Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada pertengahan abad ke-20 ini, digadang-gadang sebagai abad paling
pesat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Bagaimana tidak,
hampir semua aktifitas manusia tak lepas dari teknologi yang semakin hari
kian membuat manusia mudah dalam segala hal. Beberapa hal yang dulunya
tak pernah terfikirkan oleh manusia, kini hadir begitu saja seolah kebetulan
semata. Mungkin dulu tak pernah terlintas dipikiran bahwa dua orang yang
berjauhan letak geografis dapat berkomunikasi secara real-time, tapi faktanya
hal tersebut dapat kita jumpai dengan mudah pada masa sekarang ini.
Sayangnya, terkadang segala kemudahan dari teknologi dapat
mempengaruhi pola pikir manusia. Manusia mulai kehilangan spiritualitasnya
ketika teknologi dianggap sebagai segalanya, parahnya lagi teknologi
dianggap sesuatu yang dapat menjawab semua persoalan kehidupan manusia.
Kapanpun, dimanapun dan apapun persoalannya, teknologi dapat menjawab
secara instan dan kebenarannya dianggap kuat. Padahal, munculnya teknologi
tersebut dilatarbelakangi oleh pesatnya perkembangan pemahaman manusia
itu sendiri terhadap ilmu pengetahuan modern, terutama sains dan teknologi.
Menyikapi hal demikian, UIN Walisongo dalam peralihannya dari
IAIN menjadi UIN menawarkan sebuah paradigma baru atas persoalan
lunturnya spiritualitas akibat menguatnya ilmu-ilmu modern. Paradigma
tersebut adalah paradigma kesatuan ilmu (unity of sciences / wahdatul 'ulum)
yang pada prinsipnya berusaha mengintegrasikan ilmu agama dengan ilmu
modern. Sesuai dengan visi UIN Walisongo, yaitu universitas Islam riset
terdepan berbasis pada kesatuan ilmu pengetahuan untuk kemanusiaan dan
peradaban pada tahun 2038, diharapkan para mahasiswa memiliki visi yang
sama.
Pemahaman mahasiswa terhadap visi universitasnya beserta sistem
pembelajarannya merupakan hal terpenting yang mengawali terwujudnya visi
UIN. Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian mengenai seberapa berhasilkah
visi ini terealisasi, sebagai bahan evalusi ke depannya.
B. Rumusan Masalah

1
1) Apa yang dimaksud kesatuan ilmu (unity of science)?
2) Bagaimana pengaruh kesatuan ilmu (unity of science) UIN Walisongo?
3) Bagaimana dampak kesatuan ilmu (unity of science) bagi mahasiswa?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Paradigma Kesatuan Ilmu Pengetahuan

Secara etimologis, istilah paradigma pada dasarnya berasal dari bahasa


Yunani yaitu dari kata “para” yang artinya di sebelah atau pun di samping, dan
kata “diegma” yang artinya teladan, ideal, model, atau pun arketif.

Sedangkan secara terminologis, istilah paradigma diartikan sebagai


sebuah pandangan atau pun cara pandang yang digunakan untuk menilai dunia
dan alam sekitarnya, yang merupakan gambaran atau pun perspektif umum
berupa cara – cara untuk menjabarkan berbagai macam permasalahan dunia
nyata yang sangat kompleks.Menurut Thomas Kuhn, pengertian paradigma
adalah landasan berpikir atau pun konsep dasar yang digunakan / dianut
sebagai model atau pun pola yang dimaksud para ilmuan dalam usahanya,
dengan mengandalkan studi – studi keilmuan yang dilakukannya.

Unity yang dikembangkan UIN Walisongo adalah penyatuan antara


semua cabang ilmu dengan memberikan landasan wahyu sebagai latar atau
pengikat penyatuan. Unity of sciences bisa digmabarkan seperti sebuah bentuk
negara federal sebagaimana USA (United States of America). Rincian ilmu
apapun dipersilahkan berkembang sebagaimana sebuah negara bagian di USA.
Namun, semua negara bagian itu masih disatukan oleh hal tertentu seperti
kebijakan luar negeri dan pajak. Begitulah unity of sciences, apapun cabang
ilmunya, masih diikat dalam satu kesatuan yakni sama-sama secara langsung
maupun tidak langsung bersumber pada wahyu dan alam.

Prinsip-prinsip paradigma Unity of science (Wahdatul Ulum) adalah


sebagai berikut:

2
Integrasi

Prinsip ini meyakini bahwa bangunan semua ilmu pengetahuan sebagai satu
kesatuan yang saling berhubungan yang kesemuanya bersumber dari ayat-ayat
Allah baik yang diperolehmelalui para nabi, eksplorasi akal, maupun
eksplorasi alam.

Kolaborasi

Prinsip ini memadukan nilai universal Islam dengan ilmu pengetahuan modern
guna peningkatan kualitas hidup dan peradaban manusia.

Dialetika

Prinsip ini meniscayakan dialog yang intens antara ilmu-ilmu yang berakar
pada wahyu (revealed sciences), ilmu pengetahuan modern (modern sciences)
dan kearifan lokal (local wisdom).

Prospektif

Prinsip ini menyakini bahwa wahdatul ulum akan menghasilkan ilmu-ilmu


yang lebih humanis dan etis yang bermanfaat bagi pembangunan martabat dan
kualitas bangsa serta kelestarian alam.

Pluralistik

Prinsip ini meyakini adanya pluralitas realitas dan metode dalam semua
aktivitas keilmuan.

Selain memiliki prinsip, paradigma wahdatul ulum juga memiliki


pendekatan. Pendekatan yang dimaksud adalah teo-antroposentris. Pendekatan
ini membimbing para pengkaji agar selalu menjadikan Tuhan sebagai asal dan
tujuan dari segala proses ilmiah tanpa meninggalkan peran manusia sebagai
makhluk yang memiliki mandat ilmiah.

Dalam hal strategi untuk mengimplementasikan paradigma unity of


sciences itu, UIN Walisongo memiliki tiga strategi, yakni: umanisasi ilmu-
ilmu keislaman, spiritualisasi ilmu-ilmu modern dan revitalisasi local wisdom.

3
Humanisasi yang dimaksud adalah mengkronstruksi ilmu-ilmu
keislaman agar semakin menyentuh dan memberi solusi bagi persoalan nyata
kehidupan manusia Indonesia. Strategi humanisasi ilmu-ilmu kesilaman
mencakup segala upaya untuk memadukan nilai universal Islam dengan ilmu
pengetahuan modern guna peningkatan kualitas hidup dan peradaban manusia.

Sedangkan spiritualisasi adalah memberikan pijakan nilai-nilai


ketuhanan (illahiyah) dan etika terhadap ilmu-ilmu sekuler untuk memastikan
bahwa pada dasarnya semua ilmu berorientasi pada peningkatan
kualitas/keberlangsungan hidup manusia dan alam serta bukan
penistaan/perusakan keduanya. Strategi spiritualisasi ilmu-ilmu modern
meliputi segala upaya membangun ilmu pengetahuan yang baru didasarkan
pada kesadaran kesatuan ilmu yang kesemuanya bersumber dari ayat-ayat
Allah baik yang diperoleh melalui para nabi, eksplorasi akal, maupun
eksplorasi alam.

Sementara revitalitas local wisdom adalah penguatan kembali ajaran-


ajaran luhur bangsa. Strategi revitalitas local wisdom terdiri dari semua usaha
untuk tetap setia pada ajaran luhur budaya lokal dan pengembangannya guna
penguatan karakter bangsa.

Didalam suatu penelitian, terdapat tinjauan dari penelitian-penelitian


sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Penelitian-penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya dapat membantu dalam penyelesaian
penelitian terkait. Dalam hal ini, ada beberapa pustaka yang kami jadikan
tinjauan untuk penyempurnaan penelitian.

Dari penelitian yang dilakukan Abdul Muhaya (2015) dari jurnalnya


yang berjudul "Unity of Sciences According to Al Ghazali" mengungkapkan
dikotomi ilmu pengetahuan mengakibatkan efek positif dan negatif bagi
perkembangan peradaban, seperti kemiskinan, kolonialisme ekonomi, dan de
humanisasi. Oleh karena itu kesatuan ilmu menarik dan penting untuk
didiskusikan guna pengembangan peradaban yang baru dan sejahtera. Tulisan
ini membahas tentang kesatuan ilmu menurut Imam al-Ghazali serta arti
pentingnya bagi kehidupan manusia. Menurut Ghazali ilmu harus disatukan
dalam suatu kesatuan; seperti halnya tiga sudut dalam sebuah segitiga. Dari

4
perspektif ontologi, pengetahuan berasal dari Tuhan dan tidak dapat
dipisahkan dari Tuhan, sehingga semua ilmu Secara epistemologi, hakikatnya
adalah cahaya yang berasal dari cahaya Tuhan. Ilmu dapat diperoleh dengan
mengoptimalkan fungsi akal serta melalui wahyu atau inspirasi. Validitas ilmu
tergantung pada cara serta sumber yang digunakan untuk memperolehnya.
Untuk merealisasikan konsep kesatuan ilmu dibutuhkan kerja keras, kesabaran,
dan proses yang bertahap; yaitu perlakuan sama terhadap ilmu pengetahuan
dan ilmu agama, dialog, integrasi dan interkoneksi antar ilmu dan akhirnya
adalah kesatuan ilmu.

Dengan demikian, maka kesatuan ilmu menjadi sangat penting dalam


menjalani kehidupan didunia. Selain itu kesatuan ilmu juga mendatangkan
banyak manfaat yang bisa dirasakan oleh orang yang menggunakannya,
diantaranya bertambahnya iman karena ilmu atau bertambahanya ilmu karena
iman. Semua itu ada korelasi antara satu dengan yang lain.

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini digunakan metode atau pendekatan secara kualitatif


yang bersumber langsung pada fenomena yang terjadi di masyarakat atau
dapat juga disebut sumber data langsung yang memiliki karakteristik
deskriptif, proses lebih penting daripada hasil, analisis yang digunakan adalah
analisis induktif dan makna merupakan hal yang esensial.
Terdapat enam macam metodologi penelitian yang menggunakan
pendekatan kualitatif yakni : etnografis, studi kasus, grounded theory,
interaktif, partisipatories, serta penelitian tindakan kelas. Dalam hal ini
penelitian yang digunakan yakni penelitian studi kasus (case study), yaitu:
suatu penelitian yang dilaksanakan untuk mempelajari secara intensif tentang
latar belakang keadaan sekarang, serta interaksi lingkungan suatu unit sosial:
individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.

5
BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Pengaruh Kesatuan Ilmu di Ruang Lingkup UIN Walisongo Semarang

Kesatuan ilmu atau yang sering disebut unity of science menurut salah
satu dosen filsafat di UIN Walisongo Prof. Suparman Syukur, M.Ag. yaitu
kesatuan ilmu bahasa Arabnya bukan wihdatul ulum tapi lebih cenderung
kepada tauhidul ulum. Karena kalau wihdatul ulum seolah-olah dipaksakan
ilmu itu islami, padahal semua ilmu tanpa harus menggunakan kata islami itu
sudah islami. Karena apa ? karena semua ilmu terutama ilmu alam merupakan
sunnatullah. Sunnatullah itu merupakan suatu ciptaan Allah yang tidak pernah
berubah dan menjadi kenikmatan bagi manusia untuk dipelajari. Maka apapun
ilmu itu baik ilmu agama maupun ilmu alam seperti ilmu fisika, kimia, biologi,
dan lain sebagainya merupakan suatu ilmu yang muncul dari Allah SWT.
Segala sesuatu yang muncul dari Allah sangat islami seiring dengan hukum
alam. Maka oleh karena itu bukan wihdatul ulum, dipaksa bahwa ilmu itu satu.
Bukan seperti itu, tapi tauhidul ulum. Jadi, apapun ilmu ibaratkan semua jalur
yang menuju satu titik yakni Allah SWT.

Oleh karena itu, di UIN Walisongo, perguruan tinggi islam lainnya,


dan agama islam itu sudah pada tempatnya tidak mengkotak-kotakan antara
ilmu agama dan ilmu-ilmu lainnya. Sebenarnya hal ini sudah terjadi sejak dulu
kala masa-masa klasik. Namun kemudian terjadi dikotomi ilmu pada akhir
masa-masa klasik. Tapi, setelah adanya dikotomi ilmu pengetahuan ternyata
dampaknya kurang bagus, ilmu pengetahuan seolah-olah hanya menuju
kepada kemauan duniawi saja tidak kepada ukhrawi. Maka, sekarang ini UIN
Walisongo Semarang sedang berusaha untuk menerapkan tauhidul ulum itu
bahkan dalam jargonnya adalah tauhidul ulum. Jadi bukan penyatuhan ilmu
pengetahuan, tapi penyatuhan arah ilmu pengetahuan supaya mengarah kepada
satu yakni Allah SWT. Jadi,biar semua ilmu pengetahuan sesuai dengan

6
alurnya masing-masing, namun pada akhirnya mentauhidkan Allah. Karena
sifat ilmu itu nisby (setengah), maka harus ditarik lurus lagi menuju Allah.

B. Dampak Kesatuan Ilmu (Unity of Sciences) bagi mahasiswa UIN


Walisongo

Sejak berubah dari IAIN menjadi UIN pada tahun 2014, UIN
Walisongo telah menetapkan visinya dengan paradigma kesatuan ilmu.
Adanya visi kesatuan ilmu (unity of sciences/wahdatul ulum) di UIN
Walisongo tentunya tidak serta merta tanpa membawa kemajuan keilmuan
UIN Walisongo. Sedikit atau banyak, tentu hal tersebut akan membawa
dampak bagi para mahasiswa, baik positif maupun negatif.

Berdasarkan survei yang kami buat melalui kuisioner google form


dengan mengajukan beberapa pertanyaan sederhana, beberapa mahasiswa
menjawab pertanyaan yang telah ditentukan. Hasilnya, diharapkan dapat
merepresentasikan dampak adanya kesatuan ilmu bagi mereka.

Berikut tabel hasil survei dari dampak kesatuan ilmu bagi mahasiswa.

No. Indikator Prosentase Jawaban

Positif Negatif

1. Kefahaman terhadap visi kesatuan ilmu 100%

2. Penilaian terhadap penerapan integrasi 100%


ilmu agama dan umum

3. Penilaian terhadap kecukupan ilmu 71,4% 28,6%


agama yang didapat

4. Penilaian terhadap kecukupan ilmu 71,4% 28,6%


umum yang didapat

7
Mereka juga memberikan harapan mereka terhadap pelaksanaan
kesatuan ilmu di UIN Walisongo. Dari beberapa harapan dan penilaian mereka,
dapat kami simpulkan bahwa penerapan kesatuan ilmu UIN Walisongo telah
mendapat respon positif dari mahasiswa, namun penerapannya perlu
ditingkatkan lagi karena mereka merasa kebutuhan terhadap pemahaman ilmu
agama dan umum belum sepenuhnya tercukupi. Contoh hal yang dapat
menunjang peningkatan penerapan kesatuan ilmu adalah dengan menambah
dan melengkapi perpustakaan dengan koleksi buku yang tidak hanya
serumpun ilmu saja. Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora
misalnya, ditambah koleksi buku buku ilmu alam (natural science) yang
terkait dengan ilmu agama.

Anda mungkin juga menyukai