Anda di halaman 1dari 40

AKSIOLOGI ILMU PENGETAHUAN

(Manfaat Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Ilmu Dakwah)

Annisa Mardhatillah
IAT 4 C UIN Suska Riau
Ichamardha2932@gmail.com

Abstrak: Perkembangan ilmu Dakwah memang belum begitu kuat dibandingkan dengan
ilmu-ilmu lain yang sudah berkembang cukup lama. Saat ini usia ilmu dakwah masih sangat
muda dan masih dipedebatkan oleh sebagian ilmuan, terutama pada aspek epistemologisnya.
Ini adalah hal yang wajar, karena setiap ilmu baru yang diperkenalkan kepada publik pasti
menimbulkan pro-kontra di kalangan ilmuan. Terlepas dari sikap pro dan kontra tersebut,
bahwa wacana ilmiah tentang ilmu dakwah sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru
sudah mulai berkembang dengan baik. Untuk penguatan ke depan, ilmu ini masih
memerlukan sentuhan pemikiran para ilmuan agar ia bisa berkembang sebagaimana ilmu
lainnya, bukan justru menyerang dengan hanya melihat sisi-sisi kekurangan yang dimilikinya.
Lebih jauh, kajian ini ingin menelusuri axiologi ilmu dakwah. Kajian tentang kebermanfaatan
ilmu (aksiologis) ini salah satunya bertujuan ingin memberikan dukungan terhadap proses
kemajuan ilmu dakwah di antara ilmu-ilmu lainnya. Memang tidak mudah untuk
menentukan kriteria/ ukuran suatu ilmu itu bermanfaat atau tidak. Namun demikian, tulisan
ini mencoba memberikan kriteria kebermanfaatan itu secara sederhana dalam perspektif ilmu
dakwah.

Kata Kunci: Axilogi, Ilmu Pengetahuan, Ilmu Dakwah

Abstract: The development of Da'wah is indeed not very strong compared to other sciences
which have been developing for quite a long time. At present the age of da'wah is still very
young and is still being debated by some scientists, especially in its epistemological aspects.
This is a natural thing, because every new knowledge that is introduced to the public will
certainly cause pros and cons among scientists. Apart from the pros and cons, that scientific
discourse about the science of da'wah as a new branch of science has begun to develop
properly. To strengthen in the future, this knowledge still requires a touch of the minds of
scientists so that it can develop like other sciences, not precisely attack by just looking at the
flaws it has. Furthermore, this study wants to explore the axiology of da'wah. The study of the
usefulness of science (axiological) is one of them aimed at providing support to the process of
advancing the propaganda science among other sciences. It's not easy to determine the
criteria / size of a science that is useful or not. However, this paper tries to provide a simple
usefulness criteria in the perspective of da'wah.

1
Keywords: Axilogy, Science, Da'wah.
PENDAHULUAN

Kemajuan Islam sangat di tentukan oleh adanya Da’wah atau syiar Islam dengan
berbagai macam. Sejarah telah menulis bahwasanya Agama yang paling cepat dalam
menyebarkan agama yakni agama Islam. Sebenarnya cara Rasulullah dalam menyebarkan
Islam atau da’wah yakni dengan sembunyi-sembunyi. Jika dilihat konteks saat itu, Islam
masih dalam tahap kelaahiran dan banyak respon yang terjadi ketika Nabi Muahammad
membawakan Ajaran Islam. Respon tersebut mayoritas respon penolakan. Lalu, ketika Nabi
Muhammad SAW sekiranya sudah siap dengan kejadian-kejadian yang akan terjadi, maka
Allah memerintahkan untuk menegaskan Islam dalam bentuk da’wah yang terang-terangan.
Bagi sebagian orang, studi tentang ilmu Filsafat atau Filsafat Ilmu dipandang sebagai
sesuatu yang kurang menarik karena dianggap tidak memiliki hubungan yang bersifat
korespondensi dengan kehidupan sosial. Studi Filsafat lebih banyak berorientasi pada asah
nalar yang bersifat abstrak, sedangkan kehidupan sosial merupakan kenyataan-kenyataan
hidup atau realitas faktual yang dialami dan dijalani oleh masyarakat. Pandangan-pandangan
seumpama ini tidak jarang dapat melahirkan dua kutup gaya berfikir yang berbeda sehingga
menimbulkan kesan bahwa antara studi filsafat dan studi-studi sosial lainnya berjalan dalam
paradigma sendiri-sendiri. Karena itu tulisan ini mencoba mengaitkan antara studi-studi yang
bersifat abstrak, khususnya bahasan tentang aksiologi, dengan kajian-kajian kongkrit yang
terkait langsung dengan kehidupan sosial sehingga keduanya saling menyokong dan
menguatkan.
Aksiologi merupakan salah satu bagian dari kajian filsafat ilmu yang membahas
tentang kegunaan atau manfaat dari ilmu pengetahuan. Kajian terhadap ilmu pengetahuan
telah menjadi bagian terpenting dari kehidupan sosial manusia. Maju mundurnya suatu
bangsa atau masyarakat tertentu sangat dipengaruhi oleh sejauh mana bangsa atau masyarakat
itu menguasi ilmu pengetahuan. Semakin sempurna ilmu pengetahuan yang dimiliki, maka
semakin modern pula kehidupan masyarakat yang bersangkutan, baik modernisasi ekonomi,
politik, agama, ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun sosial budaya. Sebaliknya,
rendahnya semangat mempelajari ilmu pengetahuan telah menjadi penyebab rendahnya
kualitas masyarakat itu dan telah mendorong pula kehidupan mereka menjadi masyarakat
yang miskin dan marginal. Karena itulah Islam mendorong umatnya untuk mencari ilmu
pengetahuan secara sungguh-sungguh.
Secara umum para ahli filsafat sepakat mengelompokkan studi filsafat ilmu
pengetahuan itu menjadi 3 (tiga) aspek utama, yaitu aspek Ontologi, Epistemologi dan
Aksiologi. Ontologi lebih memfokuskan pembahasannya di sekitar hakikat dari suatu ilmu
pengetahuan, epistemologi menekankan pentingnya cara atau metodologi ilmu pengetahuan
dan aksiologi lebih banyak membahas tentang aspek manfaat atau nilai guna dari ilmu itu

2
sendiri.1 Meskipun demikian, dalam kesempatan ini hanya menelaah satu aspek saja dari
tiga aspek kajian filsafat ilmu, yaitu aksiologi yang berkenaan dengan kemanfaatan ilmu
pengetahuan, khususnya bagi kehidupan sosial, yang meliputi arti ilmu pengetahuan, ukuran
atau kriteria ilmu yang bermanfaat dan nilai praktis manfaat ilmu bagi kehidupan sosial.
Lebih jauh, kajian ini ingin menelusuri axiologi ilmu dakwah. Kajian tentang
kebermanfaatan ilmu (aksiologis) ini salah satunya bertujuan ingin memberikan dukungan
terhadap proses kemajuan ilmu dakwah di antara ilmuilmu lainnya. Memang tidak mudah
untuk menentukan kriteria/ ukuran suatu ilmu itu bermanfaat atau tidak. Namun demikian,
tulisan ini mencoba memberikan kriteria kebermanfaatan itu secara sederhana dalam
perspektif ilmu dakwah.

METODE PENELITIAAN
Secara metodelogi, kajian ini bersifat kualitatif dengan teknik pengumpulan data studi
kepustakaan. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sejumlah
literatur bahan bacaan terkait filsafat ilmu pengetahuan, khususnya bahasan axiologi ilmu
pengetahuan dan juga ilmu dakwah. Literatur bahan bacaan tersebut dapat berbentuk buku-
buku, artkel jurnal dan literatur bacaan lainnya. Data yang telah terkumpul kemudian
dianalisis secara deduktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Istilah ilmu berasal dari bahasa Arab, yaitu alima – ya’lamu – ilman yang
menganung makna kepahaman terhadap suatu objek tertentu. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia disebutkan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang tersusun secara
bersistem menurut metode tertentu.2 Dalam Istilah Inggris kata Ilmu pengetahuan sering
dimaknai dengan knowledge atau Science (Inggris) yang mengandung makna dasarnya
mengetahui. Jalaluddin mengutip pernyataan Van
Puersen yang menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu pengetahuan yang
terorganisir dengan rapi baik berkaitan dengan sistem maupun metode tertentu dalam rangka
menemukan hubungan antar berbagai fenomena yang ada.3
Zaprulkhan menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang
telah disusun secara sistematis.4 Hal senada juga disebutkan oleh Mulyadi Kartanegara,

1
Judistira K. Garna, Ilmu Sosial – Dasar – Konsep dan Posisi, (Bandung: Program Pasasarjana
Universitas Padjadjaran, 1996), hal. 2.
2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), hal.423.
3
Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Filsafat, Ilmu pengetahuan dan Peradaban, (Jakarta: Rajawali
Pres, 2014), hal. .98.
4
Zaprulkhan, Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer, Editor. Nuran Hasanah, (Jakarta: Rajawali
Pres, 2015), hal. 16.

3
bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang sistematis yang berawal dari hasil
pengamatan, hasil kajian dan uji ccoba terhadap objek tertentu.5 Pengertian ini memberikan
makna bahwa pengetahuan manusia yang diperoleh dari berbagai sumber belum dapat disebut
sebagai ilmu pengetahuan ketika ia belum disusun secara sistematis dan metodologis.
Beranjak dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa ilmu pengetahuan adalah
kumpulan pengetahuan (knowledge) manusia yang telah dirumuskan secara logis, sistematis
dan metodologis dan dapat diuji atau dibuktikan keabsahannya secara ilmiyah.

2. Filsafat Imu Pengetahuan


Secara umum dapat dikemukakan bahwa filsafat ilmu merupakan telaahan terhadap
berbagai fenomena yang ada secara filsafat yang meliputi 3 (tiga) aspek pembahasan, yaitu
ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hakikat apa yang ingin dikaji/diteliti; (2) bagaimana
cara mendapatkannya; dan (3) apa manfaat/kegunaan yang bisa diperoleh dari kajian tersebut.
Ontologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang membahas tentang hakikat ilmu
atau objek pengetahuan ilmiyah. Pertanyaan tentang apa yang akan diteliti menjadi penting
dibahas dalam kajian ontologi setiap ilmu pengetahuan. Secara ontologis, setiap ilmu
pengetahuan tentu memiliki objek kajiannya sendiri, baik objek material maupun objek
formal.6 Menurut Endang Saifuddin Anshari yang dimaksud dengan objek material ialah
seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan sasaran penyelidikan suatu ilmu.78 Sedangkan
objek formal, menurut Poejawijatna, sebagaimana dikutip oleh A.Karim Syeikh merupakan
bagian dari objek material yang hanya menyoroti suatu ilmu tertentu sehingga dapat
dibedakan dengan ilmu lainnya.9
Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana pengetahuan itu
diperoleh. Yuyun S Suriasumantri menyebutkan bahwa berpikir merupakan aktivitas mental
yang dapat menghasilkan ilmu pengetahuan. Untuk menggerakkan kegiatan berpikir maka
diperlukan adanya metode ilmiah – yaitu berupa ekspresi mengenai tata kerja pikiran –
sehingga memudahkan akal untuk menggerakkan aktivitas berpikir itu.10 Dengan pendekatan
metode ilmiah ini diharapkan ilmu yang dihasilkan akan memiliki karakteristik tertentu
seperti bersifat rasional dan teruji kebenarannya.
Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang menekankan pembahasannya di
sekitar nilai guna atau manfaat suatu ilmu pengetahuan. Di antara kegunaan ilmu
pengetahuan adalah memberikan kemaslahatan dan berbagai kemudahan bagi kelangsungan

5
Mulyadi Kartanegara, Menyibak Tirai Kejahilan : Pengantar Epistemologi Islam, (Bandung: Mizan,
2003), hal. 2.
6
A.Karim Syeikh, “Dakwah Sebagai Suatu Disiplin Ilmu”, Jurnal Ilmiah Al Bayan, (Banda Aceh -
Darussalam: Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry, 2000), hal. 2.
7
Endang Saifuddin Anshary, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1987, hal.
8
.
9
A.Karim Syeikh, “Dakwah Sebagai Suatu Disiplin Ilmu”, hal. 4.
10
Yuyun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, hal. 119.

4
hidup manusia itu sendiri. Aspek ini menjadi sangat penting dalam proses pengembangan
ilmu pengetahuan, sebab suatu cabang ilmu yang tidak memiliki nilai aksiologis, maka
cenderung mendatangkan kemudharatan bagi kelangsungan hidup manusia. Bahkan tidak
menutup kemungkinan ilmu yang bersangkutan menjadi ancaman yang sangat berbahaya,
baik bagi keberlangsungan kehidupan sosial maupun keseimbangan alam.
Ketika berpijak pada landasan aksiologis, maka sesungguhnya suatu pernyataan
ilmiyah atau proposisi dapat dianggap benar bila ia mengandung unsur aksiologis di
dalamnya, yaitu adanya nilai manfaat bagi kehidupan manusia. Bila ruh ilmu pengetahuan itu
sendiri menginginkan adanya nilai manfaat dari ilmu, maka sesungguhnya pengamalan
terhadap ilmu itu juga harus berlandaskan pada tata nilai yang ada. Penghilangan terhadap
unsur nilai manfaat (aksiologis) dari ilmu pengetahuan dapat bermakna telah memperlemah
posisi ilmu itu sendiri dari sudut pandang filsafat ilmu pengetahuan.
Kajian tentang kebermanfaatan ilmu (aksiologis) ini salah satunya bertujuan ingin
memberikan dukungan terhadap proses kemajuan ilmu dakwah di antara ilmu-ilmu lainnya.
Memang tidak mudah untuk menentukan kriteria/ ukuran suatu ilmu itu bermanfaat atau
tidak. Namun demikian, tulisan ini mencoba memberikan kriteria kebermanfaatan itu secara
sederhana dalam perspektif ilmu dakwah, antara lain sebagai berikut:
a. Pada dasarnya, suatu ilmu dikatakan bermanfaat apabila dapat memberikan/
mendatangkan kesejahteraan, kemaslahatan dan kemudahan bagi kehidupan manusia.
Dalam konsep ilmu dakwah kriteria ini disebut Al-Amr bi al-ma’ruf, yaitu serangkat
upaya yang dilakukan ilmuan (da’i) dalam rangka membina kesejahteraan dan
membangun kemaslahatan sosial. Dalam realitas sosial didapatkan data bahwa ilmu
pengetahuan memiliki andil cukup besar bagi kemajuan manusia. Yuyun Suriasumantri
menjelaskan, terdapat kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia
sangat berhutang budi pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkat kemajuan dalam
bidang ini maka pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan secara lebih cepat dan
lebih mudah di samping penciptaan berbagai kemudahan dalam berbagai bidang, seperti
kesehatan, pengangkutan, pemukiman pendidikan dan komunikasi.11
b. Ilmu dikatakan bermanfaat apabila dapat memberikan informasi tentang
kebenaran, baik kebenaran indrawi, kebenaran ilmiah maupun kebenaran agama.
Kebenaran indrawi adalah kebenaran yang hanya didasarkan pada hasil pengamatan
indrawi, seperti hasil observasi terhadap suatu fenomena yang muncul dalam kehidupan
sosial. Indra merupakan salah satu alat untuk menyerap segala objek yang ada di luar diri
manusia. Dalam kajian filsafat, aliran yang mengedepankan indra untuk menangkap
fenomena disebut dengan realisme, yaitu aliran yang meyakini bahwa semua yang
diketahui hanyalah kenyataan.

11
Yuyun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, hal. 229.

5
Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang diperoleh dari kemampuan seseorang
menangkap berbagai fenomena dengan menggunakan metodemetode ilmiah. Sedangkan
kebenaran agama adalah kebenaran yang didapatkan dari proses pemahaman terhadap
berbagai fenomena dan hasil perenungan akal yang mendapat bimbingan wahyu. Dengan
demikian dua kebenaran yang pertama – indrawi dan ilmiah – dinilai bersifat relatif dan
spekulatif, sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak. Kebenaran agama akan semakin
kuat manakala didukung oleh kebenaran indrawi dan kebenaran ilmiah.
Bila dikaitkan dengan ilmu dakwah dapat disebutkan bahwa di antara misi utama
dakwah adalah menyampaikan syiar Islam yang terkait dengan hak dan bathil. Hak adalah
informasi-informasi yang benar yang berasal dari sumber yang benar (wahyu) dan
disampaikan dengan cara-cara yang benar pula. Sedangkan bathil adalah serangkaian
kejahatan (al-munkar) yang berasal dari keinginan-keinginan manusia yang tak
terkendalikan yang berakibat pada munculnya berbagai kerusakan dan kerugian, baik
kerugian sosial maupun alam.
Dengan demikian, suatu ilmu disebut bermanfaat manakala ia mampu memberikan
informasi tentang kebenaran yang dibutuhkan oleh manusia, bukan berita-berita bohong
(hoax) yang menyesatkan. Dakwah pada prinsipnya adalah menyampaikan berita
(informasi) yang benar yang didasarkan pada kebenaran-kebenaran ilmiyah yang
didasarkan pada wahyu, bukan kebenaran relatif yang didasarkan pada akal semata-mata.
c. Ilmu disebut bermanfaat manakala ia dapat membimbing manusia menjadi
orang yang tawadhu’ dan memiliki pribadi yang mengenal kegagungan Allah sambil
menyadari eksistensinya yang sangat lemah dan terbatas. Karena itu, ketika membahas
ilmu pengetahuan, Islam selalu menghubungkannya dengan 3 (tiga) pilar utama yaitu
Iman, Ilmu dan Amal. Beriman saja tidak cukup untuk memberikan kesejahteraan bagi
masyarakat. Orang yang berilmu tapi tidak beriman juga tidak dapat memberikan
perlindungan terhadap sesama, bahkan cendeung menghancurkan, begitu juga dengan ilmu
yang tidak diamalkan maka ilmu itu dipastikan tidak memiliki nilai manfaat. Untuk itu,
agar ilmu bernilai manfaat maka ia harus diiringi oleh iman dan amal.

3. Manfaat Ilmu dalam Kehidupan Sosial


Dalam perspektif sosiologi, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Ia tidak bisa
hidup sempurna tanpa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Untuk mempermudah
mereka berinteraksi, maka diperlukan pengalaman dan pengetahuan yang memadai. Di
sinilah peran ilmu menjadi penting bagi kehidupan masyarakat, yaitu dapat memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia. Bila ditelusuri lebih jauh, secara jujur harus diakui bahwa
ilmu pengetahuan telah bagitu banyak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Namun
secara umum manfaat tersebut dapat dibagi dalam 2 (dua) kategori, yaitu manfaat praktis dan
manfaat akademis.

6
Secara praktis, manfaat ilmu pengetahuan adalah dapat mendatangkan/ memberikan
kemaslahatan dan memberikan sejumlah kemudahan bagi kehidupan masyarakat, baik dalam
bidang ekonomi, politik, transportasi, agama dan lainlain. Di sisi lain dapat mendorong
masyarakat mencapai tingkat kemajuan peradaban yang tinggi. Merujuk pada pendapat
Yuyun pada bagian sebelumnya bahwa kemajuan yang dicapai manusia dalam bidang
peradaban merupakan manfaat nyata yang diperoleh masyarakat. Manfaat praktis lainnya
adalah adanya perubahan gaya hidup dan pola pikir masyarakat dari gaya hidup konvensional
menuju gaya hidup yang lebih terbuka dan modern.
Secara akademis dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam batasan nilai
ontologis. Dalam paradigma ontologi dapat mendorong terbentuknya wawasan spiritual
keilmuan yang mampu mengatasi bahaya sekularisme terhadap ilmu pengetahuan.
Di sisi lain dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam batasan etimologis, yaitu
mampu mendorong perkembangan wawasan intelektual keilmuan yang mampu membentuk
sikap ilmiah yang berorientasi pada kebenaran hakiki. Begitu juga ia dapat mengembangkan
ilmu pengetahuan yang bernilai etis, yaitu dapat mendorong terjadinya perubahan perilaku
masyarakat, seperti terbinanya pribadi atau masyarakat yang bermoral dan bertanggung
jawab.

4. Tujuan Ilmu Da’wah


Tujuan dakwah dan ilmu dakwah ada perbedaan. Jika tujuan dakwah, berupaya untuk
merubah pemahaman, sikap, dan perilaku mad’u ke arah yang sesuai dengan pesan dakwah
dalam rangka memperoleh ridho Allah. Sementara itu tujuan ilmu dakwah yakni berupaya
untuk menemukan kejelasan empiris rasional, dan teologis ideal tentang proses dakwah
sebagai fenomena keilmuan.
Selain itu Ilmu dakwah bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada umat
tentang dasar-dasar teoritik dan prinsip-prinsip penyuluhan islam, teori-teori penyuluhan
islam,memberikan bekal ketrampilan, disamping memberikan bekal tentang kode etik yang
harus dipatuhi oleh setiap pelaku penyuluhan islam yang profesional, memberikan wawasan
yang komprehensif, dan integratif mengenai ketrampilan membuat keputusan, menyusun
perencanaan serta memilih cara alat (media) untuk aktifitas penyuluhan .
Ilmu dakwah terlihat sangat berkembang pada Perguruan tinggi khususnya Perguruan
Tinggi Islam. Itu ditandai dengan adanya kurikulum tersendiri tentang dakwah. Bahkan, ada
Fakultas atau jurusan yang berbasis Dakwah. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan sumber
daiyang profesional melalui penyelenggaraan pendidikan tinggi dakwah islam. Perguruan
tinggi ingin mencetak kader-kader Dakwah yang Inovatif, semangat menegakkan keadilan
dan kebenaran, dan semangat berkarya yang bernilai guna.

7
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, berdasarkan fakta sejarah dan realitas
yang ada saat ini bahwa kehadiran ilmu pengetahuan telah mendatangkan sejumlah kebaikan
(manfaat) bagi kelangsungan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Beberapa alasan berikut
dipandang dapat dijadikan sebagai ukuran/kriteria kebermanfaatan ilmu, antara lain: Pertama,
dapat memberikan/ mendatangkan kesejahteraan, kemaslahatan dan kemudahan bagi
kehidupan manusia. Kedua, dapat memberikan informasi tentang kebenaran, baik kebenaran
indrawi, kebenaran ilmiah maupun kebenaran agama. Ketiga, dapat membimbing manusia
menjadi orang yang tawadhu’ dan memiliki pribadi yang mengenal dan mengagungkan
Tuhan-Nya sambil menyadari eksistensinya yang lemah dan terbatas.
Ilmu pengetahuan dengan kriteria tersebut tentu memiliki nilai manfaat bagi
kehidupan sosial. Sejarah telah mencatat bahwa keberadaan ilmu pengetahuan telah mampu
memajukan peradaban manusia dari masa ke masa. Namun secara garis besar manfaat ilmu
pengetahuan bagi kehidupan sosial dapat dikemukakan dalam 2 (dua) aspek, yaitu manfaat
praktis dan manfaat akademis. Manfaat praktis ilmu pengetahuan antara lain: Pertama,
Dapat mendatangkan/ memberikan kemaslahatan dan kemudahan bagi bagi seluruh sektor
kehidupan masyarakat. Kedua, dapat mendorong masyarakat mencapai tingkat kemajuan
peradaban yang tinggi. Ketiga, mampu melakukan perubahan gaya hidup dan pola pikir
masyarakat, dari gaya hidup konvensional menuju gaya hidup yang lebih terbuka dan
modern.
Dengan demikian, dalam rangka menjaga agar ilmu pengetahuan tetap memiliki nilai
manfaat bagi kehidupan sosial, maka eksistensi ilmu yang memiliki nilai (values) perlu dijaga
dan dipertahankan, sehingga ilmu itu dapat terbebas dari bahaya sekularisme. Untuk itu ilmu
yang diiringi oleh Iman dan Amal perlu dipertahankan secara baik, sehingga mampu
mendatangkan kemaslahatan bagi kehidupan sosial.
Adapun tujuan ilmu da’wah pada umumnya untuk mensyiarkan agama tentang Amar
Ma’ruf Nahi MungkaR.

SARAN

Demikianlah jurnal saya yang berisikan tentang manfaat ilmu pengetahuan dalam
perspektif ilmu dakwah. Jurnal inipun tak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target
yang ingin dicapai. Adapun kiranya kritik, saran, maupun teguran sangatlah kami harapkan
untuk menunjang pembuatan makalah yang lebih baik untuk selanjutnya. Sebelum dan
sesudahnya kami ucapkan terima kasih.

8
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:


Balai Pustaka, 2007.

Endang Saifuddin Anshary. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu,
1987.

Jalaluddin. Filsafat Ilmu Pengetahuan: Filsafat, Ilmu pengetahuan dan


Peradaban. Jakarta: Rajawali Pres, 2014.
Judistira K. Garna. Ilmu Sosial – Dasar – Konsep dan Posisi. Bandung:
Program Pasasarjana Universitas Padjadjaran, 1996.

Karim Syeikh, A. “Dakwah Sebagai Suatu Disiplin Ilmu”, Jurnal Ilmiah Al


Bayan. Banda Aceh - Darussalam: Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry, 2000.

Mulyadi Kartanegara. Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi


Islam. Bandung: Mizan, 2003.

Yuyun S. Suriasumantri. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan, 1999.

Zaprulkhan. Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer. Editor. Nuran


Hasanah. Jakarta: Rajawali Pres, 2015.

9
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Annisa Mardhatillah

Tempat & tanggal lahir : Situjuah Batua, 29 Maret 2000

Alamat : jorong Lakung, Kenegarian situjuah Batua, Kec. Situjuah


Limo

Nagari, Kab. 50 kota, Sumatra Barat.

No. Hp : 081535349829

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Single

Email : ichamardha2932@gmail.com

Hobby : Photo editing, musik, artwork.

Pendidikan Formal :

• TK munir latif Situjuah Batua


• SDN 02 Situjuah Batua
• MTsN 01 Kota Payakumbuh
• MAN 02 Kota Payakumbuh
• UIN Suska Riau

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Hormat saya

Annisa Mardhatillah

10
Tugas Terstruktur Dosen Pengampu
Filsafat Umum Dr. Husni Thamrin, M.Si.

PERBEDAAN DAN HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT , ILMU


PENGETAHUAN DAN AGAMA

Disusun Oleh :

1. ANNISA MARDHATILLAH (11830220973)


2. ASMARITA (11830221559)

KELAS C
SEMESTER IV
JURUSAN ILMU AL QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDIN
UNIVERSITAS NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020

11
KATA PENGANTAR

‫ار ن ار م‬ ‫م‬
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah mengaruniakan
rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah
pada matkul FILSAFAT UMUM terkait "PERBEDAAN DAN
HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT , ILMU PENGETAHUAN DAN
AGAMA" tepat waktu.
Shalawat beserta Salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan
alam, yakninya Nabi Muhammad SAW yang telah membawa Risalah
kepada kita semua sehingga kita dapat merasakan nikmat iman dan islam
seperti yang kita rasakan saat ini.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ustadz. Dr. Husni
Thamrin, M.Si. selaku dosen pembimbing, orang tua yang telah
memberikan do’a dan semangat beserta sokongan, pihak pustaka, serta
rekan-rekan mahasiswa, karena tanpa dukungan dari semua pihak,
penulis tidak mampu menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini penulis akan menyajikan makalah yang Insyaa
Allah akan menambah ilmu dan wawasan mahasiswa khususnya, dan
pembaca umumnya.
Penulis sadar dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca guna tercapainya kesempurnaan dalam karya tulis ini.
Sekian dari Penulis, semoga makalah ini memberikan manfaat bagi
kita semua. Aamiin.

Pekanbaru, 24 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat, Ilmu Pegetahuan dan Agama ................ 4
2.2 Perbedaan Antara Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama 6
2.3 Hubungan Antara Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama 9

BAB III PENUTUP .......................................................................... 11


DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 12

ii
ABSTRAK

Differences and Relationships Between Philosophy, Knowledge and


Religion
By:
Annisa Mardhatillah ( Ichamardha2932@gmail.com )
Asmarita ( asmaritads12@gmail.com )

This paper discusses the differences and relationships between phylosophy,


science, and religion. The difference between philosophy, science and religion lies in
the aspects of the sources, methods, and results that will be achieved by the three.
However, although different, the three also have similarities or relationship. The
relationship of the three is united by a common goal, namely the search for truth

Key word: Philosophy, science, religion, differences, relationships.

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ada tiga hal yang menjadi alat bagi manusia untuk mencari kebenaran,
yaitu filsafat, ilmu pengetahuan dan agama. Secara umum, filsafat dianggap
sesuatu yang sangat bebas karena ia berpikir tanpa batas. Sedangkan agama,
lebih mengedepankan wahyu/ilham dari zat yang dianggap Tuhan.12 Segala
sesuatu yang berasal dari Tuhan, dalam perspektif agama adalah sebuah
kebenaran yang tidak dapat ditolak. Sedangkan ilmu adalah sebuah
perangkat metode untuk mencari kebenaran. Antara filsafat dan Ilmu, sama-
sama tidak memiliki tokoh sentral sebagaimana agama yang mensentralkan
Tuhan. Dengan kata lain, dapat dikatakan setiap masalah yang manusia
hadapi, maka mereka akan menggunakan tiga macam alat untuk mencapai
penyelesaiannya.
Sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia, dimana
perbincangan dan pembahasan mengenai ilmu pengetahuan mulai mencari
titik perbedaan antara berbagai hal, termasuk diantaranya mencari
persekutuan-persekutuan di dalam penyelidikan keperbedaan tersebut.
Lantas kemudian orang mulai dapat membedakan antara filsafat dengan ilmu
pengetahuan, demikian pula halnya dapat membedakan antara filsafat
dengan agama, dan antara agama dengan ilmu pengetahuan. Penempatan
kedudukan yang berbeda, demikian pula perbedaan pengertian fungsional
dari ketiga masalah yang telah disebutkan di atas seringkali menimbulkan
berbagai macam sikap yang kurang atau bahkan tidak menguntungkan bagi
manusia itu sendiri, karena terjadi kesalahan pahaman tentang perbedaan itu.

Dari persoalan-persoalan yang telah dikemukakan dan dipaparkan di


atas tadi, maka dalam makalah ini penulis ingin mencoba untuk membahas
apa dan bagaimana perbedaan dan hubungan antara filsafat, ilmu
pengetahuan, dan agama.

12
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 1996), hlm. 13.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian filsafat, ilmu pengetahuan dan agama?
2. Dimanakah letak perbedaan antara filsafat, ilmu pengetahuan dan agama?
3. Bagaimana hubungan antara filsafat, ilmu penegtahuan dan agama?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui pengertian filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.
2. Mengetahui perbedaan antara filasfat, ilmu pengetahuan dan agama.
3. Mengetahui hubungan antara filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama.


A. Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari kata bahasa arab falsafah, yang dalam bahasa
ingris dikenal dengan philosophy, sedangkan dalam bahasa yunani disebut
dengan philosophia terdiri dari kata philein yang berarti cinta (love) dan
Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom).13
Istilah Philosophia memiliki akar kata philien yang berarti mencintai,
dan shopos yang berarti bijaksana. Jadi, istilah Philosophia berarti mencintai
akan hal-hal yang bersifat bijaksana. Berdasarkan uraian diatas, dapat
dipahami bahwa, filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Sedangkan orang yang
berusaha mencari kebijaksanaan atau pencinta pengetahuan disebut dengan
filsuf atau filosof.14
Sedangkan secara istilah, para ahli mengemukakan pengertian filsafat
adalah sebagai berikut:
1) Socrates (469-399 SM) ia adalah seorang filosof dalam bidang moral yang
terkemuka pada zaman Yunani kuno. Socrates memahami bahwa filsafat
adalah suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan
terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia.
2) Plato (427-347 SM) seorang sahabat dan murid dari Socrates. Menurutnya
filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli
dalam karya tulisnya republika, plato menegaskan bahwa para filosof
adalah pecinta pandangan tentang kebenaran (Vision of truth). Dalam
konsep plato filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau
perekaan terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran. Maka filsafat
pato tersebut kemudian dikenal dengan sebutan filsafat spekulatif.
3) Aristoteles (384-332 SM) Aistoteles adalah salah seorang murid plato yang
terkemuka. Berkenaan dengan pengertian filsafat menurutnya adalah

13
A. Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2019), hlm. 1.
14
Ibid., hlm. 2.

4
ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya
ilmu metafisika, alogika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estestika.
4) Al- Kindi (870-950 M). Al-Farabi (870-950 M). ia adalah seorang folosof
muslim pertama. Menurutnya, filsafat adalah oengetahuan tentang
hakikat segala sesuatu dalam batas-batas pengetahuan manusia, karena
tujuan para filosofdalam berteori adalah mencari kebenaran, maka dalam
praktenya pun harus menyesuaikan kebenaran pula.
5) Al- Farabi (870-950 M). Menurutnya, filsafat adalah ilmu tentang semua
yang ada (al- maujudat) dan dengan apa dia ada. Filsafat meliputi
masalah ketuhanan, fisika, matematika, dan logika.15
B. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Kata ilmu adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang di ambil
dari akar kata ‘alima-ya‘limu-‘ilman/ilmun, yang berarti pengetahuan.
Pemakaian kata ilmu itu di dalam bahasa Indonesia dapat disejajarkan
dengan istilah science. Science adalah kata yang berasal dari bahasa Latin:
Scio, cire, yang berarti pengetahuan.16
Tidak semua pengetahun dapat dikatakan ilmu, sebab kalau semua
pengetahuan dikatakan ilmu tentu banyak yang bisa dikatakan ilmu, karena
pengetahuan itu sifatnya baru sebatas tahu, akan tetapi sebaliknya semua
ilmu adalah pengetahuan, akan tetapi yang dikatakan ilmu adalah
pengetahuan yang di susun secara sistematis, memiliki metode dan berdiri
sendiri, tidak memihak kepada sesuatu. Dikalangan masyarakat umum
Indonesia, dipahami bahwa ilmu itu adalah pengetahuan tentang segala
sesuatu yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan itu,
dan yang lebih awam lagi mengartikan ilmu itu dengan pengetahuan dan ke
pandaian tentang sesuatu persoalan, baik itu persoalan sosial
kemasyarakatan maupun persoalan ekonomi, persoalan agama dan lain-lain
sebagainya, seperti soal pergaulan, soal pertukangan, soal duniawi, soal
akhirat, soal lahir, soal batin, soal dagang, soal adat istiadat, soal pertanian,
soal gali sumur dan lain-lain sebagainya.

15
Saidul amin, Filsafat barat Abad 21, (Pekanbaru: Daulat Riau, 2012), hlm. 3.
16
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 39.

5
C. Pengertian Agama
Ada tiga istilah yang hampir sama di dalam masalah agama ini, yaitu
religion adalah kata yang berasal dari Bahasa Inggris, din kata yang berasal
dari Bahasa Arab dan agama kata yang berasal dari Bahasa Sanskerta, yang
mana ketiga istilah tersebut masing-masing mempunyai riwayat dan sejarah
sendiri-sendiri, akan tetapi di dalam arti teknis terminologi ketiga istilah
tersebut mempunyai inti makna yang sama, yaitu sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Mahakuasa
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia
serta manusia lingkungannya.17
Pengertian agama yang paling umum dipahami adalah bahwa kata
agama berasal dari Bahasa Sanskerta berasal dari kata a dan gama. A berarti
“tidak” dan gama berarti “kacau”. Jadi, kata agama diartikan tidak kacau,
tidak semrawut, hidup menjadi lurus dan benar.18

2.2 Perbedaan Antara Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama


Adapun perbedan antara filsafat, ilmu, pengetahuan dan agama yaitu
baik filsafat maupun ilmu, itu bersumber dari akal (ra’yu) sedangkan
pengetahuan bersumber dari pengalaman, kesadaran dan informasi . dan
agama bersumber dari wahyu dari Tuhan. 19
Filsafat mencoba mencari kebenaran dengan cara menjelajahi atau
menziarahi akal-budi secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya),
mengakar, sistematis (logis dengan urutan dan adanya saling hubungan yang
teratur) dan intergral (universal: umum, berpikir mengenai keseluruhan)
serta tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya
sendiri, yaitu logika. Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan
menggunakan metode atau cara penyelidikan (riset), pengalaman (empiris)
dan percobaan (eksperimen) atau sangat terkait dengan tiga aspek, yaitu:
aspek hipotesis, aspek teori, dan aspek dalil hukum.20
Kebenaran yang diperoleh ilmu pengetahuan melalui penyelidikan
tersebut adalah kebenaran positif, yaitu kebenaran yang masih berlaku
sampai dengan ditemukanya kebenaran atau teori yang lebih kuat dalilnya

17
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hlm. 12.
18
Op., cit. Susanto, hlm. 125.
19
Ahmad jamin dan Norman Ohira, Filsafat Ilmu, (Bandung: ALFABETA, 2016), hlm. 41.
20
Gazalba, Sistematika Filsafat, hlm. 40.

6
atau alasanya. Kebenaran filsafat adalah kebenaran yang spekulatif, berupa
dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, riset, atau eksperimen.
Baik kebenaran ilmu, pengetahuan maupun kebenaran filsafat, semuanya
nisbi (relatif). Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolut), karena
ajaran agama adalah wahyu yang diturunkan oleh yang maha benar, yang
maha mutlak.21
Baik ilmu maupun fisafat, kedua-duanya dimulai dengan sikap
sangsi atau tidak percaya. Ilmu dan filsafat diawali dengan keraguan
(curiosty), dan keingintahuan. Sedangkan agama dimulai dengan sikap
percaya atau iman.
Dalam hal ini, Ahmad D Marimba memberikan argument yang
berbeda. Menurutnya, kurang tepat jika deikatakan kesangsian atau kergauan
sebagai awal dari filsafat. Penggunaan istilah kesangsian atau keraguan akan
menyebabkan orang-orang (yang beragama) enggan berfilsafat, karena
mereka menganggap bahwa filsafat bertentangan dengan agama yang
bersumber dan dimulai dengan keyakinan tanpa kesangsian didalamya.
Yang benar adalah “ketakjuban”. Kita takjub akan sesuatu maka timbul
keinginan untuk mengetahui; kita renungkan dan kita fikirkan. Kita takjub
akan kebesaran Tuhan, kitab takjub akan Kitab Suci Al-Qur’an, kita takjub
akan alam, maka kita akan memahami dan menemukan kebenaran
didalamnya. Inilah maksud filsafat yang sebanarnya.22
Ilmu mendasarkan pada akal pikir lewat pengalaman dan indera, dan
filsafat berdasarkan otoritas akal murni secara bebas dalam penyelidikan
terhadap kenyataan dan pengalaman terutama dikaitkan dengan kehidupan
manusia. Sedangkan agama berdasarkan pada otoritas wahyu.
Menurut Prof. Nasroen, S. H., mengemukakan bahwa filsafat yang
sejati haruslah berdasarkan pada agama. Apabila filsafat tidak berdasarkan
pada agama, dan filsafat hanya semata-mata berdasarkan atas akal fikir saja,
filsafat tersebut tidak akan memuat kebanaran objektif karena yang
memberikan penerangan dan putusan adalah akal fikiran. Sementara itu,
kesanggupan akal fikitan itu terbatas sihingga filsafat yang hanya
berdasarkan akal fikiran saja tidak akan sanggup memberikan kepuasan bagi
manusia, terutama dalam rangka pemahamanya terhdap hal yang Ghaib.23

21
Ahmad jamin dan Norman Ohira, Filsafat Ilmu, (Bandung: ALFABETA, 2016), hlm. 41.
22
Ibid., hlm. 42.
23
Asmoro cahyadi, Filsafat Umum, (Jakarta: Rajawali pres,2016), hlm. 18.

7
Terdapat perbedaan yang mendasar antara ilmu, filsafat, dan agama
dimana ilmu dan filsafat bersumber dari akal budi atau rasio manusia,
sedangkan agama bersumber dari wahyu Tuhan.24
Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan cara penyelidikan
(riset), pengalaman (empiris), dan percobaan (eksperimen). Fislafat
menemukan kebenaran atau kebijakan dengan cara penggunaan akal budi
atau rasio yang dilakukan secara mendalam, menyeluruh, dan universal.
Kebenaran yang diperoleh atau ditemukan oleh filsafat adalah murni hasil
pemikiran (logika) manusia, dengan cara perenungan (berpikir) yang
mendalam (logika) tentang hakikat sesuatu (metafisika). Agama mengajarkan
kebenaran atau memberi jawaban berbagai masalah asasi melalui wahyu atau
kitab suci yang berupa firman Tuhan.25

2.3 Hubungan Antara Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama


Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama adalah bertujuan setidak-
tidaknya berurusan dengan hal-hal yang sama, yaitu kebenaran dan
bertindak atas dasar rumusan mengenai suatu kebenaran tersebut.26
Seperti filsafat yang berusaha mencari kebenaran dengan jalan
menggunakan akal, pikiran dan logika, ilmu pengetahuan berusaha mencari
kebenaran dengan menggunakan metode ilmiah melalui penelitian-
penelitian, sementara itu agama berusaha untuk menjelaskan kebenaran itu
melalui wahyu dari Tuhan. Jadi ketiganya sasaran adalah sama, yaitu
kebenaran. Jadi filsafat berupaya mencari kebenaran, ilmu berusaha
membuktikan kebenaran sementara agama adalah berupaya menjelaskan
kebenaran itu, maka tidak mengherankan kalau kaum muktazillah
mengatakan tidak semuanya kandungan yang ada di dalam al-Qur’an itu
sifatnya kamunikasi, akan tetapi banyak juga yang sifatnya konfirmasi, yaitu
membenarkan, mempertegaskan dan menguatkan apa yang pernah
dilakukan manusia.
Ilmu pengetahuan, dengan metodenya sendiri mencoba berusaha
mencari kebenaran tentang alam semesta beserta isinya dan termasuk di
dalamnya adalah manusia. Filsafat dengan wataknya sendiri, juga berusaha

24
A. Susanto, Filsafat Ilmu, … hlm. 134.
25
Ibid., hlm. 134.
26
Abdul Munir Mulkan, Paradigma Intelektual Muslim, (Yogyakarta: Sipress, 1993), hlm. 20.

8
mencari kebenaran, baik kebenaran tentang alam maupun tentang manusia
(sesuatu yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan, karena
di luar atau di atas jangkauannya) ataupun tentang Tuhan, Sang Pencipta
segala-galanya. Sementara itu agama dengan kepribadiannya sendiri pula,
berupaya memberikan jawaban atas segala persoalan-persoalan yang bersifat
asasi yang dipertanyakan oleh manusia baik tentang alam semesta, manusia
maupun tentang Tuhan itu sendiri, dengan kata lain agama adalah
memberikan penjelasan, penegasan dan pembenaran tentang sesuatu yang
benar dan yang tidak benar.27
Jadi keduanya adalah bertujuan untuk mencapai kebahagiaan, filsafat
mencapai kebahagiaan dengan berupaya menemukan kebenaran, sebab
apabila suatu kebenaran itu sudah ditemukan, maka akan muncul rasa puas,
rasa puas itulah yang membuat timbulnya rasa bahagia, sementara itu agama
(Islam) mengungkapkan kebahagiaan dengan berupaya memberikan
penjelasan kepada penganutnya bahwa apabila seseorang ingin mencapai
kebahagiaan, ia harus mengikuti aturan yang diajarkan oleh agama, karena
aturan yang diajarkan oleh agama itu semuanya benar, maka apabila sudah
mengikuti aturan dan ajaran agama yang benar, yang sesuai dengan
petunjuk, maka ia akan mendapatkan kebahagaiaan itu, baik kebahagiaan di
atas dunia ini maupun kebahagiaan di alam akhirat nanti.
Yang paling pokok persamaan antara ilmu, filsafat, dan agama adalah
sama-sama untuk mencari kebenaran. Ilmu melalui metode ilmiahnya
berupaya mencari kebenaran. Metode ilmiah yang digunakan dengan cara
melakukan penyelidikan atau riset untuk membuktikan atau mencari
kebenaran tersebut. Filsafat dengan caranya sendiri berusaha menempuh
hakikat sesuatu baik tentang alam, manusia maupun tentang Tuhan. Agama
dengan karakeristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala persoalan
asasi perihal alam, manusia, dan Tuhan.28

27
Osman Bakar, Hirarki Ilmu, (Bandung : Mizan, 1997), hlm. 100.
28
A. Susanto, Filsafat Ilmu, … hlm. 133.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
• filsafat dapat diartikan sebagai cinta akan kebijaksanaan, atau cinta kepada
pengetahuan yang bijaksana.
• Ilmu adalah pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan disebut dengan
ilmu. Ilmu cakupannya lebih luas.
• Pengertian agama yang paling umum dipahami adalah bahwa kata agama
berasal dari Bahasa Sanskerta berasal dari kata a dan gama. A berarti “tidak”
dan gama berarti “kacau”. Jadi, kata agama diartikan tidak kacau, tidak
semrawut, hidup menjadi lurus dan benar.
• Antara filsafat, ilmu pengetahuan dan agama terdapat perbedaannya, yaitu
dari aspek sumber, metode dan hasil yang ingin dicapai.
• Antara filsafat, ilmu pengetahuan dan agama selain memiliki perbedaan juga
memiliki hubungan atau titik persamaannya, yaitu mencari kebenaran.

B. Saran
Demikianlah makalah kami yang berisikan tentang perbedaan dan hubungan
antara filsafat, ilmu pengetahuan dan agama. Makalah inipun tak luput dari
kesalahan dan kekurangan maupun target yang ingin dicapai. Adapun kiranya
kritik, saran, maupun teguran sangatlah kami harapkan untuk menunjang
pembuatan makalah yang lebih baik untuk selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya
kami ucapkan terima kasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Amin,Saidul. Filsafat barat Abad 21. Pekanbaru: Daulat Riau, 2012.


Bagus, Lorens . Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia, 1996.
Bakar, Osman. Hirarki Ilmu, (Bandung : Mizan, 1997), hlm. 100.
Cahyadi, Asmoro. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali pres,2016.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Gazalba, Sidi. Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
Jamin, Ahmad dan Norman Ohira. Filsafat Ilmu. Bandung: ALFABETA,2016.
Munir Mulkan, Abdul. Paradigma Intelektual Muslim. Yogyakarta: Sipress, 1993.
Susanto, A. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara, 2019.

11
HUBUNGAN ILMU, TEKNOLOGI DAN KEBUDAYAAN

Annisa Mardhatillah
IAT 4 C UIN Suska Riau
Ichamardha2932@gmail.com

Abstrak: ilmu sangat penting dalam kehidupan manusia. Oleh karenanya, ilmu
tidak bisa dari suatu institusi kebudayaan, aktivitas manusia terutama dalam
usahanya untuk mengetahui diri dan alam sekitarnya. Tentu dengan tujuan
mengenal manusia secara pribadi beserta perubahan-perubahan yang terjadi di
dalamnya. Dari situ diketahui bahwa ilmu, teknologi dan kebudayan memiliki
kaitan struktur relation yang jelas. Kesemuanya merupakan satu rangkaian yang
tidak terpisahkan dalam peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani.
Sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana” yang berkaitan dengan konstribusi
ilmu pengetahuan terhadap sesuatu yang bernilai dimana pada ranah ini masuk
pada wilayah aksiologi, dan kebudayaan yang didalamnya terdapat masyarakat
sebagai subyeknya, merupakan objek yang real baik secara nyata materi maupun
immateri dari filsafat yang masuk dalam wilayah ontology, dari ketiga pola relasi
tersebut mengkonstruksi absolute relation yang kongkrit baik secara implicit
maupun eksplisit meliputi kehidupan manusia.
Kata Kunci: Ilmu, teknologi, kebudayaan.

Abstract: science is very important in human life. Byhence, knowledge cannot be


from a cultural institution,human activity especially in its efforts to knowself and
surrounding nature. Of course with the aim of getting to knowhuman beings and
their changeshappening in it. From there it is known that science, technology and
culture has a clear relation structure relation.All of which are a series which are
not inseparable in its role to meet needs human. Whereas technology knows the
"how" ones relating to the contribution of science tosomething of value which in
this realm enters the area of axiology, and the culture within it society as its
subject, is a real object both materially and immaterially from philosophy which

2
included in the ontology area, of the three relation patterns constructing concrete
absolute relations in both ways implicitly or explicitly covers human life.

Keywords: Science, Technology, Culture

3
PENDAHULUAN

Ilmu mengkaji berbagai hal, baik diri manusia maupun realitas di luar
dirinya, sepanjang sejarah perkembangannya sampai saat ini selalu mengalami
ketegangan dengan berbagai aspek lain dari kehidupan manusia. Pada dataran
praktis – operasional, selalu diperbincangkan kembali hubungan timbal balik
antara ilmu dan teknologi. Sering muncul polemik, terutama di negara
berkembang, manakah yang lebih penting, antara mengembangkan ilmu melalui
pengembangan ilmu murni dan ilmu dasar, dengan mengembangkan teknologi
melalui alih teknologi maupun industrialisasi. Kalau kedua-duanya penting,
bagaimana strategi yang meski dibangun untuk mengembangkan keduanya,
mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki rata-rata negara berkembang.

Pada dataran nilai-ideasional, muncul permasalahan yang lebih kompleks


berkaitan dengan kedudukan dan peran ilmu dan teknologi dalam perubahan
peradaban manusia, baik yang berkaitan dengan pergeseran nilai maupun yang
terkait dengan berbagai dampak ideasional dari perkembangan ilmu dan teknologi
terhadap komponen-komponen pengetahuan manusia yang lain. Gejala meluas
dan meningkatnya peran ilmu dan teknologi terhadap berbagai aspek kehidupan
manusia, oleh Hebert Marcuse digambarkan hanya akan membawa manusia pada
keterasingan (alineasi) terhadap diri sendiri dan masyarakat, maupun yang
mengantar manusia pada suatu kondisi yang “berdimensi satu”. Dalam
masyarakat yang demikian realitas sosial-budaya merupan realitas berdimensi
tunggal, yakni dimensi teknologis. Manusia dan kebudayaannya dikuasai oleh
ilmu dan teknologi. Apakah kemudian dapat dikatakan bahwa ilmu dan teknologi
merusak kebudayaan asli suatu bangsa ? apakah teknologi sendiri merupakan
suatu budaya, yang memiliki sistem nilai dan struktur sosial tertentu ?

Dari berbagai pertanyaan-pertanyaan dan polemik yang setidak-tidaknya


tersirat adanya kekaburan pengertian tentang ilmu, teknologi, maupun
kebudayaan. Tersirat pula di dalamnya kekaburan pemahaman tentang hubungan
antara ilmu, teknologi, dan kebudayaan.

4
METODE PENELITIAAN
Secara metodelogi, kajian ini bersifat kualitatif dengan teknik
pengumpulan data studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan sejumlah literatur bahan bacaan terkait filsafat ilmu
pengetahuan, khususnya bahasan hubungan ilmu, teknologi dan kebudayaan.
Literatur bahan bacaan tersebut dapat berbentuk buku-buku, artkel jurnal dan
literatur bacaan lainnya. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara
deduktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Definisi Ilmu Pengetahuan
Istilah ilmu berasal dari bahasa Arab, yaitu alima – ya’lamu – ilman yang
menganung makna kepahaman terhadap suatu objek tertentu. Dalam Kamus
Bahasa Indonesia disebutkan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang
tersusun secara bersistem menurut metode tertentu.29 Dalam Istilah Inggris kata
Ilmu pengetahuan sering dimaknai dengan knowledge atau Science (Inggris) yang
mengandung makna dasarnya mengetahui. Jalaluddin mengutip pernyataan Van
Puersen yang menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu pengetahuan
yang terorganisir dengan rapi baik berkaitan dengan sistem maupun metode
tertentu dalam rangka menemukan hubungan antar berbagai fenomena yang
ada.30
Zaprul khan menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan
pengetahuan yang telah disusun secara sistematis.31 Hal senada juga disebutkan
oleh Mulyadi Kartanegara, bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang
sistematis yang berawal dari hasil pengamatan, hasil kajian dan uji ccoba terhadap

29
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka,
2007), hal.423.
30
Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Filsafat, Ilmu pengetahuan dan Peradaban,
(Jakarta: Rajawali Pres, 2014), hal. .98.
31
Zaprulkhan, Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer, Editor. Nuran Hasanah,
(Jakarta: Rajawali Pres, 2015), hal. 16.

5
objek tertentu.32 Pengertian ini memberikan makna bahwa pengetahuan manusia
yang diperoleh dari berbagai sumber belum dapat disebut sebagai ilmu
pengetahuan ketika ia belum disusun secara sistematis dan metodologis. Beranjak
dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa ilmu pengetahuan adalah
kumpulan pengetahuan (knowledge) manusia yang telah dirumuskan secara logis,
sistematis dan metodologis dan dapat diuji atau dibuktikan keabsahannya secara
ilmiyah.

2. Definisi Teknologi
Secara etimologis akar kata teknologi adalah ”techne”yang berarti
serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu
objek atau kecakapan tertentu. Juga berarti seni atau pengetahuan tentang prinsip-
prinsip atau metode (Runer, 1984).
Teknologi merupakan sesuatu yang kompleks. Pengertiannya meliputi
aspek pengetahuan dan bukan pengetahuan. Dari dimensi pengetahuan, teknologi
adalah penerapan dari pengetahuan ilmiah kealaman. Teknologi merupakan
pengetahuan sistematis tentang seni industrial atau ilmu ”ilmu industrial”.
Teknologi juga dipandang sebagai pertengahan antara ilmu murni dan ilmu
terapan atau istilah lainnya ”keahlian”. Sedangkan dari dimensi bukan
pengetahuan, teknologi diartikan sebagai suatu produksi untuk tujuan-tujuan
ekonomis. Merupakan suatu sistem yang netral untuk tujuan penggunaan apapun.
Teknologi juga merupakan ungkapan kepentingan manusia untuk berkuasa.
Segala aktivitas kerja manusia untuk membantu secara fisik maupun intelektual
dalam menghasilkan bangunan, produk, atau layanan yang dapat meningkatkan
produktivitas manusia guna memahami, beradaptasi, dan mengendalikan
lingkungannya secara lebih baik.Teknologi tidak lain sebagai artefak yang
dihasilkan oleh manusia industrial modern dalamrangka memperluas kekuasannya
atas jiwa dan raga. Teknologi juga dapat diartikan sebagai aktivitas dan hasil dari
aktivitas yang merujuk pada pabrik-pabrik, barang, dan layanan.

32
Mulyadi Kartanegara, Menyibak Tirai Kejahilan : Pengantar Epistemologi Islam,
(Bandung: Mizan, 2003), hal. 2.

6
Sebagai suatu sistem yang kompleks, teknologi memiliki input,
komponen, output, dan lingkungan. Input teknologi berupa kekuatan-kekuatan
material, keahlian, teknik, pengetahuan, alat. Komponen teknologi berupa
keahlian teknik, proses, fabrikasi, manufaktur, maupun organisasi. Output dari
teknologi adalah bangunan fisik, barang, makanan, alat, organisasi, ataupun
benda. Sedangkan lingkungan dari teknologi adalah sebagai komponen
kebudayaan terutama ilmu.33

3. Difinisi Kebudayaan
Kata ”kebudayaan” berasal dari bahasa sansekerta ”buddhayah” yang
merupakan bentuk jamak dari kata ”buddhi” yang berarti budi atau akal. Dengan
kata lain, kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi atau
akal. Istilah asing yang sama artinya dengan kebudayaan adalah culture berasal
dari bahasa latin ”colere” yang berarti mengolah atau mengerjakan (tanah atau
bertani). Dari kata tersebut, culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan
manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Soerjono Soekanto, 1982: 150).
Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi sebagaimana dikutip oleh
Soerjono Soekanto (1982: 151) merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan
kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan oleh manusia
untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan
untuk kerperluan masyarakat. Sedangkan menurut E.B.Taylor (1871) kebudayaan
diartikan sebagai sesuatu yang kompleks mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Walaupun setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang saling berbeda
satu dengan lainnya, setiap kebudayaan mempunyai sifat hakikat yang berlaku
umum bagi semua kebudayaan dimanapun juga. Adapun sifat dan hakekat dari
kebudayaan menurut Soerjono Soekanto (1982: 159) yaitu:
1) kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia

33
I gusti bagus ria utama, Filsafat, Ilmu dan Logika, universitas dhyana pura badung edisi 2013,
hal. 34.

7
2) kebudayaan telah ada lebih dulu menahului lahirnya suatu generasi
tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang
berangkutan.
3) Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingah lakunya.
4) Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiaban-
kewajiban, tindakan yang diterima dan ditolak, yang dilarang dan
diijinkan.

Tujuh unsur kebudayaan yang merupakan komponen universal dan relatif


ada pada semua kebudayaan menurut Kluckholn seperti yang dikutip Soejono
Soekanto (1982: 154) diantaranya:

1) peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat


tumah tangga, transpostasi, senjata, alat produksi dansebagainya)
2) mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian,
peternakan, maritim, sistem produksi, distribusi dan sebagainya)
3) sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi, hukum, politik,
perkawainan,dansebagainya)
4) bahasa (lesan mupun tertulis)
5) kesenian (seni rupa, seni suara, gerak, dan sebagainya)
6) sistem pengetahuan
7) religi (sistem kepercayaan)34

4. Hubungan Ilmu dan teknologi


Hubungan sains dan teknologi mengalami perkembangan dari abad
keabad. Dalam tahap awal, teknologi dapat dilaksanakan dengan menggunakan
kaidah-kaidah empiric. Dalam tahap ini teknologi dapat berdiri sendiri, lepas dari
sains dan ini berlangsung menjelang zaman revolusi industry (1760-1830)
Dimana dalam perkembangan teknologi ini mencakup bermacam-macam bidang
seperti, pertanian, kedokteran, mechanical arts yang sekarang disebut
engineering. Pada fase ini telaha dikenal pembuatan jalan raya, kapal, cara

34
Ibid., hal. 34-35.

8
bercocok tanam. Pembuatan tape atau anggur dan sebagainya yang dilakukan
dengan baik tanpa mengetahui dasar teorinya.35
Ilmu pengetahuan dan teknologi ibarat pisau belati. Jika dipakai orang
baik, akan menciptakan kemakmuran bagi manusia. Sebaliknya jika dipakai orang
jahat, akan menciptakan bencana kemanusiaan yang lebih dahsyat. Jenis kedua
inilah yang sekarang tengah terjadi pada dunia. Akhirnya, ilmu pengetahuan yang
seharusnya membebaskan manusia dari pekerjaan yang melelahkan spiritual,
malah menjadikan manusia sebagai budak-budak mesin.
Hal ini sejalan dengan sejak dalam tahap-tahap pertama pertumbuhannya
ilmu sudah dikaitkan dengan tujuan perang. Ilmu bukan saja digunakan untuk
menguasai alam melainkan juga untuk memerangi sesama manusia dan menguasai
mereka. Di pihak lain, perkembangan ilmu sering melupakan factor manusia,
dimana bukan lagi teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangannya
dan kebutuhan manusia, namun justru sebaliknya : manusialah yang akhirnya
yang menyesuaikan diri dengan teknologi 36
Menghadapi kenyataan seperti ini, ilmu yang pada hakikatnya mempelajari
alam sebagaimana adanya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat
seharusnya, dan untuk menjawab pertanyaan ini, maka ilmuwan berpaling kepada
hakikat moral.37
Menurut The Liang Gie dalam Tim Dosen Filsafat UGM (2003: 154)
paling tidak ada tujuh perbedaan yang ada pada ilmu maupun teknologi, yaitu:

ILMU TEKNOLOGI
Tujuan: memahami dan menerangkan Memecahkan masalah-masalah
fenomena fisik, biologis, psikologis dan dunia material manusia untuk membawa
sosial manusia secara empiris peruabahan-peruabahan praktis yang
diimpikan manusia.

35
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1995), hal. 105.
36
Suriasumantri, Filsafat Ilmu, hal. 231.
37
Ibid., 233.

9
Berkaitan dengan pemahaman dan Memusatkan pada manfaat yang
bertujuan meningkatkan fikir manusia bertujuan menambah kapasitas kerja
manusia.
Memajukan pembangkitan Memajukan kapasitas teknis
pengetahuan dalam membuat barang atau layanan

Mencari tahu Mengerjakan


Bersifat “supra rasional” Bersifat menyesuaikan diri dengan
lingkungan tertentu
Masukan: pengetahuan yang tersedia Masukan: material alamiah, daya
alamiah, keahlian, alat, mesin, akal sehat,
pengalaman dsbnya

Keluaran: pengetahuan “baru” Menghasilkan produk tiga dimensi

Dalam pandangan agama, ilmu dan teknologi bukan merupakan aspek


kehidupan umat manusia yang tertinggi. Tidak juga merupakan puncak
kebudayaan dan peradaban umat manusia di dalam evolusinya mencapai
kesempurnaan hidup (perfection of existence). Ilmu pengetahuan dan teknologi
sekarang adalah puncak dari peradaban dan kebudayaan umat manusia. Karena
dengan akalnya yang tajam manusia modern dapat menghasilkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat mengagumkan, dan manganggap manusia
zaman dahulu adalah lebih rendah peradaban dan kebudayaannya karena terlalu
diliputi oleh kehidupan yang tidak rasional, takhayul, dan terbelenggu oleh
kepercayaan agama yang dogmatis.
Memang salah satu sendi masyarakat modern adalah ilmu dan teknologi,
namun kaum ilmuwan tidak boleh picik dan menganggap ilmu dan teknologi itu
alpha dan omega dari segala-galanya ; masih terdapat banyak lagi sendi-sendi lain
yang menyangga peradaban manusi yang baik. Demikian juga masih terdapat
kebenaran-kebenaran lain disamping keilmuan yang melengkapi harkat
kemanusiaan yang hakiki. Namun bila kaum ilmuwan konsekuen dengan

10
pandangan hidupnya, baik secara intelektual maupun secara moral, maka salah
satu penyangga masyarakat modern itu akan berdiri kokoh. Berdirinya pilar
penyangga masyarakat keilmuwan ini merupakan tanggung jawab social seorang
ilmuwan. Kita tidak bisa lari padanya sebab hal ini merupakan bagian dari
hakaikat ilmu itu sendiri. Biar bagaimanapun kita tidak akan pernah melarikan diri
dari diri kita
Ilmu maupun teknologi memiliki aspek ideasional maupun faktual,
dimensi abstrak maupun konkret, aspek teoretis maupun praktis.
1) Terdapat hubungan yang dialektis antara ilmu dan teknologi. Pada satu
sisi, ilmu menyediakan bahan pendukung penting bagi kemajuan
teknologi berupa teori-teori, pada sisi lainnya penemuan-penemuan
teknologi sangat membantu perluasan cakrawala penelitian ilmiah,yakni
dengan dikembangkannya perangkat penelitian berteknologi mutakhir.
2) Sebagai klarifikasi konsep, istilah ilmu lebih tepat dikaitkan dengan
konteks teknologi, sedangkan isitilah pengetahuan lebihsesuai bila
digunakan dalam konteks teknis. 38

Ilmu dan teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu


kehidupan di dunia (satu dunia), yang diantaranya membawa malapetaka yang
belum pernah dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu
membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita
tidak dapat netral dan bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga
dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi,
terlebih dahulu mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama.

Ilmu pengetahuan mendorong teknologi, teknologi mendorong penelitian,


penelitian yang menghasilkan ilmu pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan baru
mendorong teknologi baru.

38
I gusti bagus ria utama, Filsafat, Ilmu dan Logika, universitas dhyana pura badung edisi 2013,
hal. 36.

11
5. Hubungan Ilmu dan Kebudayaan
Nilai-nilai budaya adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar segenap
dari implikasi kebudayaan. Kegiatan manusia mencerminkan budaya yang
dikandungnya. Pada dasarnya tata hidup merupakan pencerminan kongkret dari
nilai budaya yang bersifat abstrak. Pada hakikatnya yaitu kegiatan manusia dapat
ditangkap oleh pancaindera sedangkan nilai budaya dan tata hidup manusia
ditopang oleh perwujudan kebudayaan yang ketiga yaitu berupa sarana
kebudayaan. Sarana kebudayaan ini pada dasarnya merupakan perwujudan yang
bersifat fisik yang merupakan produk dari kebudayaan atau alat yang memberikan
kemudahan berkehidupan.39
Dewasa ini ilmu menjadi sangat berguna dalam kehidupan seharihari,
seolah-olah manusia sekarang tidak dapat hidup tanpa ilmu pengetahuan.
Kebutuhan manusia yang paling sederhanapun sekarang memerlukan ilmu,
misalnya kebutuhan pangan, sandang, dan papan, sangat tergantung dengan ilmu,
meski yang paling sederhanapun.40
Antara manusia dan masyarakat sertu kebudayaan ada hubungan yang erat.
Tanpa masyarakat, manusia dan kebudayaan tidak mungkin berkembang layak.
Tanpa manusia tidak mungkin ada kebudayaan. Tanpa manusia tidak mungkin ada
masyarakat. Wujud kebudayaan ada yang rohani misalnya adat istiadat dan ilmu
pengetahuan. Ada yang jasmani, misalnya pakaian, artinya filsafat sebagai ilmu
pengetahuan yang terdalam maka filsafat termasuk kebudayaan.41
Selain ilmu merupakan unsure dari kebudayaan, antara ilmu dan
kebudayaan ada hubungan timbal balik. Perkembangan ilmu tergantung pada
perkembangan kebudayaan, sedangkan perkembangan ilmu dapat memberikan
pengaruh pada kebudayaan.Keadaan social dan kebudayaan, saling tergantung dan
saling mendukung, Pada beberapa kebudayaan, ilmu dapat berkembang dengan
subur.

39
Op. Cit., hal. 262.
40
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia (Jakarta: Bumi aksara, 2008), hal.
137.
41
Soetriono, et al., Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Andi, 2007), hal. 54.

12
Di sini ilmu mempunyai peran ganda, yakni: pertama, Ilmu merupakan
sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan; kedua, ilmu
merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak bangsa.
Contohnya adalah dalam masyarakat pedalaman, budaya yang berkembang
adalah budaya agraris. Adapun ilmu yang berkembang adalah ilmu pertanian.
Ilmu pertanian ini memberikan pandangan-pandangan baru terhadap budaya,
misalnya ritual-ritual khusus menjelang panen, mata pencaharian sebagai petani,
alat-alat pertanian dan lain-lain. Pola Hubungan Ilmu dan budaya dan Teknologi
antara ilmu dan budaya keduanya memiliki keterkaitan karena kedua-duanya
saling mempengaruhi. Keduanya juga memiliki kaitan erat dengan manusia,
karena manusia inilah yang membentuk budaya, merumuskan ilmu dan
menciptakan teknologi, serta mengembangkan kedua-duanya, karena manusia
mempunyai akal dan bahasa.
Jadi, antara ilmu dan budaya keduanya memiliki keterkaitan. Hubungan
antara ilmu, dan budaya adalah saling mempengeruhi. Budaya mempenagruhi
Ilmu dan budaya, ilmu memepengaruhi budaya mempengaruhi ilmu dan budaya.
Ilmu dan budaya semuanya dikembangkan manusia. Ilmu dirumuskan manusia,
budaya dibentuk manusia. Dan juga keduanya memberikan sumbangan terhadap
manusia.

6. Hubungan Teknologi dan kebudayaan


Teknologi merupakan salah satu unsur dalam kebudayaan sebagaimana
unsur-unsur lainnya seperti metafisika, ilmu, filsafat, humaniora, ideologi, dan
seni rupa (The Liang Gie, 1982: 88). Teknologi lebih berperan dalam
membangun ”unsur material” kebudayaan manusia. Bila pada milenium pertama
manusia bergumul antara dua aktivitas yaitu merenung dan berpikir, setelah itu
manusia terlibat dalam pergulatan baru yaitu berpikir dan bertindak.
Teknologi m emiliki suatu potensi merubah kesadaran intelektual dan
moral dari individu manusia. Teknologi berperan besar terhadap komponen
kebudayaan lain maupun terhadap manusia secara individu. Pada tingkat tertentu
teknologi mengkondisikan ”kebudayaan baru”. Contonya adalah teknologi
komputer dengan jaringan internetnya telah mengkondisikan manusia baik secara

13
individu maupun sosial secara berbeda dengan manusia atau masyarakat tanpa
komputer.
Kajian hubungan teknologi dengan budaya selanjutnya dapat dilihat dari
dua sudut pandang, yaitu dari sudut teknologi dan dari sudut kebudayaan. Dari
sudut teknologi, terbuka alternatif untuk memandang hubungan antara teknologi
dan kebudayaan dalam paradigma positivistis atau ”teknologi tepat”. Paradigama
teknologi postivistis yang didasari oleh metafisika materrialistis jelas memiliki
kekuatan dalam menguasai, mengurus, dan memuaskan hasrat manusia yang tak
terbatas. Sedangkan paradigma ”teknologi tepat” lebih menuntut kearifan
manusia untuk ”hidup secara wajar”.
Dari sudut pandang kebudayaan, teknologi dewasa ini merupakan anak
kandung ”kebudayaan barat”, danini berarti bahwa penerimaan ataupun penolakan
secara sistemik terhadap teknologi harus dilihat dalamkerangka ”komunikasi antar
sistem kebudayaan”. Sehingga, bagi negara atau masyarakat pengembang
teknologi, suatu penemuan teknologi baru merupakan momentum proses
eksternalisasi dalam rangka membangun ”dunia objektif” yang baru; sedangkan
bagi negara atau masyarakat yang menjadi ”konsumen teknologi” , suatu
konsumsi teknologi baru bermakna inkulturasi kebudayaan, akulturasi
42
kebudayaan, bahkan ”invasi kebudayaan”.

KESIMPULAN
1. Pengertian:
Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-
rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi
lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Teknologi merupakan serangkaian prinsip atau metode rasional yang
berkaitan dengan pembuatan suatu objek, atau kecakapan tertentu,
atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode dan seni.
Teknologi juga dapat diartikan benda‐benda yang berguna bagi

42
I gusti bagus ria utama, Filsafat, Ilmu dan Logika, universitas dhyana pura badung edisi 2013,
hal. 37-38.

14
manusia, seperti mesin, tetapi dapat juga mencakup hal yang lebih
luas, termasuk sistem, metode organisasi, dan teknik. Istilah ini dapat
diterapkan secara umum atau spesifik: contoh‐contoh mencakup
"teknologi konstruksi", "teknologi medis", atau "state‐of‐the‐art
teknologi". Teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan
praktis, ilmu pengetahuan terapan atau dapat pula diterjemahkan
sebagai keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Kebudayaan adalah pembangunan yang didasarkan pada kekuatan
manusia, baik pembangunan jiwa, pikiran, dan semangat melalui
latihan dan pengalaman; bukti nyata pembangunan intelektual,
seperti seni dan pengetahuan; atau pembangunan intelektual diantara
budaya orang; bahwa kebudayaan adalah semua seni, kepercayaan
institusi sosial, seperti karakteristik masyarakat, suku, dan
sebagainya; mengolah pertanian sampai pada tingkat teknologi
biologi bakteri. Secara singkat dan sederhana, sebagaimana dipahami
secara umum, kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.

2. Hubungan Antara Ilmu dan Teknologi

Ilmu, dan teknologi memiliki kaitan struktur yang jelas. Ilmu


pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan
dalam peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan
digunakan untuk mengetahui “apa” sedangkan teknologi mengetahui
“bagaimana”. Ilmu pengetahuan sebagai suatu badan pengetahuan
sedangkan teknologi sebagai seni yang berhubungan dengan proses
produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi.
Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara teknologi
mengandung ilmu pengetahuan di dalamnya. Ilmu dan teknologi dalam
penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di dunia (satu
dunia), yang diantaranya membawa malapetaka yang belum pernah
dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu
membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan),
maka kita tidak dapat netral dan bersikap netral terhadap penyelidikan
ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap
sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu mendapat pertimbangan
moral dan ajaran agama. Ilmu pengetahuan mendorong teknologi,
teknologi mendorong penelitian, penelitian yang menghasilkan ilmu
pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan baru mendorong teknologi baru.

3. Hubungan Ilmu dan Kebudayaan

15
Dalam unsur budaya terdapat adanya sistem pengetahuan, dimana
ilmu dan teknologi termasuk di dalamnya. Dengan demikian ilmu itu
sendiri merupakan bagian dari budaya. Ilmu dan budaya mempunyai
hubungan yang saling mempengaruhi dan saling tergantung. Pada satu
pihak perkembangan ilmu dalam satu masyarakat tergantung dari kondisi
budaya masyarakat tesebut, dan juga perkembangan ilmu akan
mempengaruhi berkembangnya budaya masyarakat. Sumbangan ilmu
terhadap budaya adalah pada nilai yang terkandung dalam ilmu, yakni
tentang etika, estetika dan logika. Ilmu merupakan sumber nilai dan tata
hidup, baik bagi perkembangan kepribadian secara individual maupun
pengembangan masyarakat secara keseluruhan. Pola Hubungan Ilmu dan
budaya dan Teknologi antara ilmu dan budaya keduanya memiliki
keterkaitan karena kedua-duanya saling mempengaruhi. Keduanya juga
memiliki kaitan erat dengan manusia, karena manusia inilah yang
membentuk budaya, merumuskan ilmu dan menciptakan teknologi, serta
mengembangkan kedua-duanya, karena manusia mempunyai akal dan
bahasa. Jadi, antara ilmu dan budaya keduanya memiliki keterkaitan.
Hubungan antara ilmu, dan budaya adalah saling mempengeruhi. Budaya
mempenagruhi Ilmu dan budaya, ilmu memepengaruhi budaya
mempengaruhi ilmu dan budaya. Ilmu dan budaya semuanya
dikembangkan manusia. Ilmu dirumuskan manusia, budaya dibentuk
manusia. Dan juga keduanya memberikan sumbangan terhadap manusia.

4. Hubungan Teknologi dan Kebudayaan

Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi


menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta
memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam
cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara
mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil
kesenian. Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat
pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan
macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur
kebudayaan fisik), yaitu: alat-alat produktif, senjata, wadah, alat-alat
menyalakan api, makanan, pakaian, tempat berlindung dan perumahan,
dan alat-alat transportasi. Dengan semakin majunya perkembangan
teknologi, maka hal tersebut akan berdampak pada perubahan
kebudayaan.

16
SARAN

Demikianlah jurnal saya yang berisikan tentang hubungan ilmu, teknologi dan
kebudayaan. Jurnal inipun tak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target
yang ingin dicapai. Adapun kiranya kritik, saran, maupun teguran sangatlah kami
harapkan untuk menunjang pembuatan makalah yang lebih baik untuk
selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

I gusti bagus ria utama, Filsafat, Ilmu dan Logika, universitas


dhyana pura badung edisi 2013.
Jalaluddin. Filsafat Ilmu Pengetahuan: Filsafat, Ilmu pengetahuan
dan Peradaban. Jakarta: Rajawali Pres, 2014.
Mulyadi Kartanegara. Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar
Epistemologi Islam. Bandung: Mizan, 2003.

Soetriono, et al., Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian.


Yogyakarta: Andi, 2007.
Surajiyo. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia.
Jakarta: Bumi aksara, 2008.
Suriasumantri, Jujun S. . Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995.
Zaprulkhan. Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer. Editor.
Nuran Hasanah. Jakarta: Rajawali Pres, 201

17

Anda mungkin juga menyukai