Disusun oleh :
NIM : 23/512835/PKG/01664
Filsafat merupakan teori yang mendasari alam pikiran, menggunakan akal budi untuk
mengetahui hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya. Filsafat merupakan induk
dari ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai landasan filsofis bagi proses keilmuan, adalah
kerangka dasasr dari proses keilmuan itu sendiri. Melalui filsafat ilmu, maka suatu ilmu
pengetahuan dilihat sebagai objek yang dibahas secara rasional, menyeluruh, dan mendasar.
Filsafat berupaya menggabungkan hasil berbagai jenis sains serta pengalaman kemanusiaan
mengalami perkembangan dan juga mengalami kemajuan yang pesat yang selaras dengan
Pada era zaman dahulu, bidang ilmu kedokteran memiliki perspektif yang terlalu
mekanistik dan terlalu dikotomi (memisahkan antara fisik dan psikis) terhadap manusia. Pada
saat ini pandangan tersebut sudah berganti menjadi lebih bersifat spiritual dan memandang
manusia ecara holistik dan seimbang. Paradigma tersebut telah mengantarkan perubahan pola
berpikir para dokter. Ketika zaman kedokteran kuno, seorang dokter masih berpikir bahwa
pasien yang dihadapi merupakan sesosok pribadi yang utuh, sebagai individu yang
multidimensi, tidak hanya melihat pasien sebagai seorang yang sakit secara fisik. Pada saat itu
sering tempat-tempat suci digunakan untuk merawat pasien, itu menunjukkan bahwa ketika itu
memandang pasien sebagai individu yang komplit dari berbagai aspek termasuk aspek
spiritualitas.
Pada saat ini ilmu kedokteran tidak hanya memandang pasien dari aspek fisik, segala
sesuatu dapat dieksplorasi oleh dokter. Untuk menghindari semakin jauhnya paradigma
dokter- pasien, hendaknya seorang dokter perlu membekali diri dengan lebih memahami
pasien sebagai manusia seutuhnya dari aspek yang paling dalam. Dimensi ini akan membawa
dokter berpikir yang lebih mendalam tentang konsep manusia. Hal ini tentunya akan
berpengaruh terhadap perkembangan ilmu kedokteran, ilmu kedokteran gigi serta ilmu
Ilmu kedokteran gigi pada saat ini lebih memperhatikan prinsip etika, estetika,
humaniora dan lebih memandang manusia secara holistik. Pendekatan tentang berbagai
macam pandangan manusia mengenai eksistensi manusia dan sistem pelayanan di bidang
kedokteran gigi yang lebih memanusiakan manusia dan didorong oleh kecenderungan
intelektual. Bagaimana pelayanan kedokteran gigi serta kesehatan gigi & mulut tidak hanya
mengedepankan aspek ketepatan diagnosis dan kesembuhan semata namun juga pelayanan
yang bermutu dan memuaskan untuk pasien. Melalui kajian literatur ini, penulis ingin
memaparkan bagaimana hubungan dan peran filsafat ilmu dalam pelayanan di bidang
kedokteran gigi.
II. PEMBAHASAN
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari
bahasa Arab, yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia, merupakan kata majemuk
yang terdiri dari dua suku kata yakni philos yang berarti cinta, atau philia yang berarti
kebijaksanaan”. Kata filosofi serapan dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Dalam
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan
masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang
tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses
dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika
merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu
membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping
nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga
bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak
tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.
Seseorang dapat disebut telah berfilsafat apabila seluruh ucapan dan perilakunya
mengandung makna dan ciri sebagai orang yang cinta terhadap kebijaksanaan, cinta terhadap
kata, yakni philein dalam arti cinta dan sophos dalam arti hikmat (wisdom). Berfilsafat
menurut Harun adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada
tradisi, dogma dan agama) dan dengan sedalam-dalamnya sampai ke dasar persoalan.
tentang hikmah, pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar, mencari kebenaran, dan
M. Rasjid, menyatakan bahwa philosophia, yang terambil dari akar kata philo atau
philein yang berarti cinta (loving) dan shopia yang berarti pengetahuan, kebijaksanaan
(hikmah atau wisdom). Jadi philosophia artinya cinta kebijaksanaan. Orang yang cinta
kepada kebijaksanaan, atau pengetahuan atau kebenaran. Juga berarti pengetahuan atau
kebijaksanaan. Atas dasar itu, maka diambillah kata hikmat sebagai sinonim dari kata filsafat.
Karena seseorang yang memiliki hikmat (pengetahuan) itu, seharusnya dapat lebih bijaksana
Dari pengertian dan definisi filsafat yang dikemukakan oleh para ahli dan filosofi
1. Filasafat adalah usaha spekulatif yang rasional, sistematik dan konseptual untuk
sebagaimana yang tampak dari kegiatan filosofis yang mencari sumber, hakikat,
berbagai pernyataan dan asumsi yang umumnya merupakan dasar suatu pengetahuan.
lepada kita apa yang kita katakan, dan mengatakan kepada kita apa yang kita lihat.
dasar dari berbagai pengetahuan tanpa mengenal batas apapun, baik batas alamiah,
apalagi batas buatan manusia, seperti batas ruang, waktu, agama atau kepercayaan, adat
7. Filsafat adalah upaya manusia untuk menemukan kebenaran hakiki melalui cara
akar- akarnya). Melalui berfikir filsafati, diharapkan manusia menjadi lebih mampu
bersikap.
Pada saat awal munculnya filsafat, corak dan sifat dari pemikiranya bersifat
mitologik (keterangannya didasarkan atas mitos dan kepercayaan saja). Namun setelah
adanya demitologisasi oleh para pemikir naturalis seperti Thales (624- 548 SM), Anaximenes
(590- 528 SM), Phitagoras (532 SM), herakliotos (535-475 SM), Parminides (540-475 SM)
serta banyak lagi pemikir lainya, maka pemikiran filsafat berkembang secara cepat sesuai
dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Sejak abad 5 SM, pemikiran filsafat beralih
kearah manusia dengan kemampuan berpikirnya, masa ini dikenal dengan masa flsafat
modern. Masa ini dikenal sederet filosoff seperti Sokrates, Plato, Aristoteles.
Pada ahirnya filsafat berkembang dalam ruang lingkup yang semakin luas serta
dengan beraneka ragam permasalahan. Pemikiran filsafati pada masa itu diartikan sebagai
bermacam- macam ilmu pengetahuan, hal ini dapat dinyatakan dengan apa yang
dikemukakan oleh Aristoteles, bahwa filsafat adalah segala sesuatu yang dapat
dipertanggungjawabkan atas dasar akal pikiran. Ketika itu membagi filsafat menjadi ilmu
pengetahuan teoritis, dan ilmu pengetahuan praktis. Seorang filusuf dipandang cendikiawan
jika orang tersebut cinta dan ingin selalu berpikir dengan kebijaksanaan (Koentowibisono,
1982) Perkembangan filsafat hingga zaman abad sesudah masehi, mulai mengarah pada
kebenaran hakiki sumber pengetahuan dan sumber segala yang ada (keberadaan) yaitu;
Tuhan (Teosentris) dan Tuhanlah yang menjadi dasar segala- galanya. Tuhan dan segala
sesuatu menjadi hakekat yang sama, lebih dikenal dengan ajaran Phanteisme (serba Tuhan).
Mulai abad permulaan masehi, perkembangan filsafat beralih dari Yunani ke Eropa,
hal ini disebabkan kekuasaan kerajaan Roma yang luas sekali sampai ke Eropa. Pemikiran
filsafat di Eropa diwarnai dengan unsur-unsur baru (Agama katholik) yang didominasi
pemikiran filsafat pada masa itu. Dengan kata lain pemikiran filsafat didasarkan pada firman
Tuhan, hal ini disebabkan karena satu-satunya kebenaran dan kebijaksanaan ada pada firman
Tuhan.
Pada abad 12, perkembangan filsafat mengalami peningkatan yang luar biasa, hal
ini ditandai dengan berdirinya perguruan tinggi dan ordo-ordo. Ordo semacam sekumpulan
Perkembangan ini ditandai dengan munculnya para filosoff seperti; Anselmus, Alberadus,
Albertus Manfus. Pemikiran filsafatnya berkisar tentang harmonisasi hubungan antara akal
adalah masa dimana menuju pada filsafat modern. Pada masa ini pula di Eropa terjadi
peningkatan terhadap minat filsafat Yunani senakin besar dan berusaha mengembalikan
pemikiran tersebut. Masa ini dikelal dengan masa Renaisance. Dalam situasi macam ini
hubungan antara agama dan filsafat menjadi harmonis, dalam artian agama banyak
ditinggalkan oleh filosof, agama berdasarkan pada imam dan kepercayaan pada firman
Tuhan dalam menghadapi pelbagai permasalahan, sedangkan filsafat mendasarkan diri pada
pengetahuan manusia akan menjadi harapan masa depan, pada ahirnya perkembangan filsafat
pada abad ke 19 yang mengarah pada filsafat ilmu pengetahuan, dimana persoalan filsafat
diisi dengan usaha manusia mengenai cara bagaimana caranya dan apa sarana yang dipakai
untuk mencari kebenaran dan kenyataan. Imanuel Kant (1724-1804) dikatakan sebagai tokoh
filsafat modern, sebab pemikiran filsafat memuat suatu gagasan baru yang akan memberikan
kepada segala arah dikemudian hari. Kemudian perkembangan filsafat semakin beraneka
ragam dengan berkembangnya filsafat Amerika, filsafat Inggris, filsafat Jerman, filsafat
Prancis dan sebagainya. Pada masa ini pemikiran filsafat mampu membentuk kepribadian
terhadap masing- masing bangsa dengan pemikiran dan caranya sendiri dan perlahan-lahan
filsafat modern dengan berdasarkan logika dan ilmu pengetahuan mulai berkembang
(Wardhana, 2016).
B. Filsafat Ilmu Kedokteran Gigi
landasan ilmu dalam memahami dan merawat penyakit. Sebelumnya, kelainan-kelainan dan
berbagai penyakit yang diderita manusia ditangani atas dasar paham spiritual (Hussain &
Khan, 2014).
Catatan sejarah awal mengenai penyakit gigi terdapat pada sebuah teks bangsa
Summeria dimana mereka mendeskripsikan penyebab lubang gigi adalah cacing gigi.
Tindakan penumpatan gigi pertama yang tercatat adalah penumpatan gigi dengan beeswax
6500 tahun yang lalu di Slovenia. Perkembangan dalam ilmu kedokteran gigi berjalan
Hesy-Re, tokoh pada peradaban Mesir Kuno, merupakan orang pertama tercatat
dalam sejarah, yang diberikan titel sebagai praktisi kedokteran gigi. Pada papirus Ebers dari
peradaban Mesir Kuno tertulis mengenai penyakit gigi dan berbagai pengobatan sakit gigi
(ADA, 2020).
Pada 500-300 B.C., Hipokrates dan Aristoteles menulis tentang ilmu kedokteran gigi,
yaitu meliputi pola erupsi gigi, pengobatan gigi berlubang dan penyakit gusi, ekstraksi gigi
menggunakan forsep, serta stabilisasi gigi goyah dan fraktur rahang menggunakan kawat
(ADA, 2020). Hipokrates juga memaparkan sebuah hipotesis bahwa “rheumatism” yang tidak
dapat diobati, bisa disembuhkan dengan pencabutan gigi (Vieira & Caramelli, 2009).
Pada abad pertengahan di Perancis muncul sebuah kelompok profesi yang berawal
dari profesi barber (tukang potong rambut) yang kemudian menangani masalah higiene mulut
hingga ekstraksi gigi. Ilmu kedokteran gigi terus berkembang, hingga akhirnya terbit buku
pertama yang seluruh isinya didedikasikan untuk ilmu kedokteran gigi, berjudul “The Little
Medicinal Book for All Kinds of Diseases and Infirmities of the Teeth”, yang ditulis oleh
seorang berkebangsaan Jerman bernama Artzney Buchlein. Buku ini ditulis bagi para barber
dan ahli bedah yang berpraktik menangani masalah rongga mulut (ADA, 2020).
yang dijuluki sebagai Bapak Kedokteran Gigi Modern. Bukunya yang berjudul “Le
Chirurgien Dentiste” merupakan buku pertama yang membahas secara komprehensif sebuah
sistem bagi praktik kedokteran gigi, meliputi ilmu dasar anatomi fisiologi oral, teknik-teknik
Filsafat alam pelayanan kedokteran dan kesehatan menurut Subekti (2005) dalam
1. Pelayanan adalah bagian integral dari usaha kesehatan yang dapat dijangkau
2. Upaya kesehatan harus paripurna dari segi upaya promotif, pencegahan dengan
4. Tenaga Kesehatan (Health care provider) serta pasien selaku pengguna layanan
Kesehatan.
Dewasa ini semakin banyak masyarakat yang tidak hanya menginginkan kesembuhan
atas penyakit gigi & mulut yang dialami, akan tetapi juga mempunyai harapan agar
mendapatkan pelayanan yang berkualitas dan memuaskan. Menurut (Phillip Kotler 2007, 383)
faktor penentu kualitias jasa pelayanan yang bisa diterima konsumen mempunyai berbagai
macam parameter sehingga bisa dilakukan pengukuran. Terdapat lima macam penentu
pelayanan menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1990 dalam studi SERVUQUAL
serta konsisten.
secara tepat dan segera pada konsumen melalui pemberian informasi yang jelas
dan cepat.
dengan pelanggan.
SERVQUAL adalah perbandingan antar dua faktor utama yakni persepsi pelanggan
terhadap fakta atau kenyataan pelanggan yang mereka terima (perceived service) dengan
harapan atau keinginan pelanggan terhadap pelayanan (expected service). Apabila harapan
kurang dari kenyataan pelanggan, maka pelayanan dapat dikatakan bermutu. Sedangkan
apabila ada harapan yang lebih tinggi dari kenyataan pelanggan, maka pelayanan tersebut
kurang bermutu dan tidak memuaskan untuk pelanggan. Apabila besar harapan sama dengan
kenyataan yang ada, maka pelayanan tersebut memuaskan pelanggan. Sevice quality bisa
diartikan sejauh apa perbedaan ntara harapan dan kenyataan konsumen terhadap pelayanan
yang diterima oleh pelanggan tersebut (Parasuraman, et al., 1998). Harapan dari konsumen
pada umumnya disampaikan atau muncul dari mulut ke mulut (Word of Mouth), kebutuhan
pribadi, sejumlah pengalaman empiris di masa lalu, serta informasi eksternal atau dari luar
Dokter gigi memiliki kebutuhan untuk memahami dan merespon berbagai macam
emosi pada pasien mereka. Studi kemanusiaan di bidang kedokteran gigi bisa menjadi sarana
menghasilkan lebih banyak empati dan menjadikan dokter gigi lebih efektif dalam merawat
pasiennya. Keterampilan komunikasi sangat penting dipelajari bagi seorang dokter gigi dalam
menunjang keberhasilannya di dunia praktik. Masalah komunikasi juga telah ditinjau dalam
etika medis dimana terdapat kaidah-kaidan dasar bioetik yang harus dipegang teguh oleh para
manusia yang telah serta sanggup menyadari dirinya sendiri dalam berpikir, berbicara,
bersikap, berperilaku, kepada manusia lain serta dalam masyarakat, kepada Tuhan Sang
Sifat keterkaitan dokter dengan pasien saat ini ialah sifat konstruktural dan fiduciary
yang semuanya bermula dari sifat paternalistik. Sebelum tahun 1950-an paternalistik dinilai
selaku sifat hubungan yang paling benar, dimana dokter menetapkan apa yang akan dijalankan
pada pasien menurut prinsip beneficence (semua yang terbaik bagi kepentingan Bersama baik
pasien dan dipandang dari prinsip kedokteran). Prinsip tersebut sudah melupakan hak pasien
dalam ikut menentukan keputusan. Kemudian di tahun 1970-an berkembang sifat relasi
kontruktural yang sifatnya inspanings verbintennis antara dokter dengan pasien ang
menekankan hak otonomi ada pasien guna menentukan apa yang dapat dilaksanakan
kepadanya.
Sifat relasi dokter dengan pasien tu diperbaiki kembali oleh sejumlah ahli etika
maupun filsuf menjadi ikatan fiduciary (berdasarkan niat baik dan kepercayaan), yakni relasi
yang menekankan sejumlah nilai keutamaan (virtue ethics). Karakteristik relasi konstruktural
dinilai mengurangi kualitas relasi dikarenakan hanya memandang dari sisi hukum serta
peraturan saja dan itu biasanya disebut dengan bottom line ethic.
Beauchamp an Childres (2001) menjelaskan bahwa terdapat empat prinsip dasar
Aturan yang mengatur diri sendiri atau personal secara bebas tanpa andil orang
lain untuk memilih nasibnya sendiri dengan tenang dan tanpa terburu-buru
Menurut teori Beuchamp dan Childress, prinsip ataupun kaidah berikut meminta
sudah dijelaskan, dasar beneficence meminta lebih banyak agen daripada non-
maleficence.
Tujuan dari prinsip ini adalah memproteksi individu yang tak mampu (cacat)
tersebut juga dilindungi oleh prinsip berbuat baik (beneficence). Prinsip ini
menjelaskan bahwa kita harus melihat kebaikan lebih lanjut dari seseorang,
4. Justice (Keadilan)
Inti dari prinsip justice adalah kesamaan atau kesetaraan, sehingga kita harus
adil dan mengganggap semua orang mempunyai hak yang sama tanpa membeda-
Kesimpulan
1. Pelayanan kedokteran gigi tidak hanya mengedepankan aspek ketepatan diagnosis dan
kesembuhan pasien, namun juga pelayanan yang bermutu dan memuaskan untuk
pasien.
2. Berdasarkan aspek ontologi, kedokteran gigi mempelajari gigi dan rongga mulut baik
4. Pasien tau pelanggan menginginkan kesembuhan atas penyakit gigi dan mulut yang
5. Kualitas pelayanan dapat diukur dengan lima determinan yaitu reliability, assurance,
6. Kaidah dasar bioetik yang harus dijunjung dalam pelayanan kedokteran gigi adalah
1. Beuchamp TL, Childress JF., 2001, The Principle of Biomedical Ethics, Oxfort University,
New York.
2. Dedi A., 2017., Kaidar Dasar Bioetika., Majalah Kedokteran Andalas., Padang.
3. I Gusti Ayu, dkk., 2018., Filsafat Ilmu Kedokteran dan Kedokteran Gigi., Unmas.,
Denpasar.
4. Garg, N., Garg, A., 2015, Textbook of Operative Dentistry, 3rd edition, The Health
80/2020 Tentang Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi,
Jakarta.
6. Ritter, A.V., Boushell, L.W., Walter, R., 2019, Sturdevant’s Art and Science of