DISUSUN OLEH:
SESILIA M NADEAK
NIM : 2202032007
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan kehidupan sejatinya akan terus berlanjut selama manusia
masih ada untuk terus memunculkan pemikiran-pemikiran terbarukan. Manusia lahir
dengan fitrah yang dimilikinya. Selama proses perkembangan dari lahir sampai
dewasa, manusia mengalami proses pembelajaran untuk memperoleh suatu
pengetahuan. Setiap manusia berpikir dan berhasrat memperoleh pengetahuan yang
sempurna, yang dapat dijangkau dengan pengamatan yang cermat, pemeriksaan yang
teliti, penalaran yang luas, dengan berpikir yang sedalam-dalamnya, tentang
kenyataan yang sebenarbenarnya (Ihsan, 2010).
Perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas juga dari adanya
kreativitas yang dihasilkan oleh manusia. Kreativitas dimiliki oleh manusia
bersamaan dengan lahirnya manusia itu sendiri. Sejak lahir, manusia sudah
memperlihatkan kecenderungan mengaktualkan dirinya yang mencakup
kemampuan kreatif.
Dengan potensi yang dimilikinya tersebut, manusia mampu untuk
mengembangkan diri untuk terus memperoleh pengetahuan hingga membangun
suatu peradaban. Kreativitas dapat muncul dikarenakan adanya rasa keingintahuan
dari manusia, dengan terus memperhatikan alam maka akan banyak sekali pertanyaan
yang muncul sehingga mendorong terjadinya suatu keinginan untuk mencari
jawaban dari setiap permasalahan yang ada. Menutup Jalaludin (2010), Adanya
Loncatan-loncatan besar dalam perkembangan ilmu dan teknologi yang
dimungkinkan karena sudah melembaganya beragam metode eksperimen yang sahih
dan dapat diandalkan (valid and reliable) membukakan kepada kita eksistensi begitu
banyaknya rahasia di alam ini.
Ilmu pengetahuan muncul sebagai akibat dari adanya aktivitas manusia untuk
memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Begitu pun
perkembangan ilmu pengetahuan di abad 21 ini tidak terlepas dari peran manusia
yang menggunakan akalnya untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang
dihadapinya
Dapat kita rasakan bagaimana cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang begitu mengagumkan. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan
ilmu pengetahuan telah membawa manfaat luar biasa dalam peradaban manusia.
Namun, di sisi lain adanya perkembangan ini dapat pula mendatangkan sisi negatif
bagi manusia seperti mulai memutarnya moral kemanusiaan, munculnya sifat
individualis dan egosentris. Kebudayaan modern bercirikan dominasi ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang mampu menciptakan krisis identitas diri yang
mengkhawatirkan, yang cenderung merasakan alienasi budaya di masyarakatnya
sendiri. Krisis identitas, artinya kehilangan konsep jati diri karena masuknya
peradaban di luar dirinya yang membawa Perubahan tata nilai normatif ke arah
perubahan subjetif.
Tugas terpenting ilmu pengetahuan dan teknologi adalah menyediakan
bantuan agar manusia dapat bersungguh-sungguh mencapai pengertian tentang
martabat dirinya. Ilmu pengetahuan dan teknologi bukan saja sarana untuk
mengembangkan diri manusia saja, tetapi juga merupakan hasil perkembangan
dan kreativitas manusia itu sendiri (Ihsan, 2010). Oleh sebab itu perlu adanya kontrol
moral selama proses pengembangan ilmu pengetahuan agar manusia tidak
terlepas dari nilai-nilai normatif yang selama ini dipegang oleh manusia. Maka dari
itu, hadirnya filsafat ilmu di tengah-tengah perkembangan ilmu pengetahuan memiliki
peranan penting dalam keberlangsungan kehidupan manusia. Berdasarkan uraian
tersebut, penulis menyusun makalah untuk menelusuri peran dan implikasi filsafat
ilmu dalam dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Berfilsafat sesungguhnya dilakukan dalam masyarakat. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa pada hakekatnya filsafat pun membantu masyarakat dalam
memecahkan masalah-masalah kehidupan. Selain filsafat, ilmu-ilmu pengetahuan pun
pada umumnya membantu manusia dalam mengorientasikan diri dalam dunia. Akan
tetapi, ilmu-ilmu pengetahuan, seperti biologi, kimia, fisiologi, ekonomi, dan lain
sebagainya secara hakiki terbatas sifatnya. Untuk menghasilkan pengetahuan yang
setepat mungkin, semua ilmu tersebut membatasi diri pada tujuan atau bidang
tertentu. Untuk meneliti bidang itu secara optimal, ilmu-ilmu semakin
mengkhususkan metode-metode mereka.
Dengan demikian, ilmu-ilmu tersebut tidak membahas pertanyaan-pertanyaan
yang menyangkut manusia sebagai keseluruhan dan sebagai kesatuan yang utuh.
Padahal pertanyaan-pertanyaan itu terus-menerus dikemukakan manusia dan sangat
penting bagi praksis kehidupan manusia.Pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang apa
arti dan tujuan hidup manusia, apa kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai
manusia, atau pun pertanyaan tentang dasar pengetahuan kita, tentang metode-metode
ilmu-ilmu, dan lain sebagainya, tidak mampu ditangani ilmu-ilmu pengetahuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani
“philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah
philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari
zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian
sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti
kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas,
kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan
kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis. secara harafiah filsafat berarti cinta
kebijaksanaan. Maksud sebenarnya adalah pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan
yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala
aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.
Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada
tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam
perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks, maka tidak
semuanya dapat dijawab oleh filsafat secara memuaskan. Jawaban yang diperoleh
menurut Koento Wibisono dkk. (1997), dengan melakukan refleksi yaitu berpikir
tentang pikirannya sendiri. Dengan demikian, tidak semua persoalan itu harus
persoalan filsafat.
Filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat
dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil
berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan
dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka
terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai
kebenaran yang dicari.
Inilah yang menunjukkan kekhasan filsafat di hadapan berbagai ilmu
pengetahuan yang ada. Filsafat selalu terbuka untuk berdialog dan bekerjasama
dengan berbagai ilmu pengetahuan dalam rangka pencarian akan kebenaran. Baik
ilmu pengetahuan maupun filsafat, bila diarahkan secara tepat dapat sangat membantu
kehidupan manusia.
Membangun ilmu pengetahuan diperlukan konsistensi yang terus berpegang
pada paradigma yang membentuknya. Kearifan memperbaiki paradigma ilmu
pengetahuan nampaknya sangat diperlukan agar ilmu pengetahuan seiring dengan
tantangan zaman, karena ilmu pengetahuan tidak hidup dengan dirinya sendiri, tetapi
harus mempunyai manfaat kepada kehidupan dunia.
Hampir semua kemampuan pemikiran manusia didominasi oleh pendekatan
filsafat. Pengetahuan manusia yang dihasilkan melalui proses berpikir selalu
digunakannya untuk menyingkap tabir ketidaktahuan dan mencari solusi masalah
kehidupan.antara ilmu Pengetahuan dan ilmu Filsafat ada persamaan dan
perbedaannya.Ilmu Pengetahuan bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah
melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang sedangkan Filsafat bersifat
priori kesimpulannya ditarik tanpa pengujian,sebab Filsafat tidak mengharuskan
adanya data empiris seperti yang dimiliki ilmu karena Filsafat bersifat
Spekulatif.Disamping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah
persamaan yaitu sama-sama mencari kebenaran.Ilmu memiliki tugas melukiskan
filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu digerakkan oleh
pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta sedangkan filsafat menjawab atas
pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakat itu darimana awalnya dan akan
kemana akhirnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat dalam ilmu pengetahuan memberikan penilaian tentang sumbangan
ilmu guna mencapai kebenaran. Antara ilmu pengetahuan dan ilmu filsafat ada
persamaan dan perbedaanya,ilmu pengetahuan bersifat posterior sedangkan filsafat
bersifat priori. Filsafat ilmu merupakan kelanjutan dari pada epistimologi,epistimologi
merupakan cabang filsafat yang membahas sifat dasar sumber dan falidasi
pengetahuan.
Secara garis besar mengenai perkembangan ilmu pengetahuan pada gilirannya
melahirkan suatu cabang filsafat ilmu yang membuktikan bahwa filsafat ilmu bukan
hanya sekedar metode atau tata cara penulisan karya ilmiah ataupun penelitian namun
filsafat ilmu juga berperan dalam refleksi yang tidak pernah mengenal titik henti
dalam menjelajah kawasan ilmiah untuk mencapai kebenaran, kenyataan,sesuatu yang
tiada hentinya urnuk difikirkan dan tidak pernah akan selesai diterangkan.Objek dari
filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan.
Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat memberi penilaian
tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna
mencapai kebenaran tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut dimana
filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran.