan individu tereliminasi oleh kepentingan umum atau negara. Begitu juga dengan negara-negara yang menekankan dimensi religius maka konsep ideal manusia baik berlandasakan pada aspek nilai-nilai religusitas. Adapun bangsa Indonesia telah sepakat bahwa sosok manusia baik ala Indonesia disebut dengan manusia Indonesia Seutuhnya yang menempatkan seluruh dimensi kemanusiaan secara serasi, seimbang, selaras berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945. Konsep lain tentang definisi manusia Indonesia sutuhnya tertuang dalam tujuan pendidikan nasional. Adapun konsep tujuan pendidikan nasional merupakan rumusan manusia baik yang dikehendaki oleh bangsa Indonesia pada periode waktu tertentu. Adapun tujuan 2.3 Hubungan Filsafat Ilmu dengan Ilmu Pengetahuan Ilmu pengetahuan adalah insting akal manusia yang secara sistematis dalam menciptakan kebutuhan (teori) baru sebagai pemenuhan hasrat atas rasa ingin tahu (Wilujeng, 2014: 104). Ilmu pengetahuan (pengetahuan ilmiah) kelanjutan konseptual dari ciri-ciri “ingin tahu” sebagai kodrat manusiawi. Rasa ingin tahu manusia boleh dikatakan tak pernah ada batasnya.Selalu ingin mencari dan menemukan yang baru. Dalam kehidupannya manusia selalu berhadapan dengan berbagai peristiwa dan gejala di lingkungan. baik yang menyangkut alam, maupun manusia. Didorong rasa ingin tahunya manusia berupaya untuk menemukan jawabannya. Ilmu pengetahuan terus berkembang melalui kajian-kajian yang dilakukan para ilmuwan (Jalaludin, 2013: 91). Ilmu pengetahuan digunakan sebagai pijakan manusia untuk mencari teori-teori baru dengan metode dan prosedur tertentu agar memperoleh tujuan yang telah ditentukan. Disisi lain, ilmu pengetahuan harus bersifat sistematis dan teratur berdasarkan metodologi tujuannya agar mencapai generalisasi keilmuan yang diinginkan. Ilmu pengetahuan merupakan sebuah rangkaian konseptual atau teori yang saling berkaitan dan memberi tempat untuk pengkajian secara kritis menggunakan metode ilmiah yang bersifat sistematik, objektif dan universal. Ilmu pengetahuan memang berdasarkan “pengetahuan biasa”, yang disempurnakan, diperluas, supaya pasti dan benar, sehingga manusia bisa mendekati apa yang dicita-citakannya. Secara sederhana ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai pengetahuan yang diatur secara sistematis dan langkah-langkah pencapaiannya dapat dipertanggungjawabkan secara teoritis. Hubungan filsafat dan ilmu pengetahuan bahwa semuanya merupakan dari kegiatan manusia. Kegiatan manusia diartikan dalam sebuah prosesnya dan juga dalam hasilnya. Bila dilihat dari hasilnya, keduanya merupakan hasil daripada berpikir manusia secara sadar. Bila dilihat dari segi prosesnya, menunjukkan suatu kegiatan yang berusaha untuk memecahkan masalah- masalah dalam kehidupan manusia (untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan), dengan menggunakan metode-metode atau prosedur-prosedur tertentu secara sistematis dan kritis. Filsafat dan ilmu pengetahuan adalah satu kesatuan dan memiliki hubungan yang saling melengkapi antara satu dengan lainnya. Perbedaan yang terdapat dari keduanya bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk saling melengkapi, dan saling mengisi. Pada hakikatnya, perbedaan itu terjadi disebabkan cara pendekatan yang berbeda. Filsafat tidak hanya melukiskan sesuatu, melainkan membantu manusia untuk mengambil keputusan tentang tujuan, nilai dan tentang apa-apa yang harus diperbuat manusia. Filsafat tidak netral, karena faktor-faktor subjektif memegang peranan yang penting dalam berfilsafat, ilmu mulai dengan asumsi-asumsi. Filsafat juga mempunyai asumsi-asumsi dan menyelidiknya atau merenungkannya karena ia meragukan terhadap asumsi tersebut. Ilmu pengetahuan menggunakan eksperimentasi terkontrol sebagai metode yang khas. Verifikasi terhadap teori dilakukan dengan jalan mengujinya dalam praktik berdasarkan penginderaan. Sedangkan filsafat dengan melalui akal pikiran yang didasarkan kepada semua pengalaman insani, sehingga dengan demikian filsafat dapat menelaah masalah-masalah yang tidak dapat dicarikan penyelesaiannya oleh ilmu (French & McKenzie, 2016). Hubungan filsafat dan ilmu pengetahuan saling berkaitan karena semuanya merupakan kegiatan manusia. Hubungan keduanya diibaratkan filsafat sebagai induknya ilmu sedangkan ilmu pengetahuan sebagai anak filsafat. Mengapa demikian, karena filsafat sifatnya lebih luas atau universal objeknya. Sedangkan ilmu pengetahuan objeknya terbatas karena hanya di dalam bidang tertentu. Filsafat dengan ilmu pengetahuan dapat saling bertemu sebab kedua- duanya menggunakan metode pemikiran reflektif dalam usaha untuk menghadapi fakta-fakta dunia dan kehidupan. Keduanya menunjukkan sikap kritik, dengan pikiran terbuka dan kemauan yang tidak memihak, untuk mengetahui hakikat kebenaran. Mereka berkepentingan untuk mendapatkan pengetahuan yang teratur. Ilmu membekali filsafat dengan bahan-bahan yang deskriptif dan faktual yang sangat penting untuk membangun filsafat. Tiap filsuf dan suatu periode lebih condong untuk merefleksikan pandangan ilmiah pada periode tersebut. Sementara itu, ilmu pengetahuan melakukan pengecekan terhadap filsafat, dengan menghilangkan ide-ide yang tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah. Sedangkan Filsafat mengambil pengetahuan yang terpotong-potong dan berbagai ilmu, kemudian mengaturnya dalam pandangan hidup yang lebih sempurna dan terpadu. Dalam hubungan ini, kemajuan ilmu pengetahuan telah mendorong kita untuk menengok kembali ide-ide dan interpretasi kita, baik itu dalam bidang ilmu pengetahuan maupun dalam bidang-bidang lain. Sebagai salah satu contoh, konsep evolusi mendorong kita untuk meninjau kembali pemikiran kita, hampir dalam segala bidang. Kontribusi yang lebih jauh, yang diberikan filsafat terhadap ilmu pengetahuan, adalah kritik tentang asumsi, postulat ilmu dan analisa kritik tentang istilah-istilah yang dipakai (Juhaya, 2003: 13). Hubungan Ilmu dengan Filsafat pada mulanya ilmu yang pertama kali muncul ialah filsafat dan ilmu-ilmu khusus menjadi bagian dari filsafat. Sedangkan filsafat merupakan induk dari segala ilmu karena menjelaskan tentang abstraksi/sebuah yang ideal. Filsafat tidak terbatas, sedangkan ilmu terbatas sehingga ilmu menarik bagian filsafat agar bisa dimengerti oleh manusia. Filsafat dan ilmu saling terkait satu sama lain, keduanya tumbuh dari sikap refleksi, ingin tahu, dan dilandasi kecintaan pada kebenaran. Filsafat dengan metodenya mampu mempertanyakan keabsahan dan kebenaran ilmu, sedangkan ilmu tidak mampu mempertanyakan asumsi, kebenaran, metode, dan keabsahannya sendiri. Ilmu merupakan masalah yang hidup bagi filsafat dan membekali filsafat dengan bahan-bahan deskriptif dan faktual yang sangat perlu untuk membangun filsafat. Filsafat dapat memperlancar integrasi antara ilmu-ilmu yang dibutuhkan. Filsafat adalah meta ilmu, refleksinya mendorong peninjauan kembali ide-ide dan interpretasi baik dari ilmu maupun bidang-bidang lain. Ilmu merupakan konkretisasi dari filsafat. Filsafat dapat dilihat dan dikaji sebagai suatu ilmu, yaitu ilmu filsafat. Sebagai ilmu, filsafat memiliki objek dan metode yang khas dan bahkan dapat dirumuskan secara sistematis. Filsafat dan ilmu pengetahuan mengkaji seluruh fenomena yang dihadapi manusia secara kritis refleksi, integral, radikal, logis, sistematis, dan universal (kesemestaan) guna mencapai tujuan yang diinginkannya. pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional tersebut diimplikasikan dalam kurikulum 2013 sebagai penegasan kembali agar generasi bangsa tidak sekedar unggul dalam aspek kognitif, melainkan juga maju dalam aspek sikap, kepribadian, dan keterampilannya. Implikasi pendidikan nilai menjadi bagian tak tepisahkan dari penegasan integritas ilmu agar kebermanfaatan ilmu dalam segala aspek kehidupan manusia membawa dampak positif. Rumusan integritas ilmu dalam aspek kehidupan manusia dapat dimulai dengan penekanan kembali mengenai wawasan spiritual untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan dimensi religusitas. Selain itu, dapat dilakukan penyelenggaraan pendidikan yang