Anda di halaman 1dari 7

BAB II

ILMU PENGETAHUAN
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Istilah ilmu berasal dari bahasa Arab, yaitu alima – ya’lamu – ilman yang
mengandung makna kepahaman terhadap suatu objek tertentu. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia disebutkan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang tersusun secara
bersistem menurut metode tertentu.Dalam Istilah Inggris kata Ilmu pengetahuan sering
dimaknai dengan knowledge atau Science (Inggris) yang mengandung makna dasarnya
mengetahui. Jalaluddin mengutip pernyataan Van Puersen yang menyebutkan bahwa ilmu
pengetahuan adalah suatu pengetahuan yang terorganisir dengan rapi baik berkaitan dengan
sistem maupun metode tertentu dalam rangka menemukan hubungan antar berbagai
fenomena yang ada.
Zaprulkhan menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang
telah disusun secara sistematis. Hal senada juga disebutkan oleh Mulyadi Kartanegara, bahwa
ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang sistematis yang berawal dari hasil pengamatan,
hasil kajian dan uji ccoba terhadap objek tertentu.Pengertian ini memberikan makna bahwa
pengetahuan manusia yang diperoleh dari berbagai sumber belum dapat disebut sebagai ilmu
pengetahuan ketika ia belum disusun secara sistematis dan metodologis. Beranjak dari
beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan
pengetahuan (knowledge) manusia yang telah dirumuskan secara logis, sistematis dan
metodologis dan dapat diuji atau dibuktikan keabsahannya secara ilmiyah. Kumpulan
pengetahuan manusia itu dapat bersumber dari penelaahannya terhadap berbagai fenomena,
baik fenomena alam maupun fenomena sosial, yang dilakukan secara sadar dan bersahaja.
Pemahaman terhadap fenomena tersebut dapat memberikan informasi penting bagi
keselamatan, kesejahteraan dan kelangsungan hidup manusia, baik sebagai makhluk Tuhan
maupun sebagai makhluk sosial. Pada dasarnya semua alat yang diperlukan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan di seluruh jagad raya ini sudah tersedia dan dimiliki oleh
setiap individu, mulai dari pendengaran, penglihatan, perasaan, sampai kepada wahyu yang
merupakan petunjuk-petunjuk praktis yang langsung datang dari Allah SWT. Hanya saja
kemauan dan kemampuan menggunakan alat itu yang sangat terbatas dan beragam antara satu
individu dengan individu yang lain. Karena itu, semakin besar kemampuan manusia untuk
menelaah berbagai fenomena baik yang ada di alam maupun yang muncul dalam masyarakat,
maka semakin terbuka peluang bagi dirinya untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Berbagai
upaya yang diusahakan manusia untuk menyibak fenomena yang ada, baik fenomena alam
maupun fenomena sosial, telah mendorong lahirnya berbagai cara dan pendekatan dalam
berfikir. Perbedaan ini akhirnya telah melahirkan suatu disiplin ilmu pengetahuan yang
berdiri sendiri yang disebut dengan filsafat ilmu pengetahuan. Studi terhadap filsafat ilmu
pengetahuan ini akhirnya telah mendorong manusia berfikir kritis dan kreatif sehingga
mampu memformulasikan pengetahuannya yang bersifat abstrak (filosofis) dengan
kenyataan-kenyataan sosial yang ada yang bersifat kongkrit sehingga telah mampu
melahirkan berbagai ilmu pengetahuan baru yang cukup bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Filsafat Ilmu Pengetahuan
Perhatian serius para ilmuan terhadap berbagai fenomena yang ada telah mendorong
lahirnya berbagai macam ilmu pengetahuan dan sejumlah cabang-cabangnya. Lebih jauh
lagi, masing-masing ilmu tersebut telah memiliki landasan kefalsafatannya sendiri-sendiri
yang dikenal dengan sebutan filsafat ilmu pengetahuan sehingga telah membedakan antara
satu ilmu dengan ilmu yang lain. Yuyun S. Suriasumantri menjelaskan bahwa filsafat ilmu
merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji
tentang hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah) dengan objek kajiannya masing-masing.
Yuyun menambahkan bahwa, meskipun secara metodologis tidak ada perbedaan
antara ilmu alam dengan ilmu sosial, namun karena mengingat objek pembahasannya yang
berbeda dan bersifat khas, maka filsafat ilmu sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam
dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini hanya bersifat memberi batasan saja pada
masing-masing bidang yang ditelaah dan tidak mencirikan cabang filsafat yang bersifat
otonom. Artinya, meskipun masing-masing cabang ilmu pengetahuan itu memiliki objek
kajian yang berbeda, namun tidak berarti bahwa telah terdapat perbedaan yang prinsipil
antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya
memiliki ciri-ciri keilmuan yang sama, baik berkenaan dengan hakikat ilmu pengetahuan,
metodologi maupun manfaat dari ilmu tersebut.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa filsafat ilmu merupakan telaahan terhadap
berbagai fenomena yang ada secara filsafat yang meliputi 3 (tiga) aspek pembahasan,
yaitu
a. ontology (Hakikat apa yang ingin dikaji/diteliti)
b. epistemology (Bagaimana cara mendapatkannya)
c. aksiologi (Apa manfaat/kegunaan yang bisa diperoleh dari kajian tersebut)
Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang menekankan pembahasannya di
sekitar nilai guna atau manfaat suatu ilmu pengetahuan. Di antara kegunaan ilmu
pengetahuan adalah memberikan kemaslahatan dan berbagai kemudahan bagi
kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Aspek ini menjadi sangat penting dalam proses
pengembangan ilmu pengetahuan, sebab suatu cabang ilmu yang tidak memiliki nilai
aksiologis, maka cenderung mendatangkan kemudharatan bagi kelangsungan hidup
manusia. Bahkan tidak menutup kemungkinan ilmu yang bersangkutan menjadi ancaman
yang sangat berbahaya, baik bagi keberlangsungan kehidupan sosial maupun
keseimbangan alam.
Ketika kita mencoba mencermati arah pemikiran para ilmuan barat meskipun tidak
semua mereka sependapat bahwa orientasi pemikiran keilmuan dalam bidang apapun
harus bersifat bebas nilai (free values). Sebab menurut mereka ilmu pengetahuan yang
disandarkan kepada nilai-nilai tertentu akan mengandung bias dan bersifat tidak netral.
Namun di sisi lain, sebagian mereka juga ikut merumuskan terutama kaum pragmatisme
dan penganut filsafat moral/ etika bahwa setiap rumusan baru dalam dunia ilmu
pengetahuan akan diakui kebenarannya ketika ia bersifat pragmatis (bernilai guna) bagi
kehidupan sosial.
Ketika berpijak pada landasan aksiologis, maka sesungguhnya suatu pernyataan
ilmiyah atau proposisi dapat dianggap benar bila ia mengandung unsur aksiologis di
dalamnya, yaitu adanya nilai manfaat bagi kehidupan manusia. Bila ruh ilmu pengetahuan
itu sendiri menginginkan adanya nilai manfaat dari ilmu, maka sesungguhnya pengamalan
terhadap ilmu itu juga harus berlandaskan pada tata nilai yang ada. Penghilangan terhadap
unsur nilai manfaat (aksiologis) dari ilmu pengetahuan dapat bermakna telah
memperlemah posisi ilmu itu sendiri dari sudut pandang filsafat ilmu pengetahuan.
Sehubungan dengan itu, dalam ajaran Islam disebutkan setiap upaya membangun
kerangka keilmuan, maka unsur kebermanfaatannya harus menjadi prioritas utama. Dalam
sebuah Hadist yang bersumber dari Abu Hurairah disebutkan bahwa ketika seseorang
telah meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya, kecuali 3 (tiga) hal, yaitu
sedekah yang pernah ia dermakan, ilmu yang bermanfaat dan anak yang salih yang selalu
mendoakannya.
Hadits di atas dapat dipahami bahwa tujuan utama pencarian ilmu pengetahuan dalam
perspektif Islam adalah untuk memberikan kemaslahatan publik seperti memberikan
jaminan keselamatan, kemudahan dan keharmonisan dalam kehidupan sosial. Meskipun
kenyataannya dapat disaksikan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-
akhir ini agaknya tidak lagi mempertimbangkan aspek keselamatan, akan tetapi telah
digunakan sebagai alat untuk menghancurkan, seperti peristiwa peledakan bom atom di
Hiroshima dan Nagasaki, serangan terhadap gedung WTC di New York, dan lain-lain.
Kondisi ini paling tidak telah mengaburkan sisi-sisi aksiologi dari suatu ilmu
pengetahuan sehingga dinilai sangat membahayakan kelangsungan hidup manusia secara
keseluruhan. Untuk itu beberapa standar/ ukuran kebermanfaatan dari ilmu pengetahuan
itu dianggap penting untuk diangkat dalam tulisan sederhana ini.
Manfaat Ilmu Pengetahuan bagi Manusia
Nilai dan ilmu kegunaannya secara moral dapat dilihat apakah berguna untuk
peningkatan kualitas kesejahteraan dan kemashlahatan umat manusia atau tidak. Nilai-nilai
bertalian dengan apa yang memuaskan keinginan atau kebutuhan seseorang, kualitas dan
harga sesuatu atau appreciative responses.
Ilmu pengetahuan memiliki banyak fungsi, tergantung bagaimana manusia
menggunakannya. Adapaun fungsi ilmu adalah sebagai berikut:
Pertama, ilmu alam berfungsi sebagai dasar bagi pembentukan dan pengembangan
teknologi yang merupakan konsep, gagasan, pemikiran dan idenya yang bersifat nonfisik
atau yang bersifat software (perangkat lunak). Berbagai produk teknologi tersebut dapat
memberikan berbagai kenyamanan bagi kehidupan manusia baik dalam berkomunikasi,
bepergian, mendapatkan berbagai keperluan hidup, air, udara, bahan makanan, minuman,
pakaian, pendidikan, kesehatan, hiburan, keamanan dan lain sebagainya, maka berarti telah
meberikan rahmat bagi umat manusia. Karena produk teknologi berdasar pada ilmu
pengetahuan, maka yang memberi rahmat sesungguhnya adalah ilmu pengetahuan. Karena
ilmu pengetahuan dihasilkan dari kajian terhadap alam jagat raya dengan menggunakan
pancaindera dan akal pikiran yang diciptakan dan diberikan Tuhan, maka dalam pandangan
Islam yang memberi rahmat itu pada hakikatnya adalah Tuhan. Dengan pandangan yang
demikian itu, maka dalam Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi harus di pergunakan dan
dimanfaatkan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Masyarakat dalam hal ini harus
mampu menentukan teknologi mana saja yang akan dipergunakan dan teknologi mana yang
tidak mau dipakai. Secara konseptual, bahwa masyarakat harus menetapkan strategi
pengembangan teknologinya agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai budaya yang
dijunjungnya.
Kedua, ilmu alam berfungsi sebagai penjelasan atas segala hal yang terjadi. Di dalam
kehidupan sehari-hari terdapat berbagai peristiwa atau kejadian yang membutuhkan
penjelasan. Misalnya terjadi tanah longsor, banjir bandang, tsunami dan sebagainya. Dari
aspek teologis, kaum agamis akan memandang bahwa musibah yang terjadi tidak lepas dari
akibat perbuatan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Berdasarkan keyakinan agama
dengan menghubungkan azab dari Tuhan akibat perbuatan dosa yang dilakukan oleh
manusia. Sehingga jika hal ini diyakini penyebabnya maka solusinya adalah melakukan
muhasabah diri dilanjutkan dengan permohonan ampun kepada Allah dan segera bertobat
dan melakukan perbuatan terpuji dan amal ibadah. Sedangkan seorang ilmuwan akan
memberikan penjelasan atas musibah yang dialami oleh manusia berdasarkan pendekatan
ilmiah, yaitu dengan mencari sebab-sebab atau hukum kausalitas yang dapat diamati,
diprediksi atau dapat diramalkan, sebagaimana hal ini biasa terjadi pada berbagai temuan
dalam bidang ilmu pengetahuan, yakni adanya hukum-hukum yang mendasari sebuah teori
ilmu pengetahuan. Terjadinya tanah longsor misalnya, dijawab dengan mengatakan sebagai
akibat dari adanya rongga-rongga atau perenggangan pada tanah yang terjadi di musim
kemarau yang kemudian rongga-rongga atau bagian yang renggang pada tanah tersebut
terisi air hujan sedangkan pada bagian kiri kanan tanah tersebut tidak terdapat pohonpohon
atau dinding yang menghalanginya, maka terjadilah tanah longsor. Cara mengatasinya
adalah dengan menanami pohon-pohon pada tanah tersebut sehingga tidak terjadi rongga-
rongga atau perenggangan pada tanah tersebut.
Ketiga, ilmu berfungsi sebagai penerang atau nur bagi kehidupan manusia.
Keberlangsungan masa depan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan
bangsa tersebut terhadap ilmu pengetahuan. Ilmu sebagai cahaya mensyaratkan kebersihan
diri bagi orang yang akan mendapatkannya. Ilmu sebagai cahaya ini dapat pula dipahami
dari adanya kehendak Tuhan yang memberikan cahaya kepada orang yang dikehendakinya.
Sebagaimana dijelaskan dalam Qur’an surah An-Nur (24) ayat 35. Ilmu sebagai cahaya erat
kaitannya dengan orang yang berjalan di tengah malam, kemudian ada orang yang
memberikan obor sehingga jalan yang dilaluinya tampak jelas dan terang benderang. Hal ini
erat sekali dengan peran dan fungsi ilmu baik ilmu yanglangsung datang dari Tuhan (ilmu
al-hudluri) maupun ilmu yang diusahakan manusia (ilmu al-hushuli). Sebagaimana arti dari
sebuah ilmu secara bahasa yakni alamat, tanda, dan simbol maka semuanya akan menjadi
penerang dan penjelas bagi manusia tentang arah yang akan dituju.
Keempat, ilmu berfungsi sebagai pondasi yang akan menyangga benteng peradaban
sekarang ini sekaligus merupakan alat untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
Kelima, ilmu berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan harkat dan martabat. Ilmu
pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan etika, akhlak, adab, sopan santun, dan moral
yang menempatkan manusia sebagai makhluk yang mulia dan harus saling memuliakan
demikian juga dengan makhluk ciptaan lainnya. Di tengah maraknya dunia global dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat maju, umat Islam akan mampu
memiliki keunggulan dan daya saing yang tinggi sebagaimana halnya dengan orang-orang
barat manakala mampu mentransformasikan dan menyapa secara aktual terhadap ilmu
pengetahuan dalam rangka memahami wahyu, atau mampu memahami wahyu dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan. Dilihat dari aspek aksiologis, ilmu pengetahuan dan
teknologi harus mampu memberikan kemashlahatan bagi kehidupan manusia. Oleh karena
itu, ilmu dan teknologi harus memberikan berkah serta anugerah yang tak terhingga bagi
kehidupan umat manusia. Berbagai keuntungan yang akan diperoleh manusia berkat ilmu
pengetahuan yang dilandasi iman dan takwa kepada Allah SWT, sebagimana dinyatakan
dalam firman Allah SWT surah alMujadilah (58) ayat 11. Pernyataan dan janji Allah SWT
melalui ayat di atas dapat di pahami bersama bahwa orang yang berilmu lebih merasakan
keberkahan dibandingkan dengan orang yang tidak berilmu. Dimana orang yang berilmu
tampak lebih berbudaya dan berakhlak dibandingkan dengan yang tidak berilmu. Dengan
demikian, maka tidaklah mengherankan jika Allah SWT mewajibkan manusia untuk
menuntut ilmu pengetahuan, menumbuhkan, membina dan mengembangkannya melalui
kegiatan penelitian dalam arti seluas-luasnya serta menyebarkan dan memanfaatkan ilmu
tersebut untuk mengsejahterakan kehidupan umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai