A. PENDAHULUAN
Dari pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah hasrat atau
keinginan yang sungguh-sungguh akan mencari kebenaran sejati yang mencakup
tentang apa yang seharusnya diketahui, apa yang boleh dikerjakan, dan apa yang
didapatkan.
Filsafat menurut Soetriono dan Rita Hanafie (2007 : 20) bahwa filsafat berasal
dari bahasa yunani yaitu “philein” yang berarti cinta dan “Sophia” yang berarti
kebijaksanaan. Cinta berarti hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang
sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang
sesungguhnya.
B. PENGERTIAN FILSAFAT
Menurut Soetriono dan Rita Hanafie (2007 : 20) bahwa kata filsafat berasal
dari bahasa yunani yaitu “philein” yang berarti cinta dan “Sophia” yang berarti
kebijaksanaan. Cinta berarti hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang
sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang
sesungguhnya. Jadi, filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh akan
kebenaran sejati.
Disamping itu, Sutriono dkk, (2007: 21) manusia akan senantiasa berfilsafat
sesuai dengan kebutuhannya. Untuk mengetahui bagaimana seseorang bisa dikatakan
berfilsafat, dengan ciri-cirinya berpikir deskriptif, kritis atau analitis, evaluative atau
normative, spekulatif, sistematis, mendalam, mendasar, dan menyeluruh.
Immanuel Kannt (1724 – 1804 M) dari barat, mengatakan : filsafat itu ilmu
pokok dan pangkal segala penetahuan yang mencakup tiga hal, yaitu metafisika,
etika, dan antropologi.
Selain itu, Fuad Ihsan, filsafat Ilmu, (2010: 57) ilmu adalah pengetahuan,
tetapi pengetahuan dimaksud ialah pengetahuan yang pasti, eksak dan betul-betul
terorganisir yaitu pengetahuan yang berasaskan kenyataan dan tersusun baik.
Sutriono, dkk, mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang
bertujuan mencapai kebenaran ilmiah tentang obyek tertentu, yang diperoleh melalui
pendekatan atau cara pandang (approach), metode (method) dan system tertentu. Dari
penjesan kedua tokoh tersebut, menunjukna bahwa suatu pengetahuan dapat
dikatakan sebagai ilmu apabila berlandaskan pada fakta yang terjadi pada suatu objek
yang ada dikehidupan manusia.
C. FILSAFAT ILMU
The liang gie mendefinisikan filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif
terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun
hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
Menurut Fuad Ihsan, Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut: Filsafat ilmu dalam arti luas: menampung permasalahan yang menyangkut
keluar dari kegiatan ilmiah, seperti: 1. Implikasi ontologik-metafisik dari citra dunia
yang bersifat ilmiah. 2. Tata susila yang menjadi pegangan penyelanggara ilmu. 3.
Konsekuansi pragmatic-etik penyelenggara ilmu dan sebagainya.
Peters Angeles berpendapat bahwa ruang linkup filsafat ilmu terbagi menjadi 4
bagian, a. Telaah mengenai berbagai konsep, praanggapan, dan metode Ilmu, berikut
analisis, perluasan dan penyusunannya untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
ajeg dan cermat. b. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu
berikut struktur perlambangnya. c. Telaah mengenai kaitan diantara berbagai ilmu. d.
Telaah mengenai akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan
dengan pencerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dan
matematika dengan realitas, entitas teoritis, sumber dan keabsahan pengetahuan, serta
sifat dasar kemanusiaan.
Menurut Prof. Dr. Dasim Budimansyah, M.Si (2020) yang dimaksud dengan
implikasi filsafat ilmu pada pendidikan adalah keterlibatan filsafat ilmu dalam proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Selaras dengan itu maka, pendidik sebagai ujung tombak menurut Made
Pidarta, (1997 : 104). diharapkan mampu mengungkapkan pikiran yang sistematik
dan mendasar mengenai implikasi filsafat Pancasila dalam filsafat pendidikan
nasional yang akan dibentuk, dan dalam mengungkapkan sumber-sumber dari luar
termasuk teori pendidikan dan perlu diadakan saringan-saringan agar sesuai dengan
filsafat negara kita.
Dari pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah hasrat atau
keinginan yang sungguh-sungguh akan mencari kebenaran sejati yang mencakup
tentang apa yang seharusnya diketahui, apa yang boleh dikerjakan, dan apa yang
didapatkan.
Dalam proses perkembangan ilmu, Filsafat ilmu merangsang timbulnya
pemikiran yang rasional, logis, dan empiris melalui prosedur metodologi ilmiah,
Filsafat Ilmu dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan dan mewadahi
perbedaan dan pengklasifikasian di antara berbagai disiplin ilmu, Ilmu pengetahuan
memerlukan kritik dari Filsafat Ilmu untuk membuatnya berkembang. Implikasi
filsafat pada dunia pendidikan, salah satunya, akan langsung berhubungan konsep
dalam pengembangan ilmu tentang bagaimana membentuk perilaku maupun sikap
manusia.