Anda di halaman 1dari 12

Penerapan Filsafat Ilmu terhadap Pengembangan Ilmu.

NANDA PUTRI NOVIANTI

(2010811006)

Dosen pengampu : Hairul Huda M.Pdi

Email: nandaputrinov@gmail.com

Abstract

Filsafat ilmu memperjelas eksistensi ilmu kepada ilmu lain yang membutuhkan pengetahuan
sebagai media berpikir dan sarana komunikasi ilmiah. Ini adalah bahasa, logika, matematika,
statistik, dan teknik analisis data lainnya. Spesifikasi dan independensi ilmu pengetahuan yang
dihadapi semakin banyaknya persoalan-persoalan yang tidak dapat dijawab oleh ilmu
pengetahuan, oleh karena itu, Filsafat muncul sebagai jawabannya. Filsafat memberikan
penjelasan atau jawaban atas permasalahan tersebut substansial dan radikal, sedangkan ilmu
terus mengembangkan dirinya tanpa ada batasnya, padahal masih radikal dikritik, proses atau
interaksi pada dasarnya adalah bidang ilmu filsafat. Oleh karena itu ilmu dapat ditempatkan
sebagai upaya untuk menjembatani kesenjangan antara filsafat dan sains, agar ilmu tidak
memandang rendah filsafat, dan filsafat tidak memandang ilmu sebagai pemahaman dangkal
tentang alam. Epistemologi disini dianggap identik dengan teori pengetahuan karena saat ini
teori pengetahuan tidak bisa diabaikan. Epistemologi ilmu pendidikan berkaitan dengan
bagaimana ilmu Pendidikan memperoleh pemrosesan keuntungan, bagaimana prosedur untuk
mendapatkan pengetahuan ilmiah yang benar. Aksiologi terkait dengan apa keunggulan
pendidikan sains, apa hubungan etisnya dengan sains danpenerapannya ilmu pendidikan dalam
kehidupan sehari-hari

PENDAHULUAN

Pada dasarnya filsafat merupakan ilmu kuno yang telah ada di bumi telah berabad-abad lamanya.
Berkenaan dengan filsafat, maka akan secara konsisten selalu tertuju pada zaman Yunani kuno
dengan alasan bahwa pada saat itu semua ilmu disebut filsafat. Pada dasarnya, penalaran telah
berlaku sehubungan dengan mengubah pandangan orang Yunani dan seluruh manusia dari mitos
menjadi logosentris. Pada awalnya orang Yunani dan berbagai negara di planet ini merasa bahwa
semua kejadian di alam ini dikontrol oleh tindakan para dewa dengan alasan bahwa dengan cara
berpikir mentalitas yang secara konsisten bertumpu pada makhluk ilahi, yang kemudian hal
tersebut mengubah pandangan orang Yunani menjadi sikap yang bertumpu pada alasan. Filsafat
sendiri berasal dari Bahasa Yunani, yang terdiri dari kata "philos" dan "sophi". Untuk "philos"
itu sendiri memiliki makna cinta yang mendalam (the deep love), sedangkan untuk "sophia"
dapat di artika sebagai kecerdasan atau kelihaian. Istilah penalaran sering digunakan secara
terkenal dalam kehidupan sehari-hari, baik sengaja maupun tidak. Dalam penggunaannya yang
terkenal, filsafat dapat dicirikan sebagai sudut pandang kehidupan sehari-hari (individu) dan juga
dapat disebut sebagai perspektif masyarakat.

Sidi Gazalba (1974: 7) menyatakan bahwa filsafat adalah hasil dari penalaran yang radical,
systematic, dan universal atau meluas. Dapat diketahui bahwasannya kata radical bermula dari
bahasa Latin, radix yang berarti akar. Filsafat bersifat radical, yang menyiratkan bahwa setiap
masalah terkonsentrasi pada penjelasan, pertanyaan yang diajukan dan tanggapan yang tepat
yang diberikan sangat dalam untuk fondasi mereka yang bagi orang awam dapat dilihat sebagai
hal umum yang tidak perlu dibicarakan lagi, namun dalam ilmu filsafat ini mengusahakan untuk
menemukan kejelasan dan hakikat secara lebih jelas lagi serta menyeluruh. Misalnya : Siapakah
sebenarnya manusia itu? Apa hakikat alam semesta ini? Apa hakikat keadilan?

Filsafat bersifat systematic, menyiratkan bahwa pernyataan atau kajiannya menunjukkan


hubungan satu sama lain, saling terkait dan masuk akal (rasional). Di dalam golongan filsafat ada
beberapa macam paham atau aliran besar yang menjadi titik dan inti dari pandangan terhadap
berbagai pertanyaan filsafat. Sebagai contoh : Aliran empiricism berpandangan bahwa sejatinya
hakikat pengetahuan adalah sebuah pengalaman dan wawasan. Tanpa adanya sebuah
pengalaman dan wawasan yang di hadapi sudah menjadi hal yang lumrah bahwa kita tidak akan
mengehtahui adanya sebuah pengetahuan. Pengalaman ini didapat dengan alasan bahwa ada
deteksi manusia yang menangap objek di sekitarnya (sensasi indera) yang kemudian menjadi
sebuah persepsi dan akan segera diolah akal untuk menjadi sebuah pengetahuan atau informasi.
Filsafat bersifat universal atau menyeluruh karena semua pertanyaan dan jawaban bersifat
umum, dapat diproses dan juga dapat dipelajari oleh semua orang. Sebagai contoh : Keadilan
adalah kondisi harmoni di antara hak & komitmen. Setiap orang pasti akan terus mengupayakan
dirinya untuk mendapatkan keadilan. Terlepas dari kenyataan bahwa ada berbagai perspektif
sebagai tanggapan atas semua pertanyaan filsafat, tetapi jawaban-jawaban yang diberikan
dasarnya berlaku umum dan tidak dibatasi oleh keberadaan (ruang dan waktu). Dengan kata lain,
filsafat mencoba untuk mengajukan sebuah konsep tentang alam semesta (termasuk manusia itu
sendiri) secara systematic.

Berkenaan dengan filsafat ilmu itu sendiri adalah elemen dari filsafat itu sendiri di bidang
filsafat pengetahuan yang biasa dikaitkan dengan ontology, epistemology, dan axiology. Dapat
dikatakan bahwa filsafat ilmu merupakan dasar yang meresapi suatu proses kegiatan untuk
mencapai pengetahuan secara ilmiah dan dalam hal ini ada 2 macam pengetahuan yaitu; ilmiah
dan tak ilmiah. Mengenai apa yang didelegasikan ilmiah ialah hal yang disebut ilmu pengetahuan
atau sekedar ilmu saja, tepatnya pengumpulan pengetahuan yang telah diatur dan
dikoordinasikan sedemikian rupa; hingga memenuhi seluruh standar asas pengaturan prosedural,
metodologis, teknis, dan normatif akademis.

Sebagai manusia yang telah dianugerahi sebuah potensi oleh Allah SWT yang berharga
seperti akal, kita selayaknya wajib mengoptimalkan potensi tersebut dengan cara menyelusuri
lebih dalam tentang salah satu cabang ilmu yang banyak memang lebih banyak melibatkan
pemikiran sebagai alat untuk berfikir yang spesifik yaitu filsafat. Seperti yang diketahui
bahwasannya ilmu di definisikan dengan kata “a higher level of knowledge” dengan begitu,
lahirlah filsafat ilmu sebagai penerus perkembangan cabang filsafat yang membubuhkan objek
sasarannya dalam bidang ilmu pengetahuan.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengertian filsafat ilmu?

2. Bagaimana peranan filsafat ilmu terhadap pengembangan ilmu?

TUJUAN PEMBUATAN

1. Mengetahui tentang pengertian filsafat umum.


2. Mengetahui peranan penting filsafat ilmu terhadap pengembangan ilmu.

METODE PENELITIAN

Metodologi dalam eksplorasi ini adalah pemeriksaan subjektif. Eksplorasi adalah ujian
perpustakaan atau Library Reseach. (Moleong, 2010) Sumber informasi dalam penelitian ini
terdiri dari dua sumber, menjadi sumber informasi pilihan khusus. Sumber esensial yang menjadi
rujukan utama adalah buku besar yang di ketik dan di jilid oleg H. Ichwan. S Aziz, M. Hum yang
berjudul Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Budaya : Epistemology, Filsafat, dan Moral, yang
memuat nilai-nilai wujud perkembangan nalar-nya, sedangkan sumber-sumber pembantu sebagai
pelengkap dan penunjang informasi esensial, pemeriksaan ini mencari informasi yang solid.
Sesuai dengan subjek fokus kami, khususnya nilai perkembangan logika Islam sebagai hasil
pemeriksaan, dokumentasi kronik dari makalah logis atau artikel yang disebarluaskan dalam
buku harian yang sah.

Prosedur bermacam-macam informasi merupakan jalur bagi ilmuwan untuk memperoleh


informasi, seperti yang ditunjukkan oleh (Arikunto, 2011). Metode pengumpulan informasi
untuk eksplorasi sosial terdiri dari jajak pendapat, persepsi, pertemuan dan ujian menulis.
Eksplorasi ini menggunakan studi menulis untuk memperoleh informasi subjektif dan kuantitatif.
Selain itu, instrumen ujian yang diindikasikan oleh Arikunto menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan instrumen penelitian adalah alat untuk bermacam-macam informasi, maka dalam
eksplorasi ini menggunakan teknik dokumentasi. Pengujian kebenaran informasi harus
diperhatikan agar informasi yang diperoleh benar dan substansial, oleh karena itu dalam
penelitian ini memanfaatkan keabsahan informasi sebagai uji coba atas kenyataan informasi yang
didapat. Eksplorasi membutuhkan instrumen untuk menyelidiki semua jenis informasi untuk
mendapatkan tujuan yang bertanggung jawab. Selanjutnya, dalam penelitian ini, ilmuwan dalam
strategi penyelidikan informasi yang digunakan adalah penalaran cerdas dan pemeriksaan
substansi.

HASIL PEMBAHASAN

Dapat diketahui bahwasannya kini ilmu telah menyusuri berbagai tingkat yang sangat luas dan
mendalam, sehingga berhubungan dengan bagian paling penting dari keberadaan manusia, baik
secara individu maupun dalam kelompok dan sosial. Implikasi yang dirasakan saat ini adalah:
Pertama, satu ilmu sangat kuat diidentifikasi dengan ilmu yang berbeda sehingga sulit untuk
menarik sekat antara ilmu dasar dan ilmu terapan; antara theory dan praktik. Kedua, dengan
batas-batas yang tidak jelas, muncul masalah tentang sejauh mana peneliti terlibat dengan moral
dan etika. Ketiga, dengan konsekuensi yang begitu luas dan mendalam bagi keberadaan manusia,
muncul persoalan tentang pentingnya ilmu pengetahuan itu sendiri sebagai sesuatu yang
memunculkan perkembangan atau sebaliknya.

Pada dasarnya secara historistis antara ilmu dan filsafat pernah merupakan suatu kesatuan yang
tidak dapat di pisahkan, namun dalam pengembangannya mengalami penyebaran, di mana
dominasi ilmu telah semakin kuat memengaruhi gagasan manusia, hal inilah yang telah
mendorong upaya untuk menempatkan keduanya dengan benar sesuai batas individu mereka,
bukan untuk memisahkan mereka tetapi untuk lebih jelas melihat hubungan antara keduanya
dalam hal pemahaman yang lebih baik tentang kekayaan ilmiah manusia. Harold H. Titus
membenarkan adanya kesulitan dalam mengungkapkan secara tegas dan ringkas tentang
keterkaitan antara ilmu dan filsafat, mengingat terdapat dua persamaan dan perbedaan antara
ilmu dan filsafat, selain itu ilmuan memiliki perspektif yang berbeda-beda mengenai sifat dan
keterbatasan ilmu, seperti halnya di antara para filsuf ada berbagai perspektif dalam memberi
makna dan tugas filsafat itu sendiri.

Adapun kemiripan (lebih tepatnya penyesuaian) antara ilmu dan filsafat adalah keduanya
memanfaatkan strategi berfikir reflektif dengan tujuan akhir untuk menghadapi / memahami
realitas dunia dan kehidupan saat ini, terhadap hal inilah baik filsafat maupun ilmu bersikap
kritis, reseptif dan sangat berdedikasi pada kebenaran disamping perhatiannya pada pengetahuan
yang terkoordinasi dan systematic. Sangat mungkin disimpulkan bahwa ilmu dan filafat adalah
merupakan suatu aktivifitas kognitif yang secara tidak langsung dan mau tidak mau harus sesuai
dengan berbagai jenis metode dan aturan yang masuk akal (logis) dan rasional, sehingga tak
berlebihan jika membahas ilmu kita juga berbicara dengan logika. Tanpa disadari, siklus logika
manusia semakin berkembang. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan zaman ke zaman
sehingga peranan metode ilmiah dan aktivitas ilmiah sangat diperlukan. Prosedur yang objective,
menyangkut pernyataan ungkapan meliputi metode berfikir yang memiliki tujuan untuk
memproduksi ciri-ciri secara khusus yang dibutuhkan oleh pengetahuan ilmiah.

Berbagai definisi tentang filsafat ilmu telah ditemukan di berbagai buku dan artikel logis.
Menurut Gie (2000), filsafat ilmu merupakan segenap pemikiran reflektif atas masalah-masalah
yang berkaitan dengan hubungan ilmu dengan seluruh bagian keberadaan manusia. Landasan
dari ilmu tersebut menggabungkan ide-ide fundamental, anggapan dasar asas permulaan, struktur
teoritis dan proporsi kebenaran logis. Gie mengklarifikasi bahwa filsafat ilmu adalah bidang
informasi intregatif yang keberadaan dan perluasannya bertumpu pada hubungan timbal-balik
dan saling berpengaruh antara filsafat dan ilmu sehingga dapat disimpulkan dengan sangat baik
bahwa filsafat ilmu (philosophy of science) merupakan pemikiran reflektif terhadap persoalan-
persoalan mengenai sifat dasar landasan ilmu yang mencakup konsep pangkal, anggapan dasar,
asas permulaan, struktur teoritis serta ukuran kebenaran ilmu. (The Liang Gie, 1978). Filsafat
ilmu juga dapat dianggap sebagai bidang yang eksistensi yang perluasannya bergantung pada
hubungan timbal-balik dan dampak antara filsafat dan ilmu yang bahwa filsafat ilmu merupakan
kelanjutan dari pengembangan dan perbaikan. Dengan cara ini, setiap kali ilmu berubah sesuai
kesempatan dan kondisi. Pengetahuan lama akan menjadi alasan untuk menemukan pengetahuan
baru.

Filsafat ilmu selalu mengalami perkembangan secara terus menerus, hal ini tidak dapat
dilepaskan dari hubungan luar biasa yang tak terelakkan antara filsafat dan ilmu pengetahuan,
perkembangan filsafat ilmu mengalami kemajuan yang sangat pesat, ruang lingkup bidang
pengetahuan kajiannya juga menjadi lebih luas dan semakin berkembangnya zaman banyak
cabang-cabang ilmu pengetahuan yang menjadi suatu rujukan oleh filsafat ilmu diantaranya
ontology, epistemology, dan axiology. Perspektif ontology, khususnya yang meneliti masalah
"ada", yang merupakan anggapan mendasar untuk apa yang disebut realitas dan kebenaran
(monisme, visi / mistisisme, realisme, dualisme, dan pluralisme) ontology memasukkan isu-isu,
misalnya mempersoalkan apa sebenarnya "ada" itu, apakah golongan-golongan dari hal yang
ada, apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada yang terakhir, dan lainnya, Perspektif
epistemology, yaitu sarana, sumber, serta tata cara untuk menggunakannya dengan langkah-
langkah progresi yang menuju pengetahuan ilmiah (aliran rasionalisme, empirisme, kritisme,
positivisme, fenomenologi, korespondensi, pragmatis dan inter subyektif). Dalam epistemology
yang diteliti adalah objek informasi, sumber dan alat untuk memperoleh informasi, perhatian dan
strategi pemeriksaan, legitimasi informasi, realitas informasi. Persperktif axiology yaitu nilai-
nilai sebagai tolak ukur kebenaran ilmiah, etika, dan moral sebagai dasar normatif dalam riset,
penggalian dan penerapan ilmu. Dasar axiology ilmu ini mengkaji tentang faedah yang di peroleh
manusia dari banyaknya pengetahuan-pengetahuan yang didapatkannya. Berdasarkan
perkembangan filsafat ilmu hingga saat ini, Losee (1980) menyimpulkan bahwa filsafat ilmu
dapat digolongkan dalam empat konsepsi. Pertama, filsafat ilmu mencoba menggabungkan
perspektif yang layak atau bergantung pada hipotesis logis yang signifikan. Kedua, filsafat ilmu
mencoba memperjelas dugaan dan kecenderungan ilmuwan (misalnya, kecurigaan bahwa alam
semesta memiliki permintaan). Ketiga, filsafat ilmu sebagai bagian dari wawasan yang memecah
dan memperjelas ide dan spekulasi ilmu. Keempat, filsafat ilmu sebagai pengetahuan kritis dasar
derajat kedua yang menganalisis ilmu sebagai tujuannya.

Dari berbagai definisi di atas, dapat di simpulkan bahwa peran filsafat ilmu ilmu dalam
pengembangan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mencari sebab-akibat yang paling
mendalam dalam kehidupan sehari-hari, dan hasil-hasil logis dalam kehidupan sehari-hari yang
teratur, menyelidiki gagasan tentang kebenaran, kepastian dan ketenteramannya dan juga
pertanyaan tentang “darimana asalnya dan kemanakah arah pengetahuan”. Selain itu, filsafat
ilmu juga memberikan pemikiran reflektif terkait masalah-persoalan yang menyangkut
pembentukan ilmu dan hubungan ilmu serta keberadaan manusia secara keseluruhan dengan
mencoba memperjelas komponen yang terkait dalam sebuah proses penyelidikan ilmiah
(prosedur pengamatan, pola perbincangan, metode penggantian dan perhitungan, anggapan
metafisis dll) dan selanjutnya menilai landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan
logika formal, metodologi praktis dan metafisika.
Berikut yang merupakan fungsi dari Filsafat Ilmu secara lengkap :

1. Untuk menyadarkan ilmwan agar ia tidak terjebak dalam pandangan "menara gading", yaitu
hanya berpikir secara mutlak di bidangnya tanpa mengaitkannya dengan kebenaran yang ada di
luar dirinya. Memang, setiap tindakan logis secara praktis tidak dapat dibedakan dari pengaturan
aktivitas publik. Sehingga pola pikir ilmu sangat dibutuhkan di tengah kemajuan ilmu
pengetahuan dan inovasi yang dipisahkan dengan mengasah peminatan ilmu. Karena dengan
merenungkan cara berpikir yang logis, peneliti akan memahami batasan-batasannya dan tidak
terjebak dalam kesombongan keilmuan. Yang dibutuhkan adalah keterbukaan diri di antara
ilmuwan dengan tujuan agar mereka dapat saling menyambut dan mengarahkan seluruh potensi
logis mereka untuk membantu umat manusia.

2. Melebarkan ilmu, inovasi dan industri di dalam batasan kualitas ontologis. Melalui pandangan
dunia ontologisme, dipercaya dapat mendukung pengembangan & pengetahuan logis dunia lain
yang dapat menaklukkan bahaya sekularisme di semua ilmu.

3. Mengembangkan ilmu pengetahuan, inovasi dan industri dalam batas kualitas epistemologis.
Melalui cara pandang epistemologis diyakini akan mendukung pengembangan nilai pengetahuan
logis keilmuan yang dapat membentuk mentalitas ilmiah.

4. Mengembangkan ilmu, inovasi, dan industri dalam batas akiologi. Melalui cara pandang
aksiologis, diyakini dapat menciptakan kualitas moral, sama seperti memberdayakan perilaku
yang wajar dan membentuk kewajiban moral. Berbagai macam ilmu dan inovasi
direpresentasikan bukan untuk melayani manusia, melainkan sebagai tambahan untuk membantu
semua artikel sebagai source of life (sumber kehidupan).

5. Filsafat ilmu membawa untuk berpikir secara mendalam, komprehensif dan metodis, sehingga
kita tidak sekedar hanya secara ajak mengikuti pandangan individu, berpegang teguh pada
perspektif umum, memiliki kepercayaan pada setiap motto di koran, namun pada dasarnya
meneliti apa yang dikatakan individu, memiliki kesimpulan sendiri, dengan cita-cita mengais
realitas.

6. Filsafat ilmu sangat membantu sebagai penyampai. Filsafat tidak hanya sekedar mendobrak
pintu masuk tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan legenda, tetapi juga
mengeluarkan orang dari pemikiran tersebut. Filsafat ilmu memerdekakan manusia dari belenggu
nalar dan doktrin dunia.

7. Mengetahui keadaan manusia baik secara pribadi maupun menurut orang lain, alam, dan
Tuhan Yang Maha Esa.

8. Filsafat ilmu memiliki manfaat untuk memperjelas kehidupan manusia dalam menciptakan
ilmu pengetahuan dan inovasi yang merupakan alat untuk meningkatkan kehidupan

9. Filsafat ilmu memiliki manfaat untuk membangun diri kita dengan spekulasi secara drastis
(berpikir sampai ke akar-akarnya), kita temui dan pahami realitas kita.

10. Filsafat ilmu mengasung kecenderungan dan wawasan untuk melihat dan mengurusi
masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Individu yang hidup sepintas lalu, sulit untuk
melihat masalah, apalagi melihat jawaban mereka.

Tujuan Filsafat Ilmu :

1. Filsafat ilmu sebagai metode untuk menguji pemikiran logis, sehingga individu menjadi dasar
dan berhati-hati tentang latihan logika. Hal ini mengimplikasikan bahwa seorang peneliti harus
mempunyai watak dasar terhadap bidang ilmunya sendiri, tidak bersifat solipsistik, menerima
bahwa penilaiannya sendiri yang paling benar.

2. Filsafat ilmu adalah usaha untuk merefleksikan, menguji, menegur praduga dan teknik logis.
Karena kecenderungan yang terjadi di kalangan peneliti saat ini adalah menerapkan strategi logis
tanpa memusatkan perhatian pada konstruksi ilmu itu sendiri. Salah satu disposisi yang
diperlukan di sini adalah menerapkan teknik logis yang sesuai atau cocok dengan konstruksi
ilmu, bukan sebaliknya. Teknik ini hanyalah gagasan tentang penalaran, ini bukan merupakan
hakikat dari ilmu pengetahuan.

3. Filsafat ilmu memberikan premis yang masuk akal pada metode kelimuwan. Setiap metode
yang dibuat harus bertanggung jawab secara sah dan sehat, sehingga cenderung mudah dipahami
dan dimanfaatkan baik oleh peneliti, ilmuwan maupun pembacanya dan secara luas. Semakin
luas pengakuan dan pemanfaatan teknik logis, semakin substansial teknik tersebut. Pembicaraan
tentang ini dikaji dalam teknik, yaitu penyelidikan pendekatan untuk memperoleh kebenaran.
4. Memahami efek kegiatan ilmiah (penelitian) sebagai inovasi logis misalnya alat yang
digunakan oleh bidang medis, teknik, komputer) dengan masyarakat, khususnya sebagai
tanggung jawab dan implikasi etis. Contoh dampak tersebut ialah, masalah euthanasia di dunia
kedokteran masih sangat dilematis dan problematik, penjebolan terhadap sistem sekuriti
komputer, pemalsuan terhadap hak atas kekayaaan intelektual (HAKI), plagiarisme dalam
sebuah karya ilmiah.

KESIMPULAN.

Filsafat Ilmu sangat berperan penting bagi pengembangan ilmu khususnya pada era modern
seperti sekarang yang dimana lebih banyak mengungkapkan tentang kebenaran secara lengkap,
spesifik dan luas. Filsafat ilmu merupakan deduksi cerdas atas pertanyaan-pertanyaan mengenai
ide dasar pendirian ilmu yang menggabungkan ide-ide esensial, konsep pangkal, asas permulaan,
struktur teoristis, dan proporsi realitas ilmu. Sebagai manusia yang notabenya merupakan satu-
satunya makhluk yang mempunyai akal dan fikiran dan mempunyai kemampuan untuk membuat
penalaran akan sesuatu akan dengan mudah untuk meneliti hal-hal yang masih banyak
membutuhkan penjelasan dan jawaban.

DAFTAR PUSTAKA

Mustansyir, Rizal. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

H. Ichwan. S Aziz, M. Hum. 2010. Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Budaya. Jember : Universitas
Muhammayah Jember.

Setya Widyawati. 2013. Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu Pendidikan. Jurnal
of Seni Budaya, 11.

Alif Achadah, Mohammad Fadil. 2020. Filsafat Ilmu: Pertautan Aktivitas Ilmiah, Metode Ilmiah
dan Pengetahuan Sistematis. Jurnal of Pendidikan Islam, 4, 130-141.
Kattsoff, Louis. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Anda mungkin juga menyukai