Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH FILSAFAT

“PERAN FILSAFAT DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN”

DISUSUN OLEH:

SESILIA M NADEAK
NIM : 2202032007

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan kehidupan sejatinya akan terus berlanjut selama manusia
masih ada untuk terus memunculkan pemikiran-pemikiran terbarukan. Manusia lahir
dengan fitrah yang dimilikinya. Selama proses perkembangan dari lahir sampai
dewasa, manusia mengalami proses pembelajaran untuk memperoleh suatu
pengetahuan. Setiap manusia berpikir dan berhasrat memperoleh pengetahuan yang
sempurna, yang dapat dijangkau dengan pengamatan yang cermat, pemeriksaan yang
teliti, penalaran yang luas, dengan berpikir yang sedalam-dalamnya, tentang
kenyataan yang sebenarbenarnya (Ihsan, 2010).
Perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas juga dari adanya
kreativitas yang dihasilkan oleh manusia. Kreativitas dimiliki oleh manusia
bersamaan dengan lahirnya manusia itu sendiri. Sejak lahir, manusia sudah
memperlihatkan kecenderungan mengaktualkan dirinya yang mencakup
kemampuan kreatif.
Dengan potensi yang dimilikinya tersebut, manusia mampu untuk
mengembangkan diri untuk terus memperoleh pengetahuan hingga membangun
suatu peradaban. Kreativitas dapat muncul dikarenakan adanya rasa keingintahuan
dari manusia, dengan terus memperhatikan alam maka akan banyak sekali pertanyaan
yang muncul sehingga mendorong terjadinya suatu keinginan untuk mencari
jawaban dari setiap permasalahan yang ada. Menutup Jalaludin (2010), Adanya
Loncatan-loncatan besar dalam perkembangan ilmu dan teknologi yang
dimungkinkan karena sudah melembaganya beragam metode eksperimen yang sahih
dan dapat diandalkan (valid and reliable) membukakan kepada kita eksistensi begitu
banyaknya rahasia di alam ini.
Ilmu pengetahuan muncul sebagai akibat dari adanya aktivitas manusia untuk
memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Begitu pun
perkembangan ilmu pengetahuan di abad 21 ini tidak terlepas dari peran manusia
yang menggunakan akalnya untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang
dihadapinya
Dapat kita rasakan bagaimana cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang begitu mengagumkan. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan
ilmu pengetahuan telah membawa manfaat luar biasa dalam peradaban manusia.
Namun, di sisi lain adanya perkembangan ini dapat pula mendatangkan sisi negatif
bagi manusia seperti mulai memutarnya moral kemanusiaan, munculnya sifat
individualis dan egosentris. Kebudayaan modern bercirikan dominasi ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang mampu menciptakan krisis identitas diri yang
mengkhawatirkan, yang cenderung merasakan alienasi budaya di masyarakatnya
sendiri. Krisis identitas, artinya kehilangan konsep jati diri karena masuknya
peradaban di luar dirinya yang membawa Perubahan tata nilai normatif ke arah
perubahan subjetif.
Tugas terpenting ilmu pengetahuan dan teknologi adalah menyediakan
bantuan agar manusia dapat bersungguh-sungguh mencapai pengertian tentang
martabat dirinya. Ilmu pengetahuan dan teknologi bukan saja sarana untuk
mengembangkan diri manusia saja, tetapi juga merupakan hasil perkembangan
dan kreativitas manusia itu sendiri (Ihsan, 2010). Oleh sebab itu perlu adanya kontrol
moral selama proses pengembangan ilmu pengetahuan agar manusia tidak
terlepas dari nilai-nilai normatif yang selama ini dipegang oleh manusia. Maka dari
itu, hadirnya filsafat ilmu di tengah-tengah perkembangan ilmu pengetahuan memiliki
peranan penting dalam keberlangsungan kehidupan manusia. Berdasarkan uraian
tersebut, penulis menyusun makalah untuk menelusuri peran dan implikasi filsafat
ilmu dalam dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Berfilsafat sesungguhnya dilakukan dalam masyarakat. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa pada hakekatnya filsafat pun membantu masyarakat dalam
memecahkan masalah-masalah kehidupan. Selain filsafat, ilmu-ilmu pengetahuan pun
pada umumnya membantu manusia dalam mengorientasikan diri dalam dunia. Akan
tetapi, ilmu-ilmu pengetahuan, seperti biologi, kimia, fisiologi, ekonomi, dan lain
sebagainya secara hakiki terbatas sifatnya. Untuk menghasilkan pengetahuan yang
setepat mungkin, semua ilmu tersebut membatasi diri pada tujuan atau bidang
tertentu. Untuk meneliti bidang itu secara optimal, ilmu-ilmu semakin
mengkhususkan metode-metode mereka.
Dengan demikian, ilmu-ilmu tersebut tidak membahas pertanyaan-pertanyaan
yang menyangkut manusia sebagai keseluruhan dan sebagai kesatuan yang utuh.
Padahal pertanyaan-pertanyaan itu terus-menerus dikemukakan manusia dan sangat
penting bagi praksis kehidupan manusia.Pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang apa
arti dan tujuan hidup manusia, apa kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai
manusia, atau pun pertanyaan tentang dasar pengetahuan kita, tentang metode-metode
ilmu-ilmu, dan lain sebagainya, tidak mampu ditangani ilmu-ilmu pengetahuan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani
“philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah
philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari
zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian
sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti
kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas,
kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan
kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis. secara harafiah filsafat berarti cinta
kebijaksanaan. Maksud sebenarnya adalah pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan
yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala
aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.
Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada
tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam
perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks, maka tidak
semuanya dapat dijawab oleh filsafat secara memuaskan. Jawaban yang diperoleh
menurut Koento Wibisono dkk. (1997), dengan melakukan refleksi yaitu berpikir
tentang pikirannya sendiri. Dengan demikian, tidak semua persoalan itu harus
persoalan filsafat.

B. Pengertian Filsafat Ilmu


Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran
reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan
pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara
filsafat dan ilmu.
Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan.
Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat
ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan
pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari
pengetahuan baru. Hal ini senada dengan ungkapan dari Archie J.Bahm (1980) bahwa
ilmu pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu berubah.
Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan pandangannya pada
strategi pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai
pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan
ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan manusia.

C. Pengertian Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan,
dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia. Secara konotatif, ilmu pengetahuan sesungguhnya menyangkut tiga hal,
yaitu: proses, prosedur, dan produk. Bila diperbincangkan sebagai suatu proses, maka
secara konotatif ilmu pengetahuan menunjukkan pada penelitian ilmiah; bila
diperbincangkan sebagai suatu prosedur, maka secara konotatif ilmu pengetahuan
menunjuk pada metode ilmiah; dan bila diperbincangkan sebagai suatu produk, maka
secara konotatif ilmu pengetahuan menunjuk pada pengetahuan ilmiah.
Beberapa pendapat para ahli tentang ilmu pengetahuan :
 Harold H. Titus mendefinisikan “Ilmu (Science) diartikan sebagai common science
yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda
atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode observasi yang teliti
dan kritis).
 Dr. Mohammad Hatta mendefinisikan “Tiap-tiap ilmu pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya, baik
menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunannya dari
dalam.
 J. Habarer mendefinisikan “ Suatu hasil aktivitas manusia yang merupakan
kumpulan teori, metode dan praktek dan menjadi pranata dalam masyarakat.”
 Louis Leahy mendefinisikan “Pengetahuan merupakan suatu kekayaan dan
kesempurnaan. Seseorang yang tahu lebih banyak adalah lebih baik kalau
dibanding dengan yang tidak tahu apa-apa
 The Liang Gie mendefinisikan “Ilmu sebagai pengetahuan, artinya ilmu adalah
sesuatu kumpulan yang sistematis, atau sebagai kelompok pengetahuan teratur
mengenai pokok soal atau subject matter. Dengan kata lain bahwa pengetahuan
menunjuk pada sesuatu yang merupakan isi substantif yang terkandung dalam
ilmu.

D. PERAN FILSAFAT DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN


Semakin banyak manusia tahu, semakin banyak pula pertanyaan yang timbul
dalam dirinya. Manusia ingin tahu tentang asal dan tujuan hidup, tentang dirinya
sendiri, tentang nasibnya, tentang kebebasannya, dan berbagai hal lainnya. Sikap
seperi ini pada dasarnya sudah menghasilkan pengetahuan yang sangat luas, yang
secara metodis dan sistematis dapat dibagi atas banyak jenis ilmu.
Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam
mengorientasikan diri dalam dunia dan memecahkan berbagai persoalan hidup.
Berbeda dari binatang, manusia tidak dapat membiarkan insting mengatur
perilakunya. Untuk mengatasi masalah-masalah, manusia membutuhkan kesadaran
dalam memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu membantu manusia
mensistematisasikan apa yang diketahui manusia dan mengorganisasikan proses
pencariannya.
Prasetya T. W. dalam artikelnya yang berjudul “Anarkisme dalam Ilmu
Pengetahuan Paul Karl Feyerabend” mengungkapkan bahwa ada dua alasan mengapa
ilmu pengetahuan menjadi begitu unggul. Pertama, karena ilmu pengetahuan
mempunyai metode yang benar untuk mencapai hasil-hasilnya. Kedua, karena ada
hasil-hasil yang dapat diajukan sebagai bukti keunggulan ilmu pengetahuan. Dua
alasan yang diungkapkan Prasetya tersebut, dengan jelas menunjukkan bahwa ilmu
pengetahuan memainkan peranan yang cukup penting dalam kehidupan umat
manusia.
Sekalipun ada berbagai kontradiksi tentang keunggulan ilmu pengetahuan,
tidak dapat disangkal bahwa ilmu pengetahuan sesungguhnya memberikan pengaruh
yang besar dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari peranan ilmu
pengetahuan dalam membantu manusia mengatasi masalah-masalah hidupnya,
walaupun kadang-kadang ilmu pengetahuan dapat pula menciptakan masalah-masalah
baru.
Meskipun demikian, pada kenyataannya peranan ilmu pengetahuan dalam
membantu manusia mengatasi masalah kehidupannya sesungguhnya terbatas. Seperti
yang telah diungkapkan pada bagian pendahuluan, keterbatasan itu terletak pada cara
kerja ilmu-ilmu pengetahuan yang hanya membatasi diri pada tujuan atau bidang
tertentu. Karena pembatasan itu, ilmu pengetahuan tidak dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan tentang keseluruhan manusia. Untuk mengatasi masalah ini, ilmu-ilmu
pengetahuan membutuhkan filsafat. Dalam hal inilah filsafat menjadi hal yang
penting.

Filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat
dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil
berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan
dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka
terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai
kebenaran yang dicari.
Inilah yang menunjukkan kekhasan filsafat di hadapan berbagai ilmu
pengetahuan yang ada. Filsafat selalu terbuka untuk berdialog dan bekerjasama
dengan berbagai ilmu pengetahuan dalam rangka pencarian akan kebenaran. Baik
ilmu pengetahuan maupun filsafat, bila diarahkan secara tepat dapat sangat membantu
kehidupan manusia.
Membangun ilmu pengetahuan diperlukan konsistensi yang terus berpegang
pada paradigma yang membentuknya. Kearifan memperbaiki paradigma ilmu
pengetahuan nampaknya sangat diperlukan agar ilmu pengetahuan seiring dengan
tantangan zaman, karena ilmu pengetahuan tidak hidup dengan dirinya sendiri, tetapi
harus mempunyai manfaat kepada kehidupan dunia.
Hampir semua kemampuan pemikiran manusia didominasi oleh pendekatan
filsafat. Pengetahuan manusia yang dihasilkan melalui proses berpikir selalu
digunakannya untuk menyingkap tabir ketidaktahuan dan mencari solusi masalah
kehidupan.antara ilmu Pengetahuan dan ilmu Filsafat ada persamaan dan
perbedaannya.Ilmu Pengetahuan bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah
melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang sedangkan Filsafat bersifat
priori kesimpulannya ditarik tanpa pengujian,sebab Filsafat tidak mengharuskan
adanya data empiris seperti yang dimiliki ilmu karena Filsafat bersifat
Spekulatif.Disamping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah
persamaan yaitu sama-sama mencari kebenaran.Ilmu memiliki tugas melukiskan
filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu digerakkan oleh
pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta sedangkan filsafat menjawab atas
pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakat itu darimana awalnya dan akan
kemana akhirnya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat dalam ilmu pengetahuan memberikan penilaian tentang sumbangan
ilmu guna mencapai kebenaran. Antara ilmu pengetahuan dan ilmu filsafat ada
persamaan dan perbedaanya,ilmu pengetahuan bersifat posterior sedangkan filsafat
bersifat priori. Filsafat ilmu merupakan kelanjutan dari pada epistimologi,epistimologi
merupakan cabang filsafat yang membahas sifat dasar sumber dan falidasi
pengetahuan.
Secara garis besar mengenai perkembangan ilmu pengetahuan pada gilirannya
melahirkan suatu cabang filsafat ilmu yang membuktikan bahwa filsafat ilmu bukan
hanya sekedar metode atau tata cara penulisan karya ilmiah ataupun penelitian namun
filsafat ilmu juga berperan dalam refleksi yang tidak pernah mengenal titik henti
dalam menjelajah kawasan ilmiah untuk mencapai kebenaran, kenyataan,sesuatu yang
tiada hentinya urnuk difikirkan dan tidak pernah akan selesai diterangkan.Objek dari
filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan.
Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat memberi penilaian
tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna
mencapai kebenaran tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut dimana
filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran.

Anda mungkin juga menyukai